Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)

A. Konsep Medis

1. Definisi

Penyakit paru-paru obstruksi menahun adalah penyakit paru-paru yang


berlangsung lama dan ditandai dengan peningkatan restensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologinya (Amin, Hardhi. 2013).
PPOK atau penyakit paru obstruksi kronik adalah suatu penyakit yang
merujuk pada sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari
dan keluar Paru. Gangguan yang paling sering adalah Bronkhitis Obstruktif,
Emphysema dan Asthma Bronkiale. (Asmadi. 2008).
Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah penyakit obstruksi jalan nafas
karena bronkitis kronis atau emfisema. Obstruksi tersebut umumnya bersifat
progresif, bisa disertai hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat reversible.
Bronkitis kronis ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai
pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu
tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun. Emfisema adalah suatu perubahan
anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran
udara (Mansjoer, 2000).

2. Etiologi

Brashers (2007) menambahkan faktor-faktor yang menyebabkan


penyakit paru obstruksi kronis adalah :
1. Merokok merupakan > 90% resiko untuk PPOK dan sekitar 15% perokok
menderita PPOK. Beberapa perokok dianggap peka dan mengalami
penurunan fungsi paru secara cepat. Pajanan asap rokok dari lingkungan
telah dikaitkan dengan penurunan fungsi paru dan peningkatan resiko
penyakit paru obstruksi pada anak.
2. Terdapat peningkatan resiko PPOK bagi saudara tingkat pertama perokok.
Pada kurang dari 1% penderita PPOK, terdapat defek gen alfa satu
antitripsin yang diturunkan yang menyebabkan awitan awal emfisema.
3. Infeksi saluran nafas berulang pada masa kanak – kanak berhubungan
dengan rendahnya tingkat fungsi paru maksimal yang bisa dicapai dan
peningkatan resiko terkena PPOK saat dewasa. Infeksi saluran nafas kronis
seperti adenovirus dan klamidia mungkin berperan dalam terjadinya PPOK.
4. Polusi udara dan kehidupan perkotaan berhubungan dengan peningkatan
resiko morbiditas PPOK.

5. Patofisiologi

Patofisiologi menurut Brashers (2007), Mansjoer (2000) dan Reeves


(2001) adalah :
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas
dan mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini , kelenjar-kelenjar
yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia
menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan serta terjadi batuk, batuk
dapat menetap selama kurang lebih 3 bulan berturut-turut. Sebagai akibatnya
bronkhiolus menjadi menyempit, berkelok-kelok dan berobliterasi serta
tersumbat karena metaplasia sel goblet dan berkurangnya elastisitas paru.
Alveoli yang berdekatan dengan bronkhiolus dapat menjadi rusak dan
membentuk fibrosis mengakibatkan fungsi makrofag alveolar yang berperan
penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri, pasien
kemudian menjadi rentan terkena infeksi.
Infeksi merusak dinding bronchial menyebabkan kehilangan struktur
pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya dapat
menyumbat bronki. Dinding bronkhial menjadi teregang secara permanen
akibat batuk hebat. Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi tersebut
menyebabkan alveoli yang ada di sebelah distal menjadi kolaps. Pada
waktunya pasien mengalami insufisiensi pernafasan dengan penurunan
kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio volume residual
terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi kerusakan campuran gas yang
diinspirasi atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari
berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara. Ketidakseimbangan
ventilasi–perfusi ini menyebabkan hipoksemia atau menurunnya oksigenasi
dalam darah. Keseimbangan normal antara ventilasi alveolar dan perfusi aliran
darah kapiler pulmo menjadi terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi
menurun dan ventilasi tetap sama. Saluran pernafasan yang terhalang mukus
kental atau bronkospasma menyebabkan penurunan ventilasi, akan tetapi
perfusi akan tetap sama atau berkurang sedikit.
Berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara menyebabkan
perubahan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida. Obstruksi jalan nafas
yang diakibatkan oleh semua perubahan patologis yang meningkatkan resisten
jalan nafas dapat merusak kemampuan paru-paru untuk melakukan pertukaran
oksigen atau karbondioksida. Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar
karbondioksida meningkat. Metabolisme menjadi terhambat karena kurangnya
pasokan oksigen ke jaringan tubuh, tubuh melakukan metabolisme anaerob
yang mengakibatkan produksi ATP menurun dan menyebabkan defisit energi.
Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi juga menjadi berkurang yang dapat menyebabkan anoreksia.
Selain itu, jalan nafas yang terhambat dapat mengurangi daerah
permukaan yang tersedia untuk pernafasan, akibat dari perubahan patologis ini
adalah hiperkapnia, hipoksemia dan asidosis respiratori. Hiperkapnia dan
hipoksemia menyebabkan vasokontriksi vaskular pulmonari, peningkatan
resistensi vaskular pulmonary mengakibatkan hipertensi pembuluh pulmonary
yang meningkatkan tekanan vascular ventrikel kanan atau dekompensasi
ventrikel kanan.

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis menurut Mansjoer (2000) pada pasien dengan


Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah :
1. Batuk.
2. Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau
mukopurulen.
3. Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk
bernafas.
Reeves (2001) menambahkan manifestasi klinis pada pasien dengan
Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah :
Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK adalah malfungsi
kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan
batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang makin menjadi di saat pagi
hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut.
Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk
menjadi batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin
banyak.
Biasanya pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan dan
kehilangan berat badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien
tersebut tidak akan mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah
tangga atau yang menyangkut tanggung jawab pekerjaannya. Pasien mudah
sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari.
Selain itu pada pasien PPOK banyak yang mengalami penurunan berat
badan yang cukup drastis, sebagai akibat dari hilangnya nafsu makan karena
produksi dahak yang makin melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh,
kehilangan selera makan (isolasi sosial) penurunan kemampuan pencernaan
sekunder karena tidak cukupnya oksigenasi sel dalam sistem (GI)
gastrointestinal. Pasien dengan PPOK lebih membutuhkan banyak kalori
karena lebih banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernafasan.

7. Komplikasi

a. Hipoksemia
Didefinisikan sebagai penurunan nilai PO2 kurang dari 55 mmHg dengan
nilai saturasi O2 kurang dari 85%. Pada awalnya pasien akan mengalami
perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap
lanjut timbul sianosis.
b. Asidosis respiratori
Timbul akibat dari peningkatan nilai PCO2 ( hiperkapnia ). Tanda yang
muncul antara lain nyeri kepala, fatigue, letargi, dizzines, dan takipnea.
c. Infeksi saluran pernapasan
Karena peningkatan produksi mukosa, peningkatan rangsang otot polos
bronchial, dan edema mukosa. Terhambatnya aliran udara akan
meningkatkan kerja napas dan menimbulkan dispnea.
d. Gagal jantung
Akibat dari penyakit paru-paru terutama pada pasien dispnea berat.
e. Disritmia jantung
Timbul akibat hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat, atau terjadinya
asidosis respiratori.
f. Status asmatikus
g. Merupakan komplikasi utama yang berhubungan dengan asma bronkial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali
tidak memberikan respon terhadap terapi yang biasa diberikan.
Penggunaan otot bantu pernapasan dan distensi vena leher sering kali
terlihat.

8. Prognosa

Sekitar 30% penderita PPOK dengan sumbatan yang berat akan meninggal
dalam waktu sekitar 1 tahun, dan 95% meninggal dalam waktu 10 tahun.
Kematian bisa disebabkan oleh kegagalan pernafasan, pneumonia,
pneumotoraks (masuknya udara ke dalam rongga paru), aritmia jantung atau
emboli paru (penyumbatan arteri yang menuju ke paru-paru). Penderita
PPOK juga beresiko tinggi untuk terjadinya kanker paru.

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Peningkatan Hb (empisema berat)


b. Peningkatan eosinofil/ asma
c. Penurunan alpha 1- antitrypsin
d. PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat (bronkhitis kronis dan
emfisema.
e. Chest X-ray: dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma
mendatar
f. EKG: deviasi aksis kanan; gelombang P tinggi (pada pasien asma berat
dan atrial disritmia/bronkhitis); gel.P pada Leads II, III, AVF panjang dan
tinggi (brinkhitis dan emfisema); dan aksis QRS vertikal (emfisema)
10. Penatalaksanaan/Pengobatan

 Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara.


 Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
1. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S.
Pneumonia, maka digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau
eritromisin 4×0.56/hari Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat)
dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza
dan B. Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam
antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada
pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat
penyembuhan dan membantu mempercepat kenaikan peak flow
rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi.
Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka
dianjurkan antibiotik yang kuat.
2. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernapasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO
3. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan
baik.
4. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di
dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien
dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250
mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 –
0,56 IV secara perlahan.
 Terapi jangka panjang di lakukan :

1. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin


4×0,25-0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut.
2. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran
napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan
pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
B. Konsep Keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak efektif NOC:


berhubungan dengan: Respiratory status : Ventilation Pastikan kebutuhan oral /
Infeksi, disfungsi neuromuskular, Respiratory status : Airway patency tracheal suctioning.
hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan Aspiration Control Berikan O2 ……l/mnt,
nafas, asma, trauma Setelah dilakukan tindakan keperawatan metode………
Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, selama …………..pasien menunjukkan Anjurkan pasien untuk
sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan istirahat dan napas dalam
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya kriteria hasil :
eksudat di alveolus, adanya benda asing di Posisikan pasien untuk
Mendemonstrasikan batuk efektif dan memaksimalkan ventilasi
jalan nafas. suara nafas yang bersih, tidak ada
DS: Lakukan fisioterapi dada jika
sianosis dan dyspneu (mampu
Dispneu perlu
mengeluarkan sputum, bernafas dengan
DO: mudah, tidak ada pursed lips) Keluarkan sekret dengan
Penurunan suara nafas batuk atau suction
Menunjukkan jalan nafas yang paten
Orthopneu (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, Auskultasi suara nafas, catat
frekuensi pernafasan dalam rentang adanya suara tambahan
Cyanosis
normal, tidak ada suara nafas abnormal) Berikan bronkodilator :
Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
Mampu mengidentifikasikan dan ………………………
Kesulitan berbicara
mencegah faktor yang penyebab. ……………………….
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
Saturasi O2 dalam batas normal ………………………
Produksi sputum
Foto thorak dalam batas normal Monitor status hemodinamik
Gelisah
Berikan pelembab udara
Perubahan frekuensi dan irama nafas
Kassa basah NaCl Lembab
Berikan antibiotik :
…………………….
…………………….
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status
O2
Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk mengencerkan
sekret
Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang penggunaan
peralatan : O2, Suction,
Inhalasi.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan : Self Care : ADLs Observasi adanya pembatasan klien dalam
Tirah Baring atau imobilisasi Toleransi aktivitas melakukan aktivitas
Kelemahan menyeluruh Konservasi eneergi Kaji adanya faktor yang menyebabkan
Ketidakseimbangan antara Setelah dilakukan tindakan keperawatan kelelahan
suplei oksigen dengan selama …. Pasien bertoleransi terhadap Monitor nutrisi dan sumber energi yang
kebutuhan aktivitas dengan Kriteria Hasil : adekuat
Gaya hidup yang Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
dipertahankan. disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan emosi secara berlebihan
DS: dan RR Monitor respon kardivaskuler terhadap
Melaporkan secara verbal Mampu melakukan aktivitas sehari hari aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
adanya kelelahan atau (ADLs) secara mandiri diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
kelemahan. Keseimbangan aktivitas dan istirahat Monitor pola tidur dan lamanya
Adanya dyspneu atau tidur/istirahat pasien
ketidaknyamanan saat Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
beraktivitas. Medik dalam merencanakan progran terapi
DO : yang tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
Respon abnormal dari yang mampu dilakukan
tekanan darah atau nadi Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
terhadap aktifitas yang sesuai dengan kemampuan fisik,
Perubahan ECG : aritmia, psikologi dan sosial
iskemia Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC: Kaji adanya alergi makanan


kebutuhan tubuh a. Nutritional status: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Berhubungan dengan : Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Ketidakmampuan untuk memasukkan b. Nutritional Status : food and yang dibutuhkan pasien
atau mencerna nutrisi oleh karena faktor Fluid Intake
Yakinkan diet yang dimakan
biologis, psikologis atau ekonomi. c. Weight Control
mengandung tinggi serat untuk mencegah
DS: Setelah dilakukan tindakan
konstipasi
Nyeri abdomen keperawatan selama….nutrisi
kurang teratasi dengan indikator: Ajarkan pasien bagaimana membuat
Muntah catatan makanan harian.
Kejang perut Albumin serum
Monitor adanya penurunan BB dan gula
Rasa penuh tiba-tiba setelah makan Pre albumin serum
darah
DO: Hematokrit
Monitor lingkungan selama makan
Diare Hemoglobin
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
Rontok rambut yang berlebih Total iron binding capacity tidak selama jam makan
Kurang nafsu makan Jumlah limfosit Monitor turgor kulit
Bising usus berlebih Monitor kekeringan, rambut kusam, total
Konjungtiva pucat protein, Hb dan kadar Ht
Denyut nadi lemah Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kecemasan berhubungan dengan NOC : NIC :


Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, Anxiety Reduction
perubahan status kesehatan, ancaman (penurunan kecemasan)
 Kontrol kecemasan
kematian, perubahan konsep diri, kurang Gunakan pendekatan
pengetahuan dan hospitalisasi  Koping
yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas
DO/DS: Setelah dilakukan asuhan selama harapan terhadap pelaku
Insomnia ……………klien kecemasan teratasi dgn pasien
kriteria hasil:
Kontak mata kurang Jelaskan semua
Klien mampu mengidentifikasi dan prosedur dan apa yang
Kurang istirahat mengungkapkan gejala cemas dirasakan selama
Berfokus pada diri sendiri Mengidentifikasi, mengungkapkan dan prosedur
Iritabilitas menunjukkan tehnik untuk mengontol Temani pasien untuk
Takut cemas memberikan keamanan
Nyeri perut Vital sign dalam batas normal dan mengurangi takut
Penurunan TD dan denyut nadi Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa Berikan informasi faktual
Diare, mual, kelelahan tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan mengenai diagnosis,
Gangguan tidur berkurangnya kecemasan tindakan prognosis
Gemetar Libatkan keluarga untuk
Anoreksia, mulut kering mendampingi klien
Instruksikan pada pasien
Peningkatan TD, denyut nadi, RR
untuk menggunakan
Kesulitan bernafas tehnik relaksasi
Bingung Dengarkan dengan
Bloking dalam pembicaraan penuh perhatian
Sulit berkonsentrasi Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Kelola pemberian obat
anti cemas:........

Anda mungkin juga menyukai