Anda di halaman 1dari 3

askep PPOM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) adalah klasifikasi luas
dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah
yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Ketiga penyakit
yang membentuk satu kesatuan yang ditandai dengan sebutan PPOM adalah : Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan Asma
bronkial. Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30 tahun dengan “batuk merokok” atau batuk
pagi disertai pembentukan sedikit sputum mukoid.
Mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui karena
berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim
dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus
mengurangi aktifitas. Penderita dengan tipe emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak dalam
jangka panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul dispnea yang membuat penderita
menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkopnea, hipoksemia dan kor pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan kematian
biasanya terjadi beberapa tahun sesudah timbulnya penyakit, (Price & Wilson, 1994 : 695)
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apakah penyakit PPOM ?
2.      Apakah gejala-gejala PPOM ?
3.      Manispestasi klinis?
4.      Tanda dan Gejala?
5.      Bagaimanakah asuhan keperawatan PPOM ?

1.3 Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada Lansia dengan
Masalah Pernafasan (PPOM).
2.      Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui tentang definisi dari PPOM pada lansia.
b. Mahasiswa mengetahui penyebab dari PPOM.
c. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala dari PPOM.
d. Mahasiswa mengetahui Penatalaksanaan PPOM pada lansia.
e. Mahasiswa mengetahui Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Fokus intervesi, dan Evaluasi dengan PPOM pada lansia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi PPOM
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspira
yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi
beberapa waktu (Mansunegoro, 1992).
Dalam PPOM , aliran dara ekspirasi mengalami obstruksi yang kronis dan pasien mengalami kesulitan dalam
bernafas. PPOM sesungguhnya merupakan kategori penyakit paru-paru yang utama dan penyakit ini terdiri dari beberapa
penyakit yang berbeda. Ada dua contoh penyakit PPOM yang biasa terjadi yaitu penyakit Emfisema dan bronchitis kronis,
dimana keduanya menyebabkan terjadinya perubahan pola pernafasan.

Emfisema
            Emfisema terjadi pembesaran ruang udara bronkhioli distal sampai terminalis. Hal ini menyebabkan kerusakan pada
dinding alveolar, ehingga mengakibatkan timbulnya mal fungsi pada pertukaran gas. Pasien dengan Emfisema harus
bertahan hidup dengan keadaan penyakit yang irreversible dan mereka akan mengalami perbaikan setelah mengikuti
program rehabilitasi. Ciri khas dari penyakit ini adalah pasien akan mengalami periode stabil dan kemudian berangsur-
angsur memburuk, yang seringkali terjadi sebagai akibat dari infeksi pernafasan. Perlu mengawasi dan mengkaji tanda-tanda
dan gejala penurunan pada pesien, termasuk tanda-tanda meningkatnya produksi sputum, kekentalan sputum dengan warna
berubah kuning menjadi hijau, meningkatnya kecemasan dan menurunnya toleransi daya kekuatan tubuh terhadap aktivitas
yang biasa dilakukan, serta meningkatnya ronchi dan suara bising pada auskultasi paru-paru.

Bronchitis Kronis
Bronchitis kronis bisa dikenali dengan adanya pengeluaran secret yang berlebihan dari trakeo-bronchial dan
terakumulasi setiap hari selama paling tidak 3 bulan pertahun selama dua tahun berturut-turut. Pasien memiliki keluhan
batuk kronis dengan produksi dahak yang makin meningkat. Penyebab batuk lainnya seperti kanker paru-paru atau kanker
laringeal sebaiknya disingkirkan terlebih dahulu. Pada penyakit bronchitis kronis, sekresi yang berlebihan terakumulasi dan
jika diludahkan akan nampak seperti dahak yang kental dan putih. Dalam jangka waktu yang lama akan terjadi pembesaran
kelenjar mukosa bronchial sehingga menyebabkan obstruksi jalan nafas.

2.2 Etiologi
PPOM disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar bias dicegah. Merokok
diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus PPOM. Feaktor resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi
dan status pekerjaaan yang rendah, kondisi lingkungsn yang buruk karena dekat lokasi pertambangan, perokok pasif, atau
terkena polusi udara dan konsumsi alcohol yang berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak
menderita PPOM.

2.3 Patofisiologi

            Patofisiologi PPOM adalah sangat komplek dan komprehensif sehingga mempengaruhi semua sisitem tubuh yang
artinya sama juga dengan mempengaruhi gaya hidup manusia. Dalam prosesnya, penyakit ini bias menimbulkan kerusakan
pada alveolar sehingga bisa mengubah fisiologi pernafasan, kemudian mempengaruhi oksigenasi tubuh secara keseluruhan.
Abnormal pertukaran udara pada paru-paru terutama berhubungan dengan tiga mekanisme berikut ini:
1.      Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Hal ini menjadi penyebab utama hipoksemia atau menurunnya oksigenasi dalam darah. Keseimbangan normal
antara ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi terganggu. Peningkatan keduanya terjadi ketika
penyakit yang semakin berat sehingga menyebabkan kerusakan pada alveoli dan dan kehilangan bed kapiler. Dalam kondisi
seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi sama. Ventilasi dan perfusi yang menurun bias dilihat pada pasien PPOM, dimana
saluran pernafasan nya terhalang oleh mukus kental atau bronchospasma. Di sini penurunan ventilasi akan terjadi, akan
tetapi perfusi akan sama, atau berkurang sedikit. Banyak di diantara pasien PPOM yang baik empisema maupun bronchitis
kronis sehingga ini menerangkan sebabnya mengapa mereka memiliki bagian-bagian,dimana terjadi diantara keduanya yang
meningkat dan ada yang menurun.
2.      Mengalirnya darah kapiler pulmo
Darah yang tidak mengandung oksigen dipompa dari ventrikel kanan ke paru-paru, beberapa diantaranya melewati
bed kapiler pulmo tanpa mengambil oksigen. Hal ini juga disebabkan oleh meningkatnya sekret pulmo yang menghambat
alveoli.
3.      Difusi gas yang terhalang
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari sati atau da seba yaitu berkurangnya permukaan
alveoli bagi pertukaran udara sebagai akibat dari penyakit empisema atau meningkatnya sekresi, sehingga menyebabkan
difusi menjadi semakin sulit.

2.4 Tanda dan Gejala


Perkembangan gejala-gejala yang merupakan cirri-ciri dari PPOM adlah malfungsi kronis pada system pernafasan
yang manifestasi awalnya adalah ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang menjadi di saat pagi hari.
Nafas pendek sedang yang berkembang mnejadi nafas pendek akut. Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami
perokok) memburuk menjadi batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin banyak. Biasanya, pasien
akan sering mengalami infeksi pernafasan dan kehilangan berat badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien
tersebut tidak akan mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah tangga atau yang menyangkut tanggung jawab
pekerjaannya.
Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari.
Selain itu, pasien PPOM banyak yang mengalami penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari hilangnya
nfsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan selera
makan,penrunan kemampuan pencernaan sekunder karena tidak cukup oksigenasi sel dalam system gastrointestinal. Pasien
PPOM, lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernafasan.
2.5 Manifestasi Klinik
1. Batuk yang sangat produktif, puruken, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalan, udara dingin, atau infeksi.
2.    Sesak nafas dan dispnea.
3.    Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada mengembang.
4.    Hipoksia dan Hiperkapnea.
5.    Takipnea.
6.    Dispnea yang menetap( Corwin , 2000 : 437 )
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk penderita PPOM usia lanjut, sebagai berikut :
1.      Meniadakan faktor etiologik atau presipifasi
2.      Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3.      Memberantas infeksi dengan antimikrobia. Apabila tidak ada infeksi anti mikrobia tidak perlu diberikan.
4.      Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator ( Aminophillin dan Adrenalin ).
5.      Pengobatan simtomatik ( lihat tanda dan gejala yang muncul )
- Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran
- Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2
- Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infus
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan, O2 harus diberikan dengan aliran lambat : 1-2 liter/menit.
8. Mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara yang terperangkap.
9. Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara untuk menyimpan energi.
10. Tindakan “Rehabilitasi” :
- Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus.
- Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernafasan yang paling efektif baginya.
- Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran jasmaninya.
- Vocational Suidance : Usaha yang dilakukan terhadap penderita agar sedapat-dapat kembali mampu mengerjakan
pekerjaan semula.
- Pengelolaan Psikososial : terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita dengan penyakit yang dideritanya
(Dharmajo dan Martono, 1999 : 385).

Anda mungkin juga menyukai