OLEH
NIM :183212880
KELAS : A12B
2020/2021
2. Etiologi penyakit
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut
Mansjoer (2008) dan Ovedoff (2006) adalah :
1. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu,asap dangas-gas kimiawi.
2. Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi
paru-paru, bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan.
3. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asma orang
dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
4. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatuenzim yang
normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang
kekurangan enzim ini dapat terkena empisema pada usia yang relatif muda,
walau pun tidak merokok.
3. Gejala Klinis
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe perokok (Smaltzer & Bare, 2007):
a. Mempunyai gambaran klinik dominan kearah bronchitis kronis (blue
bloater).
b. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink puffers).
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak nafas
4. Adanya suara nafas tambahan
5. Ekspirasi yang memanjang
6. Batuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
7. Penggunaan obat bantu pernafasan
8. Suara nafas melemah
9. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
10. Edema kaki, asietas dan jari tabuh.
Selain itu Pasien mudah sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak
mampu melakukan kegiatan sehari- hari. Selain itu, pasien PPOK banyak yang
mengalami penurunan berat badan yang cukup drastic sebagai akibat dari hilangnya
nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah, penurunan daya
kekuatan tubuh, kehilangan selera mkan, penurunan kemampuan pencernaan
sekunder karena tidak cukup oksigenasi sel dalam system gastrointestinal. Pasien
PPOK, lebih membutuhkan banyak kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga
dalam melakukan pernafasan.
4. Patofisiologi
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi
dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam
paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan
ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta
gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter
yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV),
sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa
detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap
kapasitas vital paksa (VEP1/KVP) (Sherwood, 2001).
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-
komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus
bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus
dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran
napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab
infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema
jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat
dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan
adanya peradangan (GOLD, 2009).
Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan
kronik pada paru.Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-
struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya
alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi
karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah
inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka
udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (GOLD, 2009).
Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil,
komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi
oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil
Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease,
sehingga terjadi kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut,
terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi
perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas,
edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus.Kelainan perfusi berhubungan
dengan konstriksi hipoksik pada arteriol (Chojnowski, 2003).
PATHWAY
5. Klasifikasi
Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative forchronic Obstritif Lung
Disiase (GOLD) 2011.
1. Derajat I (PPOK Ringan) : Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada
tetapi tidak sering. Pada derajat ini pasien sering tidak menyadari bahwa
menderita PPOK.
2. Derajat II (PPOK Sedang) : Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan
kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini
biasanya pasien mulai memeriksakan kesehatannya.
3. Derajat III (PPOK Berat) : Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas,
rasa lelah dan serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada
kualitas hidup pasien.
4. Derajat IV (PPOK Sangat Berat) : Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal
napas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat
ini kualitas hidup pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam
jiwa biasanya disertai gagal napas kronik.
6. Komplikasi
Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut Grece & Borley
(2011), Jackson (2014) dan Padila (2012).
a. Gagal napas akut atau AcuteRespiratory Failure (ARF)
b. Corpulmonal
c. Pneumothoraks
7. Therapy
a Anti-inflamasi (kortikosteroid, natrium kromolin, dan lain-lain)
b Bronkodilator
Adrenergik : efedrin, epineprin, dan beta adrenergic agonis selektif.
Nonadrenergik : aminofilin, teofilin.
c Antihistamin
d Steroid
e Antibiotic
f Ekspektoran
Oksigen digunakan 3 liter/menit dengan nasal kanul. (Arif Muttaqin ,2008)
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Faal Paru
Harus dilakukan bila ada kecurigaan gagal nafas. Pada hipoksemia kronis kadar
hemiglobin dapat meningkat
a. Mikrobiologi sputum
b. Computed temography
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)
2011, PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut :
1. Derajat 0 (berisiko)
Gejala klinis : Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan
dispnea. Ada paparan terhadap faktor resiko.
Spirometri : Normal
9. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
a. Berhenti merokok harus menjadi prioritas.
b. Bronkodilator (β-agonis atau antikolinergik) bermanfaat pada 20- 40% kasus.
c. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam memperpanjang usia
pasien dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa
dan FEV 1 sebesar 1,5 L).
d. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat
simtomatik yang signifikan pada pasien dengan pnyakit sedang-berat.
e. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan dengan
meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan potensi jalan nafas
(Davey, 2002).
2. Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
a. Mempertahankan patensi jalan nafas
b. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
c. Meningkatkan masukan nutrisi
d. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi
Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program
pengobatan
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
A. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,
agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor registrasi, pekerjaan
pasien, dan nama penanggungjawab.
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan Penyakit Paru
Obstriksi Kronik (PPOK) didapatkan keluhan berupa sesak nafas.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya
tersebut.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan keluhan
yang sama.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang sama.
5) Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
C. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernafas
Kaji pernafasan pasien. Keluhan yang dialami pasien dengan Penyakit Paru
Obstruksi Kronik ialah batuk produktif/non produktif, dan sesak nafas.
2) Makan dan Minum
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien
dengan PPOK akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat
proses penyakit.
3) Eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan defekasi
sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat
pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot
tractus degestivus.
4) Gerak dan Aktivitas
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Pasien
akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
5) Istirahat dan tidur
Akibat sesak yang dialami dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan
kondisi lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,
dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
6) Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau harus dibantu
oleh orang lain.
D. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik
Tanda fisik pada PPOK jarang ditemukan hingga terjadi hambatan fungsi paru
yang signifikan. Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang
jelas terutama auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflasi
alveoli. Sedangkan, pada PPOK derajat sedang dan PPOK derajad berat seringkali
terlihat perubahan cara bernapas atau perubahan bentuk anatomi toraks. Secara
umum pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut :
1) Inspeksi
(1) Bentuk dada: barrel chest (dada seperti tong)
(2) Terdapat purse lips breathing (sepertiorang meniup)
(3) Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas.
2) Palpasi
(1) Sela iga melebar
3) Perkusi
(1) Hipersonor
4) Auskultasi
(1) Fremitus melemah
(2) Suara nafas vesikuler melemah atau normal
(3) Ekspirasi memanjang
(4) Bunyi jantung menjauh
(5) Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa.
b. Pemeriksaan Penunjang
a) Data laboratorium yang berhubungan
(a) Analisa Gas Darah (AGD)
Pada PPOK tingkat lanjut, pengukuran analisa gas darah sangat penting
dilakukan dan wajib dilakukan apabila nilai FEV1 pada penderita
menunjukkan nilai < 40% dari nilai prediksi dan secara klinis tampak tanda-
tanda kegagalan respirasi dan gagal jantung kanan seperti sianosis sentral,
pembengkakan ekstrimitas, dan peningkatan jugular venous pressure.
Analisa gas darah arteri menunjukkan gambaran yang berbeda pada pasien
dengan emfisema dominan dibandingkan dengan bronkitis kronis dominan.
Pada bronkitis kronis analisis gas darah menunjukkan hipoksemi yang
sedang sampai berat pada pemberian oksigen 100%. Dapat juga
menunjukkan hiperkapnia yang sesuai dengan adanya hipoventilasi alveolar,
serta asidosis respiratorik kronik yang terkompensasi.
4. Implementasi
5. Evaluasi
Hardhi Kusuma, Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan
: DPP PPNI
Bulechek, Gloria M. dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Indonesia : Moco
Media
Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia : Moco Media
Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Nixson Manurung. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan System Respiratory. Trans Info Media,
Jakarta
Global initiative for chronic Obstruktif Lung Disease (GOLD), (2011), Inc. PocketGuide to
Padila. 2012. Buku ajar :keperawatan medical bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Oleh :
KELOMPOK X
NIM : 18.321.2880
KELAS : A12-B
DENPASAR
2021
KASUS :
Seorang laki-laki berusia 65 tahun berpendidikan SD, status sudah menikah, pekerjaan
penjahit baju, agama hindu, alamat Denpasar. Pasien datang ke rumah sakit dengan diagnose
medis COPD + Hipokalemi + Ht Gr II. Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh sesak
napas dan batuk sudah dari 2 bulan yang lalu dan dahak susah untuk dikeluarkan. Pasien
sudah berobat ke dokter umum tetapi kondisi belum membaik. Pasien memang memiliki
riwayat hipertensi sejak 10 tahun lalu, pasien kadang minum obat HT kadang tidak, riwayat
dm (-), jantung (-), alergi (-), kopi dan rokok (-). Pada pemeriksaan ditemukan ronchi di
seluruh lapang paru. Terdapat napas cuping hidung, TD: 130/80 mmHg, nadi: 100x/menit,
RR: 30 x/menit. Hasil pemeriksaan AGD diketahui pH: 7.20, PCO2: 50 mmHg, HCO3-: 24,
Omeprazole 2 x 40 mg Injeksi
intravena
intravena
Oksigen 3ltr/menit
Aktivitas pasien dibantu, keluhan lainnya keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien
berkurang karena batuknya.
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
Umur : 65 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : perempuan
Status : menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : penjahit baju
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Denpasar
Tanggal Masuk :11 mei 2021
Tanggal Pengkajian : 11 mei 2021
No. Register : tidak terkaji
Diagnosa Medis : COPD + Hipokalemi + Ht Gr II
2. Pernah dirawat
Pasien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit karena hipertensi yang di derita.
3. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi obat maupun makanan
c. Pola Eliminasi
1) BAB
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien bab sebanyak 2 kali sehari dengan konsistensi feses
lunak berbentuk, bu khas fesees dan berwarna Coklat.
Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit pola BAB yaitu 1 kali sehari dengan konsistensi lunak
berbentuk, bau khas feses dan berwarna coklat.
2) BAK
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelumsakit BAK pasien lancar 3-4 kali sehari berwarna kuning jernih
Saat sakit :
Pasien mengaatakan saat sakit pola BAK masih lancar 3-4 kali sehari berwarna kuning jernih
2) Latihan
Sebelum sakit
Pasien mengatakn sebelum sakit dapat beraktifitas bebas seperti biasa, melakukan
kegiatan sehari-hari dengan mandiri dan sesekali berolahraga
Saat sakit
Pasien mengatakan saat sakit tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan bebas.
Saat sakit :
Pasien mengatakan tidurnya kurang nyenyak karena batuk yang masih dirasakan dan
pasien mengatakan hanya dapat tidur sekitar 3-4 jam.
h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam peran dan hubungan di dalam keluarga,
hubungan dengan keluarga baik, saat sakit pasien ditemani oleh istrinya.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan bahwa dirinya berjenis kelamin laki-laki dan tidak memiliki masalah
reproduksi
Saat sakit :
Pasien mengatakan berjenis kelamin laki-laki dan tidak memiliki masalah pada alat
reproduksinya
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama Hindu, pasien tetap berdoa dan memohon kesembuhan atas
penyakit yang di deritanya dan pasien berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
penyakitnya saat ini
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : lemas
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal:5 .Motorik:6 Mata :4
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 100 x/menit , Suhu =36,70C , TD =130/80 mmHg, RR =
30 x/menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
Kepala : I : bentuk kepala simetris, kebersihan kulit kepala bersih, distribusi
rambut merata, tidak ada lesi,tidak ada jejas, Terdapat napas cuping hidung,
pasien terpasang oksigen nasal canul 3 ltr/mnt..
P : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Leher : I : bentuk kanan dan kiri simetris, tidak ada luka
P : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid pada vena jugularis.
b. Dada :
Paru
I : bentuk kesimetrisan kanan dan kiri sama, tidak ada jejas, luka, retraksi dinding
dada (+).
P : vokal premitus getaran kanan dan kiri tidak simetris
P : ICS 2,4,6 suara dullnes
A : suara napas ronchi di seluruh lapang paru
Jantung
I : tidak ada cardiomegali, bentuk kanan dan kiri simetris
P : tidak ada thrill pada ictus cordis di ICS 4 & ICS 5
P : ICS 4+5 sinistra suara normal (dullnes)
A : ICS 5+6 mid clavicula sinistra suara normal S1+S2 tunggal
d. abdomen :
i : bentuk abdomen datar, tidak ada jejas pada abdomen
a : bising usus 20 x/menit
p : suara hepar redup, lambung timphany, pankreas redup, colon redup
p : tidak ada pembesaran hepar
e. Genetalia :
I : tidak ada hemoroid, pasen tidak terpasang kateter,dan tidak ada kelaianan pada
genetalia
f. Integumen :
I : warna kulit kuning pucat, tidak ada luka atau jejas
P : tidak ada nyeri tekan, turgor kulit elastis, akral teraba hangat
g. Ekstremitas :
Atas
I : bentuk tangan simetris, tidak ada luka,terpasang infus pada tangan kanan
P : tidak ada nyeri tekan pada tangan, CRT < 2 detik, tidak ada nikotin skenning
Bawah
I : bentuk kaki kanan dan kiri simetris
P : tidak ada nyeri tekan pada kaki
h. Neurologis :
Status mental dan emosi :
Tidak terkaji
Pengkajian saraf kranial :
Tidak terkaji
Pemeriksaan refleks :
Tidak terkaji
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
No Pemeriksaan Hasil Rentang normal
Analisa gas darah
1. pH 7.20 7.38 - 7.42
2. PCO2 50 mmHg 38 – 42 mmHg
3. PaO2 85 mmHg 75 – 100 mmHg
4. HCO3- 24 22-28 mEq/L
2. Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji
3. Hasil konsultasi
Tidak terkaji
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
- RR = 30x/menit
- N = 100x/menit
DS = Faktor predisposisi
- pasien mengeluh sesak nafas
DO = Edema,spasme bronkus,
peningkatan secret bronkiolus
- tingkat tekanan parsial karbon Gangguan pertukaran gas
dioksida (PCO2) pasien tinggi Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi
- pH arteri menurun
PaO2 rendah
PaCO2 tinggi
- TD : 130/80 mmHg
- N : 100 x/menit
1 11 mei 2021/ Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan 11 mei 2021
10.00 wita Peningkatan produksi sekret ditandai dengan pasien
mengeluh sesak nafas dan batuk yang tak kunjung sembuh,
pasien tampak pasien tidak mampu batuk efektif, pada pasien dinda
terdengar suara napas ronkhi di seluruh lapang paru, pasien
tampak sesak dan lemas dengan hasil vital sign TD : 130/80
mmHg, suhu : 36,70C , RR = 30x/menit, N = 100x/menit
3 11 mei 2021/ Gangguan pola tidur berhubungan dengan meningkatnya 12 mei 2020
12.00 wita produksi sekret ditandai dengan pasien mengeluh tidur tidak
nyaman akibat sesak nafas
Dinda
5. untuk mengeluarkan
secret dari saluran
pernafasan
6. untuk meringankan
keluhan sesak nafas pada
pasien
D. Implementasi Keperawatan
Hari/ Ttd
No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi proses
Tgl/Jam
1,2 Mengukur tanda- tanda vital pasien DS :-
DO : hasil pemeriksaan di Dinda
dapatkan:
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 99 x/menit,
napas : 30 x/menit,
suhu : 36,5 ℃.
DO:
DS:
1,2 Memberikan nebulizer kepada pasien
DO :
- Memberikan ventoline
nebulizer dengan dosis 3 x 2,5 Dinda
mg
- Pasien terlihat rileks ketika
dilakukan tindakan
DS:
1,2 Monitor suara pernafasan tambahan
pasien Pasien mengatakan sekretnya
sudah mampu keluar
DO :
DO :
- TD 120/70mmHg
Suhu : 36,5 oC
Nadi 88x/mnt
RR 20x/mnt