Oleh :
2) ETIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh kendaraan
bermotor. Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam
jalur hantaran vektor kekerasan. Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan.
3) EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI (2013), didapatkan sekitar delapan
juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis frakturyang berbeda dan penyebab yang
berbeda. Dari hasil survey tim Depkes RIdidapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami
kematian, 45% mengalamicatat fisik, 15% mengalami stress psikilogis seperti cemas atau
bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI,
2013).Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) di Indonesia, menunjukkan
kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari tahun 2007-2013 sebesar 7,5%
meningkat menjadi 8,2%. Kasus fraktur menempati posisi keempat pada proporsi jenis
cedera yaitu sebesar 5,8% yang disebabkan karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma
benda tajam atau tumpul. Peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 40,9%,
kecelakaan lalu lintas 47,7%, dan trauma benda tajam atau tumpul 7,3% (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kemenkes, 2013). World Hearth Organization (WHO) tahun
2013menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas mencapai 120.2226 kali atau 72% dalam
setahun (WHO,2013).
Fraktur
Perdarahan
Resiko Infeksi
Kehilangan volume cairan
Resiko Syok
5) MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara
rinci sebagai berikut:
(1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
(2) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui
dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang
tempat melekatnya otot.
(3) Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu
sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
(4) Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus
dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
(5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau
hari setelah cedera.
6) PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut (PERMENKES RI, 2014) pemeriksaan diagnosik meliputi:
(1) Foto polos. Umumnya dilakukan pemeriksaan dalam proyeksi AP dan lateral, untuk
menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
(2) Pemeriksaan radiologi lainnya. Sesuai indikasi dapat dilakukan pemeriksaan berikut,
antara lain: radioisotope scanning tulang, tomografi, artrografi, CT-scan, dan MRI,
untuk memperlihatkan fraktur dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
(3) Pemeriksaan darah rutin dan golongan darah. Ht mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ
jauh pada trauma multiple). Peningkatan sel darah putih adalah respon stress normal
setelah trauma.
a. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
b. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah.
7) PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi
dan kekuatan.
(1) Rekognisi (Pengenalan). Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk
menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai
akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan
diskontinuitas integritas rangka.
(2) Reduksi fraktur (setting tulang). Mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya
dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual. Reduksi terbuka dilakukan
dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi alat fiksasi interna (ORIF) dalam
bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
(3) Retensi (Imobilisasi fraktur). Setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus
diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna (OREF)
meliputi : pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu pin, dan tehnik gips atau fiksator
ekterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna (ORIF) yang berperan
sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur yang dilakukan dengan
pembedahan.
(4) Rehabilitasi (Mempertahankan dan mengembalikan fungsi). Segala upaya diarahkan
pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Latihan isometric dan setting otot
diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan aliran darah.
Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki
kemandirian fungsi dan harga diri.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
(1) Inspeksi (look) : pada inspeksi dapat di perhatikan wajah klien, kemudian warna kulit,
kemudian syaraf, tendon, ligament, dan jaringan lemak, otot, kelenjar limfe, tulang
dan sendi, apakah ada jaringan parut, warna kemerahan atau kebiruan atau
hiperpigmentasi, apa ada benjolan dan pembengkakan atau adakah bagian yang tidak
normal.
(2) Palpasi (feel) pada pemeriksaan palpasi yaitu : suatu pada kulit, apakah teraba denyut
arterinya, raba apakah adanya pembengkakan, palpasi daerah jaringan lunak supaya
mengetahui adanya spasme otot, artrofi otot, adakah penebalan jaringan senovia,
adanya cairan di dalam atau di luar sendi, perhatikan bentuk tulang ada atau tidak
adanya penonjolan atau abnormalitas.
(3) Pergerakan (move) : perhatikan gerakan pada sendi baik secara aktif atau pasif, apa
pergerakan sendi diikuti adanya krepitasi, lakukan pemeriksaan stabilitas sendi, apa
pergerakan menimbulkan rasa nyeri, pemeriksaan (range of motion) dan pemeriksaan
pada gerakan sendi aktif ataupun pasif.
DS: Keluhan utama pada masalah fraktur yaitu nyeri. Nyeri akut atau kronik tergantung
berapa lamanya serangan. Unit memperoleh data pengkajian yang yang lengkap mengenai
data pasien di gunakan :
(1) Proboking insiden : apa ada peristiwa faktor nyeri.
(2) Quality of pain : bagaimana rasanya nyeri saat dirasakan pasien. Apakah panas,
berdenyut/menusuk.
(3) Region Radiation of pain : apakah sakitbisa reda dalam sekejap, apa terasa sakit
menjalar, dan dimana posisi sakitnya.
(4) Severity/scale of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien berdasarkan
skala nyeri.
(5) Time : berapakah waktu nyeri berlangsung, apa bertambah buruk pada waktu malam
hari atau pagi hari.
DO: warna kemerahan atau kebiruan atau hiperpigmentasi, apa ada benjolan dan
pembengkakan atau adakah bagian yang tidak normal, pemeriksaan (range of motion),
Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
(1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan mengeluh
nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur, tekanan darah meningkat.
(2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
ditandai dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstrimitas, rentang ROM menurun,
kekuatan otot menurun.
(3) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kekurangan volume cairan
ditandai dengan kerusakan jaringan/lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan.
3) INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut NOC : NIC:
berhubungan Pain level Pain management
dengan agen Pain control a. Lakukan pengkajian nyeri
pencedera fisik Comfort level secara komprehensif
ditandai dengan Kriteria Hasil termasuk lokasi,
mengeluh nyeri, a. Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
tampak meringis, nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas dan
bersikap protektif, nyeri, mampu faktor presipitasi
gelisah, frekuensi menggunakan tehnik b. Observasi reaksi
nadi meningkat, nonfarmakologi nonverbal dari
sulit tidur, tekanan untuk mengurangi ketidaknyamanan
darah meningkat. nyeri, mencari c. Gunakan tehnik
bantuan) komunikasi terapeutik
b. Melaporkan bahwa untuk mengetahui
nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien
dengan menggunakan d. Kontrol lingkungan yang
managemen nyeri dapat mempengaruhi
c. Mampu mengenali nyeri seperti suhu
nyeri (skala, ruangan, pencahayaan
intensitas, frekuensi dan kebisingan
dan tanda nyeri) e. Pilih dan lakukan
d. Menyatakan rasa penanganan nyeri
nyaman setelah nyeri (farmakologi,
berkurang nonfarmakologi dan
interpersonal)
f. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
g. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
4) IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan.
(1) Mandiri : aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan.
(2) Delegatif : tindakan keperawatan atas instruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang.
(3) Kolaboratif : tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarkan
pada keputusan bersama.
5) EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan yang terencanakan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan, dengan cara melibatkan pasen yang nantinya diharapkan dapat
memperoleh evaluasi disetiap diagnosa sebagai berikut.
No dx Evaluasi
1 S : Evaluasi perasaan atau keluhan yang dikeluhkan pasien secara subjektif
setelah diberikan implementasi.
O : Evaluasi keadaan pasien dengan pengamatan dari perawat secara
objektif.
A : Analisa masalah klien oleh perawat setelah mengetahui respon secara
subjektif dan objektif. Apakah masalah teratasi, masalah teratasi
sebagian atau masalah belum teratasi.
P : Perencanaan selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien. Apakah
perencanaan keperawatan dipertahankan, perencanaan keperawatan
dimodifikasi atau melanjutkan perencanaan keperawatan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2015. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3.EGC. Jakarta
Bulechek, Gloria dkk. 2016. Nursing Interventions Classification Edisi 6 (NIC). Indonesia:
Elsevier Global Right
Carpenito. 2013. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6. EGC. Jakarta
Doenges at al. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Doengoes, M.E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Mansjoer, A dkk. 2013. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Moorheed, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification Edisi 5 (NOC). Indonesia:
Elsevier Global Right
Smeltzer, S.C. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
ASUHAN KEPERAWATAN
FRAKTUR OS FEMUR DEXTRA
Oleh :
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Nn. M
Umur : 20 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Kawin
Pendidikan : Kuliah
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Jln. Matahari No. 2
Tanggal Masuk : 10 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 10 Mei 2021
No. Register : 065050
Diagnosa Medis : Fraktur Os Femur Dextra
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Sedang
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal : 5, motorik : 6, Mata : 4
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 100 x/menit, Suhu = 36,5℃, TD = 130/80 mmHg, RR
= 22x/menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
- Kepala
Inspeksi : kepala pasien bersih, tidak ada lesi, persebaran rambut merata,
tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
- Mata
Inspeksi : mata pasien simetris, konjungtiva anemis, sklera an ikterik,
pergerakan bola mata simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan ataupun benjolan pada mata pasien
- Hidung
Inspeksi : lubang hidung pasien simetris, persebaran rambut hidung
merata, hidung pasien tampak bersih, rhinorea (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada ketiga sinus
- Telinga
Inspeksi : telinga pasien simetris, telinga pasien bersih, tidak ada lesi,
otorea (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan pada telinga pasien
- Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering, gigi tampak bersih, tidak ada karies gigi,
tidak ada pembesaran tonsil, muntah (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan ataupun benjolan pada mulut pasien
- Leher
Inspeksi : leher pasien simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher pasien, tidak ada
pembengkakan vena jugularis, tidak ada benjolan pada leher
pasien
b. Dada :
• Paru
Inspeksi : Bentuk dan kesimetrisan kanan dan kiri sama, tidak terdapat
jejas (luka) kedalaman retraksi tidak ada, pernafasan meningkat
Palpasi : Vokal premitus (Tujuh puluh jutuh ) getaran kanan dan kiri
sama, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi : ICS 2,4,6 Suara normal sonor
Auskultasi : Suara nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan
• Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung
Palpasi : letak jantung pada ICS 4-6 linea midclavikularis kiri, tidak ada
nyeri tekan maupun benjolan, nadi meningkat
Perkusi : ICS 4,5 Sinistra suara normal dallnes
Auskultasi : ICS 5,6 Mid clavicula sinistra suara normal S1+S2 tunggal
reguler
c. Payudara dan ketiak :
- Payudara
Inspeksi : payudara simetris antara kanan dan kiri, persebaran rambut
payudara merata
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan pada payudara pasien
- Ketiak
Inspeksi : persebaran ramput ketiak pasien merata, tidak terdapat lesi
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan ataupun benjolan pada ketiak pasien
d. Abdomen :
Inspeksi : perut pasien tampak simetris, tidak ada penonjolan yang
tampak, tidak tampak adanya hernia
Auskultasi : terdengar sising usus pasien 22x/menit
Perkusi : terdengar suara timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada penonjolan, hepar teraba
e. Genetalia :
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
pembengkakan. Warna merah tua, genetalia pasien normal, tidak ada luka.
f. Integumen :
Inspeksi : Kulit pasien berwarna sawo matang, persebaran rambut merata,
tidak ada lesi, akral teraba hangat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada odem
g. Ekstremitas :
• Atas
Inspeksi : tangan pasien simetris, tidak ada luka, tidak ada odem.
Palpasi : turgor kulit elastis, tidak ada nyeri tekan, akral teraba hangat
dan CRT < 2 detik, tidak ada benjolan
Kekuatan otot : kekuatan otot kedua tangan pasien adalah 5 yang artinya
bebas bergerak dan dapat melawan tekanan yang diberikan
• Bawah
Inspeksi : kaki pasien tampak tidak simetris, luka robek (-),terpasang skin
traksi 5kg.
Palpasi : terdapat nyeri tekan di tengah paha akibat fraktur skala 5, turgor
kulit jelek, tampak adanya odem dibagian tengah paha derajat 2,
akral teraba hangat dan CRT < 2 detik.
Kekuatan otot : kekuatan otot kaki kiri pasien adalah 4 yang artinya dapat
bergerak dan dapat melawan hambatan yang dingin.
h. Neurologis :
• Status mental dan emosi :
Saat pengkajian, pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, serta
pasien tidak menunjukkan tanda-tanda penolakan dan pasien terlihat ramah
• Pengkajian saraf kranial :
a. Saraf 1 (olfaktorius)
Pasien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan obat-obatan
b. Saraf 2 (optikus)
Pasien dapat melihat tulisan atau objek dari jarak yang jauh
c. Saraf 3,4,6 (okulomotorius, cochlearis, abdusen)
Mata dapat berkontraksi, pasien mampu menggerakkan bola mata ke
segala arah
d. Saraf 5 (trigeminus)
Fungsi sensorik : Pasien mengedipkan matanya bila ada rangsangan
e. Saraf 7 (fasialis)
Pasien dapat mengerutkan dahinya, tersenyum dan dapat mengangkat alis
f. Saraf 8 (akustikus)
Pasien dapat mendengar dapat mendengar dan berkomunikasi dengan
baik, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
g. Saraf 9 (glosofaringeus)
Pasien dapat merasakan rasa manis, pahit, dan pedas
h. Saraf 10 (fagus)
Pasien tidak ada kesulitan mengunyah
i. Saraf 11 (assessoris)
Pasien dapat mengankat kedua bahu
j. Saraf 12 (hipoglasus)
Gerakan lidah simetris, dapat bergerak ke segala arah
• Pemeriksaan refleks :
Refleks patela, reflek genggam pasien normal
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
1. WBC 5,75 103/mm3 4,1 - 11,0
2. HGB 12,11 gr/dl 12 - 16
3. RBC 4,02 103/𝜇L 4,0 - 5,0
4. HCT 39 % 36 – 48
5. PLT 332,8 103/𝜇L 150 – 440
2. Pemeriksaan radiologi
Foto Rontgen = Fraktur Os Femur 1/3 Tengah Dextra
3. Hasil konsultasi
Tidak ada
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Tidak ada
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
(Sesuai dengan patofisiologi)
Ds: Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut
P : Pasien mengeluh nyeri pada (Trauma Langsung)
kaki kanan akibat fraktur.
Q : Pasien mengatakan nyeri Fraktur Femur
yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk. Pergeseran Fragmen Tulang
R : Pasien mengatakan nyeri
dirasakan pada kaki Nyeri Akut
kanan, nyeri tekan di
tengah paha.
S : Pasien mengatakan skala
nyeri yang dirasakan
adalah skala 5 (dari 1-
10).
T : Pasien mengatakan nyeri
dirasakan jika kaki
digerakkan.
Do:
- Pasien tampak meringis
menahan nyeri yang
dialami
- Kaki kanan pasien tampak
odem derajat 2
- Deformitas (+)
- Tanda-tanda Vital :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36,5 °C
Ds: Pasien mengatakan nyeri Pergeseran Fragmen Tulang Gangguan Mobilitas Fisik
kaki kanan di tengah paha
kanan nyeri jika kaki kanan Deformitas
pasien digerakkan.
Do: Gangguan Fungsi Ekstremitas
- Kekuatan otot pasien
menurun Gangguan Mobilitas Fisik
- Gerakan pasien terbatas
- Deformitas (+)
- Kaki kanan pasien tampak
odem derajat 2
- Terdapat nyeri tekan
akibat fraktur pada bagian
tengah paha kanan.
- Terpasang skin traksi 5 kg
pada kaki kanan.
Ds : Pasien mengatakan cemas Agen Pencedera Fisik Ansietas
dan takut jika kakinya tidak (Trauma Langsung)
bisa dipergunakan kembali.
Do : Fraktur Femur
- Pasien tampak gelisah
- Pasien bertanya-tanya Pergeseran Fragmen Tulang
terkait kondisinya.
- Tanda-tanda Vital : Deformitas
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit Gangguan Fungsi Ekstremitas
Ansietas
B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas
NO TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL Ttd
JAM TERATASI
DITEMUKAN
1. Senin, 10 Mei Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik Kamis, 13 Mei (Oktha)
2021 ditandai dengan pasien mengatakan nyeri kaki kanan 2021
Pukul 09.00 akibat fraktur, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-
WITA tusuk, skala nyeri yang dirasakan adalah skala 5 (dari
1-10), nyeri dirasakan jika kaki digerakkan. Pasien
tampak meringis menahan nyeri yang dialami, kaki
kanan pasien tampak odem derajat 2. Deformitas (+).
- Tanda-tanda Vital :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36,5 °C
WBC = 18,21 103 /mm3
2. Senin, 10 Mei Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kamis, 13 Mei
2021 kerusakan integritas struktur tulang, penurunan 2021 (Oktha)
Pukul 09.15 kendali, kekuatan, dan masa otot, gangguan
WITA musculoskeletal dan neuromuscular, nyeri ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri kaki kanan di tengah
paha kanan nyeri jika kaki kanan pasien digerakkan.
Kekuatan otot pasien menurun, gerakan pasien
terbatas, deformitas (+), kaki kanan pasien tampak
odem derajat 2, nyeri tekan akibat fraktur pada bagian
tengah paha kanan dan terpasang skin traksi 5 kg pada
kaki kanan.
3. Senin, 10 Mei Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar Kamis, 13 Mei (Oktha)
2021 informasi ditandai dengan pasien mengatakan cemas 2021
Pukul 09.25 dan takut jika kakinya tidak bisa dipergunakan
WITA kembali. Pasien tampak gelisah, pasien bertanya-tanya
terkait kondisinya. TD = 130/80 mmHg, N = 100
x/menit
D. Implementasi Keperawatan
Hari/ Ttd
No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi proses
Tgl/Jam
a. Memonitor nyeri secara Ds :
komprehensif termasuk lokasi, P : Pasien mengeluh nyeri (Oktha)
karakteristik, durasi, frekuensi, pada kaki kanan
kualitas dan faktor presipitasi ditengah paha yang
b. Mengontrol lingkungan yang fraktur akibat
dapat mempengaruhi nyeri kecelakaan bermotor.
Selasa, 11 Mei
1. seperti suhu ruangan, Q : Pasien mengatakan
2021
pencahayaan dan kebisingan nyeri yang dirasakan
c. Mengevaluasi pemasangan skin seperti ditusuk-tusuk
traksi R : Pasien mengatakan
d. Memberikan informasi nyeri dirasakan pada
mengenai nyeri, seperti kaki kanan, nyeri tekan
penyebab nyeri, berapa lama di tengah paha
nyeri akan dirasakan, dan S : Pasien mengatakan
antisipasi dari ketidaknyamanan skala nyeri yang
akibat prosedur. dirasakan adalah skala 5
e. Mengajarkan tentang teknik (dari 1-10)
nonfarmakologi T : Pasien mengatakan
f. Mengkolaborasikan dengan nyeri dirasakan jika kaki
dokter jika ada keluhan dan digerakkan.
tindakan penanggulangan nyeri Do : Pasien tampak meringis
tidak berhasil dengan
memberikan Dexketoprofen 25 Ds: Pasien mengatakan masih
mg/8jam. merasakan nyeri
Do: Lingkungan pasien masih
bising
Ds : -
Do : pasien terpasang skin
traksi dengan beban 5kg
dengan baik.
Ds : -
Do : Pasien menceritakan
Selasa, 11
3. semua ketakutan dan
Mei 2021
kecemasan yang
dirasakan
Ds : Pasien mengatakan
paham akan sakit dan
prosedur
penyembuhannya
Do : Pasien tampak
mendnegarkan dengan
baik
Ds : Pasien mengatakan
untuk sekarang pasien
ditemani oleh ibunya
karena ayahnya harus
beragkat kerja kembali
Do : Pasien ditemani sang
ibu