Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR

Oleh :

Made Okthaviani Susilawati Dewi


18.321.2876
A12-B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
1. KONSEP DASAR TEORI
1) DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh
darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya
fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer, 2014).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter
mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2012).
Fraktur adalah diskontiunitas jaringan tulang yang banyak disebabkan karena
kekerasan yang mendadak atau tidak atau kecelakaan. Suddarth (2012:2353). Fraktur adalah
terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh
kekerasan. Santoso Herman (2013:144). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Carpenito
2013:43)

2) ETIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh kendaraan
bermotor. Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam
jalur hantaran vektor kekerasan. Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan.

3) EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI (2013), didapatkan sekitar delapan
juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis frakturyang berbeda dan penyebab yang
berbeda. Dari hasil survey tim Depkes RIdidapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami
kematian, 45% mengalamicatat fisik, 15% mengalami stress psikilogis seperti cemas atau
bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI,
2013).Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) di Indonesia, menunjukkan
kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari tahun 2007-2013 sebesar 7,5%
meningkat menjadi 8,2%. Kasus fraktur menempati posisi keempat pada proporsi jenis
cedera yaitu sebesar 5,8% yang disebabkan karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma
benda tajam atau tumpul. Peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 40,9%,
kecelakaan lalu lintas 47,7%, dan trauma benda tajam atau tumpul 7,3% (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kemenkes, 2013). World Hearth Organization (WHO) tahun
2013menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas mencapai 120.2226 kali atau 72% dalam
setahun (WHO,2013).

4) PATHOGENESIS (TERMASUK BAGAN PATHWAY)


Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit.
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah ke dalam jaringan
lunak disekitar tulang tersebut, jaringan lunak yang biasanya mengalami kerusakan. Reaksi
perdarahan biasanya timbul hebat di sekitar fraktur. Sel-sel darah putih dan sel-sel anast
berkamulasi mengakibatkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktifitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baru amatir yang disebut callus. Bekuan fibrin di reabsorbsi
dan sel-sel tulang baru mengalami remodelling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi
pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang
tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstermitas dan mengakibatkan
kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan
peningkatan tekanan jaringan, oklusa darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan
rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom
compartment (Brunner & Suddart, 2015).
Pathway

Trauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

Fraktur

Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tulang Nyeri Akut

Perubahan jaringan Kerusakan fragmen tulang


sekitar

Pergeseran fragmen tulang Spasme otot Tekanan sumsum tulang


lebih tinggi dari kapiler

Deformitas Peningkatan tekanan


kapiler Melepaskan katekolamin

Gangguan fungsi ekstermitas Pelepasan histamin Metabolisme asam lemak

Gangguan mobilitas fisik Protein plasma hilang Bergabung dengan


trombosit

Laserasi kulit Edema Emboli

Penekanan pembuluh Menyumbat pembuluh


darah darah

Mengenai jaringan kutis Perfusi Perifer Tidak


Gangguan Integritas Kulit
dan sub kutis Efektif

Perdarahan
Resiko Infeksi
Kehilangan volume cairan

Resiko Syok
5) MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara
rinci sebagai berikut:
(1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
(2) Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai
menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui
dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang
tempat melekatnya otot.
(3) Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu
sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
(4) Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus
dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
(5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau
hari setelah cedera.

6) PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut (PERMENKES RI, 2014) pemeriksaan diagnosik meliputi:
(1) Foto polos. Umumnya dilakukan pemeriksaan dalam proyeksi AP dan lateral, untuk
menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
(2) Pemeriksaan radiologi lainnya. Sesuai indikasi dapat dilakukan pemeriksaan berikut,
antara lain: radioisotope scanning tulang, tomografi, artrografi, CT-scan, dan MRI,
untuk memperlihatkan fraktur dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
(3) Pemeriksaan darah rutin dan golongan darah. Ht mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ
jauh pada trauma multiple). Peningkatan sel darah putih adalah respon stress normal
setelah trauma.
a. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
b. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah.

7) PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi
dan kekuatan.
(1) Rekognisi (Pengenalan). Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk
menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai
akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan
diskontinuitas integritas rangka.
(2) Reduksi fraktur (setting tulang). Mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya
dan rotasi anatomis. Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual. Reduksi terbuka dilakukan
dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi alat fiksasi interna (ORIF) dalam
bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
(3) Retensi (Imobilisasi fraktur). Setelah fraktur direduksi fragmen tulang harus
diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna (OREF)
meliputi : pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu pin, dan tehnik gips atau fiksator
ekterna. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna (ORIF) yang berperan
sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur yang dilakukan dengan
pembedahan.
(4) Rehabilitasi (Mempertahankan dan mengembalikan fungsi). Segala upaya diarahkan
pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Latihan isometric dan setting otot
diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan aliran darah.
Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki
kemandirian fungsi dan harga diri.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
(1) Inspeksi (look) : pada inspeksi dapat di perhatikan wajah klien, kemudian warna kulit,
kemudian syaraf, tendon, ligament, dan jaringan lemak, otot, kelenjar limfe, tulang
dan sendi, apakah ada jaringan parut, warna kemerahan atau kebiruan atau
hiperpigmentasi, apa ada benjolan dan pembengkakan atau adakah bagian yang tidak
normal.
(2) Palpasi (feel) pada pemeriksaan palpasi yaitu : suatu pada kulit, apakah teraba denyut
arterinya, raba apakah adanya pembengkakan, palpasi daerah jaringan lunak supaya
mengetahui adanya spasme otot, artrofi otot, adakah penebalan jaringan senovia,
adanya cairan di dalam atau di luar sendi, perhatikan bentuk tulang ada atau tidak
adanya penonjolan atau abnormalitas.
(3) Pergerakan (move) : perhatikan gerakan pada sendi baik secara aktif atau pasif, apa
pergerakan sendi diikuti adanya krepitasi, lakukan pemeriksaan stabilitas sendi, apa
pergerakan menimbulkan rasa nyeri, pemeriksaan (range of motion) dan pemeriksaan
pada gerakan sendi aktif ataupun pasif.
DS: Keluhan utama pada masalah fraktur yaitu nyeri. Nyeri akut atau kronik tergantung
berapa lamanya serangan. Unit memperoleh data pengkajian yang yang lengkap mengenai
data pasien di gunakan :
(1) Proboking insiden : apa ada peristiwa faktor nyeri.
(2) Quality of pain : bagaimana rasanya nyeri saat dirasakan pasien. Apakah panas,
berdenyut/menusuk.
(3) Region Radiation of pain : apakah sakitbisa reda dalam sekejap, apa terasa sakit
menjalar, dan dimana posisi sakitnya.
(4) Severity/scale of pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien berdasarkan
skala nyeri.
(5) Time : berapakah waktu nyeri berlangsung, apa bertambah buruk pada waktu malam
hari atau pagi hari.
DO: warna kemerahan atau kebiruan atau hiperpigmentasi, apa ada benjolan dan
pembengkakan atau adakah bagian yang tidak normal, pemeriksaan (range of motion),
Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
(1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik ditandai dengan mengeluh
nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit
tidur, tekanan darah meningkat.
(2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
ditandai dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstrimitas, rentang ROM menurun,
kekuatan otot menurun.
(3) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kekurangan volume cairan
ditandai dengan kerusakan jaringan/lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan.
3) INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1. Nyeri akut NOC : NIC:
berhubungan Pain level Pain management
dengan agen Pain control a. Lakukan pengkajian nyeri
pencedera fisik Comfort level secara komprehensif
ditandai dengan Kriteria Hasil termasuk lokasi,
mengeluh nyeri, a. Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
tampak meringis, nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas dan
bersikap protektif, nyeri, mampu faktor presipitasi
gelisah, frekuensi menggunakan tehnik b. Observasi reaksi
nadi meningkat, nonfarmakologi nonverbal dari
sulit tidur, tekanan untuk mengurangi ketidaknyamanan
darah meningkat. nyeri, mencari c. Gunakan tehnik
bantuan) komunikasi terapeutik
b. Melaporkan bahwa untuk mengetahui
nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien
dengan menggunakan d. Kontrol lingkungan yang
managemen nyeri dapat mempengaruhi
c. Mampu mengenali nyeri seperti suhu
nyeri (skala, ruangan, pencahayaan
intensitas, frekuensi dan kebisingan
dan tanda nyeri) e. Pilih dan lakukan
d. Menyatakan rasa penanganan nyeri
nyaman setelah nyeri (farmakologi,
berkurang nonfarmakologi dan
interpersonal)
f. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
g. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil

2. Gangguan NOC: NIC


mobilitas fisik Joint movement : active Exercise therapy : ambulation
berhubungan Mobility level a. Monitoring vital sign
dengan kerusakan Self care : ADLs sebelum/sesudah latihan
integritas struktur Transfer perfoormance respon pasien saat latihan
tulang ditandai Kriteria hasil: b. Monitor penggunaan kruk
dengan mengeluh a. Klien meningkat pasien atau alat bantu
sulit dalam aktivitas fisik berjalan lainnya
menggerakkan b. Mengerti tujuan dari c. Bantu klien untuk
ekstrimitas, peningkatan mobilitas menggunakan tongkat
rentang ROM c. Memverbalisasikan saat berjalan dan cegah
menurun, perasaan terhadap cidera
kekuatan otot dalammeningkatkan d. Latih pasien dalam
menurun. kekuatan dan pemenuhan kebutuhan
kemampuan ADLs secara mandiri
berpindah sesuai kemampuan
d. Memperagakan e. Damping dan bantu
penggunaan alat bantu pasien saat mobilisasi dan
untuk mobilisasi bantu penuhi kebutuhan
(walker) ADLs pasien
f. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
g. Ajarkan pasien atau
tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulansi
h. Konsultasikan dengan
terapi fisik tentang
rencana ambulansi sesuai
dengan kebutuhan
3. Gangguan NOC NIC
integritas Tissue integrity : skin and Pressure management
kulit/jaringan mucous membranes a. Monitor aktivitas dan
berhubungan Hemodyalisis akses mobilisasi pasien
dengan Kriteria hasil b. Monitor status nutrisi
kekurangan a. Integritas kulit yang pasien
volume cairan baik bisa c. Monitor kulit akan
ditandai dengan dipertahankan (sensai, adanya kemerahan.
kerusakan elastisitas, d. Hindari kerutan pada
jaringan/lapisan temperature, hidrasi, tempat tidur
kulit, nyeri, pigmentasi) e. Jaga kebersihan kulit agar
perdarahan, b. Tidak ada luka/lesi tetap bersih dan kering.
kemerahan. pada kulit f. Mobilisasi pasien (ubah
c. Perfusi jaringan baik posisi pasien) setiap dua
d. Menunjukkan jam sekali
pemahaman dalam g. Anjurkan pasien untuk
proses perbaikan kulit menggunakan pakaian
dan mencegah yang longgar.
terjadinya cedera h. Memandikan pasien
berulang dengan sabun dan air
e. Mampu melindungi hangat
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
perawatan alami

4) IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan.
(1) Mandiri : aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan.
(2) Delegatif : tindakan keperawatan atas instruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang.
(3) Kolaboratif : tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarkan
pada keputusan bersama.

5) EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan yang terencanakan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan, dengan cara melibatkan pasen yang nantinya diharapkan dapat
memperoleh evaluasi disetiap diagnosa sebagai berikut.
No dx Evaluasi
1 S : Evaluasi perasaan atau keluhan yang dikeluhkan pasien secara subjektif
setelah diberikan implementasi.
O : Evaluasi keadaan pasien dengan pengamatan dari perawat secara
objektif.
A : Analisa masalah klien oleh perawat setelah mengetahui respon secara
subjektif dan objektif. Apakah masalah teratasi, masalah teratasi
sebagian atau masalah belum teratasi.
P : Perencanaan selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien. Apakah
perencanaan keperawatan dipertahankan, perencanaan keperawatan
dimodifikasi atau melanjutkan perencanaan keperawatan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2015. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3.EGC. Jakarta
Bulechek, Gloria dkk. 2016. Nursing Interventions Classification Edisi 6 (NIC). Indonesia:
Elsevier Global Right
Carpenito. 2013. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6. EGC. Jakarta
Doenges at al. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Doengoes, M.E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Mansjoer, A dkk. 2013. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Moorheed, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification Edisi 5 (NOC). Indonesia:
Elsevier Global Right
Smeltzer, S.C. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
ASUHAN KEPERAWATAN
FRAKTUR OS FEMUR DEXTRA

Oleh :

Made Okthaviani Susilawati Dewi


18.321.2876
A12-B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR OS FEMUR DEXTRA
DI RUANG JERUK RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 10-30 MEI 2021

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Nn. M
Umur : 20 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Kawin
Pendidikan : Kuliah
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Jln. Matahari No. 2
Tanggal Masuk : 10 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 10 Mei 2021
No. Register : 065050
Diagnosa Medis : Fraktur Os Femur Dextra

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. M
Umur : 41 tahun
Hub. Dengan Pasien : Ibu Kandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Matahari No. 2
2. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Saat MRS : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan.
Saat ini : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan dan tidak bisa digerakkan
akibat kecelakaan bermotor.
2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
a. Alasan masuk RS : pasien mengatakan dibawa ke RSUD Klungkung karena
mengalami kecelakaan bermotor sejak 1 jam sebelum masuk RS.
b. Riwayat kesehatan pasien : Saat kecelakaan pasien menggunakan helm, tidak ada
riwayat sakit kepala, muntah atau lupa serta tidak ada pengeluaran cairan asing
dari hidung maupun telinga. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik diketahui kondisi
pasien sedang dengan kesadaran composmentis tidak terdapat luka robekan,
odema dibagian tengah paha, deformitas (+), nyeri tekan ditengah paha, CRT< 2
detik, nyeri ketika digerakkan.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami kecelakaan yang
menyebabkan pasien harus dibawa ke rumah sakit. Pasien mengatakan sebelumnya
jika pasien mengalami nyeri, pasien minum obat pereda nyeri.

2. Satus Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama ataupun riwayat
Diabetes Militus dan Hipertensi.
2. Pernah dirawat
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit dengan sakit yang
sama ataupun sakit lainnya.
3. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan ataupun obat-obatan.
4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan memiliki kebiasaan minum kopi hitam 1 gelas selama 2 kali sehari
pagi dan siang hari.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dari pihak keluarga pasien sebelumnya tidak ada yang pernah
mengalami riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes Militus dan Hipertensi.

4. Diagnosa Medis dan therapy


FRAKTUR OS FEMUR DEXTRA
Pemasangan skin traksi 5kg untuk meminimalkan spasme otot, mengimobilisasi
fraktur serta mengurangi deformitas.
Nama Obat Dosis Rute Indikasi
Infus RL 20 tpm Intravena Sebagai cairan hidrasi dan
elektrolit serta sebagai agen
alkalisator
Cefoperazone 1 gr/12 jam Intravena Untuk membunuh bakteri
dan menekan laju
perkembangannya
Dexketoprofen 25 mg/8 jam Intravena Untuk meredakan nyeri dari
intensitas ringan sampai
sedang

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga berobat di puskesmas terdekat.
Pasien belum mengerti tentang penyakit yang dideritanya. Pasien mengatakan bahwa
penyakit yang diderita adalah penyakit medis.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
• Sebelum sakit :
Pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan yang dikonsumsi pasien berupa nasi
sayur dan lauk. Kemudian pasien minum 8-10 gelas perhari(1500-2000cc) berupa
air putih.
• Saat sakit :
Pasien mengatakan Pasien belum sempat makan ataupun minum karena baru saja
dirawat di RS.
c. Pola Eliminasi
1) BAB
• Sebelum sakit :
BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna feses lunak berwarna
kuning kecoklatan dan tidak memiliki masalah apapun.
• Saat sakit :
Selama dirumah sakit pasien belum BAB karena baru saja dirawat dan tidak bisa ke
kamar mandi karena nyeri yang dirasakan.
2) BAK
• Sebelum sakit :
Untuk BAK pasien lancar sehari 5-6 kali sehari. Urine berwarna kuning jernih.
• Saat sakit :
Untuk BAK pasien belum BAK karena baru saja dirawat.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
2) Latihan
• Sebelum sakit
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/ BAK dan
berpakaian pasien melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan alat
bantu. Pasien pergi ke kampus untuk kuliah dengan mengendarai sepeda motor
sendiri.
• Saat sakit
Saat pengkajian, pasien mengatakan tidak dapat beraktivitas banyak dikarenakan
setiap ingin berubah posisi, nyeri yang dialaminya semakin bertambah.
e. Pola kognitif dan Persepsi
- Keadaan mental : Pasien dalam keadaan compos mentis (sadar penuh)
- Berbicara : Pasien dapat berbicara dengan lancar
- Bahasa yang dipakai : Bahasa Bali dan Indonesia
- Kemampuan bicara : Tidak ada gangguan
- Pengetahuan pasien terhadap penyakit : Pasien mengatakan kondisi yang
dialami oleh pasien yaitu fraktur, baru diketahui saat pasien diberikan
penanganan dan diperiksa di rumah sakit.
- Persepsi tentang penyakit : Pasien menurut pada apa yang disarankan oleh
keluarga dan tim kesehatan.
f. Pola Persepsi-Konsep diri
- Gambaran diri : Pasien mengatakan merasa terganggu aktivitasnya karena
sakit yang dialaminya serta cemas dan takut jika kakinya tidak bisa
dipergunakan kembali.
- Harga diri : Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan
terhadap hidupnya meskipun cemas dan takut jika kakinya tidak bisa
dipergunakan kembali.
- Peran diri : Pasien mengakui perannya sebagai seorang anak, pasien
mengatakan bahwa ingin segera sembuh dan berkumpul dengan keluarga dan
teman-temannya.
- Ideal diri : Pasien berharap agar penyakit yang dialaminya saat ini dapat
segera sembuh.
- Identitas diri : Pasien mengenali siapa dirinya.
g. Pola Tidur dan Istirahat
• Sebelum sakit :
Sebelum sakit kebutuhan istirahat-tidur pasien tercukupi, pasien biasanya dalam
sehari tidur 6-8 jam. Pasien mengatakan tidur teratur dirumah pada malam hari kira-
kira dari pukul 22.00-06.00 setiap harinya. Hanya saja pada siang hari pasien tidak
dapat beristirahat dikarenakan pasien harus kuliah dan mengerjakan tugas kuliah.
• Saat sakit :
Saat pengkajian, pasien mengatakan waktu istirahatnya terganggu dikarenakan nyeri
yang dirasakan.
h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan bahwa pasien dapat berinteraksi dengan baik dan pasien tidak
memiliki masalah dengan anggota keluarganya maupun tetangga disekitar rumahnya
i. Pola Seksual-Reproduksi
• Sebelum sakit :
Pasien mengatakan bahwa pasien berjenis kelamin perempuan dan tidak pernah
mengalami masalah pada alat genetalianya.
• Saat sakit :
Pasien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya.
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Pasien mengatakan jika pasien mempunyai suatu masalah, pasien akan
membicarakan masalah tersebut kepada anggota keluarganya yang lain. Saat
dilakukan pengkajian, pasien mengatakan cemas dan takut jika kakinya tidak bisa
dipergunakan kembali. Selain itu pasien juga tampak bertanya-tanya terkait kondisi
yang dialaminya saat ini.
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, pasien memahami hal-
hal yang baik dan yang benar. Pasien mengatakan menganut agama Hindu dan selalu
berdoa kepada tuhan untuk kesembuhannya.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Sedang
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal : 5, motorik : 6, Mata : 4
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 100 x/menit, Suhu = 36,5℃, TD = 130/80 mmHg, RR
= 22x/menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
- Kepala
Inspeksi : kepala pasien bersih, tidak ada lesi, persebaran rambut merata,
tidak ada luka
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan
- Mata
Inspeksi : mata pasien simetris, konjungtiva anemis, sklera an ikterik,
pergerakan bola mata simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan ataupun benjolan pada mata pasien
- Hidung
Inspeksi : lubang hidung pasien simetris, persebaran rambut hidung
merata, hidung pasien tampak bersih, rhinorea (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada ketiga sinus
- Telinga
Inspeksi : telinga pasien simetris, telinga pasien bersih, tidak ada lesi,
otorea (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan pada telinga pasien
- Mulut
Inspeksi : mukosa mulut kering, gigi tampak bersih, tidak ada karies gigi,
tidak ada pembesaran tonsil, muntah (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan ataupun benjolan pada mulut pasien
- Leher
Inspeksi : leher pasien simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher pasien, tidak ada
pembengkakan vena jugularis, tidak ada benjolan pada leher
pasien
b. Dada :
• Paru
Inspeksi : Bentuk dan kesimetrisan kanan dan kiri sama, tidak terdapat
jejas (luka) kedalaman retraksi tidak ada, pernafasan meningkat
Palpasi : Vokal premitus (Tujuh puluh jutuh ) getaran kanan dan kiri
sama, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Perkusi : ICS 2,4,6 Suara normal sonor
Auskultasi : Suara nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan
• Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung
Palpasi : letak jantung pada ICS 4-6 linea midclavikularis kiri, tidak ada
nyeri tekan maupun benjolan, nadi meningkat
Perkusi : ICS 4,5 Sinistra suara normal dallnes
Auskultasi : ICS 5,6 Mid clavicula sinistra suara normal S1+S2 tunggal
reguler
c. Payudara dan ketiak :
- Payudara
Inspeksi : payudara simetris antara kanan dan kiri, persebaran rambut
payudara merata
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan pada payudara pasien
- Ketiak
Inspeksi : persebaran ramput ketiak pasien merata, tidak terdapat lesi
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan ataupun benjolan pada ketiak pasien
d. Abdomen :
Inspeksi : perut pasien tampak simetris, tidak ada penonjolan yang
tampak, tidak tampak adanya hernia
Auskultasi : terdengar sising usus pasien 22x/menit
Perkusi : terdengar suara timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada penonjolan, hepar teraba
e. Genetalia :
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
pembengkakan. Warna merah tua, genetalia pasien normal, tidak ada luka.
f. Integumen :
Inspeksi : Kulit pasien berwarna sawo matang, persebaran rambut merata,
tidak ada lesi, akral teraba hangat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada odem
g. Ekstremitas :
• Atas
Inspeksi : tangan pasien simetris, tidak ada luka, tidak ada odem.
Palpasi : turgor kulit elastis, tidak ada nyeri tekan, akral teraba hangat
dan CRT < 2 detik, tidak ada benjolan
Kekuatan otot : kekuatan otot kedua tangan pasien adalah 5 yang artinya
bebas bergerak dan dapat melawan tekanan yang diberikan
• Bawah
Inspeksi : kaki pasien tampak tidak simetris, luka robek (-),terpasang skin
traksi 5kg.
Palpasi : terdapat nyeri tekan di tengah paha akibat fraktur skala 5, turgor
kulit jelek, tampak adanya odem dibagian tengah paha derajat 2,
akral teraba hangat dan CRT < 2 detik.
Kekuatan otot : kekuatan otot kaki kiri pasien adalah 4 yang artinya dapat
bergerak dan dapat melawan hambatan yang dingin.
h. Neurologis :
• Status mental dan emosi :
Saat pengkajian, pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, serta
pasien tidak menunjukkan tanda-tanda penolakan dan pasien terlihat ramah
• Pengkajian saraf kranial :
a. Saraf 1 (olfaktorius)
Pasien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan obat-obatan
b. Saraf 2 (optikus)
Pasien dapat melihat tulisan atau objek dari jarak yang jauh
c. Saraf 3,4,6 (okulomotorius, cochlearis, abdusen)
Mata dapat berkontraksi, pasien mampu menggerakkan bola mata ke
segala arah
d. Saraf 5 (trigeminus)
Fungsi sensorik : Pasien mengedipkan matanya bila ada rangsangan
e. Saraf 7 (fasialis)
Pasien dapat mengerutkan dahinya, tersenyum dan dapat mengangkat alis
f. Saraf 8 (akustikus)
Pasien dapat mendengar dapat mendengar dan berkomunikasi dengan
baik, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
g. Saraf 9 (glosofaringeus)
Pasien dapat merasakan rasa manis, pahit, dan pedas
h. Saraf 10 (fagus)
Pasien tidak ada kesulitan mengunyah
i. Saraf 11 (assessoris)
Pasien dapat mengankat kedua bahu
j. Saraf 12 (hipoglasus)
Gerakan lidah simetris, dapat bergerak ke segala arah
• Pemeriksaan refleks :
Refleks patela, reflek genggam pasien normal

b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
No. Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
1. WBC 5,75 103/mm3 4,1 - 11,0
2. HGB 12,11 gr/dl 12 - 16
3. RBC 4,02 103/𝜇L 4,0 - 5,0
4. HCT 39 % 36 – 48
5. PLT 332,8 103/𝜇L 150 – 440

2. Pemeriksaan radiologi
Foto Rontgen = Fraktur Os Femur 1/3 Tengah Dextra
3. Hasil konsultasi
Tidak ada
4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Tidak ada

5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
(Sesuai dengan patofisiologi)
Ds: Agen Pencedera Fisik Nyeri Akut
P : Pasien mengeluh nyeri pada (Trauma Langsung)
kaki kanan akibat fraktur.
Q : Pasien mengatakan nyeri Fraktur Femur
yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk. Pergeseran Fragmen Tulang
R : Pasien mengatakan nyeri
dirasakan pada kaki Nyeri Akut
kanan, nyeri tekan di
tengah paha.
S : Pasien mengatakan skala
nyeri yang dirasakan
adalah skala 5 (dari 1-
10).
T : Pasien mengatakan nyeri
dirasakan jika kaki
digerakkan.
Do:
- Pasien tampak meringis
menahan nyeri yang
dialami
- Kaki kanan pasien tampak
odem derajat 2
- Deformitas (+)
- Tanda-tanda Vital :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36,5 °C

Ds: Pasien mengatakan nyeri Pergeseran Fragmen Tulang Gangguan Mobilitas Fisik
kaki kanan di tengah paha
kanan nyeri jika kaki kanan Deformitas
pasien digerakkan.
Do: Gangguan Fungsi Ekstremitas
- Kekuatan otot pasien
menurun Gangguan Mobilitas Fisik
- Gerakan pasien terbatas
- Deformitas (+)
- Kaki kanan pasien tampak
odem derajat 2
- Terdapat nyeri tekan
akibat fraktur pada bagian
tengah paha kanan.
- Terpasang skin traksi 5 kg
pada kaki kanan.
Ds : Pasien mengatakan cemas Agen Pencedera Fisik Ansietas
dan takut jika kakinya tidak (Trauma Langsung)
bisa dipergunakan kembali.
Do : Fraktur Femur
- Pasien tampak gelisah
- Pasien bertanya-tanya Pergeseran Fragmen Tulang
terkait kondisinya.
- Tanda-tanda Vital : Deformitas
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit Gangguan Fungsi Ekstremitas

Kurang Terpapar Infomasi

Ansietas
B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas
NO TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL Ttd
JAM TERATASI
DITEMUKAN
1. Senin, 10 Mei Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik Kamis, 13 Mei (Oktha)
2021 ditandai dengan pasien mengatakan nyeri kaki kanan 2021
Pukul 09.00 akibat fraktur, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-
WITA tusuk, skala nyeri yang dirasakan adalah skala 5 (dari
1-10), nyeri dirasakan jika kaki digerakkan. Pasien
tampak meringis menahan nyeri yang dialami, kaki
kanan pasien tampak odem derajat 2. Deformitas (+).
- Tanda-tanda Vital :
TD = 130/80 mmHg
N = 100 x/menit
RR = 22 x/menit
S = 36,5 °C
WBC = 18,21 103 /mm3
2. Senin, 10 Mei Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kamis, 13 Mei
2021 kerusakan integritas struktur tulang, penurunan 2021 (Oktha)
Pukul 09.15 kendali, kekuatan, dan masa otot, gangguan
WITA musculoskeletal dan neuromuscular, nyeri ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri kaki kanan di tengah
paha kanan nyeri jika kaki kanan pasien digerakkan.
Kekuatan otot pasien menurun, gerakan pasien
terbatas, deformitas (+), kaki kanan pasien tampak
odem derajat 2, nyeri tekan akibat fraktur pada bagian
tengah paha kanan dan terpasang skin traksi 5 kg pada
kaki kanan.
3. Senin, 10 Mei Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar Kamis, 13 Mei (Oktha)
2021 informasi ditandai dengan pasien mengatakan cemas 2021
Pukul 09.25 dan takut jika kakinya tidak bisa dipergunakan
WITA kembali. Pasien tampak gelisah, pasien bertanya-tanya
terkait kondisinya. TD = 130/80 mmHg, N = 100
x/menit

C. Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana Perawatan Ttd
Hari/ No
Tujuan dan Kriteria
Tgl Dx Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri : a. Mengetahui nyeri
keperawatan selama 3x24 a. Monitor nyeri secara pasien untuk (Oktha)
jam, diharapkan tingkat komprehensif termasuk memonitor dalam
nyeri pasien berkurang, lokasi, karakteristik, durasi, pemberian intervensi
Senin,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan yang tepat
10 Mei
1. a. TTV dalam batas faktor presipitasi b. Mengurangi
2021
normal b. Kontrol lingkungan yang intensitas nyeri pada
- TD : 110-125/60- dapat mempengaruhi nyeri pasien dan pasien
70 mmHg seperti suhu ruangan, rileks
- Nadi : 70-80 pencahayaan dan
x/menit kebisingan
b. Keluhan nyeri pasien c. Evaluasi pemasangan skin c. Untuk imobilisasi
berkurang traksi bagian yang
c. Skala nyeri berkurang d. Berikan informasi mengalami fraktur.
menjadi 3 mengenai nyeri, seperti d. Agar pasien mampu
penyebab nyeri, berapa dan memahami
lama nyeri akan dirasakan, mengenai nyeri yang
dan antisipasi dari dialami dan cara
ketidaknyamanan akibat meredakan nyeri
prosedur. tersebut.
e. Ajarkan tentang teknik e. Agar pasien
nonfarmakologi relaksasi memahami cara
nafas dalam meredakan nyeri
f. Kolaborasikan dengan dengan teknik
dokter jika ada keluhan dan relaksasi nafas
tindakan penanggulangan dalam.
nyeri tidak berhasil f. Merupakan salah
Dexketoprofen 25 mg/8jam. satu management
nyeri/terapi lanjutan
untuk pasien

Setelah dilakukan asuhan Terapi Latihan : Ambulasi


keperawatan selama 3x 24 a. Monitoring vital sign a. Mengetahui adanya (Oktha)
jam, diharapkan mobilitas sebelum/sesudah latihan nyeri atau keluhan
fisik pasien kembali respon pasien saat latihan lain agar dapat
normal, dengan kriteria b. Berikan pasien pakaian diberikan intervensi
hasil : yang tidak mengekang yang tepat
a. Pergerakan c. Berikan alat bantu jika b. Pakaian yang
ekstremitas pasien pasien memerlukan. longgar digunakan
meningkat d. Ajarkan pasien bagaimana agar nyeri yang
b. Kekuatan otot pasien merubah posisi dan berikan dirasakan pasien
meningkat bantuan jika diperlukan berkurang dan
c. Nyeri yang dirasakan e. Konsultasikan dengan kondisi pasien tidak
pasien berkurang terapi fisik tentang rencana semakin parah
Senin, menjadi skala 3 ambulansi sesuai dengan c. Menjelaskan
10 Mei d. Pasien tidak kebutuhan prosedur
2.
2021 mengalami kelemahan dilakukannya
fisik mobilisasi agar
e. Tidak ada odem dan pasien serta keluarga
akral hangat pasien mengetahui
manfaat dan tujuan
dilakukannya latihan
mobilisasi
d. Mobilisasi sederhana
dilakukan agar
kondisi pasien tidak
semakin parah
e. Kolaborasi
merupakan salah satu
terapi lanjutan bagi
pasien
Setelah dilakukan asuhan Pengurangan Kecemasan : a. Karena penyebab (Oktha)
keperawatan selama 3x24 a. Kaji untuk tanda verbal dan kecemasan tidak
jam, diharapkan tingkat non verbal kecemasan selalu bisa dikenali,
kecemasan pasien b. Bantu pasien pasien mungkin
berkurang, dengan kriteria mengidentifikasi situasi merasa seolah-olah
hasil: yang memicu kecemasan perasaan yang
a. Pasien tidak merasa c. Gunakan pendekatan yang dialami itu palsu
takut dan cemas tenang dan meyakinkan b. Pengakuan atas
b. Pasien tidak gelisah d. Jelaskan semua prosedur perasaan pasien
c. TTV dalam batas termasuk sensai yang akan memvalidasi
normal dirasakan yang mungkin perasaan dan
- TD : 110-125/60- akan dialami pasien selama mengkomunikasikan
70 mmHg prosedur penerimaan perasaan
- Nadi : 70-80 e. Dorong keluarga untuk tersebut
x/menit mendampingi pasien c. Dukungan yang
Senin,
dengan cara yang tepat mendukung dan
10 Mei
3. didekati mendorong
2021
komunikasi
d. Mendapatkan
wawasan
memungkinkan
pasien mengevaluasi
kembali ancaman
atau
mengidentifikasi
cara baru untuk
mengatasinya
e. Dukungan yang
mendukung dan
didekati mendorong
komunikasi serta
mengurangi
kecemasan

D. Implementasi Keperawatan
Hari/ Ttd
No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi proses
Tgl/Jam
a. Memonitor nyeri secara Ds :
komprehensif termasuk lokasi, P : Pasien mengeluh nyeri (Oktha)
karakteristik, durasi, frekuensi, pada kaki kanan
kualitas dan faktor presipitasi ditengah paha yang
b. Mengontrol lingkungan yang fraktur akibat
dapat mempengaruhi nyeri kecelakaan bermotor.
Selasa, 11 Mei
1. seperti suhu ruangan, Q : Pasien mengatakan
2021
pencahayaan dan kebisingan nyeri yang dirasakan
c. Mengevaluasi pemasangan skin seperti ditusuk-tusuk
traksi R : Pasien mengatakan
d. Memberikan informasi nyeri dirasakan pada
mengenai nyeri, seperti kaki kanan, nyeri tekan
penyebab nyeri, berapa lama di tengah paha
nyeri akan dirasakan, dan S : Pasien mengatakan
antisipasi dari ketidaknyamanan skala nyeri yang
akibat prosedur. dirasakan adalah skala 5
e. Mengajarkan tentang teknik (dari 1-10)
nonfarmakologi T : Pasien mengatakan
f. Mengkolaborasikan dengan nyeri dirasakan jika kaki
dokter jika ada keluhan dan digerakkan.
tindakan penanggulangan nyeri Do : Pasien tampak meringis
tidak berhasil dengan
memberikan Dexketoprofen 25 Ds: Pasien mengatakan masih
mg/8jam. merasakan nyeri
Do: Lingkungan pasien masih
bising

Ds : -
Do : pasien terpasang skin
traksi dengan beban 5kg
dengan baik.

Ds: Pasien mengatakan benar


terkait penyebab, pemicu
nyeri yang dirasakan
muncul
Do: Pasien tampak
mengetahui penyebab
dan pemicu nyeri yang
dialaminya muncul

Ds: Pasien mengatakan masih


merasakan nyeri tetapi
pasien akan berusaha
untuk mengalihkan
perasaan nyeri tersebut
dengan teknik relaksasi
nafas dalam yang
diberikan
Do: Pengalihan pikiran pasien
terhadap nyeri yang
dialaminya masih kurang
sehingga teknik relaksasi
yang diberikan belum
bisa dirasakan

Ds: pasien mengatakan nyeri


yang dirasakan berkurang
setelah diberikan obat
Do: Pasien tampak diberikan
obat analgesik sebagai
alternatif untuk
meredakan nyeri yang
dialami oleh pasien.
Nyeri pasien tampak
berkurang setelah 30
menit.

a. Memonitoring vital sign Ds: Pasien mengatakan masih


sebelum/sesudah latihan respon merasakan nyeri pada (Oktha)
pasien saat latihan kaki kanannya
b. Memberikan pasien pakaian Do: Pergerakan pasien
yang tidak mengekang tampak terbatas akibat
c. Memberikan alat bantu jika nyeri yang dialami pasien
pasien memerlukan. TD = 130/80 mmHg
d. Mengajarkan pasien bagaimana N = 100x/menit
merubah posisi dan berikan RR = 22 x/menit
bantuan jika diperlukan S = 36,5 °C
e. Mengkonsultasikan dengan
terapi fisik tentang rencana Ds: Pasien mengatakan masih
ambulansi sesuai dengan merasa nyeri dan sudah
kebutuhan berusaha bergerak
menggunakan alat bantu
Do: Pasien tampak berusaha
untuk melakukan
pergerakan dengan
menggunakan alat bantu
sederhana, tetapi belum
bisa akibat nyeri yang
dialaminya
Selasa, 11
2.
Mei 2021
Ds: Pasien mengatakan
paham mengenai tujuan
dilakukannya mobilisasi
agar sendi-sendi pasien
tidak kaku
Do: Pasien tampak paham dan
mengerti mengenai
prosedur dan tujuan
dilakukannya mobilisasi

Ds: Pasien mengatakan sudah


ingin melakukan itu
tetapi masih merasa tidak
tahan dengan nyeri yang
dialami
Do: Pasien tampak ingin
melakukan mobilisasi
sederhana tetapi masih
mencoba untuk
mengalihkan nyeri yang
dirasakan
Ds: -
Do: Pasien akan dikonsulkan
dengan ahli fisioterapi
jika pasien sudah selesai
dilakukan operasi

a. Mengkaji tanda verbal dan non Ds : Pasien mengatakan (Oktha)


verbal kecemasan cemas dan takut jika
b. Membantu pasien kakinya tidak bisa
mengidentifikasi situasi yang digunakan kembali
memicu kecemasan Do : Pasien tampak gelisah,
c. Menggunakan pendekatan yang TD : 130/80 mmHg, N :
tenang dan meyakinkan 100x/menit.
d. Menjelaskan semua prosedur
termasuk sensai yang akan Ds : Pasien mengatakan
dirasakan yang mungkin akan cemas dan takut jika
dialami pasien selama prosedur kakinya tidak bisa
e. Mendorong keluarga untuk digunakan kembali
mendampingi pasien dengan Do : Pasien tampak
cara yang tepat menunjukkan
ketakukatannya.

Ds : -
Do : Pasien menceritakan
Selasa, 11
3. semua ketakutan dan
Mei 2021
kecemasan yang
dirasakan

Ds : Pasien mengatakan
paham akan sakit dan
prosedur
penyembuhannya
Do : Pasien tampak
mendnegarkan dengan
baik

Ds : Pasien mengatakan
untuk sekarang pasien
ditemani oleh ibunya
karena ayahnya harus
beragkat kerja kembali
Do : Pasien ditemani sang
ibu

Anda mungkin juga menyukai