Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi

Rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung ,
kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh
laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,
mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI, 1995:543)

B. Etiologi

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :

1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diatasnya.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
b. Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi
diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau
oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

c. Lokasi terjadinya fraktur femur

Fraktur femur dapat terjadi pada beberapa tempat diantaranya:

1) Kolum femoris
2) Trokhanter
3) Batang femur
4) Suprakondiler
5) Kondiler
6) Kaput

C. Klasifikasi fraktur femur

Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu : 1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi
di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui kepala femur (capital fraktur) · Hanya di
bawah kepala femur · Melalui leher dari femur 2. Fraktur Ekstrakapsuler; · Terjadi di luar
sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah
intertrokhanter. · Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci
di bawah trokhanter kecil
D. Patofisiologis

Penyebab fraktur adalah trauma Fraktur patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma
minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu : Osteoporosis
Imperfekta · Osteoporosis · Penyakit metabolik TRAUMA Dibagi menjadi dua, yaitu : Trauma
langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana
daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak langsung,
yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi
pada orang tua.

Pathway

Keceakaan Trauma Osteoporosis

FRAKTUR Pergeseran pragmen tulang

Open Fraktur Bengkak dan tekanan meningkat

Kontak dengan dunia luar Gangguan neurvaskular Nyeri Akut

Kerusakan Integritas Kulit

Kerusakan system saraf

Kelumpuhan

Risiko Infeksi

Inteloransi Aktivitas
E. Manifestasi Klinis

a) Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
1) Rotasi pemendekan tulang
2) Penekanan tulang
3) Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur
4) Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
5) Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
6) Tenderness/keempukan
7) Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
8) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
9) Pergerakan abnormal
10) Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
11) Krepitasi
( Black,2010 ).
F. Deskripsi Fraktur

a) Berdasarkan Keadaan Luka


1) Fraktur Tertutup “closed fraktur” bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar.
2) Fraktur Terbuka “open/compound fraktur” bila terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.
b) Berdasarkan Garis Patah
1) Fraktur Komplet, bila garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi yang lain
jadi mengenai dari seluruh korteks tulang.
2) Fraktur Inkomplet, bila tidak mengenai korteks tulang pada sisi yang lain jadi
masih ada korteks yang utuh seringkali pada anak-anak “Green Stick Frackture”.
c) Berdasarkan Jumlah Garis Patah
1) Simple Fraktur dengan satu garis patah
2) Communitive Fraktur, bila ada garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
/ bertemu
3) Segmental Fraktur, bila garis patah lebih dari satu dan tidak saling berhubungan
dengan pengertian bahwa fraktur terjadi pada tulang yang sama, eks fraktur yang
terjadi pada 1/3 proksimal dan 1/3 distal.
d) Berdasarkan Arah Garis Patah
1) Fraktur melintang
2) Fraktur miring
3) Fraktur spiral
4) Fraktur kompresi
5) Fraktur V/Y/T sering pada permukaan sendi.
G. Komplikasi

1) Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan
yang rusak.
2) Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam
pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau
karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam
lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.
3) Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam
otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan
karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot
terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi
kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai
masalah (misalnya : iskemi, cidera remuk).

H. Pemeriksaan Diagnostik

1) Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung mengetahui
tempat dan type fraktur, biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi
dan selama proses penyembuhan secara periodic
2) X.Ray · Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3) CCT kalau banyak kerusakan otot
4) Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
5) Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
6) Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
7) Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple
atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).
I. Penatalaksanaan

a) Pemberian Traksi

Traksi Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang


patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin Metode Pemasangan traksi: Traksi
Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency.
Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. Traksi Mekanik Ada dua macam, yaitu :

1) Traksi Kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain,
misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg.
Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai
fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.
2) Traksi Skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang
merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka
operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
b) Pembalutan
c) Terapi Antibiotik
d) Pemberian imunisasi tetanus
J. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. Ds : Agen Injury Fisik Nyeri Akut

 klien mengatakan nyeri


dibagian femur kiri

Do :

 klien tampak meringis


kesakitan

2. Ds :

 Klien mengatakan lemah Kelemahan otot Intolerensiasi


dan tidak bisa beraktivitas aktivitas
 Klien mengatakan tidak
bisa berdiri

Do :

 Klien tampak berbaring di


tempat tidur
 Klien tampak lemah

3. Ds :

 Klien mengatakan adanya Gangguan Sirkulasi Kerusakan Integritas


rusaknya jaringan kulit
Kulit
Do :

 Pada area luka tampak


adanya luka

4. Faktor risiko :
4.
 Tindakan infasif Risiko Infeksi

Fraktur

Ds : klien mengatakan tidak tahu Kelemahan otot


perkembangan penyakitnya
K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/ d Agen Injury Fisik
2. Intolerensiasi aktivitas b/d Kelemahan otot
3. Kerusakan Integritas Kulit b/d Gangguan Sirkulasi
4. Risiko Infeksi

L. Nursing Care Planning

No Dx Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


(Nursing Invention Classification)
(Nursing OutCome)
1. Nyeri Akut b/ d Setelah dilakukan tindakan Paint Manajemen
Agen Injury Fisik
keperawatan selama 3 x 24 jam 1.Lakukan pengajian nyeri secara
diharapkan masalah dapat teratasi. kotnprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
Paint Level kualitas, dan faktor resifitasi
Indikator IR ER 2.Obsevasi reaksi nonferbal dari
1. Melaporkan ketidaknyamanan
adanya nyeri 3.Gunakan komunikasi terapeutik
2. Frekuensi nyeri untuk mengetahui pengalaman
3. Pernyataan nyeri pasien
nyeri 4.Evaluasi pengalaman nyeri
4. Ekspresi nyeri masa lampau
pada wajah 5.Kontrol lingkungan yang
5. Posis tubuh mempengaruhi nyeri seperti suhu
protektif ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan
Keterangan 6.Ajarkan tentang teknik
1.Ekstrim nonfarmakologi
2. Berat 7.Berikan analgetik untuk
3. Sedang mengurangi nyeri
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy


b/d Kelemahan otot
keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor keterbatasan aktivitas,
diharapkan masalah dapat teratasi. kelemahan saat aktivitas
Kriteria Hasil : 2. Jika memungkinkan tingkatkan
Activity Tolerance aktivitas secara bertahap
Indikator IR ER 3. Bantu pasien dalam melakukan
1. TTV dalam rentang aktifitas sendiri
normal saat 4. Catat tanda vital
beraktivitas 5. Ajarkan klien bagaimana
2. Langkah berjalan menggunakan tekhnik
3. Kuat mengontrol pernafasan ketika
4. Tulang membaik beraktivitas
6. Lakukan aktivitas yang adekuat
Keterangan
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan

3 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan


Integritas Kulit b/d keperawatan selama 3 x 24 jam
Gangguan Sirkulasi diharapkan masalah dapat teratasi. 1. Kaji kulit dan identifikasi
Kriteria Hasil : pada tahap perkembangan
luka.
Indikator IR ER 2. Kaji lokasi
1. Tidak ada 3. Kaji ukuran
edema, sianosis 4. Kaji warna kulit
2. keadaan luka
dapat streril
Keterangan
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan

4 Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection Control


1. Instruksikan pada
keperawatan selama 3 x 24 jam
pengunjung untuk
diharapkan tidak menjadi aktual.
mencuci tangan saat
Kriteria Hasil :
berkunjung dan setelah
Knowledge : Infection control
berkunjung meninggalkan
Risk control
pasien
Indikator IR ER
2. Cuci tangan setiap
1. Klien bebas dari
tanda dan gejala sebelum dan sesudah
infeksi
tindakan keperawatan
2. Menunjukkan
kemampuan 3. Pertahankan lingkungan
untuk mencegah
aseptik
timbulnya infeksi
3. Menunjukkan 4. Berikan terapi antibiotik
perilaku hidup
bila perlu
sehat
4. TTV dalam batas 5. Ajarkan cara menghindari
normal
infeksi
6. Ajarkan pasien dan
Keterangan :
keluarga tanda dan gejala
1. Tidak pernah menunjukan
infeksi
2. Jarang menunjukan
7. Observasi TTV
3. Kadang–kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
Daftar Pustaka

Anderson, Sylvia Price. 1985. Pathofisiologi Konsep Klinisk Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI.
Muttaqin, Arif. 2005. Ringkasan Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskletal. Edisi 1.
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR FEMUR DI RUANG KUMALA II
RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

OLEH :
EFRIAN TOPAN SITABOYAN
NIM
16310734

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN
FRAKTUR FEMUR DI RUANG KUMAL II
RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

OLEH
EFRIAN TOPAN SITABOYAN

NIM
16310734

Banjarmasin,
Mengetahui,
Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )
Lembar Konsultasi

Nama : Efrian Topan Sitaboyan


Nim : 163 107 34
Ruangan : Kumala II

No Saran Paraf

Anda mungkin juga menyukai