Disusun Oleh
Yeny Tutut Puspitasari
3217126
(.................................................) (..........................................) ( )
A. Pengertian
Bisa ular adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek
fisiologik yang luas atau bervariasi. Yang mempengaruhi sistem multiorgan,
terutama neurologik, kardiovaskuler sistem pernapasan. (Suzanne Smaltzer
dan Brenda G. Bare, 2001: 2490).
Bisa ular dihasilkan dan disimpan pada sepasang kelenjar di bawah mata
dan dihubungkan ke taring oleh Saluran racun menghubungkan kelenjar
penghasil racun sampai dasar taring (fang).
Gambar 3 : Anatomi kantong bisa ular dan saluran bisa
Sampai saat ini belum ada aturan baku untuk membedakan ular berbisa
atau tidak. Beberapa ular yang tidak berbisa telah berevolusi menyerupai ular
beracun begitu pula sebaliknya sehingga terlihat hampir sama. Meskipun
dalam beberapa hal ular berbisa memiliki ciri-ciri tertentu seperti ukuran dan
bentuk tubuhnya, pola kulitnya, perilaku dan suara jika dalam keadaan
terancam (Warrell, David A. 2010). Sebagai contoh ular jenis kobra sudah
dikenal luas akan menegakkan tubuhnya, menyemburkan racun dan secara
agresif mematuk lawannya jika dalam kondisi terancam.
E. Patogenesis
1. Gangguan pembekuan darah
Umumnya ular berbisa, bisanya mengandung serine protease,
metaloproteinase yang mengganggu hemostasis dengan aktivasi atau
menghambat faktor koagulan atau platelet dan merusak endotel vaskular.
Enzim dalam bisa ular akan berikatan dengan reseptor platelet menginduksi
atau menghambat agregasi platelet. Enzim-enzim prokoagulan akan
mengaktifkan protrombin, faktor V,X,XIII dan pasminogen endogen.
Kombinasi konsumsi aktivitas antikoagulan, terganggunya jumlah dan
fungsi platelet dan kerusakan dinding endotel pembuluh darah berakibat
perdarahan yang hebat pada pasien,
Penyakit pembekuan darah (koagulopati) ditandai defibrinasi yang
berkaitan dengan jumlah trombosit. Di samping itu dapat mengubah
protrombin menjadi trombin dan mengurangi faktor V,VII, protein C dan
plasminogen.Tekanan di sistem kardiovaskuler menyebabkan DIC atau
tekanan di otot jantung (Warrel, David A. 2010).
2. Neurotoksik
Bisa ular yang bersifat neurotoksik akan menghambat eksitasi
neuromuskular junction perifer dengan berbagai cara. Sehingga gejala yang
paling sering muncul adalah mengantuk, menunjukkan bahwa ada
kemungkinan pengaruh sedasi sentral yang terkait dengan molekul kecil non
protein yang terdapat dalam bisa ular king cobra. Hampir sebagian besar
neurotoksin akan mengakibatkan pamanjangan efek dari asetilkolin,
sehingga muncul gejala paralisis seperti ptosis, ophtalmoplegia eksternal,
midriasis, dan depresi jalan napas dan total flacid paralysis seperti pada
pasien dengan Myastenia Gravis. Selain itu ada pola paralisis desendens
yang sulit dijelaskan secara patofisiologinya.
3. Hipotensi
Hipotensi yang terjadi pasca gigitan ular disebabkan karena banyak
hal terkait bisa ular itu sendiri. Ada beberapa faktor yang memepngaruhi
permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi ekstravasasi plasma ke
jaringan interstisiel. Selain itu zat-zat dalam bisa ular akan memiliki efek
langsung maupun tidak langsung terhadap otot jantung, otot polos dan
jaringan lain. Melalui bradykinin-potentiating peptide, efek hipotensif dari
bradikinin akan semakin meningkat dengan tidak aktifnya peptidyl
peptidase yang berfungsi menghancurkan bradikinin dan mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Penemuan patofisiologi ini merupakan
awal mula sintesis captopril dan ACE inhibitor lain.
F. Diagnosis
1. Anamnesa
Riwayat dan mekanisme kejadian, jenis ular yang menggigit (warna,
ukuran, bentuk, ciri khas) dapat ditanyakan langsung kepada korban gigitan,
namun seringkali pasien tidak tahu. Selain itu perlu ditanyakan waktu
kejadian yang dapat mempengaruhi terapi dan prognosis pasien, gejala yang
pasien rasakan saat ini serta riwayat alergi, pengobatan (antikoagulan) dan
penyakit terdahulu (jantung, paru, ginjal).5
2. Manifestasi Klinis
Gigitan ular tanpa masuknya bisa ular
Pada korban gigitan ular atau yang masih disangka tergigit ular
biasanya akan muncul gejala panik, cemas serta gelisah dikarenakan
kerakutan yang biasa sehingga dapat muncul gejala kaku pada ekstremitas
ataupun vasovagal shock. Tekanan darah dan nadi akan meningkat disertai
menggigil dan berkeringat.
Gigitan ular dengan masuknya bisa ular
o Tanda dan gejala awal
Setelah masuknya taring ular pada kulit akan muncul nyeri yang
kemudian berkembang sensasi terbakar, berdenyut dan nyeri akan
bertambah hebat dan akan meningkat ke bagian proksimal dari bagian yang
tergigit. Pembesaran kelenjar getah bening regional sering dijumpai (KGB
ingunalis jika yang tergigit adalah ekstremitas inferior dan KGB axila jika
yang tergigit adalah ekstremitas superior.
3. Pemeriksaan Fisik
1. Cek tanda-tanda vital (jalan napas, napas, sirkulasi / ABC)
2. Cek tanda bekas gigitan ular berbentuk 2 titik bekas taring ular
3. Status generalis :
a. lemas, mual, muntah, nyeri perut
b. hipotensi
c. penglihatan terganggu, edema konjungtiva (chemosis)
d. pengeluaran keringat dan hipersalivasi
e. Aritmia, edema paru, shock
f. Tanda perdarahan spontan (petekie, epistaksis, hemoptoe)
g. Parestesia
4. Status lokalis :
a. Terdapat sepasang lubangan (pungsi) bekas gigitan sebagai tanda
luka,
b. Bengkak sekitar gigitan dan berwarna kemerahan (tanda-tanda
inflamasi) yang muncul dalam 5 menit sampai 12 jam setelah kejadian
c. Daerah sekitar gigitan nyeri,muncul bula
d. Mati rasa atau kebas (numbness) atau kesemutan rasa berdenyut-
denyut (tingling) di sekitar wajah atau tungkai dan lengan.
1. Serum Anti Bisa Ular : pemberian dosis yang tidak adekuat atau anti bisa
ular yang hanya spesifik untuk satu jenis spesia ular tertentu
2. Waktu ketika mendapat terapi yang adekuat pada pusat layanan kesehatan
memanjang akibat korban biasanya terlebih dahulu datang pada pengobatan
alternatif atau masalah pada transportasi
3. Adanya kegagalan multifungsi pada sistem organ sebagai contoh syok
hemoragik atau sepsis ,dan obstruksi jalan nafas
G. PATWAY
H. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan Darah lengkap
meliputi leukosit, trombosit, Hemoglobin, hematokrit dan hitung jenis leukosit.
Faal Hemostasis ( Prothrombin time, Activated Partial Thromboplastin time,
International Normalized Ratio), Cross Match, Serum elektrolit, Faal ginjal
(BUN, Kreatinin), Urinalisis untuk melihat myoglobinuria, dan Anlisis Gas
darah
Pencitraan
Foto rontgen thorax untuk melihat apakah ada edema paru
Lain-lain
Mencari tanda-tanda sindrom kompartemen
.
I. Diagnosis Banding (Daley, Brian James. 2011)
1. Anafilaksis
2. Deep vein thrombosis (DVT)
3. Gigitan kalajengking
4. Syok septik
5. Sengatan lebah
6. Luka terinfeksi
J. Klasifikasi
Derajat gigitan ular :
1. Derajat 0
Bekas gigitan 2 taring -
Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam
Pembengkakan dan nyeri minimal
2. Derajat I (Minimal)
Bekas gigitan 2 taring
Bengkak dan kemerahan dengan diameter 1 – 5 inchi
Tidak ada tanda-tanda sistemik sampai 12 jam
Nyeri sedang sampai berat
3. Derajat II (Moderate)
Bekas gigitan 2 taring
Nyeri hebat, Bengkak dan kemerahan dengan diameter 6 – 12 inchi
dalam 12 jam
Petechie, echimosis, perdarah pada bekas gigitan
Ada tanda-tanda sistemik (mual, muntah, demam, Pembesaran kelenjar
getah bening)
4. Derajat III (Severe)
Bekas gigitan 2 taring
Nyeri sangat hebat , Bengkak dan kemerahan lebih dari 12 inchi
Tanda-tanda derajat I dan II muncul dengan sangat cepat. Ditemukan
tanda-tanda sistemik (gangguan koagulasi, mual, muntah, takikardi,
hipotermia, ekimosis, petekia menyeluruh).
Syok dan distres nafas
5. Derajat IV (Extremely severe)
Sangat cepat memburuk
Bengkak dan kemerahan di seluruh ekstremitas yang terkena gigitan,
muncul ekimosis, nekrosis dan bulla
Meningkatnya tekanan intrakompartemen yang dapat menghambat aliran
darah vena atau arteri
Kegagalan multiorgan (ginjal, jantung) bisa sampai koma bahkan
meninggal
K. Penatalaksanaan
Secara umum tujuan panatalaksanaan pasien dengan gigitan ular adalah
untuk menetralisisr toksin, mengurangi angka kesakitan, dan mencegah
komplikasi. Alur yang harus dilakukan adalah :
1. Pertolongan pertama
Rujukan ke rumah sakit
Penilain klinis dan resusitasi dengan cepat dan tepat
Mengenali spesies ular jika memungkinkan
Melakukan pemeriksaan penunjang
Pemberian Serum Anti Bisa Ular (SABU)
Observasi respon terhadap pemberian SABU
Terapi suportif dan perawatan luka gigitan
Rehabilitasi serta terapi komplikasi
Lebih dari seratus tahun, serum antibisa ular telah diterima secara luas
dan digunakan sebagai terapi. Terapi antidotum spesifik untuk bisa ular
adalah hyperimmune globulin dari binatang yang telah diimunisasi dengan
bisa ular dan memproduksi antibodi. Pada pasien gigitan ular yang
emngalami gangguan pembekuan darah atau telah terbentuk clot maka
pemberian SABU akan memperbaiki d\an menghilangkan clot dalam waktu
2-28 jam. Dalam suatu penelitian acak terkontrol, 40 dari 46 pasien yang
diberikan SABU akan membaik dalam waktu 6 jam meskipun tanda-tanda
perdarahan masih didapatkan hingga 88 jam kemudian.
SABU diberikan intravena kadang akan memunculkan reaksi alergi
mulai dari yang ringan seperti pruritus atau urtikaria sampai yang berat
(syok anafilaksis). Berdasarkan dosis, rute pemberian dan kulaitas SABU,
resiko-resiko tersebut akan muncul pada 3-30% dan hanya 5-10%
diantaranya merupakan gejala sistemik yang berat. Hampir semua reaksi
alergi yang muncul dapat diatasi dengan pemberian epinefrin. Pencegahan
timbulnya reaksi alergi meliputi premedikasi dengan antihistamin atau
kortikosteroid sebelum pemberian SABU dan memperhatikan kepekatan
konsentrasi SABU yang akan diberikan.
Antibiotik
Antibiotik profilaksis spektrum luas masih direkomendasikan yaitu
cephalosporin generasi tiga dengan spektrum luas gram negatif
(Ceftriaxone) akan menekan pertumbuhan bakteri yang mengakibatkan
infeksi sekunder.
Analgesik
Jika diperlukan dapat diberikan analgetik kuat seperti golongan opioid :
petidin dengan dosis dewasa 50-100 mg, anak-anak 1-1,5 kg/kgBB atau
morfin dengan dosis dewasa 5-10 mg dan anak-anak 0,03-0,05 mg/kg
L. Komplikasi
Hal utama penyebab kecacatan adalah nekrosis lokal dan sindrom
kompartemen. Nekrosis yang luas mungkin memerlukan tindakan debridemen
atau amputasi karena kerusakan pada jaringan yang lebih dalam. Di kemudian
hari dapat saja timbul osteomyelitis, dan ulkus kronis. Jika setelah gigitan ular
sempat terjadi paralisis otot pernapasan yang mengakibatkan hipoksia otak dan
bisa mengakibatkan defisit neurologis menetap.
M. Monitoring
Pada pasien dengan gagal nafas dapat diberikan oksigen, intubasi atau
bagging manual dan biasanya akan membaiki dalam 1 bulan. Dapat juga
diberikan anticholinesterase. Tirah baring dan pembatasan gerak untuk
menghindari trauma diperlukan pada pasien dengan gangguan hemostasis,
dapat diberikan transfusi FFP (fresh Frozen Plasma) dan Cryoprecipitate
dengan konsentrat platelet, namun jika tidak ada dapat diebrikan Whole Blood.
Kadang diperlukan vasopressor sejenis dopamin atau norepinefrin pada pasien
dengan syok atau kerusakan miokardium dan dialisi jika terjadi AKI. Adanya
rhabdomyolisis mengakibatkan asidosis metabolik seperti pada crush injury
dapat dikoreksi dengan natrium bicarbonat sesuai dosis
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Primary survey
Nilai tingkat kesadaran
Lakukan penilaian ABC :
1) A – airway: kaji apakah ada muntah, perdarahan
2) B – breathing: kaji kemampuan bernafas akibat kelumpuhan otot-
otot pernafasan
3) C – circulation : nilai denyut nadi dan perdarahan pada bekas patukan,
Hematuria, Hematemesis/hemoptysis
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan jalan napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Airway suction
berhubungan dengan reaksi endotoksin. a) Auskultasi suara nafas sebelum dan
selama ….X 24 jam masalah klien teratasi
sesudah suctioning.
dengan kriteria hasil: b) Berikan O2 dengan menggunakan
nasal untuk memfasilitasi suksion
Respiratory status : Ventilation nasotrakeal
c) Anjurkan pasien untuk istirahat dan
Respiratory status : Airway patency napas dalam setelah kateter
Aspiration Control dikeluarkan dari nasotrakeal
d) Monitor status oksigen pasien
a) Mendemonstrasikan batuk efektif dan
suara nafas yang bersih, tidak ada
Airway Management
sianosis dan dyspneu (mampu a) Buka jalan nafas, guanakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
mengeluarkan sputum, mampu
b) Posisikan pasien untuk
bernafas dengan mudah, tidak ada memaksimalkan ventilasi
pursed lips) c) Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
b) Menunjukkan jalan nafas yang paten d) Auskultasi suara nafas, catat adanya
(klien tidak merasa tercekik, irama suara tambahan
e) Kolaborasikan pemberian
nafas, frekuensi pernafasan dalam
bronkodilator bila perlu
rentang normal, tidak ada suara nafas f) Monitor respirasi dan status O2
abnormal)
c) Mampu mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
Nyeri akut berhubungan dengan luka Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
bakar kimia pada mukosa gaster, rongga selama….x24 jam diharapkan masalah a) Monitor keadaan umum
oral, respon fisik, proses infeksi
nyeri klien dapat teratasi dengan criteria b) Observasi tanda non verbal dari
hasil: ketidaknyamanan
Comfort Level c) Kaji vital sign klien (HR,RR,T)
Temperature regulation
a) Monitor suhu minimal tiap 2 jam
b) Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
c) Monitor TD, nadi, dan RR
d) Monitor warna dan suhu kulit
e) Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
f) Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu
Ketakutan/ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Anxiety Reduction
krisis situasi, perawatan di rumah selama ….X 24 jam masalah klien teratasi a) Indentifikasi tingkat kecemasan
sakit/prosedur isolasi, mengingat
dengan kriteria hasil: b) Bantu klien mengenal situasi yang
pengalaman trauma, ancaman kematian
atau kecacatan. menimbulkan cemas
Anxiaty Level
c) Ajarkan klien teknik relaksasi: tarik
a) Tanda-tanda vital dalam rentang nafas dalam
normal d) Kolaborasi dengan dokter untuk
HR: 60 – 100 x/menit pemberian terapi selanjutnya
TD: 90-120 / 60-80 mmHg
RR: 12 – 24 x/ment
S: 36,5°C – 37,5°C
b) Tidak gelisah
Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Infection control
penurunan sistem imun, kegagalan untuk selama ….X 24 jam masalah klien teratasi a) Monitor keadaan luka
mengatasi infeksi, jaringan traumatik luka
dengan kriteria hasil: b) Pertahankan kesterilan luka.
c) Ajarkan pasien untuk menghindari
Infection severity
infeksi.
a) Tidak ada demam d) Kolaborasi dengan dokter untuk
b) Tidak ada peningkatan leukosit pemebrian antibiotic.
c) Tidak ada kolonisasi bakteri pada luka.
DAFTAR PUSTAKA
.http://emedicine.medscape.com/article/168828-overview