LAPORAN PENDAHULUAN
ELIMINASI PADA PASIEN FRAKTUR (PARAPLEGIA)
Dosen Pembimbing:
Kodri.,SKp.,M.Kes
.
Disusun Oleh:
SANOVAL AJI PANDWI (1914301083)
TINGKAT II REGULER II
A. KonsepPenyakit
1. Definisi Paraplegia
Paraplegia merupakan kehilangan gerak dan sensasi pada ekstermitas bawah
dansemua atau sebagian badan sebagai akibat cedera pada torakal atau medulla.
Spinalislumbal atau radiks sakral. (Smeilzer, Suzanne C, dkk. 2001:2230).
Paraplegia merupakan paralysis permanen dari tubuh yang disebabkan oleh lukaatau
penyakit yang dipengaruhi oleh medulla spinalis. (Sudoyo, dkk.2006: 842).
Paraplegia adalah kondisi di mana bagian bawah tubuh (ekstermitas bawah)
mengalami kelumpuhan atau paralysis yang disebabkan karena lesitransversal
padamedulla spinalis. (Bimaariotejo. 2010. Paraplegia).
2. Etiologi Paraplegia
Menurut Muttaqin (2008), penyebab dari paraplegia ada lima, yaitu :
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam
setelah thrombosis.
1)Atherosklerosis
1. Hipertensi
2. Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese)
3. Gangguan sensorik
4. Gangguan visual
5. Gangguan keseimbangan
6. Nyeri kepala (migran, vertigo)
7. Muntah
8. Disatria (kesulitan berbicara)
9. Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen,delirium, suppor, koma)
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015)
5. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiodiagnostik:
a) CT Scan: untuk melihat adanya edema, hematoma, iskemi dan infark.
b) MRI : menunjukkan daerah yang mengalami fraktur, infark, hemoragik.
c) Rontgen: menunjukkan daerah yang mengalami fraktur, dan kelainan tulang,
gambaran infeksi TB paru.
2. Laboratorium:
a. Hematology:
1) Hemoglobin dapat menurun karena destruksi sumsum tulang vertebra atau
perdarahan.
2) Peningkatan leukosit menandakan selain adanya infeksi juga stress fisik ataupun
terjadi kematian jaringan.
b. Kimia klinik:
1) PT/PTT untuk melihat fungsi pembekuan darah sebelum pemberian terapi anti
koagulan. Dapat terjadi gangguan elektrolit karena terjadi gangguan dalamfungsi
perkemihan, dan fungsi gastrointerstinal.
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) sebagai berikut :
1. Obat
· Metyl prednisolon 30 mg/kb BB, 45 menit setelah bolus selama 23 jam. Hasil
optimal bila pemberian dilakukan <8 jam onset.
· Tambahkan profilaksi stress ukus: Antacid/antagonis H2. Jika pemulihan sempurna,
pengobatan tidak diperlukan
· Berikan Antibiotik, biasanya untuk menyembuhkan. Jika terjadi infeksi.
b. Operasi
Dengan menggunakan teknik Harrison roda stabilization (instrument Harrison)
yaitu menggunakan batang distraksi baja tahan karat untuk mengoreksi dan
stabilisasi deformitas vertebra.
7. Referensi
1. Sudoyo, Aru W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jarkarta:
Perawatan Pasien
B. KonsepKebutuhan Dasar
a) Aktifitas /Istirahat
Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok pada bawah lesi. Kelemahan
umum /kelemahan otot (trauma dan adanya kompresisaraf).
c) Eliminasi Retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emisis
berwarna seperti kopi tanah /hematemesis.
e) Makanan /cairan
f) Personal Hygiene
g) Neurosensori Kesadaran:
h) Nyeri /kenyamanan
i) Pernapasan
Pernapasan dangkal, periode apnea, penurunan bunyi napas, ronki, pucat, sianosis.
j) Keamanan
Suhu yang berfluktasi, resiko jatuh.
C. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomorregister, diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Biasanya terjadi riwayat trauma, pengkajian yang didapat meliputi hilanya sensibilitas,
paralisis, ieus paralitik, retensi urine, hilangnya refleks.
Adanya riwayat infeksi, tumor, cedera tulang belakang, DM, jantung, anemia,obat
antikoagulan, alkohol.
Mengkaji adanya generasi dahulu yang menderita hipertensi atau DM.6. Pola-pola
fungsi kesehatan.
a) Aktifitas /Istirahat
Kelumpuhan otot (terjadi kelemahan selama syok pada bawah lesi. Kelemahan
umum /kelemahan otot (trauma dan adanya kompresisaraf).
c) Eliminasi Retensi urine, distensi abdomen, peristaltik usus hilang, melena, emisis
berwarna seperti kopi tanah /hematemesis.
f) Personal Hygiene
g) Neurosensori Kesadaran:
h) Nyeri /kenyamanan
i) Pernapasan
Pernapasan dangkal, periode apnea, penurunan bunyi napas, ronki, pucat, sianosis.
j) Keamanan
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiodiagnostik:
a) CT Scan: untuk melihat adanya edema, hematoma, iskemi dan infark.
b) MRI : menunjukkan daerah yang mengalami fraktur, infark, hemoragik.
c) Rontgen: menunjukkan daerah yang mengalami fraktur, dan kelainan tulang,
gambaran infeksi TB paru.
2. Laboratorium:
a. Hematology:
1) Hemoglobin dapat menurun karena destruksi sumsum tulang vertebra atau
perdarahan.
2) Peningkatan leukosit menandakan selain adanya infeksi juga stress fisik ataupun
terjadi kematian jaringan.
b. Kimia klinik:
1) PT/PTT untuk melihat fungsi pembekuan darah sebelum pemberian terapi anti
koagulan. Dapat terjadi gangguan elektrolit karena terjadi gangguan dalamfungsi
perkemihan, dan fungsi gastrointerstinal.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuron fungsi
motorik dan sesorik.
2. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan
immobilitas, penurunan sensorik.
3. Retensi urine yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkemih secara
spontan, terputusnya jaras spinothalamikus.
4. Konstipasi berhubungan dengan adanya atoni usus sebagai akibat gangguan
autonomik, terputusnya jaras spinothalamikus.
5. Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan, immobilitas lama, cedera psikis.
3. Perencanaan
1.Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuron, fungsi
motorik dan sesorik.
Tujuan: - Memperbaiki mobilitas
Kriteria Hasil: Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur,
footdrop, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit /kompensasi,
mendemonstrasikan teknik /perilaku yang memungkinkan melakukan kembali
aktifitas.
1. Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam.
2. Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan tubuh dan
kenyamanan pasien.
3. Beri papan penahan pada kaki
4. Gunakan otot orthopedhi, edar, handsplits
5. Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali /hari
6. Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien.
7. Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot seperti splints
Rasional
1. Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam.
2. Mencegah terjadinya dekubitus.
3. Mencegah terjadinya foodrop
4. Mencegah terjadinya kontraktur.
5. Meningkatkan stimulasi dan mencegah kontraktur
6. Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan.
7. Memberikan pancingan yang sesuai.