TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
2. Faktor Risiko
a. Perubahan sirkulasi
d. Penurunan mobilitas
bertegangan tinggi)
7
8
h. Terapi radiasi
i. Kelembaban
j. Proses penuaan
k. Neuropati perifer
l. Perubahan pigmentasi
m. Perubahan hormonal
Menurut Tim Pokja DPP PPNI tahun 2017, tanda dan gejala yang
4. Kondisi Klinis
antara lain :
a. Imobilisasi
d. Diabetes Melitus
b. Intoleransi aktivitas
6. Komplikasi
1. Pengertian
darah otak secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat
(dalam beberapa jam) timbul gejala sehingga otak terganggu. Hal ini
2. Etiologi
dibanding wanita.
stroke.
berkolestrol.
3. Patofisiologi
akibat gangguan aliran darah (Price, 2005 dalam Andra Saferi, 2013).
berada pada posisi yang sama dalam waktu 24 jam selama berhari-hari
Muttaqin, 2012).
4. Klasifikasi
5. Manifestasi Klinis
hemisensorik),
g. Ataksia
a. Angiografi Serebral
b. Lumbal Pungsi
c. CT Scan
ventrikel otak.
malformasi arteriovena.
e. EEG (Electroencephalography)
7. Penatalaksanaan
aspirasi, bila pasien sadar penuh berikan satu sendok teh air putih
untuk menelan.
bergerak.
baring terhadap fisik yang sering kali timbul yaitu pada sistem
masase punggung yang dilakukan sekali atau dua kali dalam sehari
8. Komplikasi
1. Pengertian
2. Etiologi
a. Faktor Instrinsik
b. Faktor Ekstrinsik
gesekan, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik
duduk yang buruk, posisi yang tidak tepat, perubahan posisi yang
kurang.
a. Gaya gesek
b. Friksi
c. Kelembaban
al., 2011).
d. Nutrisi
e. Infeksi
al., 2011).
f. Usia
4. Patofisiologi
tekanan antar muka atau kekuatan per unit area antara tubuh dengan
muka lebih besar dari pada tekanan kapiler rata-rata, maka pembuluh
darah kapiler akan mudah kolaps dan akan mengakibatkan aliran darah
saat kulit digeser pada permukaan kasar seperti tenun tempat tidur.
gesek dan robekan juga factor terjadinya luka tekan. Luka dekubitus
terkena luka decubitus. Jika aliran darah terhambat, maka sel-sel tidak
tertumpuk sehingga sulit diangkut. Akhirnya sel mati, kulit pecah dan
lunak terutama pada bagian yang menonjol, dan adanya faktor gesekan
dan pergeseran dari dalam jangka waktu lama. Pasien yang mengalami
a. Tahap Homeostatis
pembekuan darah.
b. Tahap Inflamasi
Tahap ini dimuali sekitar empat hari setelah cidera dan biasanya
sampai hari ke 21 pada luka akut dan bergantung ukuran luka. Hal
luka dan tahap inflamasi yang dapat berlangsung selama 1-2 tahun.
7. Klasifikasi
dalam sulit dideteksi pada pasien dengan warna kulit yang gelap.
b. Stadium 1
sekitarnya.
c. Stadium 2
merah muda.
d. Stadium 3
e. Stadium 4
8. Pencegahan
b. Meminimalisir tekanan
Perry, 2012)
Perry, 2012). Analisa skor skala Braden menurut Morton, Patricia, &
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
bervariasi.
2) Pemeriksaan fisik
ekstremitas.
pergesekan.
meliputi :
glukosa.
4) Tingkat Kesadaran
menurut Arif Muttaqin (2012) yang sesuai SDKI tahun 2017, yaitu :
menurut Arif Muttaqin (2012) yang sesuai NANDA tahun 2017, yaitu :
jalan nafas).
Tujuan &
Diagnosa
No. Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)
(SDKI)
(SLKI)
1. D.0017 Risiko L.02014 Perfusi I. 06198 Manajemen
perfusi serebral Serebral Peningkatan
tidak efektif Tekanan
berhubungan Ekspektasi : Intrakranial
dengan diseksi meningkat
arteri, Observasi :
aneurisma Kriteria Hasil : 1. Identifikasi
serebri, 1. Tingkat penyebab
embolisme, dan kesadaran peningkatan TIK
hipertensi. meningkat (mis. Lesi,
2. Kognitif gangguan
meningkat metabolisme,
3. Tekanan intra edema serebral)
kranial 2. Monitor
menurun tanda/gejala
4. Sakit kepala peningkatan TIK
menurun (mis. Tekanan
5. Kecemasan darah meningkat,
menurun tekanan nadi
6. Agitasi melebar,
menurun bradikardia, pola
7. Demam napas ireguler,
menurun kesadaran
8. Nilai rata-rata menurun)
tekanan darah 3. Monitor MAP
membaik (Mean Arterial
9. Tekanan Pressure)
darah sistolik 4. Monitor CVP
membaik (Central Venous
10. Tekanan Pressure), jika
darah perlu
diastolik 5. Monitor PAWP,
membaik jika perlu
6. Monitor PAP, jika
perlu
7. Monitor ICP (Intra
Cranial Pressure),
jika tersedia
8. Monitor CPP
(Cerebral
Perfusion Pressure)
9. Monitor
gelombang ICP
10. Monitor status
pernapasan
11. Monitor intake dan
output cairan
12. Monitor cairan
serebro-spinalis
(mis. Warna,
konsistensi)
Terapeutik :
1. Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
2. Berikan posisi
semi fowler
3. Hindari maneuver
Valsava
4. Cegah terjadinya
kejang
5. Hindari
penggunaan PEEP
6. Hindari
pemberian cairan
IV hipotonik
7. Atur ventilator
agar PaCO2
optimal
8. Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian sedasi
dan antikonvulsan,
jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian diuretic
osmosis, jika perlu
3. Kolaborasi
pemberian pelunak
tinja, jika perlu
2. D.0001 Bersihan L.01001 I.01011 Manajemen
jalan nafas tidak Bersihan Jalan Jalan Nafas
efektif Nafas
berhubungan Observasi :
dengan Ekspektasi : 1. Monitor pola nafas
akumulasi meningkat 9frekuensi,
sekret, kedalaman, usaha
kemampuan Kriteria Hasil : napas)
batuk menurun, 1. Batuk efektif 2. Monitor bunyi
penurunan meningkat nafas tambahan
mobilitas fisik 2. Produksi 3. Monitor sputum
sekunder, dan sputum (jumlah, warna,
perubahan menurun aroma)
tingkat 3. Mengi dan Terapeutik :
kesadaran. wheezing 1. Pertahankan
menurun kepatenan jalan
4. Dispnea napas dengan
menurun head-tilt dan
5. Ortopnea chin-
menurun lift (jaw-thrust, jika
6. Sulit bicara curiga trauma
menurun servikal)
7. Sianosis 2. Posisikan semi
menurun fowler atau fowler
8. Gelisah 3. Berikan minum
menurun hangat
9. Frekuensi 4. Lakukan fisioterapi
nafas dada, jika perlu
membaik 5. Lakukan
10. Pola nafas penghisapan lendir
membaik pada jalan nafas
6. Berikan oksigen
Edukasi :
1. Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik.
Pemantauan
respirasi
Observasi :
1. Monitor pola nafas
2. Monitor adanya
produksi sputum
Terapeutik :
1. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan
3. D.0054 L.14125 I.08251 Terapi
Gangguan Integritas Kulit Pemijatan/Masase
mobilitas fisik dan Jaringan
berhubungan Observasi :
dengan Ekspektasi: 1. Identifikasi
penurunan meningkat kontraindikasi
kekuatan otot, masase (misa.
kekakuan sendi, Kriteria hasil: penurunan
dan gangguan 1. Elastisitas trombosit ,
neuromuskular. meningkat gangguan
2. Hidrasi integritas kulit,
meningkat deep vein
3. Perfusi thrombosis, area
jaringan lesi, kemerahan
meningkat atau radang, tumor,
4. Kerusakan dan
jaringan hipersensitivitas
menurun terhadap sentuhan.
5. Kerusakan 2. Identifikasi
lapisan kulit kesediaan dan
menurun penerimaan
6. Perdarahan dilakukan masase.
menurun 3. Monitor respon
7. Kemerahan terhadap masase.
menurun Terapeutik :
8. Hematoma 1. Tetapkan jangka
menurun waktu untuk
9. Pigmentasi masase.
abnormal 2. Pilih area tubuh
menurun yang akan
10. Jaringan dimasase.
parut 3. Cuci tangan
menurun dengan air hangat.
11. Nekrosis 4. Siapkan
menurun lingkungan yang
12. Suhu kulit hangat, nyaman,
membaik dan privasi.
13. Tekstur 5. Buka area yang
membaik akan
dimasase,sesuai
kebutuhan.
6. Tutup area yang
tidak terpajan (mis.
dengan selimut,
seprai, handuk
mandi)
7. Gunakan lotion
atau minyak untuk
mengurangi
gesekan
(perhatikan
kontraindikasi
penggunaan lotion
atau minyak
tertentu pada tiap
individu)
8. Lakukan masase
secara perlahan
9. Lakukan masase
dengan teknik
yang tepat.
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
tindakan.
2. Anjurkan rileks
selama dimasase.
3. Anjurkan
beristirahat setekah
dilakukan masase.
4. D.0139 Risiko L.14125 I.11353 Perawatan
gangguan Integritas Kulit Integritas Kulit
integritas kulit dan Jaringan
berhubugan Observasi:
dengan Ekspektasi: 1. Identifikasi
perubagan meningkat penyebab
sirkulasi, gangguan
penurunan Kriteria hasil: integritas kulit
mobilitas, faktor 1. Elastisitas (misalnya
mekanis (tirah meningkat perubahan
baring yang 2. Hidrasi sirkulasi,
lama meningkat perubahan status
menimbulkan 3. Perfusi nutrisi, penurunan
penekanan dan jaringan kelembaban, suhu
gesekan), meningkat lingkungan
kelembaban, 4. Kerusakan ekstrem,
dan penekanan jaringan penurunan
pada tonjolan menurun mobilitas).
tulang. 5. Kerusakan Terapeutik :
lapisan kulit 1. Ubah posisi tiap 2
menurun jam jika tirah
6. Perdarahan baring.
menurun 2. Lakukan masase
7. Kemerahan pada area
menurun penonjolan tulang.
8. Hematoma 3. Bersihkan perineal
menurun dengan air hangat,
9. Pigmentasi terutama selama
abnormal periode diare.
menurun 4. Gunakan produk
10. Jaringan berbahan petrolium
parut atau minyak pada
menurun kulit kering.
11. Nekrosis 5. Gunakan produk
menurun berbahan
12. Suhu kulit ringan/alami dan
membaik hipoalergik pada
13. Tekstur kulit sensitif.
membaik 6. Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
kering.
Edukasi :
1. Anjurkan
menggunakan
pelembab (mis.
lotion, minyak).
2. Anjurkan minum
air yang cukup.
3. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi.
4. Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur.
5. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem.
6. Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal
30 saat berada di
luar rumah.
Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya.
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI dan Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
d. Implementasi Keperawatan
e. Evaluasi Keperawatan
1. Pengertian
bawah kulit, lalu kulit menjadi lunak dan elastis. Efek masase terhadap
2. Tujuan
elastis.
3. Indikasi
4. Kontraindikasi
5. Komponen Masase
lain :
1) Teknik Effleurage
Gambar 5. Teknik
Effleurage
Merupakan teknik
biasa digunakan
untuk menyebarkan
2) Teknik Petrissage
Teknik ini
menggunakan
menit.
3) Teknik Percussive
Gerakan percussive
dengan tapotement
adalah rangkaian
pijatan singkat
Gambar 8. Teknik
Megangkat Otot
Untuk
melakukannya,
5) Teknik Fanning
Gambar 9. Teknik
Fanning
6) Teknik Memutar
Kembali ke samping
a. Terhadap kulit
b. Terhadap jaringan
7. Persiapan Alat
b. Handscoon 1 pasang
c. Handuk mandi
d. Washlap
e. Selimut
h. Tissue
8. Pelaksanaan Tindakan
a. Fase Orientasi
b. Fase Kerja
1) Mencuci tangan.
merasa rileks.
kecil.
basah.
9) Lakukan masase pada punggung atau area yang berisiko
sirkuler.
c. Fase Terminasi
b. Identitas pasien
objektif)