M Dengan Cerebral
Infaction Di ruang As Salam Rumah Sakit Ibnu Sina
Stase Keperawan Medikal Bedah I
Disusun Oleh:
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
Menurut WHO (2017) infark serebral atau yang biasa lebih dikenal
dengan stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 am atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.
Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah
otak)karena kematian jaringan otak (infark serebral). Penyebabnya
adalah berkurangnya aliran darah dan okesigen ke otak dikarenakan
adanya sumbatan sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh
darah. (Pudiastuti, 2018)
Penyakit serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan
otak baik secara fungsional maupun struktural yang disebabkan oleh
keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem
pembuluh darah otak. Patologis ini menyebabkan perdarahan dari
sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh atau kerusakaan
sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen pembuluh darah
dengan pengaruh yang bersifat sementara atau permanen (Doenges,
2017)
2. Etiologi
3. Patofisiologi
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Penunjang
AMenurut Fransisca Batticaca (2008), pemeriksaan penunjang
diagnostik yang dapat dilakukan adalah :
a. Laboratorium : darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan
serebrospinal, analisa gas darah, biokimia darah, elektolit.
b. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan
juga untuk memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan
adanya infark.
c. Ultrasonografi Doppler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah sistem arteri karotis ).
d. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
e. MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) : menunjukan daerah yang
mengalami infark, hemoragik ).
f. EEG ( Elektroensefalogram ) : memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
8. Penatalaksanaan
2) Stroke haemoragik
1) Antihipertensi : Katropil, antagonis kalsium.
2) Diuretik : Manitol 20%, furosemide.
3) Antikonvulsan : Fenitoi
9. Pragnosis
a. Identitas Klien
Selain nama, status, suku bangsa, agama, alamat pendidikan,
diagnosa medis, tanggal masuk dan tanggal dikasi biasanya pada
pasien stroke berfokus pada usia dan jenis kelamin.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kualitatif : Pada pasien stroke biasanya keadaan umum dapat
terjadi pada Compos Mentis sampai Coma
a) Compos Mentis adalah Kesadaran penuh.
b) Apatis adalah Kesadaran dimana pasien terlihat mengantuk
tetapi mudah di bangunkan dan reaksi penglihatan,
pendengaran, serta perabaan normal.
c) Motorik (Gerakan) :
(6) : Mengikuti perintah pemeriksa
(5) : Melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan
stimulus saat diberi rangsang nyeri.
(4) : Menghindar atau menarik tubuh untuk menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri.
(3) : Flexi abnormal, salah satu tangan atau keduanya
menekuk saat diberi rangsang nyeri.
(2) : Extensi abnormal, salah satu tangan atau keduanya
bergerak lurus (ekstensi) di sisi tubuh saat diberi
rangsang nyeri.
(1) : tidak ada respon
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : Terjadi peningkatan darah 30-50 mmHg sistolik
dan diastolik 30 mmHg
2) Nadi : Terjadi peningkatan denyut nadi
3) Respirasi : Sesak bisa terjadi dan bisa tidak jadi
4) Suhu : suhu bisa naik dan juga turun
c. Pengkajian Saraf Kranial.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial
I-XII (Muttaqin,2008)
e. Sistem Pernafasan
Kemungkinan ditemukan kesulitan bernafas atau tidak teratur,
penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pola pernafasan jenis
ronki (aspirasi sekresi), batuk atau hambatan jalan nafas.
f. Sistem Pencernaan Adanya distensi abdomen, adanya gangguan
mengunyah dan menelan, mual muntah selama fase akut
(peningkatan TIK), nafsu makan menghilang.
g. Sistem Perkemihan Biasanya ditemukan perubahan pola berkemih,
seperti inkontinensia urine, anuria, distensi kandung kemih.
h. Sistem Muskuloskeletal Dapat ditemukan kelemahan umum,
fasikulasi atau kontraktur, kehilangan refleks tonus dan kekuatan
otot menurun, hemiplegia, paralise, distonia, paratonia, kekakuan,
adanya gerakan involunter yaitu tremour.
i. Sistem Reproduksi Biasanya tidak di dapat kelainan pada sistem
reproduksi, kebersihan dan kelengkapan terjaga.
j. Sistem Pancaindra
1) Penglihatan
Biasanya mengalami penurunan penglihatan, pandangan kabur
dan keterbatasan lapang pandang.
2) Penciuman
Biasanya mengalami penurunan fungsi penciuman, seperti tidak
mencium bau apapun, penumpukan sekret pada hidung.
3) Pendengaran
Biasanya tidak terganggu atau pendengaran baik, bisa terjadi
penumpukan serumen pada telinga jika tidak di bersihkan.
3. Diagnosa keperawatan
4. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Luaran keperawatan (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
keperawatan
(SDKI)
1 Setelah dilakukan tindakan Dukungan perawatan diri
Gangguan
keperawatan selama …x 24 Makan/Minum
menelan b.d
jam maka diharapkan status Observasi
gangguan saraf
menelan membaik dengan 1. Identifikasi diet yang dianjurkan
kranialis
kriteria hasil : 2. Monitor kemampuan menelan
1. Mempertahankan makanan Terapeutik
dimulut meningkat 3. Ciptakan lingkungan yang
2. Reflek menelan meningkat menyenangkan selama makan
3. Kemampuan 4. Atur posisi yang nyaman
mengunyah meningkat untuk makan/minum
4. Frekuensi tersendak 5. Lakukan oral hygiene sebelum
menurun
makan, jika perlu
5. Muntah menurun 6. Sediakan sedotan untuk minum
7. Sediakan makanan/minuman yang
disukai
Edukasi
8. Jelaskan posisi makanan pada
pasien yang mengalami gangguan
penglihatan dengan menggunakan
arah jarum jam Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian
obat Analgesik, antiemetik),
sesuai indikasi
5. Impelementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal.
Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual,
kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan
kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada
pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan
rasa aman, nyaman dan keselamatan klien.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan
terencana mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam
keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Defenisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 Persatuan Perawat Nasional
Indonesia(PPNI). Jakarta : Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Defenisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II Persatuan
Perawat Nasional Indonesia(PPNI). Jakarta : Dewan pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Defenisi dan Kreteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II Persatuan
Perawat Nasional Indonesia(PPNI). Jakarta : Dewan pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.