Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK


DI RSUD
Dr.R SOEDJATI SOEMODIARDJO
PURWODADI

Disusun Oleh :

MARIA ULYA MATIKA


2019012425

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
2022

STROKE NON HEMORAGIC

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian Stroke Non Hemoragic
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisitneurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi
sarafotak (Nurarif dan Kusuma, 2018). Stroke adalah kerusakan pada otak yang
muncul mendadak, progresif dan cepat akibat gangguan peredaran darah otak non
traumatik. Gangguan tersebut secara mendadak menimbulkan gejala antara lain
kelumpuhan sesisi wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak
jelas (pelo), perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain (Riskesdas,
2018).
Stroke adalah suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu serangan
yang mendadak, non konvulsif yang disebabkan karena gangguan peredaran
darah otak non traumatik yang terjadi ketika aliran darah pada lokasi tertentu di
otak terganggu sehingga suplay oksigen juga terganggu (Tarwoto,2018).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Stroke adalah suatu gangguan pada
peredaran darah disebabkan aliran darah ke otak yang terganggu sehingga
menimbulkan kerusakan pada jaringan otak dan dapat menyebabkan kelumpuhan
bahkan kematian.
2. Etiologi
Menurut Purwanto (2019), ada pun penyebab stroke antaralain:
a. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti disekitarnya.
b. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak olehbekuan
darah, lemak dan udara yang umumnya berasal dari trombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
c. Haemoragi
Akibat pecahnya pembuluh darah otak yang menyebabkan perembesan darah
yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan
otak yang berdekatan sehingga terjadi infark otak.
d. Hipoksia umum
Akibat hipertensi yang parah, henti jantung paru dan penurunan cardiac
output akibat aritmia.
e. Hipoksia setempat
Akibat spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub arachnoid dan
vaso kontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
3. Patofisiologi
Otak merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif dan tergantung pada
oksigen karena tidak mempunyai persediaan suplai oksigen. Setiap kondisi yang
menyebabkan perubahan perfusi darah pada otak akan menyebabkan hipoksia
(kekurangan oksigen pada otak). Hipoksia yang berlangsung lama dapat
menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat
kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara. Sedangkan
iskemik yang terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kematian sel
permanen dan mengakibatkan infark pada otak. Arteri serebral tengah dan arteri
karotis interna adalah pembuluh darah yang paling sering mengalami iskemik
(Batticaca, 2017).
Infark otak adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu diotak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi, besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah
yang tersumbat. Suplai darah keotak dapat berubah (makin lambat atau makin
cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular)
atau gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat
berasal dari plakaterosklerotik atau darah dapat membeku pada area yang
menyempit sehingga aliran darah mengalami perlambatan. Trombus dapat pecah
dari dinding pembuluh darah dan terbawa sebagai emboli dalam aliran darah
(Purwanto, 2019).
Stroke trombotik adalah tipe yang paling umum dan sering dikaitkan
dengan aterosklerosis dan menyebabkan penyempitan lumen arteri, sehingga
menyebabkan gangguan suplai darah yang menuju ke otak. Gejala-gejala dari
stroke akibat trombus terjadi selama tidur atau segera setelah bangun tidur. Hal
ini berkaitan pada pada orangtua yang aktifitas simpatisnya menurun dan sikap
berbaring menyebabkan menurunnya tekanan darah yang akan menimbulkan
iskemia otak karena buruknya reflek terhadap perubahan posisi.
Stroke embolik yang disebabkan oleh embolusa darah penyebab umum
kedua dari stroke yang biasanya terjadi pada usia yang lebih muda dan paling
umum embolus berasal dari trombus jantung. Kekurangan oksigen dalam otak
(hipoksia) akan menimbulkan iskemia. Keadaan iskemia yang relatif
pendek/cepat dan dapat kembali lagi disebut Transcient Ischemic Attack (TIA).
Transcient Ischemic Attack berkaitan dengan disfungsi neurologi sementara
berupa hilang kesadaran dan hilangnya seluruh fungsi sensorik dan motorik atau
hanya ada defisit fokal. Defisit yang paling umum adalah kelemahan kontara
lateral wajah, tangan, lengan dan tungkai, disfasia sementara dan beberapa
gangguan sensorik. Serangan iskemik berlangsung beberapa menit sampai beberapa
jam (Widagdo,2018).
4. Manifestasi klinis
Menurut Tarwoto (2018), adapun manifestasi klinis stroke meliputi:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) atau hemiplegia
(paralisis) yang timbul secara mendadak
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
c. Penurunan kesadaran
d. Afasia (kesulitan dalam bicara)
e. Disartria (bicara cadel, atau pelo)
f. Gangguan penglihatan atau juga pandangan menjadi ganda
g. Disfagia (kesulitan menelan)
h. Inkontinensia baik bowel maupun bladder
i. Vertigo,mual,muntah dan nyeri kepala
5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Tarwoto (2018) dan Batticaca (2018), adapun pemeriksaan pada stroke
adalah sebagai berikut:
a. Radiologi
1) CTScan (Computerized Tomografi Scaning)
Mengetahui area infark, edema, hematoma, struktur dan
sistemventrikelotak.
2) MRI(Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukkan daerah spesifik yang mengalami infark, hemoragik dan
malformasi arteriovena karena mampu mendeteksi berbagai kelainan otak
dan pembuluh darah otak yang sangat kecil dan tidak mungkin dijangkau
oleh CT-Scan.
3) EEG (Elektro Encephalografi)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
4) Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan, obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau ruptur yang digunakan
untuk mendeteksi abnormalitas didalam pembuluh darah otak (menyempit
atau tersumbat, adanya aneurisma dan mengetahui tingkat penyempitan
dan penyumbatan).
5) Sinar X tengkorak
Mengetahui adanya kalsifikasi karotisinterna pada trombosis serebral.

1) Fungsi lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal, jika tekanan meningkat dan
cairan mengandung darah menunjukkan hemoragik sub arachnoid
atau perdarahan intrakranial.
2) EKG (Elektro Kardiogram)
Mengetahui adanya kelainan jantung yang juga menjadi faktor
penyebab.
b. Laboratorim
1) Darah rutin
2) Gula darah
3) Urine rutin
4) Cairan serebrospil
5) Analisa Gas Darah
6) Biokimiadarah
7) Elektrolit
6. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
1) Stroke Iskemia (Stroke Non Hemoragic/SNH)
a) Pemberiantrombolisdenganrt-PA(recombinanttissue-plasminogen)
b) Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung
atau alfa beta, kaptopril, antagonis kalsium pada pasien dengan
hipertensi.
2) Stroke Non Haemoragik
a) Anti hipertensi: kaptropril, antagoniskalsium
b) Diuretik: manito l20%, furosemide
c) Antikonvulsan: Fenitoin
3) Non Farmakologis
a) Terapi Wicara
b) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM)

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Fokus pengkajian
a. Identitas :
1) Identitas pasien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS),
nomor register, dan diagnosa medic.

2) Identitas Penanggung Jawab


Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan
pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien seperti :
1) Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea
2) Lelah, pusing
3) Nyeri dada
4) Edema ektremitas bawah
5) Nafsu makan menurun, nausea (mual), distensi abdomen
6) Urine menurun
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama.Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala
kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan
edema pulmonal akut.Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit kesehatan dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, atau
hiperlipidemia.Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien
pada masa lalu, yang mungkin masih relevan.Tanyakan juga alergi yang dimiliki
pasien.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit
keteurunan lain seperti DM, Hipertensi.
f. Pola Fungsional
1) Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat,
sakit dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
2) Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia, fibrilasi
atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis, pucat.
3) Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.
4) Pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
5) Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau
konstipasi.
6) Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
7) Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang
8) Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap
dan tingkah laku pasien.
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan Darah Nilai normalnya : Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg
b) Nadi
Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi).
c) Pernapasan
Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit Pada pasien : respirasi
meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas.
d) Suhu
Badan Metabolisme menurun, suhu menurun.
1) Tinggi Badan
Tinggi Badan :
Berat Badan :
2) Kepala :
a) Kepala : bentuk , kesimetrisan
b) Mata : konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
c) Mulut : apakah ada tanda infeksi?
d) Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
e) Muka : ekspresi, pucat
f) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
3) Dada : gerakan dada, deformitas
a) Paru-paru
Inspeksi : bentuk, Kesimetrisan
Palpasi : Taktil fremitus ka/ki
Perkusi : bunyi sonor/hypersonor
Bunyi nafas : bunyi nafas normal atau ada bunyi tambahan seperti ronchi
atau wheezing
4) Jantung
a) Inspeksi
(1) Bentuk prelordium : simetris/tdk; iktus cordis tampak/tidak, di ICS ke
berapa
(2) Ada tidaknya denyutan di ICS II Kanan (Aneurisma aorta ascenden)
(3) Ada tidaknya denyutan di ICS II kiri (dilatasi pulmonalis dan
aneurisma aorta descenden)
b) Palpasi :
(1) Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada ruang intercostal
kiri V, agak ke medial (2cm) dari linea midklavikularis kiri.
(2) Diameter iktus kordis, jarak IC dengan midklavikula
(3) Palpasi area katup jantung
(4) Palpasi area epigastrik untuk mengetahui adanya pembesaran jantung
antero posterior
c) Perkusi :
(1) Lakukan perkusi dari arah lateral ke medial
(2) Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relative kita
tetapkan sebagai batas jantungkiri
(3) Normal
- Atas : SIC II kiri di linea parasternalis kiri (pinggang, jantung)
- Bawah : SIC V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri
(tempat iktus)
d) Auskulatsi :
(1) S1 dan S2 di : area aortic di ICS 2 kanan dekat sternum; area pulmonic
di ICS 2 kiri dekat sternum; area trikuspidalis di ICS 3, ICS 4 dan ICS
5; mitral/Apeks
(2) S3 dan S4 di apeks : ada/Tidak
(3) Murmur/bising jantung: ada/tidak
5) Abdomen
a) Inspeksi : bentuk perut dan gerakan kulit pada abdomen saat inspirasi dan
ekspirasi, adakah benjolan umbilikus, asites atau tidak
b) Auskultasi : peristaltik usus berapa jumlah …x/menit
c) Perkusi : bunyi timpani, hypertimpani, redup (tergantung kuadran yang
mana)
d) Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak
6) Genetalia
Kebersihan, apakah terpasang kateter, volume urin
7) Anus
Adakah benjolan pada anus atau tidak
8) Ekstremitas
Superior : Gerak, deformitas atau tidak, adakah kelainan bawaan, cacat,
lumpuh, akral, oedema, varises, pemeriksaan nadi radialis
Inferior : gerak, deformitas atau tidak, adanya kelainan bawaan, cacat, lumpuh,
akral, oedema, varises, ROM, kekuatan otot, reflex
9) Kuku dan Kulit
Warna, kelembapan, suhu, tekstur turgor, mobilitas, letak anatomi, susunan,
jenis, lesi, warna dasar kulit, sudut antara kuku dan dasar kuku, kokoh dan
tidaknya dasar kuku, sirkulasi dan pengisian kapiler.
2. PATHWAY

Gambar 2.1 Pathway Stroke Non Hemoragik

3. NURSING CARE PLAN


a. Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2018)
1) Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
2) Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119)
3) Defisit Perawatan Diri (D.0056).
b. Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI, 2018)
1) Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
Tujuan : mobilitas fisik meningkat (L.05042)
Kriteria Hasil :
a) Pergerakan ekstremitas meningkat
b) Kekuatan otot meningkat
c) ROM meningkat
d) Kaku sendi menurun
2) Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119)
Tujuan: komunikasi verbal meningkat (L.13118)
Kriteria Hasil:
a) Kemampaun berbicara meningkat
b) Kontak mata meningkat
c) Pelo menurun
3) Defisit Perawatan Diri (D.0109)
Tujuan : perawatan diri meningkat (L.11103)
Kriteria Hasil :
a) Mempertahankan kebersihan diri meningkat
b) Minat melakukan perawatan diri meningkat
c. Intervensi Keperawatan (SIKI, 2018)
1) Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)
Dukungan mobilisasi (I.05173) dengan intervensi :
a) Memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas
pergerakan fisik
b) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
c) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
d) Monitor KU selama melakukan mobilisasi
e) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
2) Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119)
Promosi komunikasi : Defisit bicara (I.13492) dengan
intervensi:
a) Menggunakan teknik komunikasi tambahan pada indivisu
dengan gangguan bicara
b) Monitor proses kogniif, anatomis, dan fisiologis yang
berkaitan dengan bicara
3) Defisit Perawatan Diri (D.0109)
Dukungan perawatan diri (I.11348) dengan intervensi :
a) Memfasilitasi kebutuhan pemenuhan keperawatan diri
b) Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
c) Sediakan lingkungan yang berprivasi
DAFTAR PUSTAKA

Agritubella.2013.PanduanPemeriksaanFisikPendekatanProsesKeperawatan.
Pekanbaru:BagianKeperawatanSTIKesPMC
Batticaca,F.2012.AsuhanKeperawatanpadaKliendenganGangguanSistemPers
arafan.Jakarta:SalembaMedika

Haryono,RdanUtami,MPS.2019.KeperawatanMedikalMedah2.Yogyakarta:Pu
stakaBaruPress
Nurarif, A. H dan Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
berdasarkanpenerapan diagnosa Nanda, NIC, NOCdalam berbagai
kasus Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediac
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Purwanto,H.2016.ModulBahanAjarCetakKeperawatan:KeperawatanMedikal
BedahII.Jakarta:PusdikSDMKesehatanKementerianKesehatanRepubl
ikIndonesia.
Riskesdas Nasional. 2018. Pusat Data dan Informasi Kementerian
KesehatanRepublikIndonesia,(Online),diakses18Januari2020
Tarwoto.2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta:CV.SagungSeto
Widagdo,dkk.AsuhanKeperawatanPadaKlienDenganGangguanSistemPersar
afan.Jakarta:PenerbitBukuKesehatan

Anda mungkin juga menyukai