Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Stase Gawat Darurat
Disusun oleh :
PARID KHOIRUDIN
NIM. 21350025
B. Definisi
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin,
2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah
di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab
stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi
arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,
namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun
(Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah
salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di
otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang
menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
C. Etiologi
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi:
1. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
2. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi
lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan
3. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
5. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai
bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan
mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
6. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan
dan degenerasi pembuluh darah.
Faktor resiko pada stroke adalah :
1 Hipertensi
2 Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3 Kolesterol tinggi, obesitas
4 Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5 Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
D. Manifestasi Klinis
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke:
1.Daerah a. serebri media
1. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
2. Hemianopsi homonim kontralateral
3. Afasi bila mengenai hemisfer dominan
4. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2. Daerah a. Karotis interna
Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
3. Daerah a. Serebri anterior
1. Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
2. Incontinentia urinae
3. Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena
4. Daerah a. Posterior
Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai
5. Daerah vertebrobasiler
1. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
2. Hemiplegi alternans atau tetraplegi
3. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)
E. Patofisiologi
Ada dua bentuk CVA bleeding:
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau
hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar
otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus,
pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
H. Pemeriksaan Penunjang
1 Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
2 Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
3 CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4 MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi
dan infark akibat dari hemoragik.
5 EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan
otak.
I. Pengkajian Keperawatan
1. airway
Tingkat kesadaran : Somnolen
Pernafasan : Abnormal
Upaya bernafas : Ada
Benda asing di jalan nafas : Pangkal lidah jatuh ke belakang
Bunyi nafas : Snoring
Hembusan nafas : Terdengar
2. breathing
Jenis Pernafasan : Takipnea
Frekwensi Pernafasan: 22 x /menit
Retraksi Otot bantu nafas : Terdapat retraksi dinding dada
Kelainan dinding thoraks : Dinding thoraks tampak simetris
Bunyi nafas : Snoring
Hembusan nafas : Terdengar hembusan napas
3. circulation
Tingkat kesadaran : Somnolen
Perdarahan (internal/eksternal) : Tidak terdapat perdarahan eksternal, dicurigai adanya
perdarahan di otak
Kapilari Refill : ≤ 2 detik
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Nadi radial/carotis : 110 x/menit
Akral perifer : Hangat
4. disability
GCS : E2 V2 M4 : 8
Tingkat kesadaran : Somnolen
Reflex fisiologis : Reflek pupil (+/+)
Reflex patologis : Reflek Babinski (-)
Kekuatan otot : 222 222 | 222 222
Skala nyeri : 7 (Behavior Pain Scale)
5. eksposure
Adanya suatu trauma dapat mempengaruhi exposure, reaksi kulit, adanya tusukan dan
tanda-tanda lain yang harus diperhatikan. Dalam penilaian exposure dapat diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
Eksposur kulit
Keadaan suhu tubuh
J. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Normocephale
Kulit kepala : Tidak ada lesi
Mata : Pupil simetris
Telinga : Tampak bersih
Hidung :Tidak ada secret terpasang NGT
Mulut dan gigi : Mulut tampak kering dan pecah pecah, gigi ompong, tampak ludah
merembes
Wajah : Tampak simetris, tampak pucat
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
c. Dada/ thoraks Paru-paru
Inspeksi : Tampak simetris, terdapat otot bantu napas, terdapat retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak ada benjolan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
Jantung
Inspeksi :Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Murmur jantung (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada acites, tidak ada jejas
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 8 x/menit
e. Pelvis
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Tidak ada benjolan
f. Perineum dan rektum : Tampak bersih, tidak ada lesi
g. Genitalia : Terpasang cateter urine
h. Ekstremitas
Status sirkulasi : CRT ≤ 2 detik, akral hangat, nadi teraba
Keadaan injury : Tidak terdapat injury
i. Neurologis
Fungsi sensorik : Tidak terkaji
Fungsi motorik : Kekuatan otot = 222 222
222 222
L. Diagnosa Keperawatan
Terapi oksigen
1. Bersihkan jalan nafas dari sekret
2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen sesuai intruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul oksigen
dan sistem humidifier
5. Beri penjelasan kepada
6. klien tentang pentingnya pemberian
oksigen
7. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
8. Monitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
9. Anjurkan klien untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas dan tidur
2 Kerusakan komunikasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Libatkan keluarga untuk membantu
verbal b.d penurunan selama 3 x 24 jam, diharapkan klien memahami / memahamkan informasi
sirkulasi ke otak Mampu untuk berkomunikasi lagi dengan dari / ke klien
kriteria hasil: 2. Dengarkan setiap ucapan klien dengan
1. dapat menjawab pertanyaan yang penuh perhatian
diajukan perawat 3. Gunakan kata-kata sederhana dan
2. dapat mengerti dan memahami pendek dalam komunikasi dengan
pesan- pesan melalui gambar klien
3. dapat mengekspresikan 4. Dorong klien untuk mengulang kata-
perasaannya secara verbal maupun kata
nonverbal 5. Berikan arahan / perintah yang
sederhana setiap interaksi dengan
klien
6. Programkan speech- language teraphy
7. Lakukan speech- language teraphy
setiap interaksi dengan klien
3 Defisit perawatan Setelahdilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji kamampuan klien untuk
diri; mandi,berpakaian, selama 3 x 24jam, diharapkan kebutuhan perawatan diri
makan mandiri klien terpenuhi, dengan kriteria 2. Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat
hasil: bantu dalam makan, mandi,
1. Klien dapat makan dengan berpakaian dan toileting
bantuan orang lain / mandiri 3. Berikan bantuan pada klien hingga
2. Klien dapat mandi dengan bantuan klien sepenuhnya bisa mandiri
orang lain 4. Berikan dukungan pada klien untuk
3. Klien dapat memakai pakaian menunjukkan aktivitas normal sesuai
dengan bantuan orang lain / kemampuannya
mandiri 5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan
4. Klien dapat toileting dengan kebutuhan perawatan diri klien
bantuan alat
4 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Ajarkan klien untuk latihan rentang
fisik b.d kerusakan selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat gerak aktif pada sisi ekstrimitas yang
neurovas-kuler melakukan pergerakan fisik dengan sehat
kriteria hasil : 2. Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
1 Tidak terjadi kontraktur otot dan ekstrimitas yang parese / plegi dalam
footdrop toleransi nyeri
2 Pasien berpartisipasi dalam 3. Topang ekstrimitas dengan bantal
3 program latihan untuk mencegah atau mangurangi
4 Pasien mencapai keseimbangan bengkak
saat duduk 4. Ajarkan ambulasi sesuai dengan
5 Pasien mampu menggunakan sisi tahapan dan kemampuan klien
tubuh yang tidak sakit untuk 5. Motivasi klien untuk melakukan
kompensasi hilangnya fungsi pada latihan sendi seperti yang disarankan
sisi yang parese/plegi 6. Libatkan keluarga untuk membantu
klien latihan sendi
5 Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan perawatan 1. Beri penjelasan pada klien tentang:
integritas kulit b.d selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien resiko adanya luka tekan, tanda dan
immobilisasi fisik mampu mengetahui dan mengontrol gejala luka tekan, tindakan
resiko dengan kriteria hasil : pencegahan agar tidak terjadi luka
1. Klien mampu menge-nali tanda tekan)
dan gejala adanya resiko luka 2. Berikan masase sederhana
tekan 3. Lakukan alih baring
2. Klien mampu berpartisi-pasi 4. Berikan manajemen nutrisi
dalam pencegahan resiko luka 5. Berikan manajemen tekanan
tekan (masase sederhana, alih ba-
ring, manajemen nutrisi,
manajemen tekanan).
6 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan tindakan perawatan Aspiration Control Management :
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak 1. Monitor tingkat kesadaran, reflek
penurunan tingkat terjadi aspirasi pada pasien dengan kriteria batuk dankemampuan menelan
kesadaran hasil : 2. Pelihara jalan nafas
1. Dapat bernafas dengan 3. Lakukan saction bila diperlukan
mudah,frekuensi pernafasan 4. Haluskan makanan yang akan
normal diberikan
2. Mampu menelan,mengunyah tanpa 5. Haluskan obat sebelum pemberian
terjadi aspirasi
7 Resiko Injuri Setelah dilakukan tindakan perawatan Risk Control Injury
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak 1. menyediakan lingkungan yang aman
penurunan tingkat terjadi trauma pada pasien dengan kriteria bagi pasien
kesadaran hasil: 2. memberikan informasi mengenai cara
1. Bebas dari cedera mencegah cedera
2. Mampu menjelaskan factor resiko 3. memberikan penerangan yang cukup
dari lingkungan dan cara untuk 4. menganjurkan keluarga untuk selalu
mencegah cedera menemani pasien
3. Menggunakan fasilitas kesehatan
8 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan perawatan Respiratori Status Management
efektif berhubungan selama 3 x 24 jam, diharapkan pola nafas
1. Pertahankan jalan nafas yang paten
dengan penurunan pasien efektif dengan kriteria hasil :
kesadaran 1. Menujukkan jalan nafas paten 2. Observasi tanda-tanda hipoventilasi
(tidak merasa tercekik, irama nafas
3. Berikan terapi O2
normal, frekuensi nafas normal,
tidak ada suara nafas tambahan 4. Dengarkan adanya kelainan suara
2. Tanda-tanda vital
tambahan
3. dalam batas normal
5. Monitor vital sign
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, D., & Dominica, D. (2018). Gambaran drug related problems (DRP’s)
pada penatalaksanaan pasien stroke hemoragik dan stroke non hemoragik
di RSUD Dr M Yunus Bengkulu. Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian
Indonesia, 5(1), 36-44.
Siwi, M. E., Lalenoh, D., & Tambajong, H. (2016). Profil Pasien Stroke
Hemoragik yang Dirawat di ICU RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado
Periode Desember 2014 sampai November 2015. e-CliniC, 4(1).