Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Keperawatan

Gawat Darurat

Dosen Pembimbing :

Irfan Ali Rahman , S.Kep.,Ners., M.Kep

Disusun oleh :

Wildan Syahida Ali

NIM. 2006277057

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

CIAMIS

2021

1
A. DEFENISI
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di
otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke
hemoragik antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri
venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun
bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria
Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu
jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak
sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan
otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

B. ETIOLOGI 
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
1. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
2. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas
dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi
aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan
3. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk
abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga
darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan
menimbulkan perdarahan otak.

2
5. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan
dan degenerasi pembuluh darah.

Faktor resiko pada stroke adalah


1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi
atrium, penyakit jantung kongestif)
3. Kolesterol tinggi, obesitas
4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan
kadar estrogen tinggi)
7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol

C. PATOFISIOLOGI STROKE HEMORAGIK
Ada dua bentuk CVA bleeding

STROKE HEMORAGIK

1. Perdarahan intra cerebral

3
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau
hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar
otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral
sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus,
pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma
paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi
willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan
ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan
tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk
dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5
hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga
karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan
kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang
subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2
dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2
jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa

4
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun
sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia,
tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.

D. PATHWAY STROKE HEMORAGIK

5
E. MANIFESTASI KLINIS STROKE HEMORAGIK
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke
1. Daerah a. serebri media
a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
b. Hemianopsi homonim kontralateral
c. Afasi bila mengenai hemisfer dominan
d. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2. Daerah a. Karotis interna
Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
3. Daerah a. Serebri anterior
a. Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
b. Incontinentia urinae
c. Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena
4. Daerah a. Posterior
a. Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai
b. daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri media
c. Nyeri talamik spontan
d. Hemibalisme
e. Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
5. Daerah vertebrobasiler
a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
b. Hemiplegi alternans atau tetraplegi
c. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)
 

STROKE HEMORAGIK
F. KOMPLIKASI 

6
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1. Infark Serebri
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

G. PENATALAKSANAAN MEDIS STROKE HEMORAGIK


Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan
otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan,
tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat
dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta
tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan
pada fase akut.
b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran
darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita
beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular
yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran
pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.

7
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG STROKE HEMORAGIK
1. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya
secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi
dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.

8
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
- Identitas Klien: meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada
usia tua) jenis kelamin, alamat, agama, tanggal pengkajian, jam,
No. RM.
- Identitas penanggung jawab: meliputi nama, umur, jenis kelamin,
alamat, agama, hubungan dengan klien.
Pengkajian Primer
A (Airway) : untuk mengakaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan
servikal, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, distress pernafasan, ada secret
atau tidak.
B (Breathing) : kaji henti nafas dan adekuatnya pernafasan, frekuensi
nafas dan pergerakan dinding dada, suara pernafasan melalui hidung atau
mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan nafas.
C (Circulation) : kaji ada tidaknya denyut nadi, kemungkinan syok, dan
adanya perdarahan eksternal, denyut nadi, kekuatan dan kecepatan, nadi
karotis untuk dewassa, nadi brakialis untuk anak, warna kulit dan
kelembaban, tanda- tanda perdarahan eksternal, tanda- tanda jejas atu
trauma.
D ( Disabiliti) : kaji kondisi neuromuscular pasien, keadaan status
kesadaran lebih dalam (GCS), keadaan ekstrimitas, kemampuan motorik
dan sensorik.
Pengkajian Sekunder
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang.
b. Riwayat kesehatan masa lalu.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
2. Riwayat dan mekanisme trauma.
3. Pemeriksaan fisik (head to toe).
4. Pemeriksaan laboratorium.
5. Pemeriksaan diagnostic.
6. Terai obat.

9
I.       DIAGNOSA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
1.      Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah
ke otak terhambat
2.       Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke
otak
3.      Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan
kerusakan neurovaskuler
4.      Kerusakan mobilitas fisik  berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5.      Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
6.      Resiko Aspirasi berhubungan dengan  penurunan kesadaran
7.      Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
8.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
 

STROKE HEMORAGIK

10
J.    RENCANA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi
No Keperawatan Hasil
(SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. Risiko Perfusi Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan TIK
Serebral Tidak Setelah dilakukan Observasi
Efektif tindakan keperawatan  Identifikasi penyebab peningkatan
SDKI D.0009 1x8 jam diharapkan TIK
Hal 32 tidak terjadi risiko  Monitor tanda atau gejala
perfusi serebral tidak peningkatan TIK
efektif (SLKI  Monitor MAP
L.02014, Hal 85) Terapeutik
dengan :  Berikan posisi semi fowler
Kriteria hasil  Hindari pemberian cairan IV
 Tekanan Intrakranial hipotonik
 Sakit kepala  Cegah terjadinya kejang
 Gelisah Kolaborasi
 Kecemasan  Kolaborasi dalam pemberian sedasi
 Agitasi dan anti konvulsan, jika perlu
 Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring
(Monitor tekanan intrakranial)
- Berikan informasi kepada
keluarga
- Monitor tekanan perfusi serebral
- Catat respon pasien terhadap
stimuli
- Monitor tekanan intrakranial
pasien dan respon neurology
terhadap aktivitas
- Monitor jumlah drainage cairan

11
serebrospinal
- Monitor intake dan output cairan
- Kolaborasi pemberian antibiotic
- Posisikan pasien pada posisi
semifowler
Minimalkan stimuli dari lingkungan

2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi


efektif tindakan perawatan Observasi
SDKI L.01004 selama 1 x8 jam, - Monitor Frekuensi,irama, nafas,
Hal 95 diharapkan pola nafas kedalaman dan upaya nafas
pasien efektif dengan - Monitor pola napas (bradifneu,
kriteria hasil : takipneu, hiperventilasi,
- frekuensi nafas kussmaul, Cheyne-stokes,biot,
membaik atasksik)
- Tanda-tanda vital dalam - Monitor kemampuan batuk efektif
batas normal - Monitor adanya produksi sputum
-penggunaan otot bantu - Monitor adanya sumbatan jalan
nafas dari 3 ke 5 nafas
- Palfasi kesimetrisan ekspasi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor spo2
- Monitor nilai agd
- Monitor hasik x ray thoraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan repirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
- pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
Kode I.01014

12
Hl :247

Dukungan ventilasi
Observasi
- Identifikasi adanya kelelahan
otot bantu nafas
- Monitor status respirasi dan
osigenasi
Terapeutik
- Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhahan
- Gunakan bag-valve mask,jika
perlu
Kode : I.01002
HL : 49

(Bachtiar, Hidayah, and Ajeng 2015)


3 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan Pencegahan aspirasi
Kode D.0149 tindakan perawatan Observasi
Halaman 1x8 jam, diharapkan - Monitor tingkat kesadaran, batuk,
tidak terjadi aspirasi muntah dan kemampuan menalan
pada pasien dengan - Monitor status pernafasan
kriteria hasil : - Monitor bunyi nafas, terutama
-          Dapat bernafas setelah makan/.minum
dengan - Perika residu gaster sebelum
mudah,frekuensi memberi asupan oral
pernafasan normal - Periksa kepatena selang
- tingkat kesadaran nasogastric sebelum memberi
membaik asupan oral
Terapeutik
- Posisikan semi fowler (30-45
derajat ) 30 menit sebelum
memberi asupan oral
- Pertahankan posisi semi fowler

13
(30-45 derajat ) pada pasien tidak
sadar
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
(teknik head chin till chin lift, jaw
thrust, in line)
- Pertahankan pengembangan balon
ETT
- Lakuakan penghisapan jalan
napas, jika produksi secret
meningkat
- Sediakan suction di ruangan
- Hindari memberi makanan
melalui selang gastrointestinan,
jika residu banyak
- Berikan makanan dengan ukuran
kecil atau lunak
- Berikan obat oral dalam bentuk
cair
Terapeutik
- Anjurkan makan secara perlahan
- Ajarkan strategi mencegah
aspirasi
- Ajarkan teknik mengunyah atau
menelan, jika perlu
Kode I.01018
Halaman 273

(Munawaroh, Handoyo, and


Astutiningrum 2012)
Resiko gangguan Setelah dilakukan Perawatan integrita kulit
integritas / tindakan perawatan Observasi
jaringan selama 1 x 8 jam, - Identifikasi penyebab gangguabn
Kode : D.0139 diharapkan pasien intergitas kulit (penurunan

14
Hl : 300 mampu mengetahui monilitas, kelembaban dll
dan  mengontrol Terapeutil
resiko dengan kriteria - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
hasil : baring
-          Klien mampu - Lakukan pemijatan diarea
menge-nali tanda dan penonjolan tulang
gejala  adanya resiko - Bersihkan perineal dengan air
luka tekan hangat, terutama selama periode
-          Klien mampu diare
berpartisi-pasi dalam Edukasi
pencegahan resiko - Anjurkan meningkatkan asupan
luka tekan (masase nutrisi
sederhana, alih ba- Kode I.11353
ring, manajemen HL : 316
nutrisi, manajemen
tekanan). (Okatiranti, Sitorus, and Tsuawabeh
- kemampuan menhindari 2013)
resiko

Discharge planning bagi pasien stroke


1.     Memastikan keamanan bagi pasien setelah pemulangan
2.     Memilih perawatan, bantuan, atau peralatan khusus yang dibutuhkan
3.     Merancang untuk pelayanan rehabilitasi lanjut atau tindakan lainnya di rumah (misal
kunjungan rumah oleh tim kesehatan)
4.     Penunjukkan health care provider yang akan memonitor status kesehatan pasien
5.     Menentukan pemberi bantuan yang akan bekerja sebagai partner dengan pasien untuk
memberikan perawatan dan bantuan harian di rumah, dan mengajarkan tindakan yang
dibutuhkan.

K.   DAFTAR PUSTAKA


Bachtiar, Arief, Nurul Hidayah, and Amana Ajeng. 2015. “Pelaksanaan Pemberian Terapi
Oksigen Pada Pasien Gangguan Sistem Pernafasan.” Poltekkes Kemenkes Malang 1(2):

15
48–52. http://jurnal.poltekkes-malang.ac.id/berkas/d96f-48-52.pdf.

Munawaroh, Sri Wisnu, Handoyo, and Diah Astutiningrum. 2012. “Efektifitas Pemberian
Nutrisi Enteral Metode Intermittent Feeding Dan Gravity Drip Terhadap Volume Residu
Lambung Pada Pasien Kritis Di Ruang ICU RSUD Kebumen.” Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan 8(3): 1–5.

Okatiranti, Ria Eviyanti Sitorus, and Dini Tsuawabeh. 2013. “Risiko Terjadinya Dekubitus
Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien Di Ruang Perawatan Neurologi The Risk
of Decubitus Incidence Based on Patients ’ Dependency Level in Neurological Ward.”
Jurnal Keperawatan Padjadjaran 1(3): 176–82.
http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/66/63.

16

Anda mungkin juga menyukai