1.2 Etiologi
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom menurut Sudoyono (2013) adalah :
Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
Fraktur depresi tulang tengkorak
Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
Cedera penetrasi peluru
Jatuh
Kecelakaan kendaraan bermotor
Hipertensi
Malformasi Arteri Venosa
Aneurisma
Distrasia darah
Merokok
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi intracranial hematom menurut Sudoyono (2013) diklasifikasikan
menjadi:
a. Hematom supra tentoral
b. Hematom serbeller
c. Hematom pons batang otak
1.4 Patofisiologi
Perdarahan intracranial ini dapat disebabkan karena kecelakaan yang
menyebabkan trauma kepala, fraktur depresi tulang tengkorak, gerak akselerasi
dan deselerasi tiba-tiba, hipertensi, malformasi arteri venosa, distrasia darah
sehingga menyebabkan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah tersebut
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan disekitarnya atau didekatnya
sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan tertekan. Darah yang keluar dari
pembuluh darah sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan vasospasme
pada arteri disekitar perdarahan, perdarahan ini dapat menyebar keseluruh
hemisfer otak dan lingkaran willisi, perdarahan aneorisma ini merupakan lekukan-
lekukan berdinding tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang lemah.
Makin lama aneurisma makin besar dan kadang-kadang pecah saat melakukan
aktivitas. Dalam keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah darah yang
mengalir ke otak 58ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila aliran darah ke otak
turun menjadi 18 ml/ menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian
aktifitas listrik pada neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala ini
masih reversible. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh
dari darah. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan fungsi otak,
bila lebih lama dari 6-8 menit akan terjadi jejas atau lesi yang irreversibbel.
Perdarahan dapat meninggikan tekanan intracranial dan menyebabkan ischemi
didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga dapat berakibat mengurangnya
aliran darah ke ottak baik secara umum maupun lokal (Corwin, 2012).
1.5 Pathway
1.6 Manifestasi klinis
Menurut Corwin (2012) manifestasi klinik dari dari Intra cerebral Hematom yaitu :
Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom.
Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal
Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal
Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra cranium
Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat
Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatan tekanan intra cranium.
1.7 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel,
atau menyebar ke permukaan otak.
MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma
atau malformasi vaskuler.
Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke.
b. Pemeriksaan laboratorium
Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian berangsur-
angsur turun kembali.
Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
1.8 Diagnosa banding
Stroke iskemik, stroke hemoragic
Ensefalitis herpes simpleks
Subdural hematoma
Epidural hematoma
1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Intracranial Hematoma (ICH):
Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse
Transfusi atau platelet
Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan platelet
(plasma segar yang dibekukan)
Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di dalam darah
yang membantu darah untuk menggumpal (faktor penggumpalan)
Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan tekanan di
dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan hidup, jarang
dilakukan karena operasin itu sendiri bisa merusak otak.
1.1.1 Pengkajian
Pengumpulan data
1. Identitas klien meliputi
Nama, umur : pasien pada intracranial hematom kebanyakan terjadi pada
usia tua 45-75 tahun hal tersebut terjadi karena elastisitas pembuluh
darahnya berkurang sehingga mudah pecah)
Jenis kelamin : pada pasien ICH laki-laki lebih sering terjadi dari pada
perempuan, hal tersebut bisa terjadi salah satunya perilaku yang tidak baik
seperti merokok
Pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasaanya penyebab pasien ICH kebanyakan karena kecelakaan
sehingga menyebabkan trauma kepala, selain itu penyakit tekanan darah yang
terlalu tinggi atau hipertensi juga bisa menyebabkan pecahnya pembuluh
darah sehingga terjadi ICH.
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara
Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
Pemeriksaan integument
Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga
dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena
klien harus bed rest 2-3 minggu
Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
Rambut : umumnya tidak ada kelainan
Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan
refleks batuk dan menelan.
Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologi : CT scan : didapatkan hiperdens fokal,
kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah
satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
Pemeriksaan laboratorium : fungsi lumbal : pemeriksaan likuor
yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
Corwin, J.E. (2012). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I dkk (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.