Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA CEREBRAL HEMATOMA (ICH)

1.1 Defenisi
Intracerebral Hematome (ICH) adalah Perdarahan intracerebral
atau perdarahan yang terjadi pada jaringan otak biasanya akibat robekan
pembuluh darah yang ada dalam jaringan otak. Secara klinis ditandai
dengan adanya penurunan kesadaran yang kadang-kadang disertai
lateralisasi, pada pemeriksaan CT Scan didapatkan lesi pendarahan di
antara neuron otak yang relative normal. Indikasi di lakukan operasi
adanya daerah hiperdens, diameter >3 Cm, perifer, adanya pergeseran
garis tengah. (Amin dan Hardhi, 2015).
Intra Cerebral Hematoma adalah perdarahan ke dalam
substansi otak. Hemorragi ini biasanya terjadi dimana tekanan
mendesak kepala sampai daerah kecil, dapat terjadi pada luka tembak
,cidera tumpul (Suharyanto, 2010).
Intra secerebral hematom adalah pendarahan dalam jaringan
otak itu sendiri. Hal ini dapat timbul pada cidera kepala tertutup
yang berat atau cidera kepala terbuka. .Intraserebral hematom dapat
timbul pada penderita stroke hemorgik akibat melebarnya pembuluh
nadi. (Corwin, 2011).

1.2 Etiologi
Etiologi dari Intra Cerebral Hematom menurut Suyono (2010 ):
a. Kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala
b. Stress
c. Gerak akselerasi dan deselerasi tiba-tiba
d. Cedera penetrasi peluru
e. Diabetes
f. Hiperkolestrolemia
g. Hipertensi
h. Aneurisma
i. Distrasia darah
j. Obat
k. Merokok

1.3 Manifestasi Klinik


Intracerebral hemorrhage mulai dengan tiba-tiba. Dalam
sekitar setengah orang, hal itu diawali dengan sakit kepala berat,
seringkali selama aktifitas. Meskipun begitu, pada orang tua, sakit
kepala kemungkinan ringan atau tidak ada. Dugaan gejala
terbentuknya disfungsi otak dan menjadi memburuk sebagaimana
peluasan pendarahaan.
Beberapa gejala, seperti lemah, lumpuh, kehilangan perasa,
dan mati rasa, seringkali mempengaruhi hanya salah satu bagian
tubuh. orang kemungkinan tidak bisa berbicara atau menjadi pusing.
Penglihatan kemungkinan terganggu atau hilang. Mata bisa di ujung
perintah yang berbeda atau menjadi lumpuh. Pupil bisa menjadi tidak
normal besar atau kecil. Mual, muntah, serangan, dan kehilangan
kesadaran adalah biasa dan bisa terjadi di dalam hitungan detik
sampai menit.
Menurut Corwin (2011) manifestasi klinik dari dari Intra cerebral
Hematom yaitu :
a. Kesadaran mungkin akan segera hilang, atau bertahap seiring
dengan membesarnya hematom.
b. Pola pernapasaan dapat secara progresif menjadi abnormal
c. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
d. Dapat timbul muntah-muntah akibat peningkatan tekanan intra
cranium.
e. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara
dan gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
f. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan
peningkatan tekanan intra cranium.
1.4 Patofisiologi
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena
ruptur arteria serebri yang dapat dipermudah dengan adanya
hipertensi. Keluarnya darah dari pembuluh darah didalam otak
berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya, sehingga
jaringan yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan.
Darah yang keluar dari pembuluh darah sangat mengiritasi
otak, sehingga mengakibatkan vosospasme pada arteri disekitar
perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh hemisfer otak
dan lingkaran willisi, perdarahan aneorisma-aneorisma ini
merupakan lekukan-lekukan berdinding tipis yang menonjol pada
arteri pada tempat yang lemah. Makin lama aneorisme makin
besar dan kadang-kadang pecah saat melakukan aktivitas.
Dalam keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah darah
yang mengalir ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila
aliran darah ke otak turun menjadi 18 ml/menit per
100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian aktifitas listrik pada
neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala ini masih
revesibel. Oksigen sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2
diperoleh dari darah, otak sendiri hampir tidak ada cadangan O2
dengan demikian otak sangat tergantung pada keadaan aliran
darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan terjadi
gangguan fungsi otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi
jelas/lesi yang tidak putih lagi (ireversibel) dan kemudian kematian.
Perdarahan dapat meninggikan tekanan intracranial dan
menyebabkan ischemi di daerah lain yang tidak perdarahan, sehingga
dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik secara
umum maupun lokal. Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan
dapat berlangsung beberapa menit, jam bahkan beberapa hari.
(Corwin, 2011).
1.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari Intra Cerebral Hematom menurut
Sudoyo (2009) adalah sebagai berikut:
a. Angiografi
b. CT Scanning
c. Lumbal pungsi
d. MRI
e. Thorax photo
f. Laboratorium
g. EKG

1.7 Penatalaksanaan
Pendarahan intracerebral lebih mungkin menjadi fatal dibandingkan
stroke ischemic. Pendarahan tersebut biasanya besar dan catastrophic,
khususnya pada orang yang mengalami tekanan darah tinggi yang
kronis. Lebih dari setengah orang yang mengalami pendarahan besar
meninggal dalam beberapa hari. Mereka yang bertahan hidup biasanya
kembali sadar dan beberapa fungsi otak bersamaan dengan waktu.
Meskipun begitu, kebanyakan tidak sembuh seluruhnya fungsi otak
yang hilang.
Pengobatan pada pendarahan intracerebral berbeda dari stroke
ischemic. Anticoagulant (seperti heparin dan warfarin), obat-obatan
trombolitik dan obat-obatan antiplatelet (seperti aspirin) tidak
diberikan karena membuat pendarahan makin buruk.. Jika orang yang
menggunakan anti koagulan mengalami stroke yang mengeluarkan
darah, mereka bias memerlukan pengobatan yang membantu
penggumpalan darah seperti:
1. Vitamin K, biasanya diberikan secara infuse.
2. Transfusi atau platelet.
3. Transfusi darah yang telah mempunyai sel darah dan pengangkatan
platelet (plasma segar yang dibekukan).
4. Pemberian infus pada produk sintetis yang serupa pada protein di
dalam darah yang membantu darah untuk menggumpal (faktor
penggumpalan).
5. Operasi untuk mengangkat penumpukan darah dan menghilangkan
tekanan di dalam tengkorak, bahkan jika hal itu bisa menyelamatkan
hidup, jarang dilakukan karena operasi itu sendiri bisa merusak otak.
Juga, pengangkatan penumpukan darah bisa memicu pendarahan
lebih, lebih lanjut kerusakan otak menimbulkan kecacatan yang
parah. Meskipun begitu, operasi ini kemungkinan efektif untuk pen
darahan pada kelenjar pituitary atau pada cerebellum.

Menurut Corwin (2011) menyebutkan penatalaksanaan untuk Intra


Cerebral Hematom adalah sebagai berikut:
a. Observasi dan tirah baring terlalu lama.
b. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan
evakuasi hematom secara bedah.
c. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
d. Untuk cedera terbuka diperlukan antibiotiok.
e. Metode-metode untuk menurunkan tekanan intra kranium
termasuk pemberiandiuretik dan obat anti inflamasi.
f. Pemeriksaan Laboratorium seperti : CT Scan, Thorax foto,
dan laboratorium lainnya yang menunjang.

1.8 Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan radiologi
a. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
b. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.
d. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat
i. pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai
pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari
pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan
kemudian berangsur-angsur turun kembali.
d. Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.

1.9 Konsep Keperawatan


Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk
mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan
keperawatan.Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan
data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status
kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya,
spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi
dan gaya hidup klien
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat psikososial
7. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola hubungan dan peran
g. Pola persepsi dan konsep diri
h. Pola sensori dan kognitif
i. Pola reproduksi seksual
j. Pola penanggulangan stress
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
2) Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti,
kadang tidak bisa bicara
3) Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi

b. Pemeriksaan integumen
1) Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan
2) maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-
tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
3) Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
4) Rambut : umumnya tidak ada kelainan

c. Pemeriksaan kepala dan leher


1) Kepala : bentuk normocephalik
2) Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
3) Leher : kaku kuduk jarang terjadi

d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama,
dan kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi
1) Pemeriksaan nervus cranialis
2) Pemeriksaan motorik
3) Pemeriksaan sensorik
4) Pemeriksaan reflex

1.9.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b/d hipertensi
2. Nyeri akut b/d agen cidera biologis
3. Stres berlebih b.d gampang negatif dari stres (mis: gejala fisik, distres
psikologis)
4. Hambatan mobilisasi fisik b.d kondisi yang melemah
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan otot atau tirah baring
6. Gangguan rasa nyaman b.d proses penyakit
7. Ketidak patuhan b.d kurang pengetahuan tentang pengobatan
1.9.3. Intervensi keperawatan

NO DIAGNOSA Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


KEPERAWA
TAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1400)
keperawatan selama x24 jam, Nyeri Aktivitas :
berhubungan
akut teratasi 1.Lakukan pengkajian nyeri
dengan proses Kriteria Hasil komperhensif yang meliputi
Pengetahuan: Manajemen nyeri (1843) lokasi, durasi, intensitas atau
penyakit
beratnya nyeri
(00132) Kode Indikator S. S. 2. Berikan informasi mengenai
A T nyeri, seperti penyebab nyeri,
184302 Tanda dan 3 4 berapa lama nyeri akan
gejala nyeri dirasakan dan antisipasi dari
(PQRST). ketidaknyamanan nyeri
184306 Penggunaan 3 4 3. Ajarkan penggunaan teknik
yang benar non farmakologi seperti teerapi
dari obat yang music dan relaksasi
di resepkan. 4. berikan individu penurun
184322 Teknik posisi 3 4 nyeri yang optimal dengan
yang efektif. peresepan analgesic
184338 Tahu kapan 3 5 5. beritahu dokter jika tidak
untuk berhasil atau jika keluhan pasien
mendapatkan saat ini berubah signifikan dari
bantuan dari pengalaman nyeri sebelumnya
seorang
professional 6. informasikan tim
kesehatan kesehatan atau keluarga
Keterangan : terkait mengenai stategi non
1= Berat farmakologi yang sedang
2 = Cukup berat digunakan untuk
3= Sedang mendorong pendekatan
4= Ringan preventif terkait dengan
5= Tidak ada manajemen nyeri

DAFTAR PUSTAKA
Amin dan Hardhi, 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis NANDA NIC NOC Mediaction. Jogyakarta
NANDA Internasional, 2017. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2017-2018. Jakarta : EGC
Sudoyo,2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1,2,3, Edisi ke 4.
Internal Publishing, Jakarta
Corwi, 2011,S C & Bare, B G.. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah vol.3,ed.8. EGC : Jakarta
Suyono Shires.GT. 2010. Spencer.FC; Ahli bahasa: Laniyati, Kartini.
A; Wijaya.C; Komola.
S;Ronardy. DH; Editor Chandranata. L; Kumala P. 2010. Intisari
Prinsip- Prnsip Ilmu Bedah. EGC; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai