Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRACEREBRAL HEMATOMA (ICH)


RUANG PERAWATAN BEDAH NEUROLOGI LONTARA 3 BAWAH DEPAN
DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO

Sunarti
R014182020

CI LAHAN CI INSTITUSI

[ ] [ Moh. Syafar Sangkala, S.kep., Ns., MANP]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Intracerebral hematoma (ICH) adalah perdarahan yang terjadi di dalam otak atau
di sekitar otak yang menyebabkan darah menggenang dan berkumpul menjadi massa
yang disebut hematoma. Bisa timbul pada cidera kepala tertutup yang berat atau
cidera kepala terbuka. Hematoma intraserebral lebih jarang terjadi daripada hematoma
epidural atau subdural. Hematoma menyebabkan masalah dengan peningkatan TIK.
Reseksi bedah dapat menyebabkan kerusakan sebanyak yang disebabkan oleh bekuan
itu sendiri dan biasanya tidak dilakukan kecuali bekuan mudah diakses (Black &
Hawks, 2014), (Taylor, 2016) & (Ringer, 2018)

B. Etiologi
Menurut Ringer (2018), ICH dapat disebabkan oleh:
1. Hipertensi, peningkatan tekanan darah patologis merusak dinding pembuluh darah
arteri yang kecil, menyebabkan mikroaneurisme yang dikenal sebagai Charcot
Bouchard. Aneurisme ini dapat ruptur secara spontan. Hipertensi merupakan
faktor predisposisi tersering pada ICH, baik tekanan sistolik maupun diastolik.
Pada pasien dengan perdarahan intracerebral spontan dengan tekanan darah
sistolik > 160 mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 100 mmHg.
2. Pengencer darah, obat-obatan seperti Coumadin, heparin, dan warfarin yang
digunakan untuk mencegah pembekuan dalam kondisi jantung dan stroke dapat
menyebabkan ICH.
3. AVM (Arteriovenosa Malformation), jalinan arteri dan vena yang abnormal tanpa
kapiler diantaranya.
4. Aneurisma, tonjolan atau melemahnya dinding arteri. Ketika tonjolan tumbuh,
kemudian menjadi sangat tipis sehingga tekanan darah di dalamnya dapat
menyebabkan bocor atau pecah. Aneurisma biasanya terjadi pada pembuluh darah
yang lebih besar di arteri yang bercabang.
5. Trauma kepala, fraktur pada tengkorak dan luka tembus (tembakan) dapat
merusak arteri dan menyebabkan perdarahan. Perdarahan intraserebral juga
disebabkan oleh trauma akibat kecelakaan (Masotti, Napoli, & Godoy, 2011)
6. Tumor, yakni tumor yang sangat vascular seperti angioma dan tumor metastasis
dapat berdarah ke jaringan otak.
7. Amyloid angiopathy, penumpukan protein di dalam dinding arteri. Amyloid
angiopathy dianggap faktor penyebab kedua terjadinya perdarahan intraserebral
pada penderita lanjut usia. Kelainan ini khas dengan deposit fibril amiloid pada
media dan intima arteria ukuran kecil dan sedang pada otak dan leptomening
pasien lanjut usia. Perdarahan itu mungkin disebabkan karena robeknya dinding
pembuluh yang lemah atau mikroaneurisma.
8. Penggunaan narkoba, alcohol, kokain, dan obat-obatan terlarang lainnya dapat
menyebabkan ICH.
9. Spontan, ICH karena sebab yang tidak diketahui.

C. Manifestasi klinis
Menurut Corwin (2009) & Ringer (2018), menifestasi klinik dari intracerebral
hematom yaitu:
1. Kesadaran mungkin akan segera hilang atau bertahap seiring dengan
membesarnya hematom.
2. Pola pernapasan dapat secara progresif menjadi abnormal.
3. Respon pupil mungkin lenyap atau menjadi abnormal.
4. Dapat timbul mual dan muntah akibat peningkatan tekanan intracranium.
5. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan
motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
6. Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan
tekanan intracranium.
7. Tiba-tiba kelemahan atau mati rasa di wajah, lengan atau kaki, biasanya di satu
sisi.
8. Kejang.

D. Komplikasi
ICH dapat menyebabkan komplikasi yang serius. Ada risiko kejang yang dapat
terjadi kapan saja, tekanan intracranial yang meningkat akibat pembengkakan otak
sehingga kekurangan suplai oksigen ke otak dan akibatnya terjadi kerusakan otak
permanen bahkan kematian, dan herniasi otak ke dalam kanal tulang belakang yang
juga dapat menyebabkan kematian (Shaffer, 2019).
Komplikasi akut tambahan:
- Perdarahan ulang
- Perdarahan di lokasi lainnya
- Infeksi
- Kerusakan saraf kranial
- Koma
- Jika tengkorak retak, kebocoran cairan serebrospinal ke dalam telinga atau saluran
hidung.
Komplikasi pada saat pemulihan ICH juga dapat terjadi yaitu:
- Infeksi saluran kemih
- pneumonia
- kehilangan kontrol kandung kemih
- depresi
- luka decubitus
- kelelahan
- gangguan fungsional berupa kesulitan berbicara, kesulitan bergerak di satu sisi

tubuh, kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh, dan kesulitan berfikir.

E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dari intracerebral hematom menurut (Sudoyo, 2006) yaitu:
1. Angiografi, merupakan prosedur invasif dimana kateter dimasukkan ke dalam
arteri dan melewati pembuluh darah ke otak. Setelah kateter terpasang, pewarna
kontras dimasukkan ke dalam aliran darah dan sinar-X diambil.
2. CT scan, adalah X-ray non-invasif untuk meninjau struktur anatomi dalam otak
dan untuk mendeteksi perdarahan.
3. Lumbal Pungsi
4. MRI, adalah tes non-invasif yang menggunakan medan magnet dan gelombang
frekuensi radio untuk memberikan pandangan rinci tentang jaringan lunak otak.
5. Thorax Photo
6. Laboratorium
7. EKG

F. Penatalaksanaan
Menurut Corwin (2009), penatalaksanaan untuk intracerebral hematom adalah
sebagai berikut:
1. Observasi dan tirah baring lama.
2. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara
bedah.
3. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.
4. Untuk cedera terbuka diperlukan diperlukan antibiotik.
5. Metode-metode untuk menurunkan tekanan inta kranium termasuk pemberian
diuretik dan obat anti inflamasi.
6. Pemeriksaan laboratorium seperti: CT-scan, thorax foto, dan laboratorium lainnya
yang menunjang.
Menurut Ringer (2018), penatalaksanaan dilakukan dengan mengidentifikasi
penyebab dan lokasi perdarahan, dan selanjutnya dilakukan perawatan medis untuk
menghentikan perdarahan, menghilangkan bekuan darah, dan mengurangi tekanan
pada otak. Umumnya perdarahan kecil (<10cm3) dan defisit minimal dirawat secara
medis. Pasien dengan perdarahan serebral (>3cm3) yang memburuk atau yang
memiliki kompresi batang otak dan hidrosefalus dirawat dengan pembedahan untuk
menghilangkan hematoma sesegera mungkin. Pasien dengan perdarahan lobar besar
(50cm3) yang memburuk biasanya menjalani operasi pengangkatan hematoma.
Perwatan medis:
- Jika pasien menggunakan pengencer darah, obat pembalik akan diberikan untuk
mengembalikan faktor pembekuan.
- Tekanan darah dikontrol untuk mengurangi risiko perdarahan yang lebih banyak
namun memberikan aliran darah (perfusi) yang cukup ke otak.
- Mengontrol tekanan intrakranial dengan menggunakan alat yang disebut
intracranial pressure monitor, dapat ditempatkan langsung ke ventrikel atau di
dalam otak untuk mengukur tekanan. Normalnya adalah 20mmHg.
- Mengangkat cairan serebrospinal dari ventrikel dapat membantu mengontrol
tekanan. Kateter ventrikel (IV shunt) dapat ditempatkan untuk mengalirkan cairan
serebrospinal dan memberikan ruang bagi hematoma untuk berkembang tanpa
merusak otak.
- Hiperventilasi juga membantu mengendalikan tekanan intrakranial. Dalam
beberapa kasus, koma dapat diinduksi dengan obat untuk menurunkan tekanan
intrakranial.
Perawatan bedah:
- Craniotomy, yakni melubangi tengkorak kepala dengan bor untuk mengekspos
otak dan menghilangkan bekuan darah. Karena peningkatan risiko pada otak,
teknik ini biasanya dilakukan hanya ketika hematoma dekat dengan permukaan
otak atau jika dikaitkan dengan malformasi arteriovenosa atau tumor yang juga
harus diangkat.
- Aspirasi bekuan stereotactic, adalah operasi invasif minimal untuk hematoma
besar yang letaknya jauh di dalam otak. CT-scan sebelumnya dilakukan untuk
melihat lintasan terbaik untuk memasukkan kanul ke hematoma. Kanula berongga
dan frame stereotactic dimasukkan dengan bor sehingga kemudian dengan dengan
jarum suntik besar dilakukan aspirasi bagian cair bekuan darah. Selanjutnya
kateter yang lebih kecil dimasukkan untuk melanjutkan pengeluaran selama
beberapa hari ataupun beberapa minggu.
Perawatan pemulihan dan pencegahan:
Dilakukan pengawasan tanda-tanda perdarahan kembali, hidrosefalus, dan
komplikasi lainnya. Pasien intracerebral hematoma mungkin menderita defisif atau
gangguan pada fungsi mental atau fisik jangka pendek dan atau jangka panjang
sebagai akibat dari pendarahan atau perawatan. Beberapa defisit ini mungkin hilang
seiring waktu dengan penyembuhan dan terapi. Proses pemulihan mungkin
memakan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun untuk
memahami tingkat defisit yang terjadi dan mengembalikan fungsi.
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas pasien: Nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, status pernikahan
2. Keluhan utama: biasanya didapatkan kelemahan pada anggota gerak sebelah badan,
nyeri kepala dan atau tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat kesehatan: riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat
penyakit keluarga
4. Pemeriksaan fisik:
a. Keadaan umum
1) Kesadaran: umumnya mengalami penurunan kesadaran
2) Suara bicara: kadang mengalami gangguan seperti sulit untuk di mengerti
dan kadang tidak bisa bicara
3) TTV: denyut nadi bervariasi dan tekanan darah meningkat
b. Pemeriksaan integument
1) Kulit: kekurangan O2 kulit akan tampak pucat, dan jika kekurangan cairan
turgor kulit jelek
2) Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger dan sianosis
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala: bentuk normocephalik
2) Muka: umumnya tidak simetris
3) Leher: kaku kuduk, namun jarang terjadi
d. Pemeriksaan dada
Kadang didapatkan suara nafas tambahan terdengar ronchi, wheezing dan
pernapasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
f. Pemeriksaan neurologis
1) Pemeriksaan nervus cranialis
2) Pemeriksaan motoric
3) Pemeriksaan sensorik
4) Pemeriksaan refleks
g. Tanyakan pada pasien terkait tingkat keparahan dan jenis gejala yang dialami serta
dampak gejala pada gaya hidup
h. Kaji riwayat jatuh pasien dari keluarga dan tanyakan keadaan pasien waktu
pertama kali ditemukan setelah terjatuh

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (TIK)
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak (faktor risiko:cedera otak)
3. Risiko infeksi dengan faktor risiko prosedur invasif
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan pada batang otak
6. Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan
7. Risiko jatuh
C. Rencana/ Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
NOC NIC
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah perawatan selama 3x24 jam, nyeri Manajemen Nyeri
agen cedera fisik kronis klien berkurang dengan kriteria hasil: a. melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
Domain 12 Kenyamanan Kontrol Nyeri durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
Kelas 1 Kenyamanan fisik a. Pasien mampu mengenali faktor penyebab beratnya nyeri dan faktor pencetus.
nyeri terjadi b. Mangajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
b. Pasien mampu mengenali kapan nyeri c. Mengajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi
terjadi (skala, intensitas, frekuensi dan nafas dalam, aplikasi panas/dingin dan pijatan,
tanda nyeri) terapi musik)
c. Pasien mampu menggunakan analgesik d. Mengajarkan metode farmakologi untuk
yang direkomendasikan mnurunkan nyeri
e. Berkolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan
Tingkat Nyeri tim kesehatan lainnya untuk memilih dan
a. Pasien melaporkan nyeri berkurang mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri
b. Tidak ada ekspresi nyeri di wajah pasien non farmakologi sesuai kebutuhan
c. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman f. Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
Kolaborasi pemberian analgesik
a. Mengecek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuensi obat analgesik yang
diresepkan
b. Memilih analgesik atau kombinasi analgesik
ketika lebih dari satu diberikan
Memberikan kebutuhan kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat memebantu relaksasi
untuk memfasilitasi penurunan nyeri.
Risiko ketidakefektifan perfusi Setelah perawatan selama 3x24 jam, risiko Manajmen edema serebral
jaringan otak (faktor risiko: ketidakefektifan jaringan otak teratasi dengan a. Monitor adanya kebingungan perubahan
cedera otak) kriteria hasil: pikiran, keluhan pusing, pingsan
b. Monitor status neurologi dengan ketat dan
Domain 4 aktivitas/istirahat Perfusi jaringan: serebral bandingkan dengan nilai normal
Kelas 4 respon kardiovaskuler/ a. Aliran darah klien melalui pembuluh darah c. Monitor tanda-tanda vital
pulmonal serebral normal d. Kolaborasi antikejang sesuai kebutuhan
b. Tidak ada tanda-tanda peningkatan e. Monitor intake dan output
tekanan intrakranial normal f. Pertahankan suhu normal
c. Tekanan darah sitol dan diastol normal g. monitor TIK pasien dan respon neurologi
d. Tidak ada penurunan tingkat kesadran terhadap aktivitas perawatan
e. Klien tidak muntah
f. Klien tidak sakit kepala Monitor tekanan intrakranial
g. Refleks saraf klien tidak terganggu a. Membantu menyisipkan perangkat pemantauan
TIK
b. Monitor tekanan aliran darah otak
c. Monitor status neurologis
d. Kolaborasi antibiotik
e. Menyesuaikan kepala tempat tidur untuk
mengoptimalkan perfusi serebral
f. Monitor suhu dan jumlah WBC
Risiko infeksi area pembedahan Setelah perawatan selama 3x24 jam, risiko Kontrol infeksi
infeksi klien teratasi dengan kriteria hasil: a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Domain 11 keamanan/ b. Pertahankan teknik isolasi
perlindungan c. Batasi pengunjung bila perlu
Kelas 1 infeksi Kontrol risiko : proses infeksi d. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
a. Klien mampu mengidentifikasi faktor risiko tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
infeksi meninggalkan pasien
b. Klien mngenai faktor risiko terjadi infeksi e. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
c. Klien mampu mengidentifikasi risiko infeksi f. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
dalam kehidupan sehari-hari tindakan keperawatan
g. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
h. Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
i. Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
j. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
k. Tingktkan intake nutrisi
l. Berikan terapi antibiotik bila perlu
m. Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
n. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
o. Monitor hitung granulosit, WBC
p. Monitor kerentangan terhadap infeksi
q. Batasi pengunjung
r. Sering pengunjung terhadap penyakit menular
s. Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko
t. Pertahankan teknik isolasi k/p
u. Berikan perawatan kulit pada area epidema
v. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
w. Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
x. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
y. Dorong masukan cairan

Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Exercise therapy : ambulation
berhubungan dengan gangguan selama….gangguan mobilitas fisik teratasi
neuromuskuler dengan kriteria hasil: a. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan
Joint Movement : Active dan lihat respon pasien saat latihan
Domain 4 aktivitas/istirahat Mobility Level b. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
Kelas 2 aktivitas/olahraga Transfer performance rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik c. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas berjalan dan cegah terhadap cedera
c. Memverbalisasikan perasaan dalam d. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
meningkatkan kekuatan dan kemampuan tentang teknik ambulasi
berpindah e. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
d. Memperagakan penggunaan alat Bantu f. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
untuk mobilisasi (walker) secara mandiri sesuai kemampuan
g. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADLs
h. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
i. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
Ketidakefektifan pola nafas Respiratory status : Ventilation Oxygen Therapy
berhubungan dengan penekanan Respiratory status : Airway patency a. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
pada batang otak Vital sign Status b. Pertahankan jalan nafas yang paten
c. Atur peralatan oksigenasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama d. Monitor aliran oksigen
3 x 24 jam diharapkan: e. Pertahankan posisi pasien
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
f. Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan g. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, oksigenasi
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
c. Tanda Tanda vital dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, pernafasan) Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan tehnik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Ketidakseimbangan Nutritional Status : food and Fluid Intake a. Berikan perawatan oral teratur
Nutritional Status : nutrient Intake b. Catat berat badan saat masuk dan bandingken
nutrisi:kurang dari kebutuhan
dengan saat berikutnya
tubuh berhubungan dengan Setelah dilakukan tinfakan c. Pemeriksaan laboratorium/HbHt-elektrolit-
keperawatan selama …. Albumin
ketidakmampuan makan
Klien memenuhi kebutuhan nutrisi harian d. Jelaskan tentang pengontrolan dan pemberian
sesuai dengan tingkat aktivitas dan kebutuhan konsumsi karbohidrat, lemak (makanan rendah
metabolik lemak dapat mencegah serangan pada klien
dengan kolelitiasis dan kolesistitis), protein,
a. Bebas dari tanda malnutrisi vitamin, mineral dan cairan yang adekuat
b. Mempertahankan berat badan stabil e. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk
c. Nilai laboratorium normal (Hb, Albumin) menetapkan kebutuhan kalori harian dan jenis
makanan yang sesuai bagi klien
f. Anjurkan klien istirahat sebelum makan
g. Tawarkan Makan sedikit namun sering
h. Batasi asupan cairan saat makan
i. Sajikan makanan dalam keadaan hangat
Kolaborasi cairan IV
Risiko jatuh Setelah perawatan selama x24 jam, risiko jatuh Pencegahan jatuh
teratasi dengan kriteria hasil:
(domain 11 kelas 2)
a. Mengidentifikasi karasteristik diri lingkungan
Kejadian jatuh yang mungkin meningkatkan potensi jatuh
a. Klien tidak jatuh saat berdiri, berjalan, b. Menghindari meletakkan sesuatu secara tidak
duduk, maupun saat ditempat tidur teratur dipermukaan lantai
b. Klien tidak jatuh saat kekamar mandi c. Menyediakan pencahayaan yang cukup dalam
c. Klien tidak jatuh saat membngkuk rangka meningkatakan pandangan
Keparahan cedera fisik d. Menyediakan lampu dimalam hari disisi
a. Klien tidak mengalami cedera kepala tempat tidur
terbuka maupun tertutup e. Mengajarkan anggota keluarga mengenai
b. Klien tidak mengalami gangguan imobilitas faktor risiko yang berkonstribusi terhadap
c. Tidak ada memar pada klien adanya kejadian jatuh dan bagaimana keluarga
d. Ektremitas tidak keseleo bisa menurunkan risiko ini
f. Menginstruksikan keluarga akan pentingnya
pegangan untuk tangga, kamar mandi, dan jalur
untuk berjalan
g. Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
untuk meminimalkan kejadian jatuh dari
pengobatan yang diberikan

(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2013), (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013) & (Herdman & Kamitsuru, 2018)
BAB III

WEB OF CAUTION (WOC)

Trauma kepala, Fraktur depresi tulang tengkorak, , Hipertensi, Malformasi Arteri Venosa,
Aneurisma, Distrasia darah, Obat, Merokok

Pecahnya pembuluh darah


Pecahnya pembuluh darah
otak (perdarahan intracranial)
otak (perdarahan intracranial)

Darah masuk ke dalam


jaringan otak

Penatalaksanaan : Darah membentuk massa


Kraniotomi atau hematoma

Luka insisi Port d’entri


Penekanan pada jaringan
pembedahan Mikroorganisme
otak

Resiko infeksi
Peningkatan Tekanan
Intracranial

Metabolisme Gangguan aliran darah Fungsi otak menurun


Sel melepaskan
anaerob dan oksigen ke otak
mediator nyeri :
prostaglandin, Refleks menelan
Ketidakefektifan Kerusakan
sitokinin Vasodilatasi menurun
perfusi jaringan neuromotorik
pembuluh darah
cerebral
Kelemahan otot Anoreksia
Impuls ke pusat
nyeri di otak progresif
(thalamus) Ketidakseimbangan
kebutuhan nutrisi
ADL dibantu Risiko jatuh
kurang dari
Impuls ke pusat
kebutuhan tubuh
nyeri di otak Hambatan mobilitas
(thalamus) fisik
Gangguan pemenuhan
Somasensori korteks
kebutuhan ADL
otak : nyeri
dipersepsikan

Nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapora: Elsevier.

Bulechek, G., Butcher, H., Dochterman, J., & Wagner, C. (2013). Nursing Interventions
Classification (NIC). Singapore: Elsevier.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.

Herdman , T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA diagnosis keperawatan defenisi dan
klsifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.

Masotti, L., Napoli, M. D., & Godoy, D. A. (2011). The practial manajement of intracerebral
hemorhage associated with oral anticoagulant therapy. International Journal of Stroke
& Word Stroke Organization, 6, 228-240.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Singapore: Elsevier.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis. Yogyakarta: Mediaction.

Ringer, A. (2018, April). Intracerebral hemorrhage (ICH). Diambil kembali dari Mayfield
Brain & Spine: mayfieldclinic.com/pe-ich.htm

Shaffer, C. (2019, February 26). Intracerebral Hemorrhage (ICH) Complications and


Prognosis. Diambil kembali dari News Medical Life Science:
google.com/amp/s/www.news-medical.net/amp/health/intracerebral-hemorrhage-
(ICH)-Complications-and-Prognosis.aspx

Sudoyo, A. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam.

Taylor, D. C. (2016, Agustus 8). Brain Hemorrhage (Brain Bleeding). Diambil kembali dari
MedicineNet: medicinenet.com/stroke_pictures_slideshow/article.htm

Anda mungkin juga menyukai