Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


INTRACEREBRAL HEMATOMA
DI RUANG ICU RSUD Dr SOEDONO MADIUN

Untuk memenuhi tugas


Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah II

Oleh:
NAMA : Daniyah Utmala Salsabila
NIM : P17230203073

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah di responsi dan disetujui pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :
Judul : Laporan Pendahuluan Pada Pasien Intracerebral Hematoma Di Rumah Sakit Dr
Soedono Madiun

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

( ) (
NIP: )
NIP:
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Intracerebral Hematoma (ICH)
BAB I
KONSEP DASAR

1. Pengertian
Intracerebral hematoma (ICH) adalah perdarahan yang terjadi di dalam otak
atau di sekitar otak yang menyebabkan darah menggenang dan berkumpul menjadi
massa yang disebut hematoma. Bisa timbul pada cidera kepala tertutup yang berat
atau cidera kepala terbuka. Hematoma intraserebral lebih jarang terjadi daripada
hematoma epidural atau subdural. Hematoma menyebabkan masalah dengan
peningkatan TIK. Reseksi bedah dapat menyebabkan kerusakan sebanyak yang
disebabkan oleh bekuan itu sendiri dan biasanya tidak dilakukan kecuali bekuan
mudah diakses (Ringer, 2018).

2. Etiologi
Menurut Ringer (2018), ICH dapat disebabkan oleh:
a. Hipertensi, peningkatan tekanan darah patologis merusak dinding pembuluh
darah arteri yang kecil, menyebabkan mikroaneurisme yang dikenal sebagai
Charcot Bouchard. Aneurisme ini dapat ruptur secara spontan. Hipertensi
merupakan faktor predisposisi tersering pada ICH, baik tekanan sistolik
maupun diastolik. Pada pasien dengan perdarahan intracerebral spontan
dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan atau tekanan darah diastolik >
100 mmHg.
b. Pengencer darah, obat-obatan seperti Coumadin, heparin, dan warfarin yang
digunakan untuk mencegah pembekuan dalam kondisi jantung dan stroke dapat
menyebabkan ICH.
c. AVM (Arteriovenosa Malformation), jalinan arteri dan vena yang abnormal
tanpa kapiler diantaranya.
d. Aneurisma, tonjolan atau melemahnya dinding arteri. Ketika tonjolan tumbuh,
kemudian menjadi sangat tipis sehingga tekanan darah di dalamnya dapat
menyebabkan bocor atau pecah. Aneurisma biasanya terjadi pada pembuluh
darah yang lebih besar di arteri yang bercabang.
e. Trauma kepala, fraktur pada tengkorak dan luka tembus (tembakan) dapat
merusak arteri dan menyebabkan perdarahan. Perdarahan intraserebral juga
disebabkan oleh trauma akibat kecelakaan (Masotti, Napoli, & Godoy, 2011)
f. Tumor, yakni tumor yang sangat vascular seperti angioma dan tumor metastasis
dapat berdarah ke jaringan otak.
g. Amyloid angiopathy, penumpukan protein di dalam dinding arteri. Amyloid
angiopathy dianggap faktor penyebab kedua terjadinya perdarahan intraserebral
pada penderita lanjut usia. Kelainan ini khas dengan deposit fibril amiloid pada
media dan intima arteria ukuran kecil dan sedang pada otak dan leptomening
pasien lanjut usia. Perdarahan itu mungkin disebabkan karena robeknya dinding
pembuluh yang lemah atau mikroaneurisma.
h. Penggunaan narkoba, alcohol, kokain, dan obat-obatan terlarang lainnya dapat
menyebabkan ICH.
i. Spontan, ICH karena sebab yang tidak diketahui.

3. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan kelainan patologis, secara garis besar stroke dibagi
dalam 2 tipe yaitu: ischemic stroke disebut juga infark atau nonhemorrhagic
disebabkan oleh gumpalan atau penyumbatan dalam arteri yang menuju ke otak
yang sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis. Ischemic stroke terdiri
dari tiga macam yaitu embolic stroke, thrombotic stroke dan hipoperfusi stroke.
Tipe kedua adalah hemorrhagic stroke merupakan kerusakan atau "ledakan" dari
pembuluh darah di otak, perdarahan dapat disebabkan lamanya tekanan darah
tinggi dan aneurisma otak. Ada dua jenis stroke hemorrhagic: subarachnoid dan
intraserebral. Akibat yang ditimbulkan oleh serangan stroke diantaranya
kelemahan (lumpuh sebagian atau menyeluruh) secara mendadak, hilangnya
sensasi berbicara, melihat, atau berjalan, hingga menyebabkan kematian
(Arifianto, Sarosa, & Setyawati, 2014).
Intracerebral hematoma Kondisi ini merupakan jenis CVA ICH yang paling
umum. Konsdisi ini biasanya terjadi bukan karena cedera. Gejala pada kondisi ini
bisa muncul dalam hitungan menit atau jam, meliputi:
a. Sakit kepala
b. Kesulitan berbicara
c. Mual
d. Muntah
e. Kesadaran menurun
f. Kelemahan di satu bagian tubuh
g. Tekanan darah tingggi
4. Patofisiologi/Pohon Masalah
Perdarahan intraserebral ini dapat disebabkan oleh karena ruptur arteria
serebri yang dapat dipermudah dengan adanya hipertensi. Keluarnya darah dari
pembuluh darah didalam otak berakibat pada jaringan disekitarnya atau didekatnya,
sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan bergeser dan tertekan. Darah yang
keluar dari pembuluh darah sangat mengiritasi otak, sehingga mengakibatkan
vosospasme pada arteri disekitar perdarahan, spasme ini dapat menyebar keseluruh
hemisfer otak dan lingkaran willisi, perdarahan aneorisma-aneorisma ini merupakan
lekukan-lekukan berdinding tipis yang menonjol pada arteri pada tempat yang lemah.
Makin lama aneorisme makin besar dan kadang-kadang pecah saat melakukan
aktivitas. Dalam keadaan fisiologis pada orang dewasa jumlah darah yang mengalir
ke otak 58 ml/menit per 100 gr jaringan otak. Bila aliran darah ke otak turun menjadi
18 ml/menit per 100 gr jaringan otak akan menjadi penghentian aktifitas listrik pada
neuron tetapi struktur sel masih baik, sehingga gejala ini masih revesibel. Oksigen
sangat dibutuhkan oleh otak sedangkan O2 diperoleh dari darah, otak sendiri hampir
tidak ada cadangan O2 dengan demikian otak sangat tergantung pada keadaan aliran
darah setiap saat. Bila suplay O2 terputus 8-10 detik akan terjadi gangguan fungsi
otak, bila lebih lama dari 6-8 menit akan tejadi jelas/lesi yang tidak putih lagi
(ireversibel) dan kemudian kematian. Perdarahan dapat meninggikan tekanan
intrakranial dan menyebabkan ischemi didaerah lain yang tidak perdarahan, sehingga
dapat berakibat mengurangnya aliran darah ke otak baik secara umum maupun lokal.
Timbulnya penyakit ini sangat cepat dan konstan dapat berlangsung beberapa menit,
jam bahkan beberapa hari. (Corwin, 2016)

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dari intracerebral hematom menurut (Sudoyo, 2017) yaitu:
a. Angiografi, merupakan prosedur invasif dimana kateter dimasukkan ke dalam arteri
dan melewati pembuluh darah ke otak. Setelah kateter terpasang, pewarna kontras
dimasukkan ke dalam aliran darah dan sinar-X diambil.
b. CT scan, adalah X-ray non-invasif untuk meninjau struktur anatomi dalam otak dan
untuk mendeteksi perdarahan.
c. Lumbal Pungsi
d. MRI, adalah tes non-invasif yang menggunakan medan magnet dan gelombang
frekuensi radio untuk memberikan pandangan rinci tentang jaringan lunak otak.
e. Thorax Photo
f.Laboratorium
g. EKG
6. Penatalaksanaan

Menurut Corwin (2016), penatalaksanaan untuk intracerebral hematom adalah


sebagai berikut:

1. Observasi dan tirah baring lama.

2. Mungkin diperlukan ligasi pembuluh yang pecah dan evakuasi hematom secara
bedah.

3. Mungkin diperlukan ventilasi mekanis.

4. Untuk cedera terbuka diperlukan diperlukan antibiotik.

5. Metode-metode untuk menurunkan tekanan inta kranium termasuk pemberian


diuretik dan obat anti inflamasi.

6. Pemeriksaan laboratorium seperti: CT-scan, thorax foto, dan laboratorium lainnya


yang menunjang.

Menurut Ringer (2018), penatalaksanaan dilakukan dengan mengidentifikasi


penyebab dan lokasi perdarahan, dan selanjutnya dilakukan perawatan medis untuk
menghentikan perdarahan, menghilangkan bekuan darah, dan mengurangi tekanan
pada otak. Umumnya perdarahan kecil (3cm3) yang memburuk atau yang memiliki
kompresi batang otak dan hidrosefalus dirawat dengan pembedahan untuk
menghilangkan hematoma sesegera mungkin. Pasien dengan perdarahan lobar besar
(50cm3) yang memburuk biasanya menjalani operasi pengangkatan hematoma.

 Perawatan medis:

- Jika pasien menggunakan pengencer darah, obat pembalik akan diberikan untuk
mengembalikan faktor pembekuan.

- Tekanan darah dikontrol untuk mengurangi risiko perdarahan yang lebih banyak
namun memberikan aliran darah (perfusi) yang cukup ke otak. - Mengontrol tekanan
intrakranial dengan menggunakan alat yang disebut intracranial pressure monitor,
dapat ditempatkan langsung ke ventrikel atau di dalam otak untuk mengukur tekanan.
Normalnya adalah 20mmHg.

- Mengangkat cairan serebrospinal dari ventrikel dapat membantu mengontrol tekanan.


Kateter ventrikel (IV shunt) dapat ditempatkan untuk mengalirkan cairan serebrospinal
dan memberikan ruang bagi hematoma untuk berkembang tanpa merusak otak.
- Hiperventilasi juga membantu mengendalikan tekanan intrakranial. Dalam beberapa
kasus, koma dapat diinduksi dengan obat untuk menurunkan tekanan intrakranial.

 Perawatan bedah:

- Craniotomy, yakni melubangi tengkorak kepala dengan bor untuk mengekspos otak
dan menghilangkan bekuan darah. Karena peningkatan risiko pada otak, teknik ini
biasanya dilakukan hanya ketika hematoma dekat dengan permukaan otak atau jika
dikaitkan dengan malformasi arteriovenosa atau tumor yang juga harus diangkat.

- Aspirasi bekuan stereotactic, adalah operasi invasif minimal untuk hematoma besar
yang letaknya jauh di dalam otak.

- CTscan sebelumnya dilakukan untuk melihat lintasan terbaik untuk memasukkan


kanul ke hematoma. Kanula berongga dan frame stereotactic dimasukkan dengan bor
sehingga kemudian dengan dengan jarum suntik besar dilakukan aspirasi bagian cair
bekuan darah. Selanjutnya kateter yang lebih kecil dimasukkan untuk melanjutkan
pengeluaran selama beberapa hari ataupun beberapa minggu. Perawatan pemulihan dan
pencegahan: Dilakukan pengawasan tanda-tanda perdarahan kembali, hidrosefalus, dan
komplikasi lainnya. Pasien intracerebral hematoma mungkin menderita defisif atau
gangguan pada fungsi mental atau fisik jangka pendek dan atau jangka panjang sebagai
akibat dari pendarahan atau perawatan. Beberapa defisit ini mungkin hilang seiring
waktu dengan penyembuhan dan terapi. Proses pemulihan mungkin memakan waktu
berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun untuk memahami tingkat
defisit yang terjadi dan mengembalikan fungsi.
BAB II
KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN
INTRACEREBRAL HEMATOMA
2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Dengan format yaitu pengkajian data dasar dan fokus yang meliputi:
a. Identitas pasien yang didalamnya terdapat nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku/bangsa, bahasa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan penangung jawab.
b. Riwayat sebelum sakit meliputi penyakit berat yang pernah diderita, obat- obatan yang
biasa dikonsumsi, kebiasaan berobat, alergi obat/makanan, dan alat bantu yang
digunakan.
c. Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan utama pasien, tanggal mulai sakit, proses
terjadinya sakit, upaya yang telah dilakukan, dan observasi tanda-tanda vital seperti suhu,
tekanan darah, dan nadi. Selain itu terdapat riwayat kesehatan keluara yaitu terdiri dari
penyakit yan pernah diderita dan yang sedang diderita.
d. Pemeriksaan fisik:
 Keadaan umum
1) Kesadaran: umumnya mengalami penurunan kesadaran
2) Suara bicara: kadang mengalami gangguan seperti sulit untuk di mengerti dan kadang
tidak bisa bicara
3) TTV: denyut nadi bervariasi dan tekanan darah meningkat
 Pemeriksaan integument
1) Kulit: kekurangan O2 kulit akan tampak pucat, dan jika kekurangan cairan turgor kulit
jelek
2) Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger dan sianosis
 Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala: bentuk normocephalik
2) Muka: umumnya tidak simetris
3) Leher: kaku kuduk, namun jarang terjadi
 Pemeriksaan dada Kadang didapatkan suara nafas tambahan terdengar ronchi, wheezing
dan pernapasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
 Pemeriksaan ekstremitas Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh
 Pemeriksaan neurologis
1) Pemeriksaan nervus cranialis
2) Pemeriksaan motoric
3) Pemeriksaan sensorik
4) Pemeriksaan refleks
 Tanyakan pada pasien terkait tingkat keparahan dan jenis gejala yang dialami serta
dampak gejala pada gaya hidup
 Kaji riwayat jatuh pasien dari keluarga dan tanyakan keadaan pasien waktu pertama
kali ditemukan setelah terjatuh

2.2 Diagnosa Keperawatan


NO DIAGNOSA TUJUN DAN INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA
1. Penurunan Kapasitas Setelah dilakukan (SIKI I.06198) Observasi :
Adaptif Intrakranial
tindakan keperawatan Pemantauan Tekanan - Untuk
(D.0066)
selama 3x24 jam Intrakranial mengetahui
Gangguan mekanisme
Kapasitas adaptif Observasi : penyebab
dinamika intrakranial
dalam melakukan intrakarinal terjadinya
kompensasi terhadap - Identifikasi
meningkat dengan peningkatan
stimulus yang dapat
penyebab
menurunkan kapasitas kriteria hasil : TIK
intrakranial peningkatan TIK
- Tingkat - Agar
(mis. lesi
Penyebab kesadaran mengetahui
menempati ruang,
meningkat apakah ada
1. Lesi menempati
gangguan
ruang (mis. space- - Fungsi peningkatan
occupaying lesion metabolisme,
kognitif pada TD
– akibat tumor,
edema serebral,
abses) meningkat - Untuk
2. Gangguan peningkatan,
- Sakit kepala mengetahui
metabolisme (mis.
tekanan vena,
akibat menurun apakah ada
hiponatremia, obstruksi aliran
- Respon pupil pelebaran
ensefalotapi
cairan
uremikum, membaik tekanan nadi
ensefalopati serebrospinal,
- Tekanan - Agar
hepatikum,
hipertensi
ketoasidosis intracranial mengetahui
diabetik, intracranial
membaik apakah
septikemia)
idiopatik)
3. Edema serebral mengalami
(mis. akibat cedera - Monitor
penurunan
kepala [hematoma
Peningkatan TD
epidural, frekuensi
hematoma - Monitor pelebaran
pada
subdural,
tekanan nadi
hematoma jantung
subarachnoid, (Selisih TDS dan
- Untuk
hematoma
TDD)
intraserebral], mengethui
stroke hemoragik, - Monitor
kondisi
hipoksia,
penurunan
ensefalopati tingkat
iskemik, frekuensi jantung
kaesadaran
pascaoperasi)
- Monitor
4. Peningkatan - Agar
tekanan vena (mis. ireguleritas irama
mengetahui
akibat trombosis
napas
sinus vena apakah ada
serebral, gagal - Monitor
jantung, penurunan tingkat perlambatan
trombosis/obstruks
kesadaran pada respon
i vena jugularis
atau vena kava - Monitor pupil
superior)
perlambatan atau - Untuk
5. Obstruksi aliran
cairan ketidaksemistrisan mengetahui
serebrospinalis
respon pupil kadar CO2
(mis. hidosefalus)
6. Hipertensi - Monitor kadar pada pasien
intrakranial
CO2 dan - Agar
idiopatik
pertahankan dalam mengetahui
Gejala dan Tanda
rentang yang apakah ada
Mayor
diindikasikan tekanan
Subjektif
- Monitor tekanan perfusi
1. Sakit kepala perfusi serebral serebral
- Monitor jumlah, pada pasien
Objektif
kecepatan, dan - Untuk
1. Tekanan darah karakterisitik mengetahui
meningkat
dengan tekanan drainase cairan berapa
nadi (pulse serebrospinal jumlah
pressure)
melebar - Monitor efek cairan
2. Bradikardia stimulus serebrospina
3. Pola napas
ireguler lingkungan l
4. Tingkat terhadap TIK - Agar
kesadaran
menurun mengetahui
5. Respon pupil Terapeutik :
efek apa
melambat atau
- Ambil sampai
tidak sama saja yang
6. Refleks drainase cairan
terjadi pada
neurologis
serebrospinal
terganggu stimulus
- Kalibrasi
lingkungan
Gejala dan Tanda transuder
Minor TIK
- Pertahankan
Subjektif streilitas sistem
Terapeutik :
1. (tidak tersedia) pemantauan
- Mengetahui
- Pertahankan
Objektif sampel
posisi kepala
cairan
1. Gelisah oidan leher
2. Agitasi serebrospin
3. Muntah (tanpa netral
al
disertai mual) - Bilas sistem
4. Tampak - Memonitor
lesu/lemah pemantauan,
kalibrasi
5. Fungsi kognitif jika perlu
terganggu transduser
6. Tekanan - Atur interval
- Mempertha
intrakranial pemantauan
(TIK) nkan
>20mmHg sesuai kondisi
streilitas
7. Papiledema pasien pemantuan
8. Postur desebrasi
- Dokumentasika - Untuk
(ektensi)
n hasil mempetaha
Kondisi Klinis
pemantauan nkan posisi
Terkait
kepala dan
1. Cedera kepala
Edukasi : leher
2. Iskemik
serebral - Jelaskan tujuan - Mengecek
3. Tumor serebral
dan prosedur sistem
4. Hidrosefalus
5. Hematoma pemantauan pemantaua
kranial
- Informasikan n
6. Pembentukan
arteriovenous hasil - Mengantut
7. Edema
pemantauan, interval
vasegenik atau
sitotoksik jika perlu pemantaua
serebral
n sesuai
8. Hiperemia
9. Obstruksi aliran kondisi
vena
pasien
- Mendokum
entasikan
hasil
pemantaua
n

Edukasi :
- Agar
mengetahui
tujuan dan
prosedur
dilakukan
pemantauan
pasien
- Memberika
n informasi
tentang hasil
pemantauan
2. Gangguan Integritas Setelah dilakukan (SIKI I.11353) Observasi :
Kulit/ Jaringan
tindakan keperawatan Perawatan Intergritas Untuk mengetahui
(D.0129)
selama 3x24 jam Kulit penyebab apa saja
Kerusakan kulit
Intergritas kulit dan Observasi : yang terjadi pada
(dermis dan/atau
epidermis) atau jaringan meningkat - Identifikasi gangguan
jaringan (membran
dengan kriteria hasil : penyebab intergritas kulit
mukosa, kornea, fasia,
otot, tendon, tulang, - Perfusi gangguan Terapeutik :
kartilago, kapsul sendi
jaringan integritas kulit - Agar pasien
meningkat (mis. perubahan tidak
dan/atau ligamen).
- Kerusakan sirkulasi, terkena luka
Penyebab jaringan perubahan decubitus
menurun status nutrisi, - Untuk
- Perubahan
sirkulasi - Kerusakan penurunan meminimali
- Perubahan
lapisan kulit kelembapan, sir jika ada
status nutrisi
(kelebihan atau menurun suhu penonjolon
kekurangan)
- Hematoma lingkungan pada tulang
- Kekurangan/
kelebihan menurun ekstrem, maka
volume cairan
- Tekstur penurunan dilakuakn
- Penurunan
mobilitas membaik mobilitas) pemijatan
- Bahan kimia
- Agar tidak
iritatif
- Suhu Terapeutik : terinfeksi
lingkungan
- Ubah posisi tiap oleh bakteri
yang ekstrem
- Faktor mekanis  2 jam jika tirah dari kotoran
(mis.
baring - Untuk
Penekanan pada
tonjolan tulang, - Lakukan melembabk
gesekan) atau
pemijatan pada an kulit
faktor elektris
(elektrodiatermi area penonjolan yang kering
, energi listrik
tulang, jika - Untuk
bertegangan
tinggi) perlu mengatasi
- Efek samping
- Bersihkan kulit yang
terapi radiasi
- Kelembaban perineal dengan sensitive
- Proses penuaan
air hangat, - Agar tidak
- Neuropati
perifer terutama selama terjadi
- Perubahan
periode diare sesuatu pada
pigmentasi
- Perubahan - Gunakan kulit kering
hormonal
produk jika
- Kurang terpapar
informasi berbahan memakai
tentang upaya
petrolium atau produk
memperthankan
/melindungi minyak pada berbahan
integritas
kulit kering alcohol
jaringan
- Gunakan Edukasi :
produk - Untuk
berbahan melemb
ringan/alami abkan
dan hipoalergik kulit
pada kulit - Agar
sensitif tidak
- Hindari produk gampan
berbahan dasar g
alkohol pada terseran
kulit kering g
Edukasi : penyakit
- Anjurkan - Agar
menggunak nutrisi
an pelembab tercukup
(mis. lotion, i dengan
serum) baik
- Anjurkan - Karena
minum air buah
yang cukup dan
- Anjurkan sayur
meningkatk sangat
an asupan baik
nutrisi untuk
- Anjurkan nutrisi
meningkatk bagi
an asupan tubuh
buah dan - Agar
sayur tidak
- Anjurkan mengala
menghindari mi kulit
terpapar kering
suhu - Agar
ekstrem tidak
- Aniurkan terlalu
menggunax terpapar
an tabir oleh
surya SPF sinar
minimal 30 matahari
saat berada - Agar
di luar badan
rumah lebih
- Anjurkan wangi
mandi dan dan
menggunak terbebas
an sabun dari
secukupnya kuman
Daftar Pustaka

Arifianto, A. Sarosa, M. Setyawati, O, (2014) Klasifikasi Stroke BerdasarkanKelainan


Patologis denganLearning Vector Quantization,Jurnal EECCISVol.8, No.2.
(accessed 20 Juli 2019)
Elizabeth J. Corwin. (2016). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya
Media
Aru W.Sudoyo, B. S. (2017). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2 ed., Vol. III).
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2018, Standar diagnosis keperawatan Indonesia, Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2018, Standar luaran keperawatan Indonesia, Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018, Standar intervensi keperawatan Indonesia, Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jaka

Anda mungkin juga menyukai