W DENGAN DIAGNOSA
MEDIS INTRA CEREBRAL HEMORAGHIC (ICH) DENGAN TINDAKAN
CRANIOTOMY MENGGUNAKAN TEKNIK GENERAL ANESTESI DI
RSUD Dr. MOHAMAD SOEWANDHIE SURABAYA
Disusun Oleh :
Oleh:
ABDUR ROHIM
NIM : 2213108AJ
pada, Hari :
Tanggal :
Tempat :
Mengetahui,
PENDAHULUAN
2. Etiologi
3. Tanda Gejala
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Penatalaksanaan Medis
6. Penatalaksanaan Operatif
Penatalaksaan operatif akan dilakukan agar tujuan kembalinya
pergeseran garis tengah, kembalinya tekanan intrakranial ke dalam batas
normal, kontrol pendarahan dan mencegah perdarahan ulang. lndikasi
operasi pada cedera kepala harus mempertimbangkan hal dibawah ini :
• Status neurologis
• Status radiologis
7. Tehnik Operasi
a) Epidural hematom :
c) Intracerebral hematom :
B. Pertimbangan Anestesi
Pelaksanaan
Mesin siap pakai
Cuci tangan
Memakai sarung tangan steril
Periksa balon pipa/ cuff ETT
Pasang macintosh blade yang sesuai
Anjurkan klien berdoa, karena intubasi/ induksi akan
dimulai
Beri oksigen 100% dengan masker/ ambu bag 4 liter/ menit
Masukkan obat-obat sedasi dan relaksan
Lakukan bagging sesuai irama pernafasan
Buka mulut dengan teknik cross finger dengan tangan
kanan
Masukkan laringoskop dengan tangan kiri sampai terlihat
epiglotis, dorong blade sampai pangkal epiglottis
Berikan anestesi daerah laring dengan xylocain spray 10%
Masukkan ETT yang sebelumnya sudah diberi jelly dengan
tangan kanan
Sambungkan dengan bag/ sirkuit anestesi, berikan oksigen
dengan nafas kontrol 8-10 kali/ menit dengan tidal volume
8-10 ml/kgBB
Kunci cuff ETT dengan udara ± 4-8 cc, sampai kebocoran
tidak terdengar
Cek suara nafas/ auskultasi pada seluruh lapangan paru kiri
kanan
Pasang OPA/NPA sesuai ukuran
Lakukan fiksasi ETT dengan plester
Lakukan pengisapan lendir bila terdapat banyak lender
Bereskan dan rapikan kembali peralatan
Lepaskan sarung tangan, cuci tangan.
3. Komplikasi Intubasi
Komplikasi yang sering terjadi pada intubasi antara lain trauma jalan
nafas, salah letak dari ETT, dan tidak berfungsinya ETT. Komplikasi yang
biasa terjadi adalah:
Saat Intubasi
Salah letak : Intubasi esofagus, intubasi endobronkhial, posisi
balon di laring.
Trauma jalan nafas : Kerusakan gigi, laserasi mukosa bibir dan
lidah, dislokasi mandibula, luka daerah retrofaring.
Reflek fisiologi : Hipertensi, takikardi, hipertense intra kranial dan
intra okuler, laringospasme.
Kebocoran balon.
Saat ETT di tempatkan
a) Malposisi (kesalahan letak)
b) Trauma jalan nafas : inflamasi dan laserasi mukosa, luka lecet
mukosa hidung.
c) Kelainan fungsi : Sumbatan ETT.
Setelah ekstubasi
a) Trauma jalan nafas : Udema dan stenosis (glotis, subglotis dan
trakhea), sesak, aspirasi, nyeri tenggorokan.
b) Laringospasme.
C. WOC
D. Tinjauan Teori Askan Pembedahan Khusus
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Identitas
Manifestasi klinis Ht: tanda dan gejala Ht ringan atau berat
Faktor predisposisi Ht
Pemeriksaan diagnostik utk mendeteksi Ht
Indikasi penyakit untuk pembedahan
Breathing
Tanda-tanda objektif-ventilasi yang tidak adekuat
a) Look (lihat) naik turunnya dada yang simetris dan
pergerakan dinding dada yang adekuat. Asimetris
menunjukkan pembelatan (splinting) atau flail chest dan
tiap pernapasan
yang dilakukan dengan susah (labored breathing) sebaiknya
harus dianggap sebagai ancaman terhadap oksigenasi
penderita dan harus segera dievaluasi. Evaluasi tersebut
meliputi inspeksi terhadap bentuk dan pergerakan dada,
palpasi terhadap kelainan dinding dada yang mungkin
mengganggu ventilasi, perkusi untuk menentukan adanya
darah atau udara ke dalam paru.
b) Listen (dengar) adanya pergerakan udara pada kedua sisi
dada. Penurunanatau tidak terdengarnya suara napas pada
satu atau
hemitoraks merupakantanda akan adanya cedera dada. Hati-
hati terhadap adanya laju pernapasanyang cepat-takipneu
mungkin menunjukkan kekurangan oksigen.
c) Gunakan pulse oxymeter. Alat ini mampu memberikan
informasi tentangsaturasi oksigen dan perfusi perifer
penderita, tetapi tidak memastikan adanyaventilasi yang
adekuat
Secondary Survey
Kepala dan leher
Kepala.
Inspeksi (kesimetrisan muka dan tengkorak, warna dan
distribusirambut kulit kepala), palpasi (keadaan rambut,
tengkorak, kulit kepala,massa, pembengkakan, nyeri tekan,
fontanela (pada bayi)).
Leher
Inspeksi (bentuk kulit (warna, pembengkakan, jaringan
parut,massa), tiroid), palpasi (kelenjar limpe, kelenjar tiroid,
trakea), mobilitas leher.
Dada dan paru
Inspeksi.
Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk
dankesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi dada
dikerjakan baik pada saat dada bergerak atau pada saat diem,
terutama sewaktu dilakukanpengamatan pergerakan pernapasan.
Pengamatan dada saat bergerakdilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui frekuensi, sifat dan ritme/iramapernapasan.
Palpasi
Tujuan untuk mengkaji keadaan kulit padadinding dada, nyeri
tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, dan tactil
vremitus (vibrasi yang dapat teraba yang dihantarkan melalui
sistembronkopulmonal selama seseorang berbicara)
Perkusi.
Perhatikan adanya hipersonor atau ”dull” yang menunjukkan
udara (pneumotorak) atau cairan (hemotorak) yang terdapat pada
rongga pleura.
Auskultasi.
Berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang
trakeobronkeal dan untuk mengetahui adanya sumbatan aliran
udara.
Auskultasi juga berguna untuk mengkaji kondisi paruparu dan ron
gga pleura.
Kardiovaskuler
Inspeksi dan
palpasi.
Area jantung diinspeksi dan palpasi secara stimultanuntuk
mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan atau dorongan
(heaves).
Perkusi.
Dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung. Akan
tetapi dengan adanya foto rontgen, maka perkusi pada area
jantung jarangdilakukan karena gambaran jantung dapat dilihat
pada hasil foto torak anteroposterior
Ekstermitas
Beberapa keadaan dapat menimbulkan iskemik pada
ekstremitas bersangkutan, antara lain :
Pasca Anestesi
RK Disfungsi Respirasi ( obstruksi jln napas, tidak efektif pola napas,
aspirasi, , henti napas )
Nyeri
3. Rencana Intervensi
Pre-Anestesi
Intra-Anestesi
RESIKO CEDERA TRAUMA PEMBEDAHAN
a) Siapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan teknik anestesi
b) Atur posisi pasien
c) Bantu pemasangan alat monitoring non invasif
d) Monitor vital sign
e) Bantu pelaksanaan Intubasi ETT
f) Lakukan monitoring
g) Tidak adanya komplikasi anestesi selama operasi berlangsung perianestesi
h) Atasi penyulit yang timbul
i) Lakukan pemeliharaan jalan napas
j) Lakukan pemasangan alat ventilasi mekanik
k) Lakukan pengakhiran tindakan anestesi
PERDARAHAN
a) Observasi TTV
b) Monitoring Jumlah perdarahan
c) Monitoring cairan masuk dan cairan keluar
d) Kolaborasi pemberian produk darah PRC & Trombosit concentrate
Pasca-Anestesi
RESIKO KOMPLIKASI DISFUNGSI RESPIRASI
a. Monitoring Vital sign
b. Monitoring saturasi oksigen pasien
c. Atur posisi pasien
d. Lakukan suctioning
e. Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam pemberian oksigenasi
NYERI
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Identifikasi derajat, lokasi, durasi, frekwensi dan karakteristik nyeri
c) Lakukan Teknik komunikasi terapeutik
d) Ajarkan Teknik relaksasi
e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetic
4. Implementasi
Lakukan tindakan yang sudah direncanakan pada Intervensi dan selalu lakukan evaluasi
formatif dari setiap implementasi yang dikerjakan.
5. Evaluasi
Lakukan evaluasi sumatif berdasarkan kriteria waktu yang ditetapkan pada tujuan (SMART)
Evaluasi menggunakan metode SOAP
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marylinn E. Moorhouse. Geissler. 2012. Rencana Asuahan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Hidayat, A. Azis Alimul., dan Musrifatul Uliyah. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia.
Edisi Revisi. Jakarta : EGC
Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Edisi
2. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC