BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1
2
1.2.3 Manifestas
Manifestasii Klinis
1. Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang
spesifikdari otak) :
1) Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nistagmus, diplopia,
kebutaan, tanda-tanda papil edema.
2) Perubahan bicara, misalnya: aphasia
3) Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi
sensorik.
4) Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.
5) Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin,
dan konstipasi.
6) Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus
7) Perubahan dalam seksual
2. Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari
CSF):
1) Sakit kepala
2) Nausea atau muntah proyektil
3) Pusing
4) Perubahan mental
5) Kejang
3
4
5
6
2. Washing
Cuci lapangan operasi dengan savlon. Tujuan savlon: desinfektan,
menghilangkan lemak yang ada di kulit kepala sehingga pori-pori terbuka,
penetrasi betadine lebih baik. Keringkan dengan doek steril. Pasang doek
sterildi bawah kepala untuk membatasi kontak dengan meja operasi.
3. Markering
Setelah markering periksa kembali apakah lokasi hematomnya sudah benar
dengan melihat CT scan. Saat markering perhatikan: garis rambut – untuk
untuk
kosmetik, sinus – untuk menghindari perdarahan, sutura – untuk
mengetahui lokasi, zygoma – sebagai batas basis crani, jalannya N VII
(kurang lebih 1/3 depan antara tragus sampai dengan canthus lateralis
orbita).
4. Desinfeksi
Desinfeksi lapangan operasi dengan betadine. Suntikkan
Adrenalin1:200.000 yang mengandung lidocain 0,5%. Tutup lapangan
operasi dengandoek steril.
5. Prosedur Operasi
1) Incisi lapis demi lapis sedalam galea (setiap 5cm) mulai dari ujung.
2) Pasang haak tajam 2 buah (oleh asisten), tarik ke atas sekitar 60
derajat.
3) Buka flap secara tajam pada looseconnective tissue. Kompres dengan
kasa basah. Di bawahnya diganjal dengan kasa steril supaya pembuluh
7
8
9
10
5. Kejang
6. Edema cerebral.
7. Perdarahan subdural, epidural, dan intracerebral.
8. Hipovolemik syok.
9. Hidrocephalus.
10. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus).
11. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
12. Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7 –
7 – 14
14 hari setelah operasi.
13. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
14. Pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli keparu-paru,
hati dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,
ambulatif. (Brunner & Suddarth, 2002).
1.2.9 Perawatan Pasca bedah
Monitor kondisi umum dan neurologis pasien dilakukan seperti biasanya.
Jahitan dibuka pada hari ke 5-7. Tindakan pemasangan fragmen tulang atau
kranioplasti dianjurkan dilakukan setelah 6-8 minggu kemudian.
1.2.10 Follow-Up
CT scan kontrol diperlukan apabila post operasi kesadaran tidak membaik
dan untuk menilai apakah masih terjadi hematom lainnya yang timbul kemudian.
11
12
13
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan adanya prosedur tindakan bedah.
Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada
tingkat yang dapat diterima
Kriteria hasil :
a. Tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
b. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
dapat diterima
Intervensi :
1) Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (misal ruangan
tenang, batasi pengunjung).
R : Mengurangi stressor yang dapat memperparah nyeri
2) Berikan analgesik sesuai ketentuan
R : Mengurangi nyeri
3) Cegah adanya gerakan yang mengejutkan seperti membentur tempat
tidur
R : Meminmalkan rasa nyeri yang muncul
4) Cegah peningkatan TIK
R : Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
2. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan
secret di jalan napas
Tujuan :jalan napas kembali efektif.
Kriteria hasil :
a. Klien dapat bernapas dengan baik tanpa alat bantu
b. Status kesadaran meningkat
Intervensi :
1) Monitor status respirasi
R : mengetahui kepastian kepatenan jalan napas.
2) Bebaskan jalan nafas
R : membantu klien dalam hal bernapas
3) Auskultasi suara nafas
R : untuk mengetahui adanya secret di jalan napas
4) Berikan oksigensesuai program
14
15
3) Balikkan pasien miring kanan dan miring ke kiri dengan hati-hati / 2
jam
R : Mencegah cedera
4) Hindari posisi trendelenburg
R : Mencegah peningkatanTIK
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
Tujuan : Pasien tidak mengalami infeksi atau tidak terdapat tanda-tanda
infeksi pada pasien.
Kriteria hasil :Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Intervensi:
1) Pantau tanda / gejala infeksi
R : Mencegah terjadinya infeksi
2) Rawat luka operasi dengan teknik steril
R : Mencegah invasi bakteri
3) Memelihara teknik isolasi, batasi jumlah pengunjung
4) Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protapmikroorganisme
R : Mencegah organisme pathogen masuk
6. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan
hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
1) Monitor intensitas kecemasan
2) Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress
3) Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
4) Kondisikan lingkungan nyaman
Intervensi:
1) Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatment
dan prognosis
R : Memberikan informasi selama perawatan yang didapatkan pasien
2) Tetap dampingi klien untuk menjaga keselamatan pasien dan
mengurangi
R : Memberikan rasa aman dan nyaman
16
17