PENDAHULUAN
Pembedahan pada otak, sumsum tulang belakang, dan saraf secara umum dapat
digambarkan sebagai bedah saraf. Bedah saraf, seperti yang juga dikenal, bekerja
pada gangguan dari sistem saraf. Kondisi yang mungkin memerlukan bedah saraf
termasuk trauma kepala, yang mungkin timbul sebagai akibat dari patah tulang
tengkorak. Tumor otak dan tumor tulang belakang, saraf tulang belakang dan saraf
perifer juga mungkin memerlukan penghapusan oleh seorang ahli bedah saraf
yang terlatih. Bedah Saraf adalah, secara umum, bidang yang sangat kompetitif
dan sulit karena sifat halus operasi bedah yang terlibat.
Bedah saraf mungkin merupakan salah satu keahlian bedah yang memiliki banyak
intrik dan membutuhkan perhatian. Dalam operasi, ahli bedah saraf harus mencari
dan mengoperasi disekitar bagian penting yang kritis bagi kehidupan yang
membutuhkan pengetahuan struktur tubuh manusia
1
1.3 Tujuan
a. Mampu mengetahui pengertian kraniotomi.
b. Mampu menjelaskan indikasi penggunaan kraniotomi.
c. Mampu mengetahui proses keperawatan sebagai kerangka kerja untuk
perawatan pasien pre, intra dan pasca kraniotomi.
d. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien operasi kraniotomi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
1) Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat
tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan
perdarahan. (Hinchliff, Sue. 1999).
2) Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk
meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth. 2002)
3) Jadi post kraniotomi adalah setelah dilakukannya operasi pembukaan tulang
tengkorak Cranioplasty adalah memperbaiki kerusakan tulang kepala dengan
menggunakan bahan plastic atau metal plate.
4) untuk, untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan
darah atau menghentikan perdarahan.
5) Craniektomy adalah insisi pada tulang tengkorak dan membersihkan tulang
dengan memperluas satu atau lebih lubang. Pembedahan craniektomy
dilakukan untuk mengangkat tumor, hematom, luka, atau mencegah infeksi
pada daerah tulang tengkorak.
2.2 Indikasi
3
8) Kelemahan dalam pembuluh darah (cerebral aneurysms)
9) Peradangan dalam otak
10) Trauma pada tengkorak.
c. Electroencephalogram (EEG)
e. Sinar-X
4
h. Fungsi lumbal CSS
Saraf I : Pada pasien tumor intracranial yang tidak mengompresi nervus ini
tidak kelainan pada fungsi penciuman.
Saraf II : Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari
lintasan visual. Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan
pembengkakan papilla saraf optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan
funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan intracranial. Seringkali sulit
untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak, karena pada
beberapa individu, fundus tidak memperlihatkan edema meskipun tekanan
intracranial amat tinggi.
Saraf III, IV, dan VI : Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari
nervus VI merupakan manifestasi dari adanya gliobastoma multifrome.
Saraf V : Pada keadaan tumor intracranial yang tidak mengompresi nervus
trigeminus, maka tidak ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neurolema
yang mengompresi saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral.
5
· Sistem Motorik
· Gerakan Involunter
Pada keadaan tertentu, pasien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada lobus
oksipital. Kejang berhubungan sekunder akibat area fokal kortikal yang peka
(Perkin,2000)
· Sistem Sensori
Nyeri kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada pasien tumor
otak. Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus menerus, tumpul, dan kadang-
kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada waktu pagi hari dan menjadi lebih
hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan tekanan intracranial, seperti
membungkuk, batuk atau mengejan pada waktu buang air besar. Nyeri kepala sedikit
berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit. Nyeri kepala
yang dihubungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur
peka nyeri dalam rongga intracranial (Smeltzer,2002)
Lokasi nyeri kepala cukup bernilai karena sepertiga dari nyeri kepala ini terjadi pada
tumor, sedangkan dua pertiga lainnya terjadi didekat atau diatas tumor. Nyeri kepala
oksipital merupak gejala pertama pada tumor fosa posterior. Kira-kira sepertiga lesi
supratenteriol meyebabkan nyeri kepala frontal. Jika keluhan nyeri kepala yang terjadi
dapat menyeluruh, maka nilai lokasinya kecil dan pada umumnya menunjukkan
pergeseran ekstensif kandungan intracranial yang meningkatkan tekanan intracranial.
Tumor lobus parietalis korteks sensorik parietalis mengakibatkan hilangnya fungsi
sensorik kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, diskriminasi dua titik, grafestesia,
kesan posisi dan streognosis (Smeltzer,2002)
6
Pemeriksaan Refleks Patologis
a. Praoperatif
b. Post operatif
7
Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang
biasanya diberikan selama suhu di atas 37,50C dan untuk nyeri. Sering
kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah kraniotomi, biasanya
sebagai akibat syaraf kulit kepala diregangkan dan diiritasi selama
pembedahan. Kodein, diberikan lewat parenteral, biasanya cukup
untuk menghilangkan sakit kepala. Medikasi antikonvulsan (fenitoin,
deazepam) diresepkan untuk pasien yang telah menjalani kraniotomi
supratentorial, karena resiko tinggi epilepsi setelah prosedur bedah
neuro supratentorial. Kadar serum dipantau untuk mempertahankan
medikasi dalam rentang terapeutik.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pascabedah intrakranial atau
kraniotomi adalah sebagai berikut :
8
a. Peningkatan tekanan intrakranial
d. Infeksi
e. Kejang
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PREOPERASI
Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola
makan setelah sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa
makanan kesukaan klien?kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan
tertentu. Biasanya sebelum pembedahan, pasien dipuasakan selama 6-8
jam. Segala bentuk defisiensi nutrisi dan cairan harus di koreksi sebelum
pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan
jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami
berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi
lebih lama dirawat di rumah sakit. Balance cairan perlu diperhatikan dalam
9
kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit
serum harus berada dalam rentang normal.
Pola eliminasi
Kaji perubahan pola tidur klien sebelum menghadapi oprasi, berapa lama
klien tidur dalam sehari? Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur,
seperti nyeri dan lain lain.
Keadaan pasien yang cemas akan mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat (Ruth
F. Craven, Costance J Himle, 2000). Pada pasien preoperasi yang terencana
mengalami kecemasan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pola tidur antara 3 –
5 jam, sedangkan kebutuhan tidur dan istirahat normal adalah antara 7 – 8 jam.
(Gunawan L, 2001).
10
rendah diri akibat pembedahan yang akan dijalani. Klien akan takut akan
terjadi hal yang tidak diinginkan setelah operasi.
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama
dirawat di Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan
masyarakat sekitarnya?. Pola peran hubungan klien dengan orang lain
tergantung dengan kepribadiannya. Klien dengan kepribadian tipe
ekstrovert pada orang biasanya memiliki ciri-ciri mudah bergaul, terbuka,
hubungan dengan orang lain lancar dan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar. Hal ini akan menyebabkan seseorang lebih terbuka,
lebih tenang serta dapat mengurangi rasa cemas dalam menghadapi pra
operasi.
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien
menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres? Pada pasien pre
operasi dapat mengalami berbagai ketakutan . Takut terhadap anestesi,
takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktahuaan atau takut
tentang derformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh dapat
menyebabkan ketidaktenangan atau ansietas
11
Adapun beberapa diagnosa yang dapat ditegakkan pada pra operatif bedah
kraniotomi
Batasan karakteristik:
· Insomnia
· Kawatir
· Menggigil
· Gelisah
· Sulit konsentrasi
c. Intervensi Keperawatan
12
d. Evaluasi Preoperatif
2. INTRAOPERATIF
a. Pengkajian
Kesiapan klien
Salah satu kesiapan klien adalah bagaimana posisi klien saat dimeja operasi,
ini bergantung pada prosedur operasi yang akan dilakukan juga pada kondisi
fisik pasien
b. Diagnosa Keperawatan
13
4. Kecemasan berhubungan dengan tindakan pembedahan.
c. Intervensi
3. POSTOPERATIF
a. Pengkajian
14
2) Pola nutrisi metabolic
Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan pola
makan setelah sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji apa
makanan kesukaan klien?kaji riwayat alergi klien.
Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan
makanan sesudah pembedahan. Insersi NG tube intra operatif mencegah
komplikasi post operatif dengan decompresi dan drainase lambung.
Makanan yang dianjurkan pada pasien post operasi adalah makanan tinggi
protein dan vitamin C. Protein sangat diperlukan pada proses
penyembuhan luka, sedangkan vitamin C yang mengandung antioksidan
membantu meningkatkan daya tahan tubuh untuk pencegahan infeksi.
· Flatus positif
3) Pola eliminasi
15
Kaji bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari, apakah klien
dapat melakukannya sendiri atau malah dibantu keluarga?
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama
klien tidur dalam sehari? Apakah klien mengalami gangguan dalam
tidur pasca operasi seperti nyeri dan lain lain. Biasanya pasien
mengalami gangguan tidur karena nyeri pasca operasi.
16
8) Pola peran hubugan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama
dirawat di Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan
masyarakat sekitarnya?
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien
menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?
17
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan berhubungan dengan tindakan
invasif, penurunan tingkat kesadaran, lamanya, type dari tindakan
pembedahan.
9. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post
operasi.
10. Pola nafas inefektif berhubungan dengan gangguan integritas jaringan
otak, hypoxemia dampak dari anestesi, serebral edema, area
pembedahan sekitar medulla obongata atau pons.
11. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan
secret.
12. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan efek anastesi.
13. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah
c. Implementasi Keperawatan
Tujuan utama pasien dapat mencakup fungsi pernafasan yang optimal, reda
dari nyeri dan ketidak nyamanan pasca operatif, pemeliharaan suhu tubuh
normal, bebas dari cedera, pemeliharan keseimbangan nutrisi, kembalinya
fungsi perkemihan yang normal, pemulihan mobilitas, dan rencana
rehabilitasi.
d. Intervensi Keperawatan
- Pantau TTV
- Berikan lingkungan yang aman dan nyaman
- Selain memberikan lingkungan aman nyaman, kontrol juga suhu
lingkungan dan pasien
- Alih baring tiap 2 jam
- Pantau GDA
- Motivasi pasien untuk mengungkapkan perasaannya Pendidikan kesehatan
pasien dan keluarga perawatan di rumah
18
- Motivasi pasien kontrol nyeri dengan nafas falam dan ditraksi
- Perawatan luka
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Hari :Jum’at
Tanggal : 07 Desember 2018
Tempat : IBS RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
19
Jam :16.00WIB
Metode : Wawancara dan observasi Sumber : Keluarga pasien
Oleh : Khoerur Rosid AlIslam
A. IdentitasPasien
Nama : Ny.N
Umur : 66Tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Alamat : Bantul,Yogyakarta
Pekerjaan :Swasta
Status :Kawin
Diagnosa : StrokeHemoragik
No.RM :13-44-xx
Tgl.Masuk : 07 Desember2018
B. PenanggungJawab
Nama :Ny.S
Umur : 49Tahun
Alamat : Bantul,
Yogyakarta Hubungandenganpasien :
Anakpasien
C. RiwayatKesehatan
1. Keluhanutama :
Keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh pusing
2. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien rujukan dari RS PKU Muhammadiyah Gamping datang ke RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dengan Stroke Intracerebral
Hemorrhage,dandi
20
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang di alami pasien
D. Pola Fungsi VirginiaHenderson
a) Keb. Bernafas dengannormal
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien dapat bernafas
dengan normal tanpa bantuan alat.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien dapat bernafas dengan
normal menggunakan alat bantu nafas. RR : 20 x/mnt.
b) Keb.Nutrisi
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien makan 2-3 x/hr,
dengan lauk pauk seadanya, porsi habis. Minum 6-8 gelas sedang perhari
dengan minum air putih.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien makan menggunakan
sonde sesuai dengan diit yang diberikan rumah sakit, pasien dipuasakan
sejak pukul 10.00 WIB pada tanggal 07 Desember 2018.
c) Keb.Eliminasi
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien BAK 5/6 x/hr,
dengan warna kekuningan, berbau khas. BAB 1 x/hr dengan konsistensi
lembek, warna kekuningan, berbaukhas.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien BAB 1x/hr, BAK 300 cc
kali perhari di tempat penampungan/urinebag dengan warna kuning,
berbau khas Pasien terpasang Down Cateter ukuran16.
d) Keb. Gerak dan keseimbangantubuh
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien mampu beraktivitas
tanpa bantuan orang lain, pasien tetap melakukan aktivitas sehari-hari.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien hanya bisa berbaring di
tempat tidur karena kesadaran menurun GCS: E : 1, V: 3, M : 5
21
f) Keb.Berpakaian
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien dapat mengenakan
pakaiannya sendiri tanpa bantuan orang lain atau keluarga.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien dibantu perawat ketika
mengenakan pakaian
g) Keb. Mempertahankan suhu tubuh dantemperatur
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien ketika dingin
mengenakan jaket ketika panas mengenakan kaos.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien ketika dingin
mengenakan selimut, ketika panas tidak memakai selimut. Suhu : 37º C.
h) Keb. Personalhygiene
Sebelum dikaji : keluaarga pasien mengatakan pasien mandi 2 kali sehari,
keramas 1 kali sehari, menggosok gigi 1 kali sehari tanpa bantuan orang
lain atau keluarga.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien hanya diseka oleh perawat
i) Keb. Rasa aman dannyaman
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien merasakan
nyaman ketika berada dilingkungan rumahnya.
saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien hanya terdiam di tempat
tidur karena kesadaran menurun.
j) Keb. Komunikasi dengan oranglain
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada
gangguan dalam berkomunikasi kepada orang lain.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien terdapat gangguan
dalam komunikasinya karena penyakit stroke yang di alaminya
k) Keb.Spiritual
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien dapat
melaksanakan ibadah sholat 5 waktu.
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien hanya di bisikin untuk
sholat dan istighfar dalam hati.
l) Keb.Bekerja
Sebelum dikaji : keluarga pasienmengatakan pasien bekerja sebagai Swasta
Saat dikaji : keluraga pasien mengatakan pasien tidak bisa bekerja karena
penyakit yang di alami sekarang
22
m) Keb.Rekreasi
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien lebih sering
menonton telivisi bersama keluarga
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien tidak bisa menonton
telivisi karena kesadran menurun
n) Keb.Belajar
Sebelum dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien mendapat
informasi dari televisei dan tetangga
Saat dikaji : keluarga pasien mengatakan pasien mendapat informasi
kesehatan terkait penyakitnya dari dokter dan perawat.
E. KeadaanUmum
Suhu : 37º C
Nadi : 100 x/menit
TD : 223/115 mmHg
RR : 20x/menit
BB : 80 kg
TB : 160cm
F. PemeriksaanFisik
Keadaan umum: Buruk
Kesadaran : Somnolen, GCS: E : 1,
V: 3, M : 5 Cepalo- Caudal:
1) Kepala
Bentuk :Mesosephal
Ekspresi :Non Ekspresif Simetris
wajah :Simetris
2) Mata
Bentuk :Normal, kedudukan bola matasimetris
Palpebra :Normal, tidak terdapat ptosis,
23
lagoftalmus, oedema, perdarahan,
blefaritis, maupun xanthelasma
Gerakan :Normal
Konjungtiva :Ananemis
Sklera :Anikterik
Pupil :Bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm,
reflex cahaya miosis pada mata kanan dan
kiri2mm.
3) Telinga
Bentuk :Normotia
Liang telinga :Lapang
Serumen :Tidak ditemukan penumpukan serumen
pada telinga kanan maupunkiri
Nyeri auricular :Tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun kanan
Nyeri tekan tragus :Tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri
4) Hidung
Bagianluar : Normal, tidak terdapat deformitas
24
7) Thorax
PARU-PARU
8) Abdomen
Inspeksi :Abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan
parut, striae dan kelainan kulit, tidak terdpat
pelebaranvena
Palpasi :Hepar dan lien teraba, ada nyeri tekan, maupun nyerilepas,
Perkusi :Timpani pada keempat kuadran abdomen,
tidak ada nyeri ketok CVA, ballotment (-)
Auskultasi : bising usus positif13x/menit
25
9) Genetalia
Terpasang selang DC Ukuran 16
10) Ekstremitas
Atas : Simetris, tangan masih lengkap, tidak
cacat,capillary refill time (CRT) 3 detik
kanan,kiri 4 detik. tidak ada oedema, pada tangan
kanan terpasang infus RL 20 tpm dan tidak ada
lesi. Balutan infus terlihat bersih.
Bawah : Tidak ada cacat,CRT 3 detik kaki kanan, CRT kiri 4detik
5
1
G. Pemeriksaan penunjang
2 Basofil 0 % 0-1
3 Eosinofil 1 % 1-3
4 Neutrofil 91 % 50-70
5 Limfosit% 8 % 20-40
6 Monosit% 0 % 2-8
9 Hematrokit 42 % 39-52
26
10 MCV 92.2 fL 82-98
H.THERAPY
a. ALAT
Set Basik Instrument
27
1 Bengkok 1
2 Kom 2
3 Hendle mess 1
4 Klem bengkok Sedang 6
5 Dandy klem 10
6 Pinset Cirugis 3
7 Pinset anatomis 4
8 Needle holder 2
9 Gunting jaringan 2
10 Gunting benang 1
11 Klem lurus 1
12 Koker gigi lurus 1
13 Adson cirugis 1
14 Tatah 1
15 Scalpel kecil 1
16 Haakbergigi 3 1
17 Canule suction 1
18 Knable tang 1
19 Handle gigli 2
20 Mata bor cranio 3
21 Gigli 1
22 Bor 1
23 Selang suction 1
24 Bipolar 1
b. Bahan Habispakai
NO NAMA JUMLAH
1 Masker 4
2 Povidon iodin 1
3 Alcohol 1
4 Sarung Tangan No 7,5 1
5 Sarung Tanganm No 7 3
6 Sarung Tangan Tidak steril 1
7 Kassa 20 Lembar
8 Bisturi No. 11, 23 1
9 Softsilk3.0 1
10 Safil2.0 1
11 Filapev 2.0 1
12 Hypafik 30 cm
13 Aqua injeksi 25 ml 1
14 Spuit 10cc 1
28
15 NaCl 500 ml 1
16 Underpet 1
17 Sikat 4
18 Bone wax 1
19 sufratul 1
20 ETT 20 1
21 Lyostip 1
22 TT No 7 1
23 Daryantul 1
24 Softban 1
25 Hs gamex, AMS, Biogel 3
26 Kasa lipat 3
27 Infuse set 1
c. Linen
NO NAMA JUMLAH
1 Jas operasi 4
2 Duk besar 2
3 Duk sedang 2
4 Duk kecil 2
I. ASKEP PREOPERASI
Data focus
Data objektif:
-
Data obyektif
Tampak cemas,gelisah
TTV: TD: 223/115 N: 100x/mnt RR:20x/mnt
Ekstermitas atas bawah kiri lemah, motorik =1
29
1 Jum’at 07 DS:- Ketidakefektifan Hipertensi
Desember DO: perfusi jaringan
2018 Tampak cemas, gelisah
Jam 16.00 wib TTV: TD: 223/115 N:
100x/mnt RR: 20x/mnt
Ekstermitas atas bawah
kiri lemah, motorik = 1
c. Rumusan DiagnosaKeperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi
d. Rencana PreOperasi
30
TIK
31
e. Pelaksanaan Dan Evaluasi PreOp
32
b. Analisa Data Intra Operasi
c. Rumusan DiagnosaKeperawatan
1. Resiko Perdarahan Berhubungan Dengan Proses Pembedahan
d. Rencana intraoperasi
33
1 Risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor 1. Untuk
Perdarahan keperawatan selama 1 x 2 jam, perdarahan mengetahui
Indikator Awal Tujua diharapkan masalah risiko yang di seberapa
n
perdarahan dapat teratasi lakukan banyak
Perdarahan 3 4
dengan kriteria hasil : insisi perdarahan
tidak terjadi
2. Ingatkan yangterjadi
TTV 3 4
operator 2. Untuk
Normal
danasisten mengurangi
jika terjadi kejadian
perdarahan emergensi
hebat saatinsisi
Keterangan :
3. Monitor 3. Untuk
1. Berat
TTV mengetahui
2. Cukupberat
4. Monitor status
3. Sedang
cairan hemodinamik
4. Ringan
4. Untuk
5. Tidakada
memonitor
hypovolemik
34
1 Jum’at 07 1. Memonitor banyaknya S :-
Desember perdarahan pada saatoperasi O : perdarahan 250 cc
2018 2. Manajemen terjadinya S : -
Jam16.15 perdarahan O : operator dan asisten
wib 3. Mengukur dan monitoring melakukan section pada
TTV area perdarahan dan
koagulasi dengan couter
S:-
O:TD:223/115mmHg
RR:20x/mnt,N:100 x/mnt
S : 37o C
III. PASCAOPERASI
a. Datafocus
Pasien terdapat bekas luka pada frontalis, KU : Buruk, TD : 223/115, N : 100,
RR
: 20, S : 37ºC, SpO2 : 100%.
35
1 Jum’at 07 Ds : - Risiko Prosedur
Do :
Desember Infeksi invasif
Pasien terdapat bekas luka pada
2018 pada frontalis, KU : Buruk, TD :
223/115, N : 100, RR : 20, S :
Jam17.10
37ºC, SpO2 : 100%.
Wib
c. Rumusan DiagnosaKeperawatan
1. Resiko Infeksi Berhubungan Dengan Prosedur Invasif
d. Rencana pascaoperasi
36
1. Resiko Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi 1. Untuk
Infeksi keperawatan selama 1 x 10 menit 1. Pertahankan mencegah
diharapkan masalah risiko infeksi teknik terjadinya
dapat teratasi dengan kriteria hasil : isolasi yang infeksi
Kontrol Risiko : Proses Infeksi sesuai dari
Indikator Awal Tujuan 2. Batasi penyakit
Identifikasi 3 5 jumlah menular
faktor risiko pengunjung dan tidak
infeksi 3. Ajarka menular.
Mempertahankan 3 5 pasien 2. Untuk
lingkungan yang mengenai mengurang
bersih cuci tangan i infeksi
Monitor 3 5 4. Gunakan yang
perubahan status sabun nantinya
kesehatan antimikroba berkemban
Mencucitangan 3 5 untuk cuci g.
tangan 3. Untuk
Keterangan : 5. Pakai mencegah
1. Berat sarung terjadinya
2. Cukup berat tangansteril infeksi
3. Sedang ketika akan pada area
4. Ringan melakukan luka
5. Tidakada perawatan 4. Untuk
luka mencegah
6. Lakukan terjadinya
perawatan infeksi.
luka 5. Untuk
7. Dorong mencegah
intake terjadinya
37
pasien infeksi
pada luka
post op.
6. Untuk
meminima
lkan
infeksi
yang
terjadi
pada luka
post op.
7. Untuk
mencegah
terjadinya
infeksi dan
meningkat
kan nutrisi
pada
pasien
38
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan
bahwa selama proses asuhan keperawatan perioperatif perlu memperhatikan
komunikasi, persiapan alat dan persiapan mental yang baik sehingga proses
pembedahan dapat berjalan dengan baik. Proses asuhan tersebut didapatkan tiga
diagnosa keperawatan perioperatif yaitu Ketidakefektifan perfusi jaringan
berhubungan dengan Hipertensi, Resiko perdarahan berhubungan dengan prosedur
invasif dan insisi pembedahan, Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
3.2 SARAN
39
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta. EGC.
http://bangeud.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-kraniotomy.html
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke.
Yogyakarta: Dianloka Pustaka.
2000. Bedah dan Perawatannya.Jakarta : FKUI Penyakit Edisi 6 Vol I, Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta
6. Jakarta: EGC
R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku Kedokteran
EGC:Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Undang-Undang No 23 Tahun 1997 Tentang Kesehatan
40