Anda di halaman 1dari 17

CEDERA KEPALA

1. M U H A M M A D G I G I H B A N G S AWA N
2. N A D H YA AY U N I N G T YA S
3. N A D I L A O K T I FA R I Z A
4. NESIA DWI AGUSTINA
5. NINGSIH
6. N O FA S A F I T R I
7. N O V I R A H M AWAT I
8. PUTRI FINKA NOVIA
9. RANI DEVIKA SARI
10. R I S A H A I R U N N I S YA H
DEFINISI

Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa


penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada
tulang tengkorak, percepatan (accelerasi) dan
perlambatan (decelerasi) yang merupakan perubahan
bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada
percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta
rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga
oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan
pencegahan (Doenges, 1989).
Cedera kepala menurut Suriadi & Rita (2001) adalah suatu
trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik
secara langsung maupun tidak langsung pada kepala.
KLASIFIKASI

Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme,


morfologi, dan beratnya cedera kepala. (IKABI, 2004).
1. Berdasarkan mekanismenya cedera kepala dikelompokkan
menjadi dua yaitu :
a. Cedera kepala tumpul
b. Cedera tembus
2. Berdasarkan morfologi cedera kepala
c. Laserasi kulit kepala
d. Fraktur tulang kepala
e. Cedera kepala di area intracranial
3. Klasifikasi cedera kepala berdasarkan beratnya
f. Cedera kepala ringan dengan nilai GCS 14 – 15.
g. Cedera kepala sedang dengan nilai GCS 9 – 13
h. Cedera kepala berat dengan nilai GCS sama atau kurang dari 8.
ETIOLOGI

Menurut Hudak dan Gallo (1996 : 108) mendiskripsikan


bahwa penyebab cedera kepala adalah karena adanya
trauma yang dibedakan menjadi 2 faktor yaitu :
a.       Trauma primer
 Terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung
(akselerasi dan    deselerasi)
b.      Trauma sekunder
 Terjadi akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang
meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea,
atau hipotensi sistemik.
MANIFESTASI KLINIK

1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih


2. Kebingungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing
7. Nyeri kepala hebat
8. Terdapat hematoma
9. Kecemasan
10. Sukar untuk dibangunkan
11. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari
hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang
temporal.
PATHWAY
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)
 Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan
perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya
infark/iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.
2. MRI
 Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
3. Cerebral Angiography
 Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak
sekunder menjadi edema, perdarahan dan trauma.
4. EEG (Elektroencepalograf)
 Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
5. X-Ray
 Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
6. BAER
 Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
7. PET
 Mendeteksi perubahan aktivitas  metabolisme otak
8. CSF, Lumbal Pungsi
 Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid dan
untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan cairan
serebrospinal.
9. ABGs
 Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah  pernapasan
(oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
10. Kadar Elektrolit
 Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrkrania
11. Screen Toxicologi
 Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan
kesadaran.
PENATALAKSANAAN
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan
terlebih dahulu.Makanan atau cairan, pada trauma
ringan bila muntah-muntah, hanya cairan infus
dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama
dari terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian
diberikan makanan lunak.
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
4. Pada anak diistirahatkan atau tirah baring.
5. Terapi obat-obatan.
6. Pembedahan bila ada indikasi.
KOMPLIKASI
1. Hemorrhagie
2. Infeksi
3. Edema serebral dan herniasi
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a.       Identitas klien
 Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, TB/BB,
alamat
b.      Identitas Penanggung jawab
 Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, hubungan dengan klien,
pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat.
c.       Riwayat kesehatan :
 Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan
sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula
riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
 d.      Pengkajian persistem
 1).    Keadaan umum
 2).    Tingkat kesedaran : composmetis, apatis, somnolen, sopor, koma
 3).    TTV
 4).    Sistem Pernapasan
 Perubahan pola napas, baik irama, kedalaman maupun frekuensi, nafas
bunyi ronchi.
 5).    Sistem Kardiovaskuler
 Apabila terjadi peningkatan TIK, tekanan darah meningkat, denyut nadi
bradikardi kemudian takikardi.
 6).    Sistem Perkemihan
 Inkotenensia, distensi kandung kemih
 7).    Sistem Gastrointestinal
 Usus mengalami gangguan fungsi, mual/muntah dan mengalami
perubahan selera
 8).    SistemMuskuloskeletal
 Kelemahan otot, deformasi
 9).    Sistem Persarafan
a.       Nervus cranial
N.I               :     penurunan daya penciuman
N.II             : pada trauma frontalis terjadi
penurunan    penglihatan
N.III, N.IV, N.VI           : penurunan lapang pandang,
refleks cahaya menurun, perubahan ukuran pupil,
bola mta tidak dapat mengikuti perintah, anisokor.
N.V                     : gangguan mengunyah
N.VII, N.XII      :lemahnya penutupan kelopak mata,
hilangnya rasa pada 2/3 anterior lidah
N. VIII                 : penurunan pendengaran dan
keseimbangan tubuh
N.IX , N.X , N.XI jarang ditemukan
b.      Skala Koma glasgow (GCS)
NO KOMPONEN NILAI HASIL

1 VERBAL 1 Tidak berespon


2 Suara tidak dapat dimengerti, rintihan

3 Bicara kacau/kata-kata tidak tepat/tidak


nyambung dengan pertanyaan

4 Bicara membingungkan, jawaban tidak tepat

5 Orientasi baik
2 MOTORIK 1 Tidak berespon
2 Ekstensi abnormal
3 Fleksi abnormal
4 Menarik area nyeri
5 Melokalisasi nyeri
6 Dengan perintah
3 Reaksi membuka 1 Tidak berespon
mata (EYE) 2 Rangsang nyeri
3 Dengan perintah (rangsang suara/sentuh)

4 Spontan
C. FUNGSI MOTORIK
Setiap  ekstremitas  diperiksa dan dinilai dengan
skala berikut yang digunakan  secara
internasional :
RESPON SKALA

Kekuatan normal 5

Kekuatan sedang 4

Kelemahan berat (antigravity) 3

Kelemahan berat (non antigravity) 2

Gerakan trace 1

Tidak ada gerakan 0


2. KEMUNGKINAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a.       Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi cairan
b.      Pola napas tidak efektif b.d kerusakan pusat pernapasan di
medula oblongata
c.       Perubahan perfusi jaringan serebral b.d hiposksia
d.      Perubahan persepsi sensori b.d defisit neorologis.
e.       Gangguan rasa nyaman nyeri b.d peningkatan TIK.
f.       Kerusakan mobilitas fisik b.d imobilitas.
g.      Resti injury b.d kejang.
h.      Resti infeksi b.d kontinuitas yang rusak
i.        Resti gangguan intregritas fisik b.d imobilitas
j.        Resti kekurangan volume cairan b.d mual-muntah.

Anda mungkin juga menyukai