A. Pengertian
SOP (Space Occupying Process) adalah sebuah lesi yang berasal dari sel-sel otak atau
struktur disekelilingnya. Tumor otak terletak pada intrakranial yang menempati ruang
didalam tengkorak. Di Indonesia sudah banyak menderita penyakit tumor otak sekitar 28 %
penduduk Indonesia, tetapi pasien itu tidak mengetahui itu sendiri (Reeves C,J, cit. Rahman,
2001).
1) Tumor cerebri / tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang menempati ruang
didalam tulang tengkorak (Baughman, Piaree, 2000).
2) Tumor cerebri adalah lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak,
meningen dan tengkorak (Price, Slyvia, 2000).
3) Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang menempati ruang di dalam
tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).
4) Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuro epithelium, sel glia, saraf
kranial, pembuluh darah, kelenjar pineal, hipofisis (Donna L. Wong, 2002).
B. Klasifikasi
1) Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf pusat
(misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 % tumor otak.
2) Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesofel dan
sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.
3) Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hipofisis
anterior
4) Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor intrakranial.
Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
5) Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 % dari seluruh
tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
6) Tumor pembuluh darah antara lain :
a. Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang didapat
didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang lambat laun
membesar.
b. Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler
embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
c. Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagioblastoma serebelum,
angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.
Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang antara lain
kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida embrional dan dijumpai
pada dasar tengkorak.
C. Etiologi
Etiologi pasti terjadinya tumor otak belum diketahui, namun menurut beberapa ahli dapat
terjadi akibat proses primer dan sekunder.
Primer
4. Virus
5. Toksin
D. Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, gangguan neurologi pada tumor otak disebabkan
oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan TIK.
1) Gagguan fokal, terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parekim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja
disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya
glioblastama multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan perubahan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat
gangguan neurologis fokal.
2) Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor : bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena ia
mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menyebabkan oedema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya
belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan penyeparan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan.
Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah-otak,
semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan kenaikan TIK.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub araknoid
menimbulkan hidrosepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab yang
akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari
atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK
timbul cepat. Mekanisme kompensasi antara lain : bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel
parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum.
Herniasi ulkus menekan mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga.
Pada herniasi cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa
posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan
fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi akibat peningkatan TIK
yang cepat adalah bradikardia progesif, hipertensi sitemik, (pelebaran tekanan nadi) dan
gangguan pernafasan.
E. Manifestasi Klinis
1) Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada penderita
tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus menerus, tumpul dan
kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan lebih menjadi
lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti membungkuk, batuk,
mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres
dingin pada tempat yang sakit.
3) Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla nervioptist.
Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada kenaikan TIK.
Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak oleh karena
pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun TIK tidak amat
tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema mungkin terjadi beberapa gangguan
penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan amaurusis fugun (perasaan
berkurangnya penglihatan).
4) Gejala fokal
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi, tetapi ini lebih
cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
a. Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan seperti
kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut Kejang Jacksonian.
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia humunimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang
berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
c. Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau
gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-
otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja)
biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian perubahan status
emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi
ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
e. Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan member
rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteriatik gejala pada tumor otak :
1) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf cranial-8)
2) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf cranial-5)
3) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
4) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik.
F. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1) Peningkatan TIK dari tumor dalam ruang kranium yang terbatas. Biasanya menimbulkan
gejala-gejala neurologis seperti perdarahan dan infeksi. Penggunaan steroid oral akan
menurunkan oedema serebral dan mungkin dapat mengontrol gejala tersebut.
2) Adanya lesi yang mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian otak tersebut
3) Pengobatan kemoterapi mungkin memberikan kontribusi pada oedema serebral
sementara yang mungkin memerlukan peningkatan pemberian steroid atau obat anti
konvulsan. Gejala yang dialami pasien secara langsung diakibatkan dengan lokasi tumor
otak.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah ukuran dan kepadatan
jejas tumor dan meluasnya tumor serebral sekunder, selain itu alat ini juga member informasi
tentang system ventrikuler.
a) Ct-Scan Tm
b) Head CT Scan menunjukkan 2 buah tumor yang masih tersisa.
c) Bercak putih menunjukkan tumor otak
2. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu dalam
mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
4. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
5. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
6. Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada
system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke dalam cairan serebrospinal.
H. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan diagnosis definitive
dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari semua tumor menimbulkan defisit
neurologis yang berat.
2. Terapi radiasi
a) Radioterapi, untuk mengatasi daerak eksisi dimana lesi metastatic tumor telah
diangkat.
b) Kemoterapi, untuk mengatasi kalignasi tumor otak.
Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena obat ini mampu
melewati sawar darah / otak. Selama pemberian obat-obatan ini pasien harus menghindari
makanan yang tinggi tiramin (misalnya anggur, yogurt, keju, hati ayam, pisang) dan alcohol,
karena pokorbazine menghambat dan melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase
(MAO). Prokabazine dikaitkan dengan mual dan muntah yang mungkin hilang atau
berkurang saat pertama kali atau saat pengobatan sedang dilakukan.
3. Imunoterapi
4. Pengobatan penyelidikan
a) BCNU digabungkan dalam bentuk tablet tipis yang mematikan secra biologis untuk
ditempatkan pada daerah tumor selama pembedahan kraniotomi.
b) Penempatan kateter arteri dekat dengan tumor. Beri infus manitol untuk perusakan
dari barier darah atau otak.
c) Transplantasi sumsum tulang juga sedang digunakan dalan uji klinis untuk
penatalaksanaan astrosiloma.
I. PATHWAY SOP CEREBRI
Idiopatik
Tumor otak
Brunner, Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8 Volume 2.Jakarta :
EGC.
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%2520tu
mor-Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan Sumsum Tulang Belakang/Prof.
dr. H. Adril Arsyad Hakim, Sp S, Sp BS (K).com (diakses pada tanggal 18 Juni 2008)
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.beritaiptek.com/images/agussyaraf2.JP
G&imgrefurl=http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-11-03-Teknologi-sistem-
informasi-dapat-membantu-operasi-bedah-saraf. (diakses pada tanggal 28 September 2009)