Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR CEREBRI
A. PENDAHULUAN
Otak merupakan organ penting bagi kehidupan manusia yang terletak di dalam
rongga kranium. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih
100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar),
serebelum (otak kecil), brainstein (batang otak) dan diensefalon. Otak menerima 17 %
curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk
metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh 2 pasang arteri yaitu arteri karotis interna
dan arteri vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan
membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis.
Sebagai bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan yang
dapat diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor. Klien yang menderita
tumor otak akan mengalami gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe,
lokasi dan cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat penting untuk
mencegah kerusakan neurologis secara permanen.
Melihat fenomena di atas, tumor otak merupakan penyakit yang menjadi momok
bagi manusia. Orang yang menderita tumor otak sering tidak menyadari bahwa dia
terkena tumor otak. Tiba-tiba saja penderita merasakan dan mengalami nyeri kepala,
kelainan pada syarafnya, pandangan kabur dan lain sebagainya tergantung bagian otak
mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari
patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang
komprehensif pada klien tumor otak beserta keluarganya.
B. DEFINISI
Tumor cerebri adalah lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang tumbuh di otak,
meningen dan tengkorak (Price , 2000).
Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang menempati ruang di
dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).
Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuro epithelium, sel
glia, saraf kranial, pembuluh darah, kelenjar pineal, hipofisis (Donna L. Wong, 2002).
Jadi dapat disimpulkan bahwa tumor cerebri yaitu neoplasma yang tumbuh di otak
yang dapat bersifat jinak maupun ganas.
C. KLASIFIKASI
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson,2000, yaitu :

1. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf pusat
(misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 % tumor otak.
2. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesofel
dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.
3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hipofisis
anterior
4. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor
intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
5. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 % dari seluruh
tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
6. Tumor pembuluh darah antara lain :
a. Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang
didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang
lambat laun membesar.
b. Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler
embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
c. Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara

hemagioblastoma

serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.


7. Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang antara
lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida embrional dan
dijumpai pada dasar tengkorak.
D. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggotaanggota sekeluarga.Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial
yang jelas.Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya.Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi

Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma.Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea.Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma
selaput otak).Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat
belum diketahui
E. PATHOFISIOLOGI
Menurut Brunner dan Suddarth 2001, gangguan neurologi pada tumor otak disebabkan
oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan TIK.
1. Gagguan fokal
Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi
langsung pada parekim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi
yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya
glioblastama multiforme). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan
tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan perubahan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan
dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa
tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal.
2. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor :
a. Bertambahnya massa dalam tengkorak,
b. Terbentuknya oedema sekitar tumor dan
c. perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena ia mengambil
tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku. Tumor

ganas menyebabkan oedema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya belum


seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan penyeparan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan
perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan oleh kerusakan sawar
darah-otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan kenaikan
TIK.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub
araknoid menimbulkan hidrosepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh
karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi antara
lain : bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal,
kandungan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang
tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum. Herniasi ulkus menekan
mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada herniasi
cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior.
Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan
fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi akibat
peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardia progesif, hipertensi sitemik,
(pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernafasan.
F. TANDA DAN GEJALA
Menurut Price, Sylvia Ardeson,2000 :
1. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada penderita
tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus menerus,
tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan
lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti
membungkuk, batuk, mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika
diberi aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.
2. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah
paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan peningkatan TIK diserta
pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadoi tanpa didahului nausea dan dapat
proyektif.

3. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla
nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada
kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis
tumor otak oleh karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan
edema meskipun TIK tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema
mungkin terjadi beberapa gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik
buta dan amaurusis fugun (perasaan berkurangnya penglihatan).
4. Gejala fokal
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi, tetapi ini
lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
a. Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan
seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut Kejang
Jacksonian.
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia humunimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi
yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
c. Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan)
atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi
yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama
tidak disengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian perubahan
status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien
sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan
menggunakan bahasa cabul.
e. Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteriatik gejala pada
tumor otak :
a) Tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf cranial-8)
b) Kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf cranial-5)
c) Terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
d) Karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas
e)

pada fungsi motorik.


Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes
insipidus,

obesitas,

dan

gangguan

pengaturan

suhu.

Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,


gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan.

G. KOMPLIKASI
Menurut Brunner dan Suddarth 2001, komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1. Peningkatan TIK dari tumor dalam ruang kranium yang terbatas. Biasanya
menimbulkan gejala-gejala neurologis seperti perdarahan dan infeksi. Penggunaan
steroid oral akan menurunkan oedema serebral dan mungkin dapat mengontrol
gejala tersebut.
2. Adanya lesi yang mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian otak
tersebut
3. Pengobatan kemoterapi mungkin memberikan kontribusi pada oedema serebral
sementara yang mungkin memerlukan peningkatan pemberian steroid atau obat
anti konvulsan. Gejala yang dialami pasien secara langsung diakibatkan dengan
lokasi tumor otak.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalografi (EEG), memberi informasi mengenai perubahankepekaan
neuron.
2. Foto polos kepala, memberikan informasi yang sangat berharga mengenai
struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan
posisi selatursika.
3. Arteriografi, untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan
cisterna.
4. Computerized Tomografi (CT Scan), dasar dalam menentukan diagnosa.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI), memperlihatkan daerah-daerah akumulasi
abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah
otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
6. Biopsi dilakukan untuk menentukan jenis tumor dan sifatnya (ganas atau jinak).
7. Kadang pemeriksaan mikroskopik dari cairan serebrospinal yang diperoleh
melalui pungsi lumbal, bisa menunjukkan adanya sel-sel kanker.Jika terdapat
peningkatan tekanan di dalam tengkorak, maka tidak dapat dilakukan pungsi
lumbal karena perubahan tekanan yang tiba-tiba bisa menyebabkan herniasi.Pada
herniasi, tekanan yang meningkat di dalam tengkorak mendorong jaringan otak ke
bawah melalui lubang sempit di dasar tengkorak, sehingga menekan otak bagian
bawah (batang otak). Sebagai akibatnya, fungsi yang dikendalikan oleh batang
otak (pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah) akan mengalami gangguan.
Jika tidak segera diatasi, herniasi bisa menyebabkan koma dan kematian
I. PENATALAKSANAAN
Menurut Brunner dan Suddarth 2001 :

1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan diagnosis
definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari semua tumor
menimbulkan defisit neurologis yang berat.
2. Terapi radiasi
a. Radioterapi, untuk mengatasi daerak eksisi dimana lesi metastatic tumor telah
diangkat.
b. Kemoterapi,

untuk

mengatasi

kalignasi

tumor

otak.

Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena obat ini
mampu melewati sawar darah / otak. Selama pemberian obat-obatan ini pasien
harus menghindari makanan yang tinggi tiramin (misalnya anggur, yogurt,
keju, hati ayam, pisang) dan alcohol, karena pokorbazine menghambat dan
melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase (MAO). Prokabazine
dikaitkan dengan mual dan muntah yang mungkin hilang atau berkurang saat
pertama kali atau saat pengobatan sedang dilakukan.
3. Imunoterapi
a. Dengan menggunakan antibody monoclonal yang diciptakan secara khusus
untuk menyerang dan menghancurkan sel tumor otal.
b. Interleukin-2 digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari kanker
primer ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih perlu
dibuktikan.
4. Pengobatan penyelidikan
a. BCNU digabungkan dalam bentuk tablet tipis yang mematikan secra biologis
untuk ditempatkan pada daerah tumor selama pembedahan kraniotomi.
b. Penempatan kateter arteri dekat dengan tumor. Beri infus manitol untuk
perusakan dari barier darah atau otak.
c. Transplantasi sumsum tulang juga sedang digunakan dalan uji klinis untuk
penatalaksanaan astrosiloma.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
I.
DATA FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan berfokus pada bagaimana pasien berfungsi bergerak dan
berjalan beradaptasi terhadap kelemahan atau paralisisdan untuk melihat dan
kehilangan kemampuan bicara dan adanya kejang.
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Inkoordinasi, hilang keseimbangan (berdiri dengan dasar kaki lebar,
jatuh,

kesandung,

membentuk

obyek),

kelemahan,

kekakuan.

Tanda : Kontrol motorik halus buruk, Hiporefleksia atau hiperfleksia, Tanda,


babinski positif, Paralisis

2. Sirkulasi
Gejala : Peningkatan tekanan darah, Perubahan frekuensi jantung (bradikardi,
takikardi)
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan perilaku, perilaku aneh (bengong, gerakan otomatis).
Tanda : Peka rangsang, cemas, mudah tersinggung, penurunan nafsu makan,
gagal tumbuh, keletihan, letargi, koma
4.

Eliminasi

Gejala : Inkontinensia kandung kemih atau mengalami gangguan fungsi.


5. Makanan / Cairan
Gejala : Dengan atau tanpa mual atau makan, Mengalami perubahan /
penurunan nafsu makan , Muntah secara progresif, lebih parah dipagi hari
muntah (mungkin proyektif), Muntah hilang dengan bergerak dan mengubah
posisi.
6. Neurosensori
Gejala : Defek visual (nistagmus, diplopia, strabismus, episode graying out,
pada penglihatan, defek lapang pandang).
Tanda : menengadahkan kepala, pembesaran cranial papiledema.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala kambuhan dan progresif, pada area frontal atau oksipital,
biasanya tumpul dan berdenyut memburuk saat bangun berkurang disiang
hari, makin berat saat menunduhkan kepala / mengejan (defekasi, batuk,
bersin)
Tanda : Menangis, memutar kepala
8. Pernapasan
Tanda : Perubahan pola napas, Penurunan pernapasan
9. Keamanan
Gejala : Edema karena kejang
Tanda : Gangguan penglihatan, Kejang, hipotermi, hipertermi
II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis
3. Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan persepsi,
transmisi
4. Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumor otak
5. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi yang
relevan
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah

2.
3.
4.
5.
6.
III.

Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma intrakranial


Keterlambatan tumbang berhubungan dengan efek dari kecatatan fisik
Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
Cemas berhubungan dengan ancaman kematian

INTERVENSI
Pre Operasi
Dx I

: Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK

NOC

: Perilaku Mengendalikan Nyeri

Tujuan

: Klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang

dapat diterima klien


a.
b.
c.
d.

Kriteria hasil :
Tidak menunjukkan adanya nyeri atau minimalnya bukti-bukti ketidaknyamanan
TIK dalam batas normal
Tidak menunjukkan bukti-bukti peningkatan TIK
Belajar dan mengimplementasikan strategi koping yang efektif.
Skala :
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang
memperburuk dan meredakan.
Rasional : Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat
mengurangi beratnya serangan.
2. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri
timbul.
Rasional : Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi
3. Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
Rasional : Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan
perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan
4. Kolaborasi pemberian analgesic
Rasional : Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang
5. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.

Rasional : Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang


dialami.
Dx II
: Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi
neurologis
NOC
: Keamanan Sosial
Tujuan

: Klien tidak mengalami cedera

Kriteria hasil :
a. Bebas dari cedera
b. Klien dan keluarga menyetujui aktivitas atau modifikasi aktivitas yang tepat
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC
: Mencegah Jatuh
1. Tekankan pentingnya mematuhi program terapeutik
Rasional : mematuhi program terapeutik akan mempercepat kesembuhan
pasien
2. Dampingi klien selama aktivitas yang diijinkan
Rasional : untuk mencegah resiko jatuh
3. Jaga agar penghalang tempat tidur tetap terpasang
Rasional : untuk mencegah resiko jatuh
4. Bantu ambulasi dan aktivitas hidup sehari-hari dengan tepat
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan klien
Dx III

: Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan

persepsi, transmisi
NOC

: Pengendalian Ansietas

Tujuan

: Klien menunjukkan tanda-tanda penyesuaian terhadap defisit sensoris

/ persepsi
Kriteria hasil :
a. Klien menyesuaikan diri pada defisit sensoris / persepsi
b. Klien menunjukkan sikap dan rasa aman dalam lingkungan
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang

4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengelolaan Lingkungan
1. Kaji respon pupil
Rasional : Perubahan pupil menunjukkan tekanan pada syaraf okulomotorius
atau optikus
2. Inspeksi pupil dengan senter kecil untuk mengevaluasi ukuran, konvigurasi,
dan reaksi terhadap cahaya.
Rasional : Reaksi pupil diatur oleh syarafokulomotorius (syaraf cranial III)
pada batng otak.
3. Evaluasi tatapan klien untuk menentukan apakah terdapat konjugasi
(berpasangan, saling bekerja sama) atau apakah gerakan mata abnormal.
Rasional : Gerakan mata konjugasi diatur dari bagian korteks dan batang otak.
4. Evaluasi kemampuan mata untuk melakukan abduksi dan adduksi
Rasional : Syaraf cranial VI atau syaraf abdusen mengatur gerakan abduksi
dan adduksi mata. Syaraf cranial IV atau syaraf troklearis juga mengatur
gerakan mata.
5. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan
penglihatan. Misalnya, kurangi kekacauan, atur perabot, ingatkan memutar
kepala ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan
malam.
Rasional : Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan
lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap
sinar lingkungan

Dx IV

: Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumor otak

NOC

: Neurogical Status

Tujuan

: Klien menunjukkan komunikasi verbal yang efektif.

Kriteria hasil :
a. Fungsi neurologis
b. TIK dbn
c. Komunikasi
d. TTV dbn
Skala :

1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC

: Pengelolaan Lingkungan

1. Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan


2. Berbicara kepada klien dengan suara yang jelas
3. Menggunakan kata dan kalimat yang singkat
4. Instruksikan klien dan keluarga untuk menggunakan bantuan berbicara
5. Anjurkan klien untuk mengulangi pembicaraannya jika belum jelas
6. Beri pujian positif ketika klien bisa bicara
Dx V

: Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang

informasi yang relevan


NOC

: Decision Making

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga.


Kriteria Hasil :
a. Identifikasi informasi yang relevan
b. Identifikasi alternatif
c. Memilih berbagai alternatif
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC

: Family Support

a. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi


b. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian alternatif lain
c. Tawarkan informasi konsen
d. Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota keluarga yang
lain, jika diperlikan

e. Berikan dukungan secara penuh


Dx VI

: Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi

Tujuan

: Keluarganya dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit

anaknya dan pengobatannya.


NOC
a.
b.
c.
d.

: Knowledge: Proses Penyakit

Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak


Menjelaskan proses penyakit
Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya
Keterangan :
1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks

NIC : Pengatahuan Proses Penyakit


1. Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah / meningkatkan motivasi
pengobatan
2. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya pada
individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku kesehatannya.
3. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti
4. Mengikutsertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam melaksanakan
pengobatan/ terapi
Post Operasi
Dx I

: Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah

NOC

: Tingkat Nyeri

Tujuan

: Klien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada

tingkat yang dapat diterima


Kriteria hasil :
a. Tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
b. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima
Skala :

1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang
memperburuk dan meredakan.
Rasional : Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat
mengurangi beratnya serangan.
2. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri
timbul.
Rasional : Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi
3. Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
Rasional : Akan melancarkan peredaran darah, dan dapat mengalihkan
perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan
4. Kolaborasi pemberian analgesic
Rasional : Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang
5. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
Rasional : Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang
dialami.
Dx II

: Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma intrakranial

NOC

: Pengendalian Resiko

Tujuan

: Klien mengalami stress minimal pada sisi operasi

Kriteria hasil :
a. Stress minimal pada sisi operasi
b. Klien tetap pada posisi yang diinginkan
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering

5. Konsisten
NIC
: Positioning
1. Konsul dengan ahli bedah mengenai pemberian posisi, termasuk derajat fleksi
leher.
2. Posisikan klien datar dan mirirng, bukan terlentang atau tinggikan kepala
3. Balikkan klien dengan hati-hati
4. Hindari posisi trendelenburg
Dx III

: Keterlambatan tumbang berhubungan dengan efek dari kecatatan

fisik
NOC

: Physical Aging Status

Tujuan

: Klien mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal

sesuai usianya.
Kriteria hasil :
a. Rata-rata berat badan
b. Cardiat out put
c. Elastisitas kulit
d. Kekuatan otot
Skala :
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Tingan
5. Tidak ada
NIC

: Developmental Enhancement

1. Bina hubungan saling percaya dengan anak


2. Demonstrasikan aktivitas yang meningkatkan perkembangan anak sesuai
dengan umurnya (contoh bermain icik-icik)
3. Bantu anak belajar ketrampilan
4. Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktivitas motorik/verbal klien
5. Berikan reinforcement positif
Dx IV

: Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op

NOC

: Pengenalian Resiko

Tujuan

: Klien tidak mengalami infeksi atau tidak terdapat tanda-tanda infeksi

pada klien.
Kriteria hasil :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC

: Pengendalian Infeksi

1. Pantau tanda / gejala infeksi


2. Rawat luka op dengan teknik steril
3. Memelihara teknik isolasi, batasi jumlah pengunjung
4. Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap
Dx V

: Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan
NOC

: Fluid balance

Tujuan

: Klien tidak mengalami dehidrasi atau cairan tubuh klien adekuat.

Kriteria hasil :
a. Kulit dan membran mukosa lembab
b. Tidak terjadi demam, TTV normal
Skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC

: Manajemen cairan

1. Monitor BB tiap hari


2. Catat intake dan output
3. Monitor status hidrasi seperti membran mukosa, nadi, tekanan darah dengan
cepat.

4. Monitor status nutrisi


5. Beri cairan yang sesuai dengan terapi
6. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan banyak minum
Dx VI

: Cemas berhubungan dengan ancaman kematian

NOC

: Kontrol Cemas

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan

hilang atau berkurang.


Kriteria hasil :
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress
c. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
d. Kondisikan lingkungan nyaman
Skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC
: Enhancement Coping
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatment dan
prognosis
2. Tetap dampingi kien untuk menjaga keselamatan klien dan mengurangi
3. Instruksikan klien untuk melakukan ternik relaksasi
4. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai