Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BRAIN TUMOR (TUMOR OTAK)

OLEH :
RUSMIATI
NPM. 2114901110087
Kelompok 1A.4

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR OTAK

I. Konsep Penyakit
I.1 Definisi tumor otak
Tumor otak merupakan neoplasma, baik yang jinak maupun ganas, dan lesi-lesi desak
ruang yang lain, yang berasal dari inflamasi kronik yang tumbuh dalam otak,
meningen atau tengkorak. Tumor otak terdapat yang benigna dan tumor otak maligna.
Tumor otak benigna merupakan pertumbuhan jaringan otak secara abnormal namun
tidak ganas. Tumor otak maligna merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang
berpotensi ganas yang dapat menyusup atau menyebar di jaringan sekitarnya maupun
bermetastasis ke jaringan yang jauh melalui aliran darah.

I.2 Etiologi tumor otak


Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggotaanggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunanbangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Meningioma pernah dilaporkan terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Gaya Hidup
Penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan yang diawetkan,
daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan peningkatan resiko tumor
otak. Di samping itu, resiko tumor otak menurun ketika individu makan lebih
banyak buah dan sayuran.
f. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitrosoethyl urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
g. Trauma Kepala
Cedera kepala dapat menimbulkan tumor otak jika mengenai neuron dan tidak
bisa diperbaiki lagi. Kerusakan otak yang dijumpai pada trauma kepala dapat
terjadi melalui 2 cara:
1). Efek segera dari trauma pada fungsi otak
2). Efek lanjutan dari respons sel-sel otak terhdap trauma.

I.3 Tanda dan gejala tumor otak


a. Sakit kepala (nyeri)
Nyeri dapat digambarkan bersifat dalam, terus-menerus, tumpul, dan kadang-
kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat saat pagi hari dan menjadi lebih hebat
saat beraktivitas yang biasanya meningkatkan TIK, seperti membungkuk, batuk,
atau mengejan sewaktu buang air besar. Nyeri kepala akibat tumor otak
disebabkan oleh traksi dan pergeseran struktur peka nyeri (arteri, vena, sinus-
sinus vena, dan saraf otak) dalam rongga intrakranial. Nyeri kepala oksipital
merupakan gejala pertama dalam tumor fosa posterior. Bila keluhan nyeri kapala
terjadi menyeluruh maka kurang dapat ditentukan lokasinya dan biasanya
menunjukkan pergeseran aktensif kandungan intracranial akibat peningkatan ICP.
b. Mual Muntah Gejala ini terjadi akibat rangsangan pusat muntah di medulla
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak dan berhubungan dengan
peningkatan ICP disertai pergeseran batang otak. Muntak dapat terjadi tanpa
didahului mual dan dapat bersifat proyektil.
c. Papiledema Papilla edema adalah penumpukan cairan yang berlebih pada pupil.
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan dan perbesaran
diskus optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, tanda ini
mengisyaratkan peningkatan ICP. Dapat terjadi gangguan penglihatan yang
berkaitan dengan papilledema. Gangguan ini adalah perbesaran bintik dan
amaurosis fugaks (ketika pengihatan berkurang).
d. Lokalisasi gejala Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang
tidak diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan, pada bagiannya, dengan
mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
1) Lobus frontalis Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi,
bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau
tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
2) Kortek presentalis posterior Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah,
lidah dan jari
3) Lobus parasentralis Kelemahan pada ekstremitas bawah
4) Lobus Oksipitalis Kejang, gangguan penglihatan
5) Lobus temporalis Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan
otot wajah
6) Lobus Parietalis Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi
sensorik, gangguan penglihatan
7) Cerebulum Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia,
hiperekstremitas sendi

I.4 Patofisiologi
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor
gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal
terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling
besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.

Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi
perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan
suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan
parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.

Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor :


bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya
massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang
kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum
seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan
sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi
sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid
menimbulkan hidrocepalus.

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat
akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif
dan oelh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra
kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-
sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau
serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men
ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada
herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan
cepat. Intrakranial yang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik
(pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

I.5 Pemeriksaan penunjang


a. CT scan dan MRI : memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi
prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif
atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda
spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor
dari abses ataupun proses lainnya.
b. Foto polos dada : dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu
metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada
otak.
c. Pemeriksaan cairan serebrospinal : dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor
dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama
pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik
ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk
membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
d. Biopsi stereotaktik : dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang
dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
e. Angiografi Serebral : memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak
tumor serebral.
f. Elektroensefalogram (EEG) : mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah
yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus
temporal pada waktu kejang

I.6 Komplikasi
a. Edema Serebral Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar
lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema
Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
b. Hidrosefalus Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa
dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi
pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus,
dan singuli.
d. Epilepsi Metastase ketempat lain

I.7 Penatalaksanaan
Tumor yang tidak terobati dapat menyebabkan kematian, salah satu peningkatan TIK
(Tekanan Intra Kranial) atau dari kerusakan otak. Pasien dengan tumor otak harus
diobati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnakan semua tumor atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatnya neurologik (kebutaan) atau tercapainya gejala-
gejala dengan mengangkat sebagian. Salah satu variasai dapat digunakan pendekatan
spesifik bergantung tipe tumor bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan
kemampuannya untuk dicapai dengan mudah.
a. Pembedahan
Tumor jinak seringkali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan pembedahan
merupakan tindakan yang kuratif. Untuk tumor primer maligna atau tumor
sekunder biasanya sangat sulit disembuhkan. Pembedahan tumor primer
seringkali diindikasikan untuk mencapai diagnosis histologis, dan jika mungkin
untuk meringankan gejala dengan mengurangi massa tumor. Pemeriksaan
histologis dari biopsi tumor dapat mengkonfirmasi apakah lesi merupakan suatu
glioma dan bukan neoplasma lainnya, misalnya limfoma, atau bahkan kondisi non
neoplasia, misalnya abses. Kadang-kadang pembedahan tidak disarankan,
misalnya pada pasien dengan kecurigan gioma derajat rendah dengan gejala
epilepsy. Pembedahan juga tidak tepat dilakukan pada metastasis otak multiple,
dimana diagnosannya jelas, walaupun beberapa metastasis soliter dapat ditangani
dengan reseksi.
b. Radioterapi
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada sebagian tumor
sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi juga dapat
digunakan dalam tatalaksana beberapa tumor jinak, misalnya tumor hipofisis.
c. Radiografi tengkorak
Memberikan informasi : struktur tulang, penebalan, dan kalsifikasi; posisi
kelenjar pinealis; posisi sela tursika.
d. EEG (echoensefalogram)
Memberikan informasi perubahan kepekaan neuron, pergeseran kandungan
intraserebral.
e. Scan otak radioaktif
Memperlihatkan daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
f. Terapi medikamentosa
Antikonvulsan untuk epilepsi, kortikosteroid (dekstametason), untuk peningkatan
TIK. Steroid juga dapat memperbaiki deficit neurologis fokal sementara dengan
mengobati oedema otak. Kortikosteroid boleh digunakan sebelum pengobatan
sesuai dengan diperbolehkannya penggunaan obat ini yang didasari melalui
evaluasi dignostik dan kemudian menurunkan oedema serebral dan meningkatkan
kelancaran serta pemulihan lebih cepat.
g. Kemoterapi
Diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagian acuan pembedahan dan
radioterapi, dengan penganasan unit spesialitik neuro onkologi. Terapi radiasi,
merupakan dasar pada beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali
tumor yang tidak lengkap.
I.8 Pathway

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


II.1Pengkajian
a. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
b. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran,
penurunan penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi
(parathesia atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala
d. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
tumor kepala.
e. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan
prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
f. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik umum
per sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tandatanda vital, B1
(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (breath)
- Inspeksi : bentuk dada simetris, pola napas biasanya tidak teratur, dispnea,
batuk, terlihat adanya retraksi otot bantu napas.
- Auskultasi : suara napas vesikuler atau ada suara napas abnormal misalnya
rongkhi, stridor, dll.
2. Kardiovaskular B2 (blood)
- Auskultasi : irama jantung pada umumnya irregular, bunyi jantung normal,
tekanan darah Meningkat
- Palpasi : akral hangat, nadi bradikardi
- Kaji adanya nyeri dada
3. Persyarafan B3 (brain)
- Penglihatan (mata), penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
- Pendengaran (telinga), terganggu bila mengenai lobus temporal
- Penciuman (hidung), mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
- Pengecapan (lidah), ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia)
- Afasia : kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif
atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif,
maupun kombinasi dari keduanya.
- Ekstremitas : kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya reflex tendon.
- GCS : skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
4. Perkemihan B4 (bladder)
- Inpeksi : bentuk alat kelamin normal/tidak, uretra normal/tidak, produksi
urin normal/tidak.
- Kaji adanya kelainan seperti oliguri, hematuria, poliuria, nokturia, dll.
5. Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan menurun/tidak
- Kaji adanya mual dan muntah
- Keadaan mulut bersih atau tidak
- Mukosa bibir lembap/tidak
6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
- Keadaan umum klien biasanya mengalami kelelahan, kaji kemampuan
pergerakan sendi bebas atau tidak, kaji kekuatan otot klien.

2.2 Diagnosa dan Rencana Asuhan Keperawatan


Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil

1 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :


efektif
- Circulation status - Monitor adanya daerah
- Tissue Prefusion : tertentu yang hanya peka
cerebral terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
- Monitor adanya paretese
- Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada
lsi atau laserasi
- Gunakan sarung tangan
untuk proteksi
- Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung

2 Nyeri akut NOC : NIC :


- Pain Level - Kaji skala nyeri
- Pain control - Anjurkan untuk menarik
- Comfort level nafas dalam setiap kali
timbul nyeri.
- Berikan posisi yang nyaman
sesuai dengan keinginan
pasien.
- Observasi tanda-tanda vital
- Berikan posisi yang nyaman
sesuai dengan keinginan
pasien
- Kolaborasi untuk pemberian
terapi analgetik.

3 Defisiensi Pengetahuan NOC : NIC :


- Kowlwdge : disease - Berikan penilaian tentang
process tingkat pengetahuan pasien
- Kowledge : health tentang proses penyakit yang
Behavior spesifik
- Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat.
- Gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang
tepat
- Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
- Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang
tepat

Daftar Pustaka
Anonim. 2013. Tumor dan Kanker Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://tumorkankerotak.blogspot.co.id/.
Wikipedia. Tumor Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
https://id.wikipedia.org/wiki/Tumor_otak
USU. 2010. Chapter II – Tumor Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31137/4/Chapter%20II.pdf
Febri. 2012. Asuhan Keperawatan Tumor Otak. DI akses pada tanggal 20 November 2015 di
https://nersfebri.wordpress.com/2012/04/01/asuhan-keperawatan-askep-tumor-otak/
Septi. 2013. Askep Tumor Otak. Di akses pada tanggal 20 November 2015 di
http://septiapritayani.blogspot.co.id/2013/07/askep-tumor-beserta-pathway_6.html

Banjarmasin, 01 November 2021

Preceptor Klinik, Ners Muda,

Ricca Desy Widiya Purwati, S.Kep.,Ns Rusmiati

Anda mungkin juga menyukai