Anda di halaman 1dari 17

ASKEP POST PARTUM

OLEH

NONI AGUSTIN
RIA TRISDIANTI
YULIANTI ILYAS

DIII KEPERAWATAN BHAKTI MULIA


KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayahnya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Solawat
dan salam tercurah selalu kepada junjunan kita nabi Muhammad SAW, pada keluarganya,
sahabatnya dan kita selaku umatnya senantiasa mengikuti ajarannya. Amin
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing dan penyusun
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dab saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.

penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perdarahan post partum merupakan penyebab maternal terbanyak. Semua wanita
yang sedang hamil 20 minggu memiliki resiko perdarahan post partum. Walaupun
angka kematian maternal telah turun secara derastis di negara berkembang,
perdarahan post partum tetap merupakan penyebab kematian maternal terbanyak.
Kehamilan yang berhubungan dengan kematian matrnal ssecara langsung di
Amerika Serikat diperkirakan sepuluh wanita tiap 100 ribu kelahiran hidup. Data
statistik nasional menyebutkan sekitar 8% dari kematian ini disebabkan oleh
perdarahan post partum.

B. TUJUAN
a. Umum :
Memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan maternitas
b. Khusus :
- mengetahui tentang pengertian perdarahan post partum
- mengetahui jenis-jenis post partum
- mengetahui etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,
pemeriksaan fisik, dan asuhan keperawatan pada ibu post partu perdarahan.

C. METODE PENULISAN
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami menggunakan metode diskusi kelompok.
Tehnik pengambilan data tersebut menggunakan cara studi pustaka, yang mana
penulis mencari berbagai sumber dan referensi yang berhubungan dengan suhan
keperawatan pada ibu post partum.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini, penulis membagi menjadi dua bab, yaitu BAB I
Pendahuluan yang berisi: latar belakang, tujuan, metode penulisan, sistematika
penulisan. BAB II Pembahasan yang berisi : definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan fisik dan asuhan pada ibu
post partum .
BAB II
ISI

A. DEFINISI
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356)
Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2004:492)
Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan dan segera
setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan semula
(tidak hamil). (William,1995)
Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal,2002)

Periode post partum dibagi 3, yaitu :


1. Immediatelly post partum : 24 jam pertama
2. Early post partum : minggu pertama
3. Late post partum : minggu ke 2 sampai ke 6

Tujuan perawatan post partum :


Meningkatkan involusi uterus normal dan mengembalikan pada keadaan
sebelum hamil.
Mencegah atau meminimalkan komplikasi post partum
Meningkatkan pemahaman perubahan psikologis dan psiologis
Memfasilitasi perawatan bayi kedalam unit keluarga
Mensuport ketrampilan orang tua dan atecman ibu dan bayi
Memberikan perencanaan pulang yang efektif

Faktor yang mempengaruhi pengalaman post partum :


a. Persalinan normal dan bayi yang dilahirkan
b. Persiapan persalinan dan menjadi orang tua
c. Masa transisi menjadi orangtua
d. Peran keluarga yang diharapkan
e. Pengalaman keluarga pada kelahiran anak
f. Sensitifikasi dan efektifitas perawat dan tenaga profesional lainnya

Faktor risiko untuk terjadinya komplikasi post partum :


a. Pre eksiamsi dan ekslamasi
b. Diabetes
c. Masalah jantung
d. Overdistensi uterus akibat bayi kembar
e. Apbrutio plasenta
f. Persalinan lama dan sulit

B. ETIOLOGI
a. etiologi post partum dini
1) atonia uteri
2) laserasi jalan lahir;robekan jalan lahir
3) hematoma
b. etiologi post partum lambat
1) tertinggalnya sebagian plasenta
2) subinvolusi di daerah insersi plasenta
3) dari luka bekas secsio sesaria

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Peningkatan perdarahan : bekuan darah dan keluarnya jaringan
2. Keluar darah segar terus menerus setelah persalinan
3. Nyeri yang hebat
4. Peningkatan suhu
5. Perasaan kandung kemin yang penuh dan ketidak mampuan mengosongkan
6. Perluasan hematoma
7. Muka pucat, dingin, kulit lembab, peningkatan HR, chest pain, batuk
D. PERUBAHAN FISIOLOGIS

Adanya proses persalinan



Robekan jalan lahir

Discontuinitas jaringan

implus/penekanan pada syaraf nyeri

cortex cerebri

dipersepsikan nyeri

gangguan rassa nyaman nyeri

1. Tanda-tanda vital
Suhu; 24 jam pertama dapat terjadi peningkatan suhu 38C sebagai akibat
nidasi selama persalinan
Nadi; dalam waktu 6-8 hari setelah melahirkan ditemukan adanya nadi
normal kembali dalam waktu 2 bulan n; 50x-70x/menit
Pernafasan; akan kembali normal sama seperti sebelum melahirkan
Tekanan darah; mengalami sedikit perubahan selama 48 jam pertama
dapat terjadi hipotensiprthostastik.

2. Sistem Kardiovaskuler
Cardiac output beberapa saat setelah melahirkan. Cardiac output setelah
melahirkan menurun 50% dari sebelum melahirkan.
3. Sistem Endokrin
Blorman placenta pada periode post partumterjadi perubahan reduksi hormon,
kadar eksterogen dan progesteron menurun secara menolok.
4. Sistem Perkemihan
Vesikan urinaria mengalami trauma akibat tekanan edema menimbulkan
overdistensi dan pemenuhan kantong kemih tidak sempurna kurang sensitif dan
kapasitas bertambah sesudah berkemih masih ada residu.
5. Sistem Gastrointestinal
Pada minggu pertama post partum fungsi usus besar kembali normal. Akibat
adanya penurunan mobilitas usus dan tonus otot abdomen dan kehilangan cairan,
rasa tidak nyaman pada perinium.
6. Sistem Integrumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil bisa menghilang, sedangkan
hiperpigmentasi di aerola dan nigra tidak menghilang seluruhnya atau tidak
menetap kulit yang menegang pada payudara, abdomen, paha dan panggur
mungkin memudar, tetapi tidak menghilang.

E. PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI


1. Uterus
Ukuran akan tetap sama sampai 2 hari, kemudian berkurang kurang lebih
1ruang jari perhari.
2. Lochea
a. Lochea mbra :berwarna merah gelap terjadi 2-3 hari pertama,
mengandung sel-sel afitel, oritrosit, leukosit desidua, dab bau karakter
manusia.
b. Lochea Serurosa : berwarna merah muda sampai kecoklatan, terjadi 3-10
hari setelah kehamilan
c. Lochea Alba :berwarna cream kekuningan, terjadi 10 hari-3minggu
setelah melahirkan
3. Serviks
Menjadi lebih tebal dan lebih keras pada akhir minggupertama kelahiran anak
bisa mengakibatkan perubahan permanen pada osteum serviks dari bulat
memanjang.
4. Vagina
Halus dan membengkak dengan tonus otot yang buruk tampak kembali 3-4
minggu pasca partum
5. Perinum
Perinium menjadi kendur, setelah 5 hari pertama akan kembali merapat besar
tonusnya tetap lebih kendur daripada sebelum melahirkan
6. Payudara
Payudara mencapai maturasi yang penuh selama masa nifas kecuali jika
laktasi di supresi, lebih kencang dan akan menjadi lebih besar, lebih besar an
mula-mula akan terasa nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
hormonal serta dimulainya laktasi.

F. ADAPTASI PSIKOLOGI
Periodepasca post partum, menggambarkan suatu stress emosional bagi ibu baru
menjadi lebih sulit dengan perubahan psikologi besar yang terjadi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan peran menjadi orang tua selama pasca
partum ;
a. Respon oleh dukungan keluarga dan teman
b. Hubungan pengalaman kelahiran dan membesarkan anak
c. Pengaruh budaya

1. Menurut Rubin fase adaptasi dibagi menjadi 3 fase ;


a. Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan diri
sendiri, berperilaku pasif dan ketergantungan, menyatakan ingin makan dan
tidur, sulit membuat keputusan.
b. Fase taking hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari ke 3
sampai dengan ke 10 post partum, fokus sudah ke bayi, mandiri dalam
perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh sendiri dan bayi, mulai
terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.
c. Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab peran
yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post partum, ibu sudah
melaksanakan fungsinya, ayah berperan sabagai ayah dan berinteraksi dengan
bayi.

G. PERUBAHAN SELAMA POST PARTUM


a. Kardiovaskuler : penurunan volume darah karena diuresis, kehilangan darah.
Dapat menyebabkan orthostatik hypontention, tingginya waktu pembekuan.
b. Gastrointestial : konstipasi haemoroid
c. Urinary : retensi urine catherisasi dapat menyebabkan UTI
d. Sexsuallity : turunnya libido karena pengaruh hormon

H. KOMPLIKASI
a. Infeksi pada sel reproduksi
b. Infeksi pada sel kemih
c. Mastitis
d. Penyakit thromoembolic postpartum
e. Gangguan psychiatric pada postpartum

I. PEMERIKSAAN PENUJANG
a. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
b. Urine lengkap

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

K. ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Marlynn E. Doengous, 2001:
1. Pengkajian
- Aktivitas / istirahat
Insomnia mungkin teramati.
- Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
- Integritas Ego
Peka rangsangan, takut/menangis
- Eliminasi
Duresis diantara hari kedua dan kelima
- Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga
- Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara atau pembesaran dapat terjadi diantara hari ketiga
sampai ke lima pasca partum.
- Seksualitas
Uterus 1cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun kira 1
lebar jari setiap harinya.
Lokhea Rubra berlanjut sampai hari kedua sampai tiga berlanjut menjadi
lokhea serosa dengan aliran tergantung pada posisi (mis. Rekumben versus
ambulasi berdiri) dan aktivitas (mis, menyusui).
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pda susumatur,
biasanya pada hari ke 3 ; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui
dimulai.
L. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien post partum menurut Marlynn
Doengoes, 2001 yaitu :
1. Nyeri (akut)/ Ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma, edema atau
pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri teratasi
Kh : mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi
ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya ketidak nyamanan.

Intervensi :

Mandiri :

1. Tentukan adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan. Tinjau ulang persalinan dan
catatan kelahiran.
2. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri
tekan local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan jaringan.
3. Berikan kompres es pada perineum, khusus nya selama 24 jam pertama setelah
kelahiran.
4. Berikan kompres panas lembab (misal rendam duduk/bak mandi) diantara 100o
dan 105o F (38o sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-4 kali sehari, setelah 24 jam 1.
5. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomy.
6. Infeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan kompres es selama 20
menit setiap 4 jam, penggunaan kompres witch hazel, dan menaikan pelvis pada
bantal.
7. Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan frekuensi/intensitas afterpain.
8. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal dibawah abdomen, dan
melakukan tehnik visualisasi atau aktivitas pengalihan.
9. Inspeksi payudara dan jaringan putting; jika adanya pembesaran dan/atau pitung
pecah pecah.
10. Ajurkan untuk mengunakan bra penyokong
11. Berikan informasi mengenai peningkatan frekuensi temuan, memberikan
kompres panas sebelum member makan, mengubah posisi bayi dengan tepat, dan
mengeluarkan susu secara berurutan , bila hanya satu putting yang sakit atau luka.
12. Berikan kompres es pada area aksila payudara bila klien tidak merencanakan
menyusui.
13. Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih.
14. Evaluasi terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesia subaraknoid.
Hindari member obat klien sebelum sifat dan penyebab dari sakit kepala ditentukan.

Kolaborasi :

1. Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan makan selama 2 3
minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan klien selama ambulasi pertama.
2. Berikan analgesic 30 60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak
menyusui, berikan analgesic setiap 3 4 jam selama pembesaran payudara dan
afterpain.
3. Berikan sprei anestetik, salep topical, dan kompres witc hazel untuk perineum bila
dibutuhkan.
4. Bantu sesuai dengan injeksi salin atau pemberian blood patch pada sisi pungsi
dural. Pertahankan klien pada posisi horizontal setelah prosedur.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan tubuh


Tujuan : Pemenuhan ADL terpenuhi.
Kriteria hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan minum).

Rencana tindakan

o Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.


o Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
o Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
o Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.

Rasionalisasi

o Sebagai indikator untuk melanjutkan tindakan selanjutnya.


o Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi.
o Agar klien mudah menjangkau kebutuhannya.
o Dengan adanya hubungan dan kerjasama dari keluarga klien terpenuhi.

3. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya,


usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur karakteristik payudara ibu

o Tujuan : setelah dilakukan demostrasi tentang perawatan payudara diharapkan


tingkat pengetahuan ibu bertambah.
o Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang proses menyusui,
mendemonstrasikan tehnik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan regimen
menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan setelah menyusui.
o Intervensi :

Mandiri :

1. Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.


2. Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap
pasangan/keluarga.
3. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan keuntungan
menyusui, perawatan putting dan payudara, kenutuhan diet khusus, dan factor
factor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui.
4. Demostrasikan dan tinjauan ulang tehnik tehnik menyusui. Perhatikan posisi
bayi selama menyusui dan lama menyusui.
5. Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui.
6. Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara selama 20 30 menit
setelah menyusui.
7. Instruksikan klien untuk menghindari pengunaan putting kecuali secara khusus
diindikasi.
8. Berikan pelindung putting payudara khusus untuk klien menyusui dengan putting
masuk atau datar.

Kolaborasi :

1. Rujuk klien pada kelompok pendukung; misal posyandu


2. Identifikasi sumber sumber yang tersedia dimasyarakat sesuai indikasi

4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator


(misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia); efek anestesia;
tromboembolisme; profildarah abnormal (anemia, sensifitas rubella,
kinkompabilitas RH)

o Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cidera


teratasi.
o Kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan factor factor
risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi.
o Intervensi :

Mandiri :

1. Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) darah dan kehilangan darah pada waktu
melahirkan. Catat tanda tanda anemia.
2. Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien yang mendapatkan
anesthesia subaraknoid, yang mungkin yetap berbaring selama 6 8 jam, tanpa
penggunaan bantal atau meninggikan kepala. Bantu klien dengan ambulasi awal.
Berikan supervise yang adekuat pada mandi shower atau rendam duduk. Berikan
bel pemanggil dalam jangkauan klien.
3. Berikan klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran kanan atas (KKaA , sakit
kepala, atau gangguan penglihatan.
4. Catat efek efek magnesium sulfat (MgSO4), bila diberikan, kaji respon patella
dan pantau status pernapasan.
5. Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda tanda tromboflebitis, perhatikan ada
atau tidaknya tanda human.
6. Berikan kompres panas local; tingkatkan tirah baring dengan meninggikan
tungkai yang sakit.
7. Evaluasi status rubella pada grafik prenatal, kaji klien tehadap alergi pada telur
atau bulu.

Kolaborasi :

1. Berikan MgSO4 melalui pompa infuse, sesuai indikasi.


2. Berikan kaus kaki penyokong atau balutan elastic untuk kaki bila risiko risiko
atau gejala gejala flebitis terjadi.
3. Berikan antikoagulasi; evaluasi factor factor koagulasi, dan perhatikan tanda
tanda kegagalan pembekuan.

Berikan Rh0 (D) imun globulin (RhlgG) LM.dalam 72 jam pascapartum, sesuai
indikasi.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau
kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan atau peningkatan-
peningkatan lingkungan, krupture ketuban lama, mal nutrisi

o Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.


o Kriteria hasil : mendemonstrasikan tehnik tehnik untuk menurunkan
risiko/meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas dari drainase
purulen dan bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhial dan
karakter normal.
o Intervensi :

Mandiri :
1. Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina
dan komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD), persalinan lama, laserasi,
hemoragi, dan tertahannya plasenta.
2. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda-tanda
menggigil, anoreksia atau malaise.
3. Kaji lokasi dan kontraktilitis uterus ; perhatikan perubahan involusional atau
adanya nyeri tekan uterus ekstrem.Catat jumlah dan bau rabas lokhial atau
perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi serosa.
4. Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan atau nyeri
tekan. Anjurkan pemeriksaan rutin payudara. Tinjau perawatan yang tepat dan
tehnik pemberian makan bayi. (rujuk pada DK : Nyeri (akut)/ketidaknyamanan).
5. Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan
berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura
(kehilangan perlekatan), atau adanya laserasi.
6. Perhatikan frekuensi/jumlah berkemih.
7. Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK) atau sisitis (mis :
peningkatan frekiensi, doronganatau disuria). Catat warna dan tampilan urin,
hematuria yang terlihat, dan adanya nyeri suprapubis.
8. Anjurkan perawatan perineal, dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3
sampai 4 kali sehari atau setelah berkemih/defekasi. Anjurkan klien mandi setiap
hari ganti pembalut perineal sedikitnya setiap 4 jam dari depan ke belakang.
9. Anjurkan dan gunakan tehnik mencuci tangan cermat dan pembuangan pembalut
yang kotor, pembalut perineal dan linen terkontaminasi dengan tepat.
10. Kaji status nutrisi klien. Perhatikan tampilan rambut, kuku, kulit, dan
sebagainya. Catat berat badan kehamilan dan penambahan berat badan prenatal.
11. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C, dan zat
besi. Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000 ml/hari.
12. Tingkatkan tidur dan istitahat.

Kolaborasi :

1. Kaji jumlah sel darah putih (SDP).


DAFTAR PUSTAKA

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC


Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Carpenito, L. J. 1998. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 6. EGC.
Jakarta
Doengoes, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi Edisi 2. Jakarta: EGC
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. EGC. Jakarta
Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka
http://www. Us elsevierhealth. com. Nursing diagnoses. Outcomes and interventions
NANDA. 2001. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia
Sarwono, P. 1994. Ilmu Kebidanan. Balai Penerbit UI. Jakarta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Anda mungkin juga menyukai