Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH MATERNITAS 1

“ASKEP POST PARTUM DENGAN


INDIKASI SECTIO CAESAREA”

Dosen Pengampuh : Ns.Cut Mutiya Bansal, S.Kep, M.Kes

DISUSUN OLEH

KELOMPOK III :

1. Farman Lakamutu ( 1601098 )


2. Natasya Talaki ( 2001033 )
3. Fatria Y. Didipu ( 2001043 )
4. Astuti Tauhid ( 2001045 )
5. Julia Handayani Damanik ( 2001044 )

PROGRAM STUDI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH MANADO

T/A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah Kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM DENGAN INDIKASI SECTIO CAESAREA”
ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai asuhan keperawatan pada Ibu Post Partum SC ini. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari
apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Manado, 12 Januari 2022

Kelompok III
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba,
2001). Terdapat dua cara persalinan, yaitu persalinan lewat vagina, lebih dikenal dengan
persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi caesar (Sectio Caesarea),
yaitu bayi dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003).
Sectio Caesarea (SC) merupakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk
melahirkan janin dari dalam rahim (Carpenito, 2001). Menurut Christine (2005) dalam
tahun 30 tahun belakangan, peristiwa operasi caesar meningkat dengan pesat. Di
Australia dan Inggris, operasi caesar sekitar 10 sampai 15%. Di Amerika Serikat,
sekitar 16% sampai 20%. Brasil merupakan salah satu negara dengan tingkat operasi
caesar tertinggi di dunia. Tingkat kelahiran melalui operasi di Brasil saat ini sudah
mencapai 44 persen dimana menurut World Health Organization (WHO) standar rata-
rata operasi caesar di sebuah negara adalah sekitar 5-15%. Di Indonesia persentase
operasi caesar sekitar 5%. Di rumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara di
rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%.
Berbagai faktor yang dapat menjadi indikasi dilakukan tindakan SC antara lain
faktor ibu dan janin. Salah satu faktor yang berasal dari ibu adalah Disproporsi Kepala
Panggul (DKP). DKP atau Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah keadaan yang
menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin
tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi kepala panggul disebabkan oleh panggul
sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya (Cunningham, 2005). Ukuran
lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami (Kasdu, 2003).

Penatalaksanaan klien post sectio caesarea mempunyai karakteristik yang


berbeda, dimana penatalaksanaannya merupakan kombinasi antara penatalaksanaan post
operasi dan post partum. Uraian di atas membuat penulis tertarik dalam menyusun dan
memberikan asuhan keperawatan post partum pada klien post sectio caesarea atas
indikasi disproporsi kepala panggul di Ruang Edelweis RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo.
2. Definisi
Periode postnatal/postpartum atau masa nifas adalah interval 6 minggu antara
kelahiran bayi dan kembalinya organ reproduksi ke keadaan normal sebelum hamil
(Rustam,1998). Nifas / puerperium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat-alat reproduksi yang lamanya kurang lebih sekitar 6
minggu (Hanifa,1999).

Masa postnatal dibagi dalam 3 tahap yaitu :

a. Periode immedietelly postnatal / kala IV (dalam 24 jam pertama).


b. Periode early postnatal (minggu pertama).
c. Periode late postnatal (minggu kedua sampai keenam) atau perubahan bertahap.
Potensial bahaya sering terjadi pada periode immedietelly dan early postnatal
yaitu kejadian perdarahan dan syok hipovolemik. Pada jam dan hari pertama sesudah
persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara drastis. Berat
badan akan mengalami penurunan sebanyak 9-10 kg, yaitu 5,5-6 kg karena fetus dan
plasenta, cairan amnion, dan kehilangan darah saat melahirkan serta 2,5 kg karena
keringat dan diuresis selama seminggu postnatal, sedangkan 1 kg karena involusio
uterus dan pengeluaran lokhea.

3. Adaptasi Fisiologi Ibu Post Partum


Adaptasi atau perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post partum sectio
cesaria antara lain:

a. Perubahan pada Korpus Uteri


Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal setelah kelahiran bayi
tersebut disebut involusi. Dalam 12 jam setelah persalinan fundus uteri berada kira-
kira 1 cm di atas umbilicus, 6 hari setelah persalinan fundus uteri berada kira-kira 2
jari di bawah pusat dan uterus tidak berada pada abdomen setelah 10-12 hari post
partum. Peningkatan kontraksi uteri segera setelah persalinan yang merupakan
respon untuk mengurangi volume intra uteri.

Pada uteri terdapat pelepasan plasenta sekeras telapak tangan regenerasi


tempat pelepasan plasenta belum sempurna sampai 6 minggu post partum. Uterus
mengeluarkan cairan melalui vagina yang disebut lokhea. Pada hari pertama dan
kedua cairan berwarna merah disebut lokhea rubra. Setelah satu minggu lokhea.
serosa dan setelah dua minggu cairan berwarna putih disebut lokhea alba.

b. Perubahan pada Serviks


Post sectio caesaria bagian atas serviks sampai segmen bawah uteri
menjadi sedikit oedema, indoserviks menjadi lembut dan terlihat memar yang
memungkinkan terjadinya infeksi.

c. Vagina dan perineum


Post sectio caesaria dinding vagina yang licin secara berangsur-angsur
ukurannya akan kembali normal dalam waktu 6 sampai 8 minggu post portum.

d. Payudara
Bayi yang lahir secara sectio caesaria dengan pembiusan umum, rawat
gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar (bayi tidak mengantuk), missal 4-6 jam
setelah operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun ibu masih mendapat infus.
Bantuan petugas kesehatan untuk memegang bayi atau menaruh pada posisi yang
nyaman bagi ibu sangat diperlukan sampai ibu dapat duduk dan aktif kembali. Bila
pembiusan spinal bayi dapat diberi ke ibu segera setelah selesai operasi.

e. Sistem Kardiovaskuler
Post sectio caesaria volume darah cenderung menurun akibat perdarahan
post operasi. Suhu badan meningkat dalam 24 jam pertama. Pada 6 sampai 8 jam
pertama setelah persalinan umumnya. ditemukan bradikardi, keadaan pernafasan
berubah akibat dari anastesi.

f. Sistem Urinari
Post sectio caesaria fungsi ginjal akan normal dalam beberapa bulan
setelah persalinan karena adanya peregangan dinding abdomen pada vesika
urinaria yang merupakan hasil filtrasi dari ginjal, sehingga pasien yang terpasang
kateter kemungkinan dapat terjadi infeksi saluran kemih.

g. Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin selama masa nifas yaitu
hormon plasenta. Hormon ini menurun dengan cepat setelah persalinan. Keadaan
Humal Placental Lactogen (HPL) merupakan keadaan yang tidak terdeteksi dalam
24 jam. Keadaan esterogen dalam plasenta menurun sampai 10% dari nilai ketika
hamil dalam waktu 3 jam. Setelah persalinan pada hari ke-7 keadaan progesteron
dalam plasma menurun, luteal pertama pada hormon pituitary keadaan prolaktin
pada darah meninggi dengan cepat pada kehamilan mencapai keadaan seperti
sebelum kehamilan dalam waktu 2 minggu.

h. Sistem Integumen
Striae yang diakibatkan karena regangan kulit abdomen mungkin akan tetap
bertahan lama setelah kelahiran tetapi akan menghilang menjadi bayangan yang
lebih terang. Bila klien terdapat linea nigra atau topeng kehamilan (kloasma)
biasanya akan memutih dan kelamaan akan menghilang.

i. Sistem Gastrointestinal
Post sectio caesaria gangguan nutrisi terjadi setelah terjadi 24 jam post
partum sebagai akibat dari pembedahan dengan anastesi general yang diakibatkan
tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga mobilitas makanan akan lebih
lama berada dalam saluran makanan akibat pembesaran rahim.

4. Adaptasi Fisiologi Ibu Porspatum


Adaptasi psikologis ibu post partum yaitu:

a. Fase Taking In (Dependent)


Terjadi pada satu sampai dua hari post partum ibu sangat tergantung pada
orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, termasuk merawat anaknya. Pada
klien post operasi sectio caesaria beberapa hari pertama klien lebih berfokus pada
dirinya, timbul rasa nyeri pada daerah insisi dan gastrointestinal, klien memerlukan
bantuan untuk mengatasi nyeri, timbul rasa kecemasan dan ketakutan adanya
luka, berhati-hati dalam melakukan gerakan.

b. Fase Taking Hold (Dependent-Indendent)


Terjadi pada tiga hari post partum ibu mulai bisa makan, minum, merawat diri
serta bayinya. Pada fase ini waktu yang tepat untuk penyuluhan. Pada post sectio
caesaria klien masih adanya nyeri, klien masih memerlukan bantuan orang lain,
bertindak hati-hati dalam melakukan gerakan dan klien sudah bisa turun dari
tempat tidur.

c. Fase Leting Go (Independent)


Fase ini ibu dan keluarganya harus segera menyesuaikan diri terhadap interaksi
antara anggota keluarga, fase ini berlangsung pada hari terakhir minggu pertama
masa post partum.

5. Etiologi
Indikasi dilakukan sectio caesaria pada ibu adalah disproporsi cepalo pelvik, placenta
previa, tumor jalan lahir, hidromnion, kehamilan gemeli, sedangkan pada janin adalah
janin besar, mal presentasi, letak lintang, hidrocepalus (Oxorn, 1996 : 634). Penyebab
dari pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui, faktor predisposisinya (Taber,
1994) :
1. Nulipara umur belasan tahun.
2. Pasien kurang mampu, dengan pemeriksaan antenatal yang buruk terutama,dengan diit
kurang protein.
3. Mempunyai riwayat pre eklampsia atau eklampsia dalam keluarganya.
4. Mempunyal penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya

6. Tipe-tipe Sectio caesaria


Tipe-tipe sectio caesaria menurut Oxorn (1996) adalah :
1. Tipe-tipe segmen bawah : insisi melintang
Insisi melintang segmen bawah uterus merupakan prosedur pilihan
abdomen dibuka dan disingkapkan, lipatan vesika uterina peristoneum yang terlalu
dekat sambungan segmen atas dan bawah uterus di sayat melintang dilepaskan dan
segmen bawah serta ditarik atas tidak menutupi lapangan pandangan.
2. Tipe-tipe segmen bawah : insisi membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti pada
insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan skapal dan dilebarkan dengan gunting
tumpul untuk menghindari cedera pada bayi.
3. Sectio caesaria klasik
Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skapal ke dalam
dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting berujung
tumpul.
4. Sectio caesaria ekstranperitoneal
Pembedahan ektraperitonial dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi pada
kasus-kasus yang mengalami infeksi luas.

7. Komplikasi
1. Komplikasi sectio caesaria adalah
a. Infeksi puerpeural (nifas)
1) Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang, dengan kertaikan suhu lebih tinggi, disertai dehidrasi, perut sedikit
kembung.
3) Beral, dengan peritonitis dan sepsis, hal ini sering dijumpai pada partus terlantar,
dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang teah
pecah terlalu lama, penanganannya adalah pemberian cairan, elektrolit dan
antibiotik yang ada dan tepat.
b. Perdarahan, disebabkan karena
1) Banyak pembuIuh darah terputus dan terbuka.
2) Antonia uteri
3) Perdarahan pada placenta bed.
c. Juka kandung kemih
d. kemungkinan ruptura uteri spontanea pada kehamilan mendatang.
(Mochtar, 1998 : 121)

2. Komplikasi yang timbul pada pre eklampsia berat (Taber, 1994)


• Maternal: solusio plasenta, gagal ginjal, oedema paru, pendarahan
otak,eklampsia.
• Janin : prematuritas, insufisiensi utero plasenta, retardasi pertumbuhan intra
uterin, kematian janin intro uterin

8. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesarea, memerlukan perawatan yang lebih koprehensif
yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum. Manifestasi klinis sectio
caesarea menurut Doenges (2001), antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
f. Emosi labil/perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

9. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang


• Keadaan Umum. Kaji kondisi ibu secara umum, apakah ibu merasa kelelahan atau ibu
dalam keadaan segar. Hal ini akan mempengaruhi penerimaan ibu terhadap bayi serta
kemampuan ibu dalam menyusui dan mengasuh bayi.
• Jam pertama. Krisis setelah melahirkan, secara cermat kaji perdarahan dengan
melakukan palpasi fundus uteri dengan sering (interval 15 menit), inspeksi perineum
terhadap perdarahan yang tampak dan evaluasi tanda-tanda vital.
• Kaji suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah setiap 4-8 jam selama hari pertama
postpartum. Catat khususnya :
a) Peningkatan suhu yang bisa disebabkan dehidrasi, awitan laktasi atau
leukositosis

b) Hipotensi dengan nadi yang cepat dan lemah (>100x/menit) yang dapat
menunjukkan perdarahan dan syok.
c) Hipotensi ortostatik karena penyesuaian kembali kardiovaskuler ke
dalam keadaan sebelum hamil.
d) Peningkatan tekanan darah.
e) Nadi yang meningkat menunjukkan adanya perdarahan.
a. Kepala dan Wajah
1) Mata
Konjungtiva yang anemis menunjukkan adanya anemia karena perdarahan saat
persalinan.

2) Hidung
Tanyakan pada ibu apakah ibu pilek atau riwayat sinusitis. Infeksi pada ibu
postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.

3) Telinga
Kaji pendengarannya telinga kanan dan kiri, adakah riwayat otitis media,
kebersihan daun telinga atau lubang telinga.

b. Mulut dan Gigi


Tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis atau gigi yang berlubang.
Gigi yang berlubang dapat menjadi port de entree bagi mikroorgasme dan bisa
beredar secara sistemik.

c. Leher
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di bawah telinga dan pembesaran
kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang membesar menunjukkan adanya infeksi,
ditunjang dengan tanda yang lain seperti hipertermi, nyeri, bengkak.

d. Payudara
1) Kesan Umum
Peganglah payudara dengan perlahan dan kaji apakah simetris antara kanan
dan kiri, keras, ada nyeri tekan dan hangat. Kaji apakah terdapat bendungan
ASI (breast engorgement) yang menimbulkan rasa nyeri bagi ibu atau massa,
dengan palpasi. Bahkan dapat ditemukan mastitis dengan tanda-tanda merah,
bengkak, panas, nyeri.

2) Puting Susu
Kaji apakah ASI atau kolustrum sudah keluar dengan memencet puting ibu.
Kaji juga kebersihan puting. Kaji puting susu apakah mengalami pecah-
pecah, fisura dan perdarahan.

3) Pengkajian Menyusui
Kriteria untuk mengevaluasi cara menyusui adalah hubungan keterikatan ibu
dan bayi, cara menyusu bayi, posisi pada saat menyusui, let-down, kondisi
putting susu, respon bayi dan respon ibu.

e. Abdomen
1) Keadaan
Kaji apakah terdapat striae dan linea alba. Kaji keadaan abdomen, apakah
lembek atau keras. Abdomen yang keras menunjukkan kontraksi uterus
bagus sehingga perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek
menunjukkan sebaliknya dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.

2) Diastasis rektus abdominis


Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rectus abdominis
akibat pembesaran uterus. Jika dipalpasi regangan ini menyerupai celah
memanjang dari prosessus xiphoideus ke umbilicus sehingga dapat diukur
panjang dan lebarnya. Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti
sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk senam
nifas.

Cara memeriksa diastasis rektus abdominis adalah dengan meminta ibu


untuk tidur telentang tanpa bantal dan mengangkat kepala, tidak diganjal.
Kemudian palpasi abdomen dari bawah prosessus xiphoideus ke umbilikus
kemudian ukur panjang dan lebar diastasis.

3) Fundus uteri
Palpasi fundus uteri dari arah umbilikus ke bawah. Tentukan tinggi fundus
uteri (contoh : 1 jari di atas pusat, 2 jari di atas pusat, dll), posisi fundus,
apakah sentral atau lateral. Posisi lateral biasanya terdorong oleh bladder
yang penuh. Kontraksi juga perlu diperiksa, kontraksi lemah atau perut
teraba lunak menunjukkan kontraksi uterus kurang maksimal sehingga
memungkinkan terjadi perdarahan.

Kaji fundus uteri setiap hari yakni kekuatan dan lokasinya, pastikan bahwa
klien mengosongkan kandung kemih sebelum palpasi dilakukan.

a) Uterus tidak secara progresif menurun ukurannya atau kembali ke pelviks


bagian bawah.
b) Uterus tetap kendur atau kontraksinya buruk
c) Sakit pinggang atau nyeri pelvis yang persisten
d) Perdarahan vagina hebat
4) Kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung kemih. Kandung kemih
yang bulat dan lembut menunjukkan urine yang tertampung banyak dan
dalam hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan.

Kaji tingkat distensi kandung kemih secara sering dalam 8 jam pertama
setelah melahirkan, ukur haluaran urin, berkemih dalam jumlah sedikit dan
sering berkemih yang berturut-turut menandakan adanya gangguan urin.

f. Perineum
Kaji tanda dan karakter lokhea setiap hari meliputi jumlah, warna, konsistensi
dan bau lokhea ibu postpartum untuk memberikan indeks essensial pemulihan
endometrium. Perubahan warna lokhea harus sesuai, misal ibu postpartum 7 hari
harus memiliki lokhea yang sudah berwarna merah muda atau keputihan.

Jika ditemukan hasil yang abnormal, misalnya perdarahan segar, lokhea


rubra yang banyak, persisten dan berbau busuk maka ibu mengalami komplikasi
postpartum. Segera laporkan karena lokhea yang berbau busuk menunjukkan
adanya infeksi di saluran reproduksi dan harus segera ditangani.

Inspeksi perineum, catat apakah utuh,terdapat luka episiotomi, ruptur.


Kaji juga adanya tanda-tanda REEDA (Redness Ekimosisi Edema Discharge
Approximation), nyeri tekan, pembengkakan, memar dan hematoma. Kaji daerah
anal dari adanya hemoroid dan fisura. Kebersihan perineum menunjang proses
penyembuhan luka. Serta adanya hemoroid derajat 1 normal untuk ibu hamil dan
pasca persalinan.
10. Sistem Muskuloskeletal
Sistem Muskuloskeletal, sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit dapat
bergerak. Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil. Sistem
Muskuloskeletal, sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Perubahan
tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara
berjalan wanita berubah secara menyolok. Otot dinding perut meregang dan akhirnya
kehilangan sedikit tonus otot. Selama terimester ketiga otot rektus abdominis dapat
memisah, menyebabkan isi perut menonjol di garis tengah tubuh. Umbilicus menjadi
lebih datar atau menonjol. Relaxing Progesterone Hormone menyebabkan relaksasi
jaringan ikat dan otot-otot, hal ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir
kehamilan, proses relaksasi ini memberikan kesempatan pada panggul untuk
meningkatkan kapasitasnya sebagai persiapan proses persalinan, tulang pubic melunak
menyerupai tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur membuat tulang
coccigis bergeser kearah belakang sendi panggul yang tidak stabil, pada ibu hamil hal
ini menyebabkan sakit pinggang. Selama trimester akhir rasa pegal, mati rasa dan lemah
dialami oleh anggota badan atas yang disebabkan lordosis yang besar dan fleksi anterior
leher dan merosotnya lingkar bahu yang akan menimbulkan traksi pada nervus ulnaris
dan medianus.

11. Kondisi luka


Luka episiotomi harus dikaji apakah terdapat tanda-tanda infeksi. Kecepatan
penyembuhan pada episiotomy tergantung pada letak dan kedalam insisi. Kebanyakan
episiotomy sembuh sebelum minggu keenam postpartum.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian perawatan perineum,


mandi berendam, penghangatan dengan cahay lampu, dan obat-obatan topical
meningkatkan penyembuhan dan mengurangi ketidaknyamanan luka episiotomy.
Jika ada harus dilaporkan segera mendapatkan penanganan lebih lanjut.

g. Ekstremitas
Kaji sirkulasi perifer, catat adanya varises, edema dan kesimetrisan ukuran dan
bentuk, suhu warna dan rentang gerak sendi. Catat khususnya tanda
tromboflebitis dan tanda homan. Tanda homan yang positif menunjukkan adanya
tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara
memeriksa tanda homan adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai
ekstensi, kemudian didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri
di betis. Jika nyeri maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk
mobilisasi dini agar sirkulasi lancar sehingga tromboflebitis bisa diabsorbsi.
h. Kaji status eliminasi fekal dan kembali ke pola sebelum melahirkan. Lakukan
aktivitas sehari-hari.
i. Evaluasi status nutrisi, meliputi kemampuan mengunyah, menelan makanan,
serta keadekuatan cairan dan diet untuk mendukung involusio laktasi.
j. Evaluasi tingkat pengetahuan klien tentang cara menyusui bayi baru lahir (ASI
atau dengan botol susu).
k. Riwayat kesehatan. Seharusnya berfokus pada riwayat medis keluarga, riwayat
genetik, dan reproduksi.
l. Kaji adapatasi psikososial
1. Tanda dan gejala kesedihan postpartum (postpartum blues), seperti
menangis, putus asa, kehilangan selera makan, konsentrasi buruk, sulit tidur
dan cemas.
2. Evaluasi integritas bayi baru lahir dengan keluarganya.
3. Observasi interaksi ibu baru dan anggota keluarga lainnya dengan bayi baru
lahir.
1. Pemeriksaan Kebutuhan Dasar
a. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
b. Integritas Ego
Klien dapat menunjukan labilitas emosional, dari kegembiraan sampai ketakutan,
marah atau menarik diri.
c. Eliminasi
Karakter urine, urine jernih, pucat.
d. Nutrisi/Cairan
1) Abdomen lunak dengan tidak ada distensi.
2) Bising usus tidak ada, samar atau jelas.
e. Neurosensori
Kerusakan dan sensasi dibawah tingkat anastesia spinal epidural.
f. Nyeri/Ketidaknyamanan
Klien mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya : trauma
bedah / insisi, distensi kandung kemih / abdomen.
g. Pernapasan
Bunyi paru jelas.
h. Keamanan
Balutan abdomen tampak kering dan utuh.
i. Seksualitas
1) Fundus kontraksi kuat dan terletak di ambilikus.
2) Aliran lochea sedang dan bebas bekuan berlebihan.
j. Pemeriksaan laboratorium : hematokrit diukur pagi hari setelah pembedahan untuk
memastikan perdarahan pasca operasi atau mengisyaratkan hipovolemia.
BAB II
ASKEP POST PARTUM SC

A. Kasus
Pada tanggal 18 juni 2019 seorang pasien dengan inisial Ny. R masuk rumah sakit dengan
keluhan sakit pinggang menjalar sampai ke ari – ari dan keluar darah dari jalan lahir sekitar 30
menit.

B. Pengkajian

Tanggal/jam Masuk : 18 Juni 2019 /10.00 WIB

Tanggal/jam Pengkajian : 20 Juni 2019/09.00 WIB

Diagnosa Medis : Post SC dengan indikasi nyeri pinggang beserta keluarnya


darah dari jalan lahir

Ruangan/RS : KB Rawatan

DATA UMUM KLIEN

1. Inisial klien : Ny.R Nama Suami : Awalul Fajri


2. Usia : 30 tahun Usia : 30 tahun
3. Status perkawinan : Menikah Status perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
5. Pendidikan terakhir : SMA Pendidikan terakhir : SMA

Riwayat Kesehatan Saat Ini :

Pada saat melakukan pengkajian pada hari kamis tanggal 20 Juni 2019, klien post operasi
sectio caesar 2 hari yang lalu mengeluh nyeri pada luka bekas operasi SC, skala nyeri 4, klien
mengeluh perutnya terasa kembung, klien mengatakan nyeri dirasakan ketika bergerak, klien
tampak meringis, terdapat luka jahitan di abdomen, intensitas nyeri ringan (4), klien tampak
sesekali memegang perut jika nyeri terasa, klien mengatakan darah yang keluar dari kemaluan
tidak terlalu banyak, sesekali aktivitas klien juga dibantun keluarganya. Bayi klien dirawat di
ruangan yang sama dengan klien dan berat badan lahir 2800 gram dan ASI klien lancar. Klien
terpasang injecpam pada tangan sebelah kiri. Hasil pengkajian tanda – tanda vital : Tekanan
Darah :110/80 mmHg, Suhu : 36, 5 ◦c, Pernafasan : 20 x/i, Nadi : 80 x/i.
Keluhan Utama (saat ini) :
Pasien megatakan nyeri perut karena luka post Sectio Caesarea

Riwayat Kesehatan yang Lalu :


Klien mengatakan sebelumnya pernah melakukan operasi Sectio Caesarea saat melahirkan

anak ke dua di RS. Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi kurang lebih sekitar 2 tahun yang lalu.

Riwayat Kesehatan Keluarga :

Keluarga klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit menular ataupun turunan

seperti : DM, Jantung, Asma, Ginjal, Ht, penyakit kejiwaan dan penyaki infeksi lainnya.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu

P : 1 A : - SC : 2
Keadaan
Penolong Jenis Jenis
No. Tahun BB/PB Anak
Persalinan Persalinan Kelamin
Sekarang

Bidan
1 2015 Normal P 3200gr Hidup
Desa / 45cm

Dokter Operasi
2 2017 Rumah Sectio P 3520gr Hidup
/ 50cm
Sakit Caesarea

Dokter Opersi
3 2019 Rumah Sectio P 2800gr Hidup
/47,5cm
Sakit Caesarea

Pengalaman menyusui : ya berapa lama : 12 bulan

Riwayat Kehamilan saat ini

1. Berapa kali periksa kehamilan : 6 kali, di bidan


2. Masalah kehamilan : Tidak Ada
Riwayat Persalinan

Tgl/jam : 18 juni 2019/10.00 WIB

Jenis persalinan : Sectio Caesarea

SC dengan Indikasi sakit pinggang menjalar sampai ke ari – ari beserta keluarnya darah
dari jalan lahir
1. Jenis kelamin bayi : P, BB/PB : 2800 gram/47,5 cm
2. APGAR Skor Bayi : 7/10
3. Perdarahan : 500 cc
4. Masalah dalam persalinan : Tidak Ada
Riwayat Ginekologi

Riwayat Kontrasepsi : Hormonal ( ) IUD/AKDR ( ) Tubektomi ( ) Alami ( )


Tidak ( √ )

Lama penggunaan Kontrasepsi: -

Keluhan : -

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI

Status obstetrik : G : 3 P : 3 A : - H : 3 Bayi Rawat Gabung : tidak

Jika tidak, alasan : karena pasien melahirkan anaknya satu persatu

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : compas mentis

BB/TB : 65Kg/ 150 cm

Tanda Vital

Tekanan Darah :110/60 mmHg; Nadi : 80x/menit Suhu : 36,5ºC

Pernapasan : 20x/mnt
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENGKAJIAN POLA GORDON

1. Persepsi terhadap kelahiran bayi dan manajemen kesehatan:


Keluarga sangat menanti kehadiran bayi
2. Kognitif dan perceptual : Sangat baik
3. Persepsi diri dan konsep diri : Pasien sangat menerima dengan kondisi yang dialami
4. Peran dan hubungan : Pasien sangat baik dalam menjalani hubungan dengan sesama
5. Seksualitas dan reproduksi: Tidak ada gangguan dengan sistem reproduksi
6. Koping dan mekanisme stress: Pasien tidak terlihat
7. Nilai dan kepercayaan pada masa postpartum : Pasien rajin melakukan ibadah dan
berdoa

1) Kepala
• Rambut
Berwarna hitam dan tampak berketombe
Tidak ada rambut rontok
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada benjolan
• Mata
Simetris kiri dan kanan
Pendengaran baik
Tidak ada nyeri tekan
Sclera tidak icterik
• Telinga
Simetris kiri dan kanan
Pendengaran baik
Tidak ada nyeri tekan
Tampak bersih
• Hidung
Simetris kiri dan kanan
Tampak bersih
Tidak nyeri
• Mulut dan Gigi
Tidak ada karies
Tidak ada perdarahan pada gusi
Mukosa bibir lembab
Lidah terlihat bersih
2) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada luka

3) Thorak
• Payudara
Simetris kiri dan kanan
Tampak bersih
Areola hiperpikmentasi
Tidak ada nyeri tekan
ASI banyak dan lancar
Puting susu menonjol
Tidak ada pembendungan pada payudara
• Paru-paru
I: Simetris dan kanan,ictus cordis tidak teraba
P: Tidak ada nyeri tekan
P: Sonor di lapang paru
A: Suara nafas vesikuler
• Jantung
I: Simetris kiri dan kanan,tidak ada pembesaran jantung
P: Tidak nyeri tekan
P: Redup
A: Suara irama jantung teratur
• Abdomen
I: Ada luka bekas sectio caesarea sepanjang kurang lebih 10cm,luka tidak basah adanya
striae
A: Bising usus normal
P: Terdapat nyeri tekan pada luka post op sectio caesarea
P: Tympani

Masalah Khusus: Tidak ada

Fundus Uteri

Tinggi : 2 jari

Posisi : Tengah
Kontraksi : Baik

Kandung kemih

Diastasis rektus abdominis 2 x 3cm

Fungsi pencernaan :

Bising Usus : tidak ada


Luka Operasi : ada
Ukuran luka : .15 cm.
Tanda – tanda infeksi : tidak ada
Masalah Khusus : tidak ada

Perineum dan Genital

Vagina : tidak ada perubahan

Perineum : Utuh

D : Dischargeserum: tidak ada

serum/pus/darah: tidak ada

A : Approximate :tidak ada

Kebersihan

Lokia : Rubra

Jumlah : 2x ganti pembalut/ hari

Jenis/warna : merah

Konsistensi : encer

Bau : Amis

Hemorrhoid : tidak ada

Derajat :.- lokasi : .-

Berapa lama :- nyeri : tidak

Masalah khusus : tidak ada


Ekstremitas

- Atas : Terpasang injecpam di tangan sebelah kiri, simetris kiri dan kanan.
- Bawah : Simetris kiri dan kanan,adanya udema pada kedua kaki, tidak ada kelainan

Tanda Homan : +

Masalah khusus : tidak ada

Eliminasi

Urin : kebiasaan BAK

BAK saat ini sedikit terasa nyeri saat BAK

Fekal : kebiasaan BAB

BAB saat ini baik tidak ada konstipasi

Masalah Khusus : Tidak Ada

Istirahat dan Kenyamanan

Pola tidur : kebiasaan tidur, lama 6 jam, frekuensi Pola tidur saat ini 9 jam / hari

Keluhan ketidaknyamanan : ya / tidak, lokasi bagian perut bawah, sifat nyeri akut.
Intensitas 8.

Mobilisasi dan Latihan

Tingkat mobilisasi : 8

Latihan/senam : Tidak ada

Masalah khusus : Tidak ada

Nutrisi dan Cairan

Asupan nutrisi : cukupnafsu makan : baik/kurang/tidak ada

Asupan cairan : cukup

Masalah khusus : Tidak ada

Keadaan Mental

• Adaptasi psikologis : klien dan semua keluarganya sangat merasa bahagia atas kelahiran
anaknya
• Penerimaan terhadap bayi : sangat menerima
• Masalah khusus : Tidak Ada

Kemampuan menyusui: Klien mengatakan tahu bagaimana cara menyusui bayinya dengan
benar. Seperti :

1. Sebelum mulai menyusui, tekan aerola di antara telunjuk dan ibu jari sehingga keluar 2-
3 tetes ASI
2. Saat bayi mengisa, usahakan mulutnya benar – benar sampai ke aerola payudara untuk
memberikan rangsangan yang memperlancar keluarnya ASI
3. Lakukan menyusui pada kedua belah payudara secara bergantian agar bayi merasa
kenyang dan payudara tidak bengkak sebelah.
4. Jangan terlalu kaku dalam menjadwalkan pemberian ASI. Upayakan menyusui 2-3 jam
sekali.
• Terapi Obat saat ini :

No Nama Obat Dosis Frekuensi

1 CEFTRIAXONE 2 gr 2x 1

2 SULFAFEROSUS 60 gr 2x 1

3 DEXA 2 amp 1x 1

4 VIT C 50 gr 3x 1

• Hasil pemeriksaan penunjang :


Hasil labolatorium pada tanggal 20 juni 2019

No Nama Pemeriksaan Jumlah Satuan

1 HB 10,2 (g/dl)

2 LEUKOSIT 6,690 (10’3/ul)

3 TROMBOSIT 365,000 (10’6/ul)

4 HT 31,0 (%)
RANGKUMAN HASIL PENGKAJIAN

➢ Masalah : Luka operasi pada bagian abdomen bawah


➢ Perencanaan Pulang : 1 minggu setelah dilakukan perawatan di rumah sakit, kemudian
pasien di perbolehkan untuk pulang.

3.1 Analisa data

No Data Masalah Etiologi


1. Ds : Nyeri Akut Agen pencedera fisik
1. pasien mengeluh nyeri
pada luka post op sectio
caesarea
2. pasien mengatakan
nyeri muncul ketika
bergerak
3. pasien mengatakan luka
jahitan post operasi sectio
caesara sangat dirasakan
saat berjalan
P : luka operasi
Q : seperti di iris-iris
R : Abdomen
S:7
T : setiap bergerak

Do :
1. sesekali klien tampak
meringis
2. klien tampak berhati-
hati bila bergerak bila
bergerak
3. tampak lupa post op
dibagian abdomen kurang
lebih 10cm yang masih
ditutupi verban
4. TTV:
Td : 110/60 mmHg
Suhu : 36,5 ºc
N : 80x/m
RR: 20x/m

2. Ds: Resiko Infeksi Kerusakan integritas


1. pasien mengatakan kulit
perban luka berdarah
3 pasien mengatakan
nyeri muncul saat
bergerak
4 pasien tampak
sesekali memegang
luka post op
Do:
1. 1.perban luka post op
tampak kotor karena
bekas darah
2. luka tampak bersih
dan mulai kering
3. luka post dibagian
bawah abdomen
kurang lebih 10cm
yang masih ditutupi
perban
3. Ds: Intoleransi aktifitas Imobilitas
1. pasien mengatakan
lemah
2. pasien mengatakan
aktifitasnya terkadang
masih dibantu
3. pasien mengatakan
masih belum bisa berjalan
terlalu jauh sendiri
4. pasien mengatakan
maasih belum bisa
beraktifitas seperti biasa
Do:
1. pasien tampak masih
mencoba berlatih berjalan
2. klien tampak lesu
3. tampak sesekali aktifitas
klien tampak dibantu
keluarganya

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan tampak
meringis.(D.0077)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit. (D.0142)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan klien merasa
lemah (D.0056)

3.3 intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan


(SLKI) (SIKI)

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dikakukan tindakan Intervensi utama :


manajemen nyeri
dengan agen cedera fisik keperawatan 1x24 jam diharapkan
(I.08238)
dibuktikan dengan tampak Tingkat nyeri menurun.
Observasi :
meringis
Kriteria Hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, freku
2. Identifikasi skala nyeri
DS :
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi factor
penyebab nyeri
1. pasien mengeluh nyeri 2. Tampak meringis menurun
4. Monitor efek samping
pada luka post op Sectio 3. Sikap protektif menurun penggunaan analgetik
Caesarea
Terapeutik :
1. Berikan teknik
2. pasien mengatakan nyeri
nonfarmakologis
muncul ketika bergerak (tarik nafas dalam,
kompre hangat atau
3. mengatakan luka jahitan dingin)
2. Kontrok lingkungan
post operasi sangat dirasakan yang memperberat
saat berjalan rasa nyeri (suhu,
pencahayaan,
4. pasien mengeluh perut kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan
terasa kembung tidur

DO : Edukasi :
1. Jelaskan penyebab dan
1. Skala nyeri klien pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
2.Sesekali klien tampak pereda nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mand
meringis
4. Anjurkan teknik
nonfarkamkologis
3. pasien tampak berhati-hati untuk mengurangi
bila bergerak nyeri

4. Tampak luka post-op di


bagian bawah abdomen Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
kurang lebih 10 cm yang analgetik(jikaperlu)
masih ditutup verban

• TD : 110/80 mmHg

• Suhu : 36,5 ◦c

2. Resiko infeksi berhubungan Setelah melakukan tindakan Intervensi utama :


keperawatan 1x 8 jam diharapkan pencegahan infeksi
dengan kerusakan integritas
Tingkat infeksi menurun. (I.14539)
kulit. Kriteria Hasil :
Observasi :
Ds: 1. Kebersihan tangan 1. Monitor tanda dan
meningkat (5) gejala infeksi lokal
1. pasien mengatakan 2. Kebersihan badan dan sistemik
perban luka berdarah meningkat (5)
3. Nyeri menurun (5)
5 pasien mengatakan Terapeutik :
nyeri muncul saat
2. Batasi jumlah
bergerak pengunjung
6 pasien tampak 3. Berikan perawatan
kulit pada area edema
sesekali memegang 4. Cuci tangan sebelum
luka post op dan sesudah kontak
dengan pasien dan
Do: lingkungan pasien
4. 1.perban luka post op 5. Pertahankan teknik
aseptik pada pasein
tampak kotor karena beresiko tinggi
bekas darah Edukasi :
1. Jelaska tanda dan
5. luka tampak bersih dan gejala infeksi
mulai kering 2. Ajarkan cuci tangan
dengan benar
luka post dibagian bawah
3. Anjurkan
abdomen kurang lebih 10cm meningkatkan asupan nutrisi
yang masih ditutupi perban 4. Anjurkan
meninkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
antibiotok ataupun
imusisasi (jika
perlu)

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Observasi :


berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 jam
imobilitas dibuktikan diharapkan toleransi aktifitas 1. Identifikasi keterbatasan
dengan klien merasa lemah. meningkat dengan Kriteria Hasil :
Ds: fungsi dan gerak sendi
2. Kebersihan tangan
1. pasien mengatakan lemah meningkat (5) 2. Monitor lokasi dan sifat
3. Kebersihan badan
2. pasien mengatakan ketidaknyamanan atau rasa
meningkat (5)
aktifitasnya terkadang masih 4. Nyeri menurun (5) sakit selama bergerak atau
dibantu beraktivitas
3. pasien mengatakan masih
Terapeutik :
belum bisa berjalan terlalu
jauh sendiri 1.Lakukan pengendalian
4. pasien mengatakan maasih nyeri sebelum memulai
belum bisa beraktifitas seperti latihan
biasa 2. Berikan posisi tubuh
Do: optimal untuk gerakan
1. pasien tampak masih sendi pasif atau aktif
mencoba berlatih berjalan
3. Fasilitasi menyusun
2. klien tampak lesu
jadwal latihan rentang
3. tampak sesekali aktifitas
gerak aktif atau pasif
klien tampak dibantu
keluarganya 4. Berikan penguatan
positif untuk
melakukan latihan bersama

Edukasi :

1. Jelaskan kepada pasien


atau keluarga tujuan dan
rencanakan latihan bersama

2. Anjurkan pasien duduk


ditempat tidur, disisi tempat
tidur (menjuntai) atau di
kursi

3. Anjurkan melakukan
latihan rentang gerak pasif
dan aktif secara sistematis

Implementasi

No Hari / tanggal Jam Implementasi

1. 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik,


frekuensi, intensitas nyeri
R= untuk mengetahui lokasi, karakteristik,
frekuensi dan intensitas nyeri pasien
2. mengidentifikasi skala nyeri
R= untuk mengetahui skala nyeri
3. mengidentifikasi factor penyebab nyeri
R= untuk mengetahui factor penyebab nyeri
4. memonitor efek samping penggunaan
analgetik
R= untuk mengetahui efek samping
penggunaan anelgenik
5. memberikan teknik nonfarmakologis (tarik
nafas dalam, kompre hangat atau dingin)
R= untuk memberikan teknik
nonfarmakologis (tarik nafas dalam, kompres
hangat atau dingin)
6. mengontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (suhu, pencahayaan, kebisingan)
7. R= untuk mengetahui lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu, pencahayaan,
kebisingan)
8. memfasilitas istirahat dan tidur
R= untuk memfasilitasi istirahat dan tidur
9. menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri
R= untuk mengetahui penyebab dan pemicu
nyeri
10. menjelaskan strategi pereda nyeri
R= untuk mengetahui strategi pereda dari
nyeri
11. menganjurkan monitor nyeri secara
mandiri
R= untuk memonitor nyeri secara mandiri
12. menganjurkan teknik nonfarkamkologis untuk
mengurangi nyeri
R= untuk untuk mengetahui teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

2. 1. memonitor tanda dan gejala infeksi lokal


dan sistemik
R= untuk mengetahui tanda dan gejala
infeksi lokal dan sistemik
2. membatasi jumlah pengunjung
R= untuk dapat membatasi jumlah
pengunjung
3. memberikan perawatan kulit pada area
edema
R= untuk mendapatkan perawatan kulit
pada area edema
4. mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
R= untuk melakukan cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
5. mempertahankan teknik aseptik pada
pasein beresiko tinggi
6. R= untuk mempertahankan teknik aseptik
pada pasein beresiko tinggi
7. menjelaskan tanda dan gejala infeksi
R= untuk dapat mengetahui tanda dan
gejala infeksi
8. mengajarkan cuci tangan dengan benar
R= untuk mengetahui cara mencuci
tangan dengan benar
9. menganjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
R= untuk mengetahui anjuran tingkat
asupan nutrisi
10. menganjurkan meningkatkan asupan
R= untuk mrngrtahui asupan
11. mengkolaborasi pemberian antibiotok
ataupun imusisasi (jika perlu)
R= mengetahui pengkolaborasin
pemberian antibiotik ataupun imunisasi
(jika perlu)

3. 1. mengidentifikasi keterbatasan fungsi dan


gerak sendi
R= untuk mengetahui keterbatasan fungsi
daan gerak sendi
2. memonitor lokasi dan sifat ketidak
nyamanan atau rasa sakit selama bergerak
atau beraktivitas
R= untuk mengetahui lokasi dan sifat
ketidak nyamanan atau rasa sakit selama
bergerak atau beraktivitas
3. melakukan pengendalian nyeri sebelum
memulai latihan
R= untuk mengetahui pengendalian nyeri
sebelum memulai latihan
4. memberikan posisi tubuh optimal untuk
gerakan sendi pasif atau aktif
R= untuk mengetahui posisi tubuh optimal
untuk gerakan sendi pasif atau aktif
5. memfasilitasi menyusun jadwal latihan
rentang gerak aktif atau pasif
R= untuk menyusun jadwal latihan
rentang gerak aktif atau pasif
6. memberikan penguatan positif untuk
melakukan latihan bersama
R= untuk mengetahui penguatan positif
untuk melakukan latihan bersama
7. menjelaskan kepada pasien atau keluarga
tujuan dan rencanakan latihan bersama
R= untuk dapat menjelaskan kepada
pasien atau keluarga tujuan dan
rencanakan latihan bersama
8. menganjurkan pasien duduk ditempat
tidur, disisi tempat tidur (menjuntai) atau
di kursi
R= untuk dapat menganjurkan kepada
pasien duduk ditempat tidur, disisi tempat
tidur (menjuntai) atau di kursi
9. menganjurkan melakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif secara sistematis
R= untuk dapat melakukan pelatihan
rentang gerak pasif dan aktif secara
sistematis

3.4 evaluasi

No Tanggal/jam Diagnosa Evaluasi


Keperawatan

1. 20 Juni 2019/09.00 Nyeri berhubungan S: Klien mengatakan nyeri sudah


dengan agen cidera tidak terasa
WIB
fisik dengan di O: Klien tampak sudah
tenang Skala nyeri 1 Luka
buktikkan tampak
bekas operasi tampak mulai
meringis kering
A: Masalah belum teratasi, skala
nyeri 1
P: Intervensi dilanjutkan dirumah,
klien di pulangkan.

2. 20 Juni 2019/09.00 Resiko infeksi S: Klien mengatakan verban


bekas luka post operasi
WIB berhubungan dengan
sectio caesarea sudah bersih
kerusakan integritas O : Luka post operasi
sectio caesarea di
kulit.
bersihkan dengan NaCL
0.9 %
A: Masalah belum teratasi,
luka tampak bersih dan
tampak sudah mulai kering
P: Intervensi dilanjutkan dirumah,
klien dipulangkan
3. 20 Juni 2019/09.00 Intoleransi aktivitas S: Klien mengatakan
sudah mulai bias
WIB berhubungan dengan
berjalan dan beraktivitas
imobilitas dibuktikan sendiri
O: Klien tampak mulai
dengan klien merasa
berlatih jalan dan beraktivitas
lemah. sendiri
A:Masalah belum teratasi,
tampak sesekali aktivitas klien
di bantu keluarganya
P: Intervensi dilanjutkan
dirumah, klien dipulangkan
BAB III

SOP POST PARTUM

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN

Mobilisasi dini post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi


PENGERTIAN atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam
melahirkan dengan persalinan sectio caesarea

✓ Mempercepat penyembuhan luka

✓ Mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene ibu dan bayi


TUJUAN
✓ Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli

✓ Mengurangi lama rawat di Rumah sakit

KEBIJAKAN -
PETUGAS Dokter, Bidan, Perawat
a. Tahap pra interaksi
✓ Menyiapkan SOP mobilisasi yang akan digunakan ✓
Melihat data atau riwayat SC pasien
✓Melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh
perawat
✓ Mengkaji kesiapan ibu untuk melakukan mobilisasi dini
✓ Mencuci tangan
b. Tahap orientasi

PROSEDUR ✓ Memberikan salam dan memperkenalkan diri


PELAKSANAAN ✓ Menanyakan identitas pasien dan menyampaikan kontrak
waktu
✓ Menjelaskan tujuan dan prosedur
✓ Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
c. Tahap kerja Pada 6 jam pertama post SC
a) Menjaga privasi pasien
b) Mengatur posisi senyaman mungkin dan berikan
lingkungan yang tenang
c) Anjurkan pasien distraksi relaksasi nafas dalam dengan
tarik nafas perlahan-lahan lewat hidung dan keluarkan lewat
mulut sambil mengencangkan dinding perut sebanyak 3 kali
kurang lebih selama 1 menit
d) Latihan gerak tangan, lakukan gerakan abduksi dan adduksi
pada jari tangan, lengan dan siku selama setengah menit.
e) Tetap dalam posisi berbaring, kedua lengan diluruskan
diatas kepala dengan telapak tangan menghadap ke atas
f) Lakukan gerakan menarik keatas secara bergantian
sebanyak 5-10 kali
g) Latihan gerak kaki yaitu dengan menggerakan abduksi dan
adduksi, rotasi pada seluruh bagian kaki Pada 6-10 jam
berikutnya
▪ Latihan miring kanan dan kiri
▪ Latihan dilakukan dengan miring kesalah satu bagian
terlebih dahulu, bagian lutut fleksi keduanya selama setengah
menit, turunkan salah satu kaki, anjurkan ibu berpegangan
pada pelindung tempat tidur dengan menarik badan kearah
berlawanan kaki yang ditekuk. Tahan selama 1 menit dan
lakukan hal yang sama ke sisi yang lain Pada 24 jam post SC
▪ Posisikan semi fowler 30-400 secara perlahan selama 1-2
jam sambil mengobservasi nadi, jika mengeluh pusing
turunkan tempat tidur secara perlahan
▪ Bila tidak ada keluhan selama waktu yang ditentukan ubah
posisi pasien sampai posisi duduk Pada hari ke 2 post SC
▪ Lakukan latihan duduk secara mandiri jika tidak pusing,
perlahan kaki diturunkan Pada hari ke 3 post SC Pasien duduk
dan menurunkan kaki kearah lantai Jika pasien merasa kuat
dibolehkan berdiri secara mandiri, atau dengan posisi dipapah
dengan kedua tangan pegangan pada perawat atau keluarga,
jika pasien tidak pusing dianjurkan untuk latihan berjalan
disekitar tempat tidur
G. Evaluasi dan Tindak Lanjut
➢ Melakukan evaluasi tindakan
➢ Menganjurkan klien untuk melakukan kembali setiap
latihan dengan pengawasan keluarga
➢ Salam terapeutik dengan klien
➢ Mencuci tangan
H. Dokumentasi Dokumentasikan : nama klien, tanggal dan
jam perekaman, dan respon pasien Paraf dan nama jelas
dicantumkan pada catatan pasien
UNIT TERKAIT 1. Kamar Bersalin / VK
2. Kamar Operasi
3. Kamar Bayi / Perinatologi

SOP PERAWATAN LUKA POST SC

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN

PENGERTIAN Melakukan perawatan luka post secto saesaria


Agar luka post sc menjadi kering,sembuh dan terhindar dari
TUJUAN
infeksi.
INDIKASI Pada pasien setelah dilakukan operasi sectio saesaria
PETUGAS Perawat / Mahasiswa
1. Posisikan pasien tidur terlentang
PERSIAPAN PASIEN
2. Lepaskan baju bagian atas pasien.
1. Pinset anatomi steril 1 set
2. Pinset sirurgis steril 1 set
3. Bak instrumen steril 1 set
4. Cucing
5. Sarung tangan steril 2 set
PERSIAPAN ALAT 6. Bengkok
7. Plester,gunting
8. Kassa steril
9. Kassa/verban untuk menutup luka
10. Betadine/alkohol/NaCl
11. Kapas lidi steril.
1. Mengucapkan salam
2. Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendekatkan alat kedekat pasienmenutup tirai/sketsel
PROSEDUR 4. Memposisikan klien terlentang.
PELAKSANAAN 5. Mencuci tangan
6. Pakai sarung tangan steril
7. Buka bak instrumen
8. Lepaskan plester /Verban.
9. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam larutan
klorin.
10. Pakai sarung tangan steril kembali
11. Bersihkan luka dengan anti septik memakai pinset
dengan depres satu kali usap dari arah dalam keluar dan
buang kebengkok dan ulangi sampai bersih.
12. Keringkan luka dengan kassa kering
13. Beri antiseptik/nebasetin powder/salep/supratull.
14. Tutup luka dg kassa steril
15. Fiksasi dengan plester.
16. Lepaskan sarung tangan dan masukkan kedalam
larutan klorin.
17. Rapikan klien senyaman mungkin
18. Bereskan alat-alat.
19. Cuci tangan
20. Dokumentasikan kondisi luka klien dan reaksi
klien.
A. Kesimpulan
Sectio caesarea merupakan proses persalinan atau pembedahan melalui insisi pada dinding perut
dan rahim bagian depan untuk melahirkan janin. Indikasi medis dilakukannya operasi sectio
caesarea ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor janin dan faktor ibu. Faktor janin
meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman gawat janin, janin
abnormal, faktor plasenta,kelainan tali pusat dan bayi kembar. Sedangkan faktor ibu terdiri dari
usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan panggul, penghambat jalan lahir, kelainan kontraksi
lahir, ketuban pecah dini (KPD), dan pre eklamsia (Hutabalian,2011).
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien Ny. R dengan post operasi section
caesarea diruang rawat inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun
2019. Pada pengkajian, penulis tidak menemukan beberapa perbedaan, serta hambatan
tidak ada ditemukan penulis.
b. Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada klien Ny. R dengan post
operasi section caesarea diruang rawat inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2019. Terdapat 3 diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu :
a) Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan tampak meringis.
b) Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan klien merasa
lemah
c. Penulis mampu merencanakan intervensi keperawatan pada klien Ny. R dengan post
operasi section caesarea diruang rawat inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2019. Tujuan yang diharapkan dari asuhan keperawatan dengan post
operasi section caesarea yaitu agar nyeri akut berkurang, resiko infeksi menurun, dan
intoleransi aktivitas menurun.
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien Ny. R dengan post
operasi section caesarea diruang rawat inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2019. Pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan
dengan baik hal ini terjadi karena adanya kerjasama dengan klien serta perawat
ruangan yang telah membantu dalam melakukan tindakan pelaksanaan kepada klien.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien Ny. R dengan post operasi
diruang rawat inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2019.
Semua masalah keperawatan yang dialami klien Ny. R dapat teratasi.

B. Saran
Setelah pemekalah membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada post operasi section
caesarea dengan klien Ny. R diruangan rawat inap Kebidanan RSUD Dr. Achmad.
Mochtar Bukittinggi tahun 2019. Maka penulis menganggap perlu adanya saran untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Adapun saran-saran sebagai berikut :
• Penulis
Penulis harus mampu memberikan dan berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan secara
komprehensif pada klien, terutama klien dengan post operasi section caesarea. Penulis juga harus
menggunakan teknik komunikasi terapeutik yang baik lagi pada saat pengkajian, tindakan, dan
evaluasi agar terjalin kerjasama yang baik untuk kesembuhan klien.
• Pendidikan
Institusi pendidikan kesehatan harus melakukan pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan
dimasa yang akan datang, agar bisa memberikan asuhan keperawatan yang professional khususnya
untuk klien post operasi sectio caesarea.
• Rumah sakit
Institusi Rumah sakit harus menekankan perawat dan tim medis lainnya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan demi membantu pengobatan klien dan memberikan kepuasan klien dalam
pelayanan Rumah sakit, terutama diruang rawat inap Kebidanan Bukittinggi.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/447774770/lamp-4-SOP-pdf
Di akses pada : tanggal 12 januari 2022 pukul 19.54

http://repo.stikesperintis.ac.id/852/1/30 FHADILLA ERIN SAGITA.pdf


Di akses pada tanggal 12 januari 2022 pukul : 20.00

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekke
sjogja.ac.id/2041/13/lamp%25204.%2520SOP.pdf&ved=2ahUKEwiQiNfGkKz1
AhW7S2wGHcsKDOkQFnoECA8QAQ&usg=AOvVaw2fuqquN-
crqfUBP28BEd4F
Di akses pada tanggal 12 januari 2022 pukul 20.15

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.unsrat
.ac.id/index.php/jkp/article/download/22890/22586&ved=2ahUKEwir8PeZh6z1A
hUeSGwGHQ52BIkQFnoECDkQAQ&usg=AOvVaw2pgms1uQoCaPry-
InRPcxP
Di akses pada tanggal 12 januari 2022 pukul 20.30

Anda mungkin juga menyukai