Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN

MANAJEMEN KEPEMINPINAN KEPERAWATAN

PENGELOLAAN RUANG RAWAT INAP MAGDALENA


Diajukan untuk memenuhi tugas pada Praktek Keperawatan V (Nursing Practice V) Mata
Ajar Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan
Dosen pengampu : Herwinda Sinaga, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 2
Anius Wandik 432051420117004
Elva Naomi NPS 1420118051
Fika Fadilah 1420118049
Jeksen Riadi S 1420118052
Krisnancia Nirah V 1420118060
Mega Ester OL 1420118038
Ruti Magdalena Z 1420118064
Tania Sarinastiti 1420118016
Tasya Putriliady 1420118036
Yessica Carolina Panjaitan 1420118058

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

JL KH.WAHID HASYIM NO. 161 KOTA BANDUNG


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pengelolaan
Ruang rawat Inap Magdalena” tepat pada waktunya. Banyak pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini baik secara moril maupun spiritual maka dalam
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Herwinda Sinaga, S.Kep, Ners, M.Kep selaku dosen pengampu Nursing Practice 5
Kepeminpinan dan manajemen keperawatan yang telah membimbing dalam proses
pengerjaan makalah ini

2. Ayah dan ibu tercinta yang selalu memanjatkan doa setiap waktu dan memberi
motivasi pada saat pengerjaan makalah ini

3. Teman teman kelompok 2 yang sudah berjuang bersama untuk mengerjakan


makalah ini.

4. Seluruh teman S1 Keperawatan 2018 yang dengan tulus ikhlas memberikan doa
dan dukungan hingga dapat terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami berharap kepada pembaca dapat memberikan segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun serta bisa bermanfaat bagi kami dan pembaca khusunya dalam
profesi keperawatan.

Bandung, 29 November 2020

Kelompok 2

I
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………….I

DAFTAR ISII……………………………………………………………………………....II

BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………...1

A. Latar Belakang………………………………………………………………………
1
B. Rumusan Masalah………………………………..
………………………………….1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………2
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………..2
E. Sistematika Penulisan……………………………………………………………….3

BAB II TINJAUAN TEORITIS…………………………………………………………….4


A. Perhitungan Kebutuhan Perawat ……………………………………………………
4
B. Konsep Analisis
SWOT……………………………………………………………..9
C. Konsep Analisis Fishbone…………………………………………………………12
D. Konsep Prioritas Masalah………………………………………………………….16
E. Konsep manajemen keperampilan
klink…………………………………………...18
F. Konsep Buku Panduan dan SOP
…………………………………………………..26
G. Konsep Planning Of
Action………………………………………………………..30

BAB III URAIAN KEGIATAN………....……………………………………………37

II
A. Studi Kasus ………………………………………………………………………..37
B. Jawaban Studi Kasus………………………………………………………………38

BAB IV PEMBAHASAN
KEGIATAN…………………………………………………...66

BAB V PENUTUP………………………………………………………………………...69

A. Kesimpulan………………………………………………………………………...69
B. Saran……………………………………………………………………………….70

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...72

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen Keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Salah satu tujuan profesionalisme keperawatan adalah berupaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan, yang dapat dievaluasi melalui
pelaksanaan proses keperawatan, persepsi pasien dan tingkat kepuasan pasien
terhadap pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan menjadi poin utama dalam pelayanan kesehatan
karena perawat selalu siaga di garis terdepan dalam upaya menciptakan
system kesehatan yang mendukung hasil yang positif bagi pasien dengan
menyediakan pelayanan 24 jam penuh (Nyberg, 2010). Dengan banyaknya
jumlah perawat sebagai salah satu tenaga professional di rumah sakit, maka
upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit akan mencapai melalui upaya
peningkatan pelayanan keperawatan.
Model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan tim,
keperawatan primer, keperawatan total. Di Indonesia, pelaksanaan metode
penugasan primer itu sendiri harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
rumah sakit, oleh karena itu sering disebut dengan metode penugasan primer
modifikasi.
Penerapan metode asuhan keperawatan secara primer termasuk model yang
umum digunakan walaupun belum begitu banyak diaplikasikan di rumah
sakit di Indonesia. Karena untuk menjadi perawat primer diperlukan latar
belakang pendidikan minimal tingkat sarjana keperawatan dengan kriteria
asertif, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, self direction,
mempu mengambil keputusan secara tepat, serta mampu bekerjasama dengan
disiplin ilmu lainnya (Nursalam, 2015). Bersadarkan beberapa penelitian
(Mattila, dkk (2014) dan Nadeau, dkk (2017)), model asuhan keperawatan
primer adalah cara yang efektif dan berkualitas dalam memberikan
keperawatan yang berpusat pada pasien (patient-centered).

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perhitungan unutk mencari Kebutuhan Perawat ?
2. Bagaimana Konsep Analisis SWOT dan strategi apa yang harus dilakukan
oleh Ruangan Magdalena?
3. Bagaimana Analisis Fishbone terkait temuan maslah di Ruang Magdalena?
4. Bagaimana Prioritas Masalah yang ada di Ruang Magdalena ?
5. Bagaimana Konsep manajemen keperampilan klinik yang dilakukan di
ruangan Magdalena ?
6. Bagaimana Buku Panduan dan SOP Keperawatan Primer ?
7. Bagaimana Planning Of Action yang akan dilakukan oleh Ruang
Magdalena?

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah penulis mampu memahami konsep
dan mempelajari pengelolaan unit rawar inap di ruang Magdalena.
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini yaitu penulis mampu :
a. mengidentifikasi pengelolaan Ruang Magdalena dengan mencari
kebutuhan perawat, pendekatan analisis SWOT, fishbone analysis,
prioritas masalah, manajemen keperampilan klink di ruang
magdalena, Buku Panduan dan SOP keperawatan primer , dan
Planning OF action (POA).
D. Manfaat
1) Menambah wawasan penulis dalam mengidentifikasi pengelolaan
unit rawar inap di ruang Magdalena yang sering terjadi di Rumah
Sakit.
2) Makalah ini dapat dijadikan suatu referensi dalam upaya
pembahasan permasalahan pengelolaan yang sering terjadi di
ruanga Magdalena, sehingga mampu menyelesaikan permasalahan
pengelolaan yang sering terjadi di ruangan, sehingga memahami

2
dan mampu untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi
dengan benar dan tepat.

H. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam laporan
BAB I pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Berisi konsep atau teori dan jurnal keperawatan yang mendasari pemikiran
kelompok dalam merumuskan masalah dan menentukan perencanaan untuk
perbaikan yang diajukan.
BAB III Uraian Kegiatan
Berisi uraian kegiatan kajian situasi ruang rawat inap terdiri dari : SWOT
analysis, fishbone analysis, perumusan masalah, prioritas masalah, solusi
penyelesaian masalah, dan planning of action.
BAB IV Pembahasan Kegiatan
Berisi penjelasan kajian situasi berdasarkan identifikasi masalah dan solusi
penyelesaian masalah yang telah dituangkan dalam planning of action dalam
rangka melakukan proses perubahan atau perbaikan yang jelas dan terarah.
BAB V Simpulan dan Saran
Berisi simpulan dan saran dari kegiatan kajian situasi yang telah dilakukan
dengan pemaparan yang jelas dan terarah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERHITUNGAN KEBUTUHAN PERAWAT


1. Douglas
Untuk pasien rawat inap standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai
berikut.
a) Perawatan minimal memerlukan waktu: 1−2 jam/24 jam.
b) Perawatan intermediet memerlukan waktu: 3−4 jam/24 jam.
c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu: 5−6 jam/24
jam. Penerapan sistem klasifkasi pasien dengan tiga kategori
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kategori I: perawatan mandiri.
a. Dapat melakukan kebersihan diri sendiri,
seperti mandi dan ganti pakaian.
b. Makan, dan minum dilakukan sendiri.
c. Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
d. Observasi tanda vital setiap sif.
e. Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
f. Persiapan prosedur pengobatan.
g. Kategori II:
2. perawatan intermediate.
a. Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan
minum, ambulasi.
b. Observasi tanda vital tiap 4 jam.
c. Pengobatan lebih dari satu kali.
d. Pakai kateter Foley.
e. Pasang infus intake-output dicatat.
f. Pengobatan perlu prosedur.
3. Kategori III: perawatan total.
a. Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
b. Observasi tanda vital tiap 2 jam.

4
c. Pemakaian slang NG.
d. Terapi intravena.
e. Pemakaian suction.
f. Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.

Catatan:

Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan


sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari,
Setiap pasien minimal 3 kriteria berdasarkan klasifikasi klien,
Bila hanya memenuhi satu kriteria maka pasin dikelompokkan
pada klasifikasi diatasnya. Douglas menetapkan jumlah
perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan
berdasarkan klasifkasi pasien, di mana masing-masing kategori
mempunyai nilai standar per sif.

1) Metode Gillies

a. Rumus kebutuhan tenaga keperawatan disatu unit perawatan adalah:


AXBXC = F = H (C-D) X E
G
Keterangan:
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
b. Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari:

Rata-rata jam perawatan/hari × rata-rata jumlah jam perawatan/hari


Jumlah jam kerja efektif/hari

5
c. Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang dibutuhkan maka
jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil = 5% × jumlah hari cuti hamil
× jumlah jam kerja/hari
Tambahan tenaga:
5% × jumlah tenaga × jumlah jam kerja cuti hamil
jumlah jam kerja efektif/tahun
Catatan:
a) Jumlah hari takkerja/tahun. Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12
hari) + hari besar (12 hari) + cuti sakit/izin (10 hari) = 86 hari.
b) Jumlah hari kerja efektif/tahun. Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah
hari tak kerja = 365 – 86 = 279 hari.
c) Jumlah hari efektif/minggu = 279 : 7 = 40 minggu Jumlah jam kerja
perawat perminggu = 40 jam.
d) Cuti hamil = 12 × 6 = 72 hari.
e) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan/cadangan).
f) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shif, yaitu dengan
ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam 17%.
g) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah 55%
tenaga profesional dan 45% tenaga nonprofesional.

Prinsip perhitungan rumus Gillies:

Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan,


yaitu sebagai berikut.

1) Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan


pemenuhan kebutuhan pasien baik fsik, psikologis, sosial, dan
spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada perawat
dapat diklasifkasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial
care, total care dan intensive care. Rata-rata kebutuhan perawatan
langsung setiap pasien adalah empat jam perhari. Adapun waktu
perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien adalah:
a) Self care dibutuhkan ½ × 4 jam : 2 jam

6
b) Partial care dibutuhkan ¾ × 4 jam : 3 jam
c) Total care dibutuhkan 1−1½ × 4 jam : 4−6 jam
d) Intensive care dibutuhkan 2 × 4 jam : 8 jam.
2) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana
perawatan, memasang/menyiapkan alat, konsultasi dengan anggota
tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi
pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit = 38 menit/pasien/hari,
sedangkan menurut Wolfe dan Young = 60 menit/pasien/hari dan
penelitian di Rumah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien
(Gillies, 1996).
3) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi: aktivitas,
pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam
Gillies (1996), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan
ialah 15 menit/ pasien/ hari.

B. KONSEP ANALISIS SWOT

1. Analisis SWOT
Menurut Freddy (2008), analisis SWOT adalah analisis yang didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang
(opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weakness) dan ancaman (threats).
Analisis SWOT menurut Sondang P. Siagian merupakan salah satu
instrument analisis yang ampuh apabila digunakan dengan tepat, telah
diketahui pula secara luas bahwa “SWOT” merupakan akronim untuk kata
strength (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang) dan
threats (ancaman).
Analisis SWOT menurut Philip Kotler diartikan sebagai evaluasi terhadap
keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis SWOT
merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal
perusahaan yang dikenal luas. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa
suatu strategi yang efektif akan meminimalkan kelemahan dan ancaman.

7
Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai dampak
yang besar atas rancangan suatu strategi yang berhasil.
Menurut Ferrel dan Harline (2007), fungsi dari analisis SWOT adalah
untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkan dalam
pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan
eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan
menjelaskan apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan
membantu perusahaan mencapai tujuannya atau memberikan indikasi
bahwa terdapat rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk
memenuhi pemasukan yang diinginkan.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan, analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan strength (kekuatan) dan opportunities (peluang),
namun secara bersamaan dapat menimbulkan kelemahan weaknesses
(kelemahan) dan threats (ancaman).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan dan strategi dan kebijakan dari perusahaan.
Dengan demikian perencanaan strategi (strategic planner) harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada disaat ini. Hal ini disebut
dengan analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi
adalah analisis SWOT.
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian ada pembagian faktor-faktor
strategis dalam analisis SWOT yaitu :
a. Faktor kekuatan
Faktor kekuatan yang dimaksud adalah faktor-faktor kekuatan yang
dimiliki suatu perusahaan termasuk satuan-satuan bisnis didalamnya
antara lain kompetisi khusus yang terdapat dalam organisasi yang
berakibat pada kepemilikan keunggulan komperatif oleh unit usaha di
pasaran.
b. Faktor kelemahan

8
Faktor kelemahan yang dimaksud adalah keterbatasan atau kekurangan
dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi
penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang
memuaskan.
c. Faktor peluang
Faktor peluang yang dimaksud adalah berbagai situasi lingkungan
yang dapat menguntungkan bagi suatu satuan bisnis.
d. Faktor ancaman
Faktor ancaman yang dimaksud adalah faktor-faktor lingkungan yang
tidak menguntungkan suatu satuan bisnis, dan jika tidak diatasi
ancaman akan menjadi bahaya bagi satuan bisnis yang bersangkutan
baik untuk masa sekarang maupun masa depan.
Adapun diagram analisis SWOT, sebagai berikut
Kuadran 1 : merupakan situasi yang sangat menguntungkan.
Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif
(growth oriented strategy)
Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
Panjang dengan cara strategi diverifikasi (produk atau pasar)
Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar.
Tetapi di lain pihak, perusahaan tersebut menghadapi beberapa
kelemaham internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat
merebut peluang pasar yang baik.
Kuadran 4 : merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan
perusahaan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.

9
Menurut Rangkuti dalam menganalisa SWOT ada lima macam model
pendekatan yang digunakan. Model pendekatan dalam menganalisa
SWOT tersebut adalah sebagai berikut :
a. Matrik SWOT
Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan
dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki
C. KONSEP ANALISIS FISHBONE
Fishbone (diagram tulang ikan) disebut juga sebagai diagram tulang ikan
karena bentuknya seperti tulang ikan, sering juga disebut cause-and-effect
diagram atau diagram ishikawa yang diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa,
yang merupakan seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai salah
satu dari tujuh alat kualitas dasar. Fishbone digunakan Ketika kita ingin
mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah
tim cenderung jatuh berpikir pada rutinitas (Tague, 2009).
Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika
masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone dapat
menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly,
tools yang user friendly lebih disukai oleh orang-orang industri manufaktur
dimana proses disana terkenal memiliki banyak ragam variable yang
berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan (Purba, 2008).
Diagram fishbone akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu
efek atau masalah dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi
brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang
berkaitan, mencakup manusia, material, prosedur, kebijakan dan sebagainya.
Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi
brainstorming.
Langkah-langkah pembuatan “diagram fishbone” :
Pembuatan diagram fishbone kemungkinan akan menghabiskan waktu
sekitar 30-60 menit dengan peserta terdiri dari orang yang kira-kira
mengerti/paham tentang masalah yang terjadi dan tunjuklah satu orang

10
pencatat untuk mengisi diagram fishbone. Terdapat 6 langkah yang harus
dilakukan dalam melakukan analisis dengan diagram tulang ikan (Gasversv,
1997) :

a. Langkah 1 : menyepakati permasalahan utama yang terjadi dan


diungkapkan bahwa masalah tersebut merupakan suatu pernyataan
masalah (problem statement).
Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang ada dengan kondisi
yang diinginkan (W. Pounds dalam Robbins dan Coulter, 2012). Pada
langkah pertama ini, harus dilakukan kesepakatan terhadap sebuah
pernyataan masalah (problem statement). Pernyataan masalah tersebut
kemudian diinterpretasikan sebagai “effect” atau secara visual dalam
fishbone seperti “kepala ikan”. Selanjutnya menuliskan problem
statement disebelah kanan diagram dan menggambar sebuah kotak yang
mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut dan membuat panah
horizontal Panjang menuju ke arah kotak.

problem statement

Gambar 2.1 Kesepakatan permasalahan utama


b. Langkah 2 : mengidentifikasi penyebab masalah yang mungkin.
Identifikasi ini dilakukan dengan metode brainstorming. Menurut
Scarvada (2004), penyebab permasalahan dapat dikelompokkan
dalam enam kelompok yaitu man, material, metode, money,
machine, environment. Kelompok penyebab masalah ini
ditempatkan di diagram fishbone pada bagian sirip ikan. Pada tahap
ini, akan dilakukan pengisian penyebab masalah yang telah
disepakati, seperti pda gambar berikut ini :

Kelompok
penyebab

problem statement
penyebab

11
c. Langkah 3 : identifikasi kategori penyebab.
Dimulai dari garis horizontal utama, membuat garis diagonal yang
menjadi cabang. Setiap cabang mewakili sebab utama dari masalah
yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai cause, secara visual
dalam fishbone seperti tulang ikan. Kategori sebab utama
mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akan
dengan situasi.
d. Langkah 4 : menemukan sebab potensial.
Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan
melalui sesi brainstorming. Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan
bersama-sama dimana sebab tersebut harus ditempatkan dalam
diagram fishbone, yaitu tentukan dibawah kategori yang mana
gagasan tersebut harus ditempatkan. Sebab-sebab ditulis dengan
garis horizontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis
diagonal. Pertanyakan kembali “mengapa sebab itu muncul ?”
sehingga “tulang” lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horizontal
tadi. Satu sebab bisa ditulis dibeberapa tempat, jika sebab tersebut
berhubungan dengan beberapa kategori.
e. Langkah 5 : mengkaji kembali.
Setelah menemukan penyebab potensial dari setiap penyebab yang
mungkin, kemudian dikaji kembali urutan penyebab hingga
ditemukan akar penyebabnya. Setelah itu, tempatkan akar penyebab
masalah tersebut pada cabang yang sesuai dengan kategori utama
sehingga membantuk seperti tulang-tulang kecil dari ikan.
Selanjutnya adalah menginterpretasikan dan mengkaji kembali
diagram sebab akibat tersebut mulai dari masalah awal hingga
ditemukannya akar penyebab tersebut.
f. Langkah 6 : mencapai kesepakatan.

12
Setelah proses interpretasi dengan melihat penyebab yang muncul
secara berulang, didapatkan kesepakatan tentang penyebab masalah,
sehinga sudah dapat dilakukan pemilihan penyebab yang paling
penting dan dapat diatasi. Selanjutnya adalah memfokuskan
perhatian pada penyebab yang terpilih untuk hasil yang lebih
optimal. Penerapan hasil analisis dengan menggunakan diagram
tersebut adalah dengan cara mengembangkan dan
mengimplementasikan tindakan korektif, memonitor hasil-hasil
untuk menjamin bahwa tindakan korektif yang dilakukan itu efektif
dengan hilangnya penyebab masalah yang dihadapi.

Adapun kekurangan dan kelebihan dari diagram fishbone (diagram


tulang ikan), antara lain :

a) Kelebihan diagram fishbone adalah dapat menjabarkan setiap


masalah yang terjadi dan setiap orang yang terlihat di dalamnya
dapat menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab
dari masalah yang diangkat.
b) Kekurangan diagram fishbone adalah opinion based on tool dan
didesain membatasi kemampuan tim/pengguna secara visual
dalam menjabarkan masalah yang menggunakan metode “level
why” yang dalam, kecuali bila kertas yang digunakan benar-benar
besar untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Serta
biasanya voting digunakan untuk memilih penyebab yang paling
mungkin yang terdaftar pada diagram tersebut.

D. KONSEP PRIORITAS MASALAH

1. Metode PAHO

13
1) Definisi
Metode ini dikenal sebagai metode PAHO (Pan American
Health Organization). Metode ini digunakan untuk menentukan
prioritas masalah berdasarkan:
a) Kecenderungan dan seringnya masalah terjadi
(Magnitude/Mg)
b) Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Saverty/Sv)
c) Kemampuan menyelesaikan masalah
(Managebility/Mn)
d) Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
(Nursing Content/Nc)
e) Ketersediaan sumber daya (Affordability/Af)
2) Cara
Metode PAHO ini menggunakan skor yang berdasarkan pada
kriteria tersebut diberikan skor dengan nilai ordinal.Total skor=Mg
x Sv x Mn x Nc x Af. Untuk mendapatkan skor dan kriteria Mg
,Sv, Mn, Nc, Af yaitu dengan cara berikut ini :

Nilai 1 = Sangat kurang penting


Nilai 2 = Kurang penting
Nilai 3 = Cukup penting
Nilai 4 = Penting
Nilai 5 = Sangat penting
Setelah diberi skor masing-masing masalah dihitung nilai skor
akhirnya yaitu dengan perkalian antara lain skor masing-masing
kriteria. Perkalian ini dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir
antara masalah,menjadi sangat kontras, sehingga terhindar dari
keraguan manakala perbedaan skor tersebut sangat tipis.

3) Tujuan

Metode ini digunakan untuk menentukan prioritas masalah

E. KONSEP MANAJEMEN KETERAMPILAN KLINIK

14
1. Definisi
Kelly dan Heidental (2004) dalam Marquis dan Huston (2000),
menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai
suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan

a. Strategi
1) Komunikasi efektif

a) Pengertian dan ciri-ciri Komunikasi efektif


a.Effendi (1989: 62) menyatakan
“Keefektifan komunikasi yaitu kegiatan
komunikasi yang mampu mengubah
sikap, pandangan atau perilaku
komunikan, sesuai dengan tujuan
komunikator”.
b. Pidarto (1988: 242) mengatakan
tentang komunikasi efektif bahwa suatu
komunikasi dikatakan efektif bila apa
yang disampaikan dikomunikasikannya
berkualitas baik, sehingga bisa
ditangkap dengan benar oleh yang
menerima yang menjurus kepada
penyelesaian tujuan organisasi dan
individu baik dalam waktu dekat
maupun dalam jangka panjang.
c.Dharma (2000: 73) mengatakan
“komunikasi yang efektif hanya terjadi
jika antara penerima dan pengirim
pesan tercipta pemahaman yang sama”.
Sejalan dengan pendapat di atas Tubs
(2000: 29) mengatakan: “Komunikasi
dikatakan efektif bila pesan seperti

15
yang dimaksud oleh pengirim berkaitan
dengan pesan seperti yang ditangkap
dan diterima oleh penerima; biasanya
mengharapkan satu hasil/lebih sebagai
tujuan komunikasi”.
d. Dari beberapa pendapat para ahli di
atas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi efektif menurut Jalaluddin
Rahmat (2008:13) memiliki ciri-ciri
terutama pada diri komunikan yaitu
kesenangan, hubungan sosial yang baik,
pengertian, pengaruh pada sikap
tindakan yang sesuai.
b) Faktor Penghambat Efektifitas Komunikasi dalam
Pembelajaran Klasikal Untuk guru sebagai komunikator
sangat menentukan terlaksananya komunikasi yang
efektif, mengatasi hambatan dalam berkomunikasi di
atas perlu memahami dan menjalankan aturan dalam
berkomunikasi agar efektif sebagai berikut.
a. RESPECT: sikap hormat dan menghargai
peserta didik (termasuk cara guru berpakaian,
gaya bicara, sopan santun, gestures/ gerakgerik
kita)
b. EMPATHY: kemampuan untuk menempatkan
diri pendidik pada situasi dan kondisi yang
dihadapi oleh peserta didik (pahami latar
belakang, golongan, lapisan sosial, tingkatan
umur, pendidikan, kebutuhan dan minat siswa )
c. AUDIBLE: menggunakan audio-visual aid
untuk mendukung penyampaian pesan (pastikan
suara kita cukup terdengar oleh siswa, visual aid
dapat terlihat dengan jelas)

16
d. CLARITY: menggunakan bahasa yang dapat
dimengerti oleh siswa (tidak menimbulkan
multi-interpretasi, gunakan kualitas suara dan
bahasa yang baik).
e. HUMBLE: Sikap guru ketika menyampaikan
pemikiran atau pesan (jangan mengkritik dengan
tujuan menghancurkan atau menghilangkan
motivasi, jangan memberikan ancaman
menebarkan arogansi seolah-olah hanya ide
pendidik lah yang baik.
2) Delegasi
Arti Delegasi Menurut Para Ahli
a. Charles J. Keating Charles J. Keating berpendapat
bahwa arti delegasi adalah upaya pemberian sebagian
tanggung jawab serta kewibawaan kepada pihak lain.
b. Utje Slamet Utje Slamet dalam bukunya yang berjudul
“Dasar-dasar Pemasaran” menjelaskan bahwa arti
delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang serta
tanggung jawab formal ke pihak lain dalam melakukan
suatu kegiatan tertentu.
c. Rusli Jacob Rusli Jacob mengatakan bahwa arti dari
delegasi adalah suatu pemberian otoritas atau kekuasaan
formal serta tanggung jawab untuk melakukan kegiatan
tertentu pada pihak lain. Penyerahan otoritas oleh atasan
ke bawahan ini sangat diperlukan agar fungsi
perusahaan bisa berjalan dengan baik, karena tidak ada
atasan yang mampu mengawasi setiap tugas-tugas
organisasi secara efisien. koordinasi
d. Menurut G.R Terry dalam Hasibuan ( 2009 : 85)
berpendapat bahwa koordinasi adalah suatu usaha yang
sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan
waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk

17
menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan
harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. advokasi
Menurut
e. Mansour Faqih (2007; 1) advokasi adalah usaha
sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan
mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan
publik secara bertahap-maju (incremental). Disisi lain,
bahwa advokasi itu paling baik didefinisikan secara
kontekstual.
3) Kolaborasi
Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi
beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau
pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung
yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari
sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan persepsi,
kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat,
kejujuran, kasih sayang serta berbasis masyarakat.
(CIFOR/PILI, 2005).
Kolaborasi menurut beberapa ahli

a) Jonathan (2004) mendefinisikan kolaborasi sebagai


proses interaksi di antara beberapa orang yang
berkesinambungan.
b) Menurut Kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi
adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha
penggabungan pemikiran.
c) Gray (1989) menggambarkan bahwa kolaborasi
sebagai suatu proses berpikir dimana pihak yang terlibat
memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah
serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan
keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang
dapat dilakukan.

18
a. Intervensi
a) Coaching
ICF (International Coach Federation),
organisasi coaching dunia yang didirikan
tahun 1995, mendefinisikan coaching
sebagai: “Hubungan kemitraan antara
coach dan individu yang dijalin melalui
proses kreatif untuk memaksimalkan
potensi personal dan profesional
dirinya.” Berbeda dengan training yang
sifatnya satu arah, coaching
mengutamakan percakapan eksploratif
secara dua arah yang mampu menggali
ide dan memperkuat keyakinan si
penerima coaching untuk melakukan
tindakan maksimal.
b) Diseminasi
Diseminasi adalah suatu kegiatan
penyebaran informasi yang ditujukan
kepada kelompok target atau individu
agar mereka memperoleh informasi,
timbul kesadaran, menerima, mengubah
perilaku sasaran, dan akhirnya mereka
mampu memanfaatkan informasi
tersebut.
c) Sosialisasi
Menurut pendapat dari David Gaslin
pengertian Sosialisasi ialah proses
belajar yang dialami seseorang untuk
memperoleh pengetahuan tentang nilai
dan norma-norma agar ia dapat

19
berpartisipasi sebagai anggota kelompok
masyarakat.
d) Demonstrasi
Muhibbin Syah, Demonstrasi yakni
sebuah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan,
dan urutan melakukan suatu kegiatan,
baik secara langsung maupun melalui
penggunaan media pengajaran yang
relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan. Syaiful
Bahri Djamarah Demonstrasi ialah salah
satu metode yang digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara
kerja suatu benda yang berkenaan
dengan bahan pelajaran. Syaiful
Demonstrasi yaitu suatu pertunjukan
tentang proses terjadinya suatu peristiwa
atau benda sampai pada penampilan
tingkah laku yang dicontohkan agar
dapat diketahui dan dipahami oleh
peserta didik secara nyata atau tiruannya.
e) Simulasi
Simulasi adalah suatu proses peniruan
dari sesuatu yang nyata beserta keadaan
sekelilingnya (state of affairs). Aksi
melakukan simulasi ini secara umum
menggambarkan sifat-sifat karakteristik
kunci dari kelakuan sistem fisik atau
sistem yang abstrak tertentu.
f) Seminar

20
Dikutip dari (Oxford Advanced
Dictionary) yang mengungkapkan
bahwa, seminar merupakan sesuatu
pembelajaran yang di selenggarakan di
sekolah atau universitas dalam bentuk
kajian permasalahan dan dilakukan
dengan diskusi bersama professor
ataupun orang ahli dalam bidangnya.

F. KONSEP BUKU PANDUAN DAN SOP


1) Buku pedoman
Buku pedoman sering disebut sebagai "hand book", buku panduan,
buku penuntun, dan buku pegangan. Effendy mengatakan bahwa
buku pedoman adalah "Buku yang berisi informasi, petunjuk, dan
lain-lain yang menjadi petunjuk tuntunan bagi pembaca untuk
mengetahui sesuatu secara lengkap". Sebenarnya, dari pendapat
yang dikemukakan oleh Effendy di atas, untuk memperoleh
berbagai informasi yang dibutuhkan dalam buku pedoman sebagai
penuntun selama beraktivitas dalam ruang lingkup tertentu, maka
pembaca bukan sekadar mengetahui, mengerti, dan memahami,
tetapi dilanjutkan pada tahap perbuatan. Menurut Blake dan
Haroldsen bahwa "Media komunikasi seperti sedianya buku
penuntun lebih tepat disebut sebagai medio communication".
Istilah media komunikasi dalam bahasa Latin, yaitu medio
communication (komunikasi medio). Menurut Blake dan
Haroldsen bahwa Media dapat diartikan sebagai "tengah".
Maksudnya bahwa dalam konteks komunikasi, kata "tengah" dapat
diartikan sebagai antara komunikasi persona dan komunikasi
"massa". Effendy menambahkan "Komunikasi medio

21
menggunakan media yang tidak memiliki ciri-ciri yang terdapat
pada media massa, terutama pada ciri keserempakannya".
2) SOP
a) Definisi
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah merupakan
panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan
operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar
(Sailendra, 2015:11).
Menurut Moekijat (2008), Standar Operasional Prosedur (SOP)
adalah urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan
pekerjaan), di mana pekerjaan tersebut dilakukan, berhubungan
dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya,
bilamana melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa
yang melakukannya. Menurut Tjipto Atmoko (2011), Standar
Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman atau
acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi
dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan
indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai
tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang
bersangkutan. SOP atau standar operasional prosedur adalah
dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang
dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan
administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan,
waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang
berperan dalam kegiatan (Insani, 2010:1).
b) Tujuan dan Fungsi SOP
Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan perincian
atau standar yang tetap mengenai aktivitas pekerjaan yang
berulang-ulang yang diselenggarakan dalam suatu organisasi.
SOP yang baik adalah SOP yang mampu menjadikan arus kerja
yang lebih baik, menjadi panduan untuk karyawan baru,
penghematan biaya, memudahkan pengawasan, serta

22
mengakibatkan koordinasi yang baik antara bagian-bagian yang
berlainan dalam perusahaan. Jangan ragu untuk beri tahu bisnis
kalian / Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja
atau kondisi tertentu dan kemana petugas dan lingkungan
dalam melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan tertentu.
Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi
sesama pekerja, dan supervisor. Untuk menghindari kegagalan
atau kesalahan (dengan demikian menghindari dan mengurangi
konflik), keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam proses
pelaksanaan kegiatan. Merupakan parameter untuk menilai
mutu pelayanan. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan
sumber daya secara efisien dan efektif. Untuk menjelaskan alur
tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas yang terkait.
Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai
pelaksanaan proses kerja bila terjadi suatu kesalahan atau
dugaan mal praktek dan kesalahan administratif lainnya,
sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas. Sebagai
dokumen yang digunakan untuk pelatihan.Sebagai dokumen
sejarah bila telah di buat revisi SOP yang baru.
Fungsi SOP adalah sebagai berikut (Indah Puji, 2014:35):
a. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau
tim/unit kerja. Sebagai dasar hukum bila terjadi
penyimpangan.
b. Mengetahui dengan jelas hambatan-
hambatannya dan mudah dilacak. Mengarahkan
petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin
dalam bekerja.
c. Sebagai pedoman dalam melaksanakan
pekerjaan rutin. Manfaat SOP SOP atau yang
sering disebut sebagai prosedur tetap (protap)
adalah penetapan tertulis mengenai apa yang
harus dilakukan, kapan, dimana dan oleh siapa

23
dan dibuat untuk menghindari terjadinya variasi
dalam proses pelaksanaan kegiatan oleh
pegawai yang akan mengganggu kinerja
organisasi (instansi pemerintah) secara
keseluruhan. SOP memiliki manfaat bagi
organisasi antara lain (Permenpan
No.PER/21/M-PAN/11/2008):
a. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan
pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan
khusus, mengurangi kesalahan dan
kelalaian.
b. SOP membantu staf menjadi lebih
mandiri dan tidak tergantung pada
intervensi manajemen, sehingga akan
mengurangi keterlibatan pimpinan dalam
pelaksanaan proses sehari-hari.
c. Meningkatkan akuntabilitas dengan
mendokumentasikan tanggung jawab
khusus dalam melaksanakan tugas.
d. Menciptakan ukuran standar kinerja
yang akan memberikan pegawai. cara
konkret untuk memperbaiki kinerja serta
membantu mengevaluasi usaha yang
telah dilakukan.
e. Menciptakan bahan-bahan training yang
dapat membantu pegawai baru untuk
cepat melakukan tugasnya.
f. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi
efisien dan dikelola dengan baik.
g. Menyediakan pedoman bagi setiap
pegawai di unit pelayanan dalam

24
melaksanakan pemberian pelayanan
sehari-hari.
h. Menghindari tumpang tindih
pelaksanaan tugas pemberian pelayanan.
i. Membantu penelusuran terhadap
kesalahan-kesalahan prosedural dalam
memberikan pelayanan. Menjamin
proses pelayanan tetap berjalan dalam
berbagai situasi.
Prinsip-prinsip SOP (Standard Operating
Procedure) Dalam PERMENPAN
PER/21/M-PAN/11/2008 disebutkan
bahwa penyusunan SOP harus
memenuhi prinsip-prinsip antara lain:
a. kemudahan dan kejelasan, efisiensi dan
efektivitas, keselarasan, keterukuran,
dimanis, berorientasi pada pengguna,
kepatuhan hukum, dan kepastian hukum.
b. Konsisten.
c. SOP harus dilaksanakan secara konsisten
dari waktu ke waktu, oleh siapapun, dan
dalam kondisi apapun oleh seluruh
jajaran organisasi pemerintahan.
Komitmen. SOP harus dilaksanakan
dengan komitmen penuh dari seluruh
jajaran organisasi, dari level yang paling
rendah dan tertinggi. Perbaikan
berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus
terbuka terhadap penyempurnaan-
penyempurnaan untuk memperoleh
prosedur yang benar-benar efisien dan
efektif. Mengikat. SOP harus mengikat

25
pelaksana dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan prosedur standar yang
telah ditetapkan. Seluruh unsur memiliki
peran penting. Seluruh pegawai peran-
peran tertentu dalam setiap prosedur
yang distandarkan. Jika pegawai tertentu
tidak melaksanakan perannya dengan
baik, maka akan mengganggu
keseluruhan proses, yang akhirnya juga
berdampak pada proses penyelenggaraan
pemerintahan. Terdokumentasi dengan
baik. Seluruh prosedur yang telah
distandarkan harus didokumentasikan
dengan baik, sehingga dapat selalu
dijadikan referensi bagi setiap mereka
yang memerlukan

G. KONSEP PLANNING OF ACTION


1) Pengertian POA (Planning Of Action)
Action planing merupakan kumpulan aktivitas kegiatan dan
pembagian tugas diantara para pelaku atau penanggung jawab
suatu program. Lebih lanjut, Action Planning merupakan
penghubung antara 'tataran konsep" atau cetak biru dengan
kumpulan kegiatan dalam jangka panjang, menengah maupun
jangka pendek.
Plan of action adalah rencana yang sifatnya arahan yang bisa
dilaksanakan. Jadi berupa suatu rencana yang telah diatur agar bisa
direncanakan. Action plan (rencana aksi) adalah satu set tugas
yang diberikan kepada individu atau tim yang berisi daftar target
untuk setiap tugas serta tenggat waktu, orang yang bertanggung
jawab, dan langkah-langkah untuk sukses. Rencana aksi

26
memberikan gambaran untuk individu atau tim bagaimana
kesuksesan mereka akan mempengaruhi pencapaian tujuan seluruh
organisasi (Kamus Bisnis).
Biasanya POA berlaku untuk program-program yang tertentu atau
kegiatan tertentu. Hal ini dipergunkan agar :
a. Tahap pelaksanaan bisa berjalan runtut.
b. Tidak ada tahapan penting terlewati.
c. Memudahkan yang terkait agar jelas posisinya dan
kewajibannya. Bagi yang bisa bekerja di lapangan sering
hal ini dianggap menyita waktu, karena menganggap telah
biasa melaksanakan. Keadaan seperti ini akan menghambat
proses bekerja dari pengalaman.
Karena POA akan jelas : apa yang dilakukan, bagaimana
melakukan, bagaimana cara mengukur hasil
Dengan POA yang tercatat, akan bisa dievaluasi untuk
dapat meningkatkan mutu pelayanan. Disadari, suatu
konsep/ cetak biru tanpa tindak lanjut atau pelaksanaan
dibaratkan wacana atau 'buzz word" yang tidak
memberikan nilai tambah bagi kebaikan dan kemajuan
organisasi.Sedangkan pelaksanaan/ kegiatan tanpa konsep,
akuntabilitas pihak pelaksana dan targel-target dan ukuran
akan mengundang kekacauan, Ibarat nahkoda tanpa haluan,
kegiatan-kegiatan yang dijalankan diatas menjadi semacam
kumpulan kegiatan reaktif, tidak berpola.Sehingga dalam
jangka panjang akan mengakibatkan demotivasi para
anggota organisasi dan bahkan akan menyebabkan
organisasi berhenti bertumbuh, dimana organisasi hanyut
kedalam "pusaran ritual" yang berputar di satu tempat.
Proses action planning memerlukan keterampilan,
komitmen dan motivasi tinggi dari para pelaksana.
Keterampilan, keahlian, competency, pengalaman yang
didapat merupakan modal dasar penentu bagi sukses atau

27
tidaknya pelaksanaan cetak biru tersebut.tanpa bekal
keterampilan, keahlian, competency yang dibutuhkan serta
pengalaman yang memadai, maka pencapaian target
terhadap hasil yang diharapkan oleh atasan akan jauh.
Komitmen di sisi lain diperlukan, meskipun si pelaksana
memiliki keterampilan yang mumpuni.Namun tanpa
komitmen,integritas,loyalitas si pelaksana pada pekerjaan,
maka pencapaian target akan menyimpang dari yang
diharapkan. Motivasi, semangat,spirit untuk menjalankan
pekerjaan hingga tuntas sangat diperlukan untuk
memastikan tidak ada waktu/tenaga yang terbuang (tidak
terarah) untuk mengerjakan hal-hal yang tidak memberikan
kontribusi bagi organisasi. In action 3 modal dasar
(keterampilan, komitmen, motivasi) secara berimbang
menjamin tidak adanya peluang untuk tidak menjalankan
apa yang telah dijanjikan pelaksana diawal, penyimpanan
target, dan terbuangnya waktu dan tenaga sia-sia.
Komponen Plan of action Bagaimana komponen atau
tahap-tahap penting bagi POA yang harus ada dan harus
menjamin :
a) Kelengkapan rencana
b) Urutan tahapan yang urut
c) Jelas apa yag harus dikerjakan
2) Unsur-unsur Perencanaan
Perencanaan yang baik harus dapat menjawab enam pertanyaan
yang disebut sebagai unsur-unsur perencanaan yaitu :

a. Tindakan apa yang harus dikerjakan


b. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan
c. Dimana tindakan tersebut dilakukan
d. Kapan tindakan tersebut dilakukan
e. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut
f. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.

28
Dalam sebuah perencanaan juga perlu memperhatikan sifat rencana
yang baik. Sifat rencana yang baik yakni :
a) Pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas dalam arti
mudah dipahami oleh yang menerima sehingga penafsiran
ang berbeda-berbeda dapat ditiadakan.
b) Fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan dengan
keadaan yang seebenarnya bila ada perubahan maka tidak
semua rencana dirubah dimungkinkan diadakan
peneysuaian-penyesuaian saja. Sifatnya tidak kaku harus
begini dan begitu walaupun keadaan lain dari yang
direncanakan.
c) Stabilitas, tidak perlu setiap kali rencana mengalami
perubahan jadi harus dijaga stabilitasnya setiap harus ada
dalam pertimbangan.
d) Ada dalam perimbangan berarti bahwa pemberian waktu
dan faktor-faktor produksi kepada siapa tujuan organisasi
seimbang dengan kebutuhan.
e) Meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, jadi meliputi
fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi.

3) Langkah untuk Membuat Action Plan

Perencanaan adalah persiapan awal menuju tindakan. Sebaiknya


secara analitis, perencanaan harus dipisahkan dari implementasi
sehingga pengambilan keputusan atas kebijakan sangat penting
dapat diambil dan implikasinya dapat dipahami lebih awal sebelum
tindakan. setelah action plan sudah diselesaikan, informasi ini
sekarang dapat diberikan kepada semua yang terlibat.
Proses Pembuatan Rencana:
a. Menetapkan tugas dan tujuan
Antara tugas dan tujuan tidak dapat dipisahkan, suatu rencana
tidak dapat difirmulir tanpa ditetapkan terlebih dahulu apa
yang menjadi tugas dan tujuannya.

29
Tugas diartikan sebagai apa yang harus dilakukan, sedang
tujuan yaitu suatu atau nilai yang akan diperoleh. Secara
umum, dunia manajemen menggunakan prinsip POAC. atau
Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Prinsip
manajemen ini banyak digunakan olch organisasi dewasa ini
untuk memajukan dan mengelola organisasi mereka.
Berikut akan kami jelaskan masing masing point tersebut :
1) Planning
Dalam perencanaan ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan. Yaitu harus SMART yaitu :

a) Specific artinya perencanaan harus jelas maksud


maupun ruang lingkupnya. Tidak terlalu melebar dan
terlalu idealis.

b) Measurable artinya program kerja atau rencana harus


dapat diukur tingkat keberhasilannya.
c) Achievable artinya dapat dicapai. Jadi bukan anggan-
angan.
d) Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan
sumber daya yang ada. Tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit. Tapi tetap ada tantangan.
e) Time artinya ada batas waktu yang jelas. Mingguan,
bulanan, triwulan, semesteran atau tahunan. Sehingga
mudah dinilai dan dievaluasi.
2) Organizing
Agar tujuan tercapai maka dibutuhkan pengorganisasian.
Dalam perusahaan biasanya diwujudkan dalam bentuk
bagan organisasi. Yang kemudian dipecah menjadi
berbagai jabatan. Pada setiap jabatan biasanya memiliki
tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian jabatan (Job
Description). Semakin tinggi suatu jabatan biasanya
semakin tinggi tugas, tanggung jawab dan waterpik

30
wewenangnya. Biasanya juga semakin besar
penghasilannya. Dengan pembagian tugas tersebut maka
pekerjaan menjadi ringan. Berat sama dipikul, ringan
sama dijinjing. Disinilah salah satu prinsip dari
manajemen.Yaitu membagi-bagi tugas sesuai dengan
keahliannya masing-masing.
3) Actuating
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang
berarti bila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk
itu maka dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas dan
kerjasama. Semua sumber daya manusia yang ada harus
dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan programn
kerja organisasi. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan
rencana kerja yang telah disusun. Kecuali memang ada
hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuian.
Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi
dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM
untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi
yang telah ditetapkan.
4) Controlling
Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan
dan program kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik
dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi hingga
audit. Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang
berbeda, tapi yang terpenting adalah bagaimana sejak dini
dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi. Baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan
maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut
dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan
penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi
dan perkembangan zaman. Alasan Perlunya Perencanaan
Salah satu maksud dibuat perencanaan adalah melihat

31
program-program yang dipergunakan untuk
meningkatkan kemungkinan pencapain tujuantujuan di
waktu yang akan datang, schingga dapat meningkatkan
pengambilan keputusn yang lebih baik. Oleh karena itu,
perencanaan organisasi harus aktif, dinamis,
berkesinambungan dan kreatif, sehingga manajemen tidak
hanya bereaksi terhadap lingkungannya, tapi lebih
menjadi peserta aktif dalam dunia usaha.
Ada dua alasan dasar perlunya perencanaan :
a. Untuk mencapai "protective benefits" yang dihasilkan
dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan
dalam pembuatan keputusan.
b. Untuk mencapai "positive benefits" dalam bentuk
meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.
Beberapa manfaat perencanaan adalah :
a) Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan
b) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan
gambaran operasi lebih jelas
c) Membantu penempatan tanggung jawab lebih
tepat
d) Memberikan cara pemberian perintah untuk
beroperasi
e) Memudahkan dalam melakukan koordinasi di
antara berbagai bagian organisasi
f) Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan
lebih mudah dipahami
g) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti 8.
Menghemat waktu, usaha, dan dana
Beberapa kelemahan perencanaan adalah :
a. Pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan
mungkin berlebihan pada kontribusi nyata

32
b. Perencanaan cenderung menunda kegiatan
c. Perencanaan mungkin terlalu membatasi
manajemen untuk berinisiatif dan berinovasi
d. Kadang-kadang hasil yang paling baik
didapatkan oleh penanganan setiap masalah
pada saat masalah tersebut terjadi
e. Ada beberapa rencana yang diikuti caracara
yang tidak konsisten

BAB III
URAIAN KEGIATAN

A. STUDI KASUS
Ruangan Magdalena merupakan raung perawatan multi bagi pasien
anak dan dewasa baik pasien pria maupun wanita dengan berbagai jenis
penyakit. Ruang Magdalena memmiliki 5 Ruang VIP yang masing-
masing ruangan berkapasitas 1 tempat tidur, 2 Ruang Kelas IIA (Ruang
Tenang) yang masing-masing ruangan berkapasitas 1 tempat tidur dan 5
Ruang kelas IIB yang masing-masing ruangan berkapasitas 4 tempat
tidur. BOR ruangan magdalena yaitu 83,38% dengan rata-rata derajat
ketergantungan pasien diruang magdalena yaitu self care, parsial care dan
total care. Ruangan Magdalena memiliki jumlah tenaga perawat 24 orang
meliputi kepala ruangan 1 orang dengan kualifikasi Ners dan masa kerja
15 tahun. 7 orang perawat penanggung jawab shift dengan kualifikasi S1
Ners dan DIII Keperawatan, 17 orang perawat pelaksana dengan
kualifikasi S1 Ners dan DIII Keperawatan. Ruang Magdalena
direncanakan akan dilakukan percontohan tentang penerapan metode
keperawatan primer, saat ini buku panduan metode keperawatan primer
belum ada berserta SOP. Kepala bidang keperawatan menugaskan kepala

33
ruang untuk segera menerapkan metode keperawatan primer.Pertanyaan
Penuntun Diskusi :

B. PERTANYAAN PENUNTUN DISKUSI

1. Uraikan kebutuhan tenaga keperawatan pada kasus diatas.?

2. Uraikan penyusunan analisa SWOT pada kasus diatas.?

3. Uraikan penyusunan analisa fishbone pada kasus diatas.?

4. Uraikan perumusan masalah dan prioritas masalah pada kasus diatas.?

5. Uraikan penyusunan metode solusi penyelesaian masalah


serta jelaskan bagaimana teknik manajemen keterampilan
klinik yang tepat dalam meningkatkan kompetensi
perawat.?
6. Uraikan penyusunan buku panduan metode keperawatan primer dan
SOP.?

7. Uraikan penyusunan Planning Of Action pada kasus diatas.

C. PEMBAHASAN STUDI KASUS

1. Kebutuhan tenaga Keperawatan

Dalam menguraikan kebutuhan perawat kita harus tau terlebih


dahulu jumlah pasien yang ada
di kasus sudah diketahui jumlah Ruangan di ruang Magdalena

Kelas Jumlah Kapasitas Jumlah TT


ruang

VIP 5 1 TT 5 TT

II A 2 1 TT 2 TT

II B 5 4 TT 20 TT

Jumlah seruruh TT 27 TT

34
menghitung julah pasien dari BOR :

BOR = jumlah TT terisi x 100

jumlah seluruh TT

Jumlah TT tersi = BOR X Jumlah TT seruruh

100

= 83,3 % x 27

100

= 22 pasien

pasien total care = 2 orang

pasien minimal care = 7 orang

partial care = 15

1) Menghitung jumlah tenaga perawat menggunkaan teori gilles


rumus =
diketahui :
A = 5 jam perawatan
berdasarkan klasifikasinya keperawatan langsung untuk total care yaitu 3-5
jam teori gilles dalam Richa (2015)
B = 80 % x 27 = 22,5
C = 365- 15 hari libur nasional – 52 hari libur hari minggu = 67 hari
jam kerja = 7 jam
Tp = A x B x 365
(365 – C) X jam kerja / hari
= 5 x (0,8338 x 27) x 365
(365- 67) x 7 jam

35
= 5 x 22,5 x 365
289 x 7
= 49275 = 24, 357 dibulatkan menjadi 24
2) menghitung jumlah perawat menurut teori douglas

pasien total care = 2 orang


pasien minimal care = 7 orang
partial care = 15

shift pagi

total care = 2x 0,36 = 0,72

partial care = 15 x 0,27 = 4.05

minimal care = 5 x 0,17 = 0,85

jumlah = 5,62

shift siang

total care = 2x 0.30 = 0,60

partial care = 15 x 0,15 = 2.25

minimal care = 5 x 0,14 = 0,70

jumlah = 3,63

shift malam

36
total care = 2x 0.30 = 0,60

partial care = 15 x 0,15 = 2.25

minimal care = 5 x 0,14 = 0,70

jumlah = 1, 90

jumlah keseluruhan = 5,62 + 3,63 + 1,90 = 11,15 dibulatkan menjadi 11

Tenaga perawat ditambah jumlah kepala ruangan manjadi 12 perawat Tenaga


keparawatan yang dibutuhkan dalam 24 jam (shift pagi, shift siang dan
malam) yaitu 12 perawat.

3) Rasio Perawat primer nursalam


Dalam buku nursalam (2014) rasio antara perawat dan pasien adalah 1:4 dan
1:5 apabila dikasus jumlah pasien 22 berarti jumlah perawat yang diperlukan
adalah 5 samapai 6 perawat untuk satu kali shift

4) Rumus kebutuhan perawat PPNI


diketahui :
A= 5 jam perawatan
TT = 25
BOR = 83,83 %
Rumus :
TP = A x 52 (mg) x (TTxBOR)
41 (mg) x 40 jam
= 5 x 52 x 7 hari x (27 x 0,8338)+ 25 %
41 x 40
= 260 x (22,5) + 25 %
1640
= 5850 + 25 %
1640
= 3.567 + (3.567x 25 %)
= 3,567+0,891

37
= 4.45 dibulatkan menjadi 4

2. ANALISIS SWOT

Data :

Srenght Weakness

1. jumlah tempat tidur 27


2. memiliki pembagian ruangan
1. belum ada buku panduan metode
terbagi menjadi ruang VIP,
keperawatan primer
Ruang kelas II A dan II B
2. belum ada SOP keperawatan
3. kepala ruangan memiliki
Primer
kulifikasi S1 ners dengan masa
kerja 15 tahun
4. jumlah tenaga perawat 24 orang
,
S1 ners berjumlah 14 orang dan
D3 perawat berjumlah 10
perawat
5. jumlah pasein 22 paien (dari
perhitungan BOR x jumlah
seluruh TT )
6. derajat ketergantuangan pasien
totalcare 2 pasien, parsial care
15 orang dan minimal care 5
orang
7. ruang Magdalena merupakan
ruang multi bagi pasien anak,
dewasa baik pria dan wanita
8. jumlah perawat yang tersedia
sudah memenuhi kebutuhan
berdasarkan rumus gilles

38
9. adanya penerapan kebijakan
penerapan menerapkan metode
kerawatan
10. BOR 83,38 %
Opportunity : Threat :

1. peraturan mentri kedehatan 1. adanya jarak rumah sakit yang


entang pengembangan jenjang berdekatan (RSI dan RSIA)
karir perawat professional 2. adanya beberapa rumah sakit
klinis (UU NO. 40 2017) yang sudah terakresitasi JCI
2. banyaknya webinar, lembaga 3. perkambangan teknologi yang
dan institusi pendidikan yang berkembang pesat
mengadakan pelatihan melalui
offline
3. rumah sakit bekerja sama
dengan institusi pendidikan
yang membuka kerja dalam
meningkatkan pendidikan
perawat rumah sakit

1) STRATEGI SWOT
a. SO (strength dan opportunity )
1. Perlu adanya kebijakan dari direktur RS untuk studi lanjut bagi
perawat diploma ke ners
2. Perlu adanya pelatihan-pelatihan dan seminar secara internal untuk
meningkatkan kompetensi perawat
3. Rewoud profesional bagi perawat yang menunjukan kualitas kerja
4. Perlu adanya media informasi yang membahas informasi kesehatan
seperti poster dan leatflet
b. ST (strength dan Therat)
 Perlu adanya sebuah aplikasi yang mudah diakses oleh masyarakat
terhadap informasi kesehatan
 Perlu adanya program home care bagi masyarakat menengah ke atas

39
 Perlu adanya pendokumentasian melalui media digital
c. WO (weakness dan opportunity)
 Perlu adanya buku panduan sebagai pedoman kerja perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan primer
 Perlu adanya SOP keperawatan primer untuk menstandarkan
pelayanan keperawatan
 Perlu adanya sosialisasi tentang metode keperawatan primer
d. WT (weakness dan Threats)
 Perlu adanya motivasi perawat untuk bekerja sesuai SOP dengan
memberikan rewoud bagi perawat
 Membangun kerja sama tim melalui pembagian jadwal dines dengan
pasien kelolaan dengan sama rata

2) MATRIKS IFE (Internal Faktor Evaluasi)

Faktor internal Bobot Rating Skor

Srenght

1. jumlah tempat tidur 27. 0.04 3 0.12


2. memiliki pembagian ruangan terbagi menjadi ruang VIP, Ruang
0.08 4 0,32
kelas II A dan II B
3. kepala ruangan memiliki kulifikasi S1 ners dengan masa kerja 15
tahun
0.09 4 0,36
4. jumlah tenaga perawat 24 orang ,
a. S1 ners berjumlah 14 orang dan D3 perawat berjumlah 10
perawat
0.1 4 0,4
5. jumlah pasein 22 paien (dari perhitungan BOR x jumlah seluruh TT
)
6. derajat ketergantuangan pasien
a. totalcare 2 pasien, parsial care 15 orang dan minimal care 5
orang 0.04 3 0,12
7. Ruang Magdalena merupakan ruang multi bagi pasien anak, dewasa

40
baik pria dan wanita
8. jumlah perawat yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan
0.05 3 0,15
berdasarkan rumus gilles
9. adanya penerapan kebijakan penerapan menerapkan metode
kerawatan
10. BOR 83,38 %
0.1 3 0,3

0.1 4 0.4

0,1 4 0,4

0,1

4 0,4

Total nilai strength 0,8 3,37

Weakness

1. belum ada buku panduan metode keperawatan primer


2. belum ada SOP keperawatan Primer
0.1 2 0,2

0.1 2 0,2

Total nilai weakness 0,2 0,4

Total nilai IFE 1 3,77

Keterangan :
a. Jika nilai diatas 2,5 = strength
b. Jika nilai dibawah 2,5 = weakness

41
hasil dari matrix IFE adalah 3,77 tersebut menunjukkan bahwa ruangan memiliki
kekuatan yang lebih besar dibandingkan kelemahan

42
3. MATRIKS EFE (Eksternal Faktor Evaluasi)

Faktor internal Bobot Rating Skor

Opportunity :

1. peraturan mentri kedehatan entang pengembangan jenjang karir 0,2 3 0,6


perawat professional klinis (UU NO. 40 2017)
2. banyaknya webinar, lembaga dan institusi pendidikan yang
mengadakan pelatihan melalui offline 0,2 3 0,6
rumah sakit bekerja sama dengan institusi pendidikan yang
membuka kerja dalam meningkatkan pendidikan perawat rumah
sakit

3. banyaknya media media literature yang mudah diakses melalui 0,2 0,6
jurnal penelitian
3
4. Rumah sakit dapat bekerja sama dengan institusi pendidikan
dalam meingkatkan jenjang karir perawat diploma 3 0,2 0,6

Total nilai 0.8 2,4

Threat :

1. adanya jarak rumah sakit yang berdekatan (RSI dan RSIA) 0,06 1 0,6
2. adanya beberapa rumah sakit yang sudah terakresitasi JCI
0,06 1 0,6
3. perkambangan teknologi yang berkembang pesat
0,06 1 0,6

Total nilai 0,2 0.24

Total nilai EFE 1 2,64

Keterangan
a. Jika range nilai 3-4 = opportunities
b. Jika nilai kurang dari 3 = threat

43
Hasil matrix EFE adalah 2,64 tersebut menunjukkan bahwa ruangan merespon dengan baik
terhadap peluang-peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman yang akan datang.

Diagram Kartesius
T

O
IFE = 3,77

Kuadran 1 5 kuadran 3

“Aggresive strategy” 4 “turn around strategy”

EFE = 2,64 2

S 1 1 2 3 4 5 W

5 4 3 2 1 1

Kuadran 2 3 kuadran 4

“diversification strategy” 4 “defensive strategy”

44
Kuadran 1 5 kuadran 3

“Aggresive strategy” 4 IFE = 3,77


“turn around strategy”

EFE = 2,64 2
EFE = 2,64

S 1 1 2 3 4 5 W

5 4 3 2 1 1

2
IFE = 3,77
Kuadran 2 3 kuadran 4

“diversification strategy” 4 “defensive strategy”

5
T

Berdasarkan hasil dari matriks IFE dan matriks EFE diatas, didapatkan hasil dari diagram
Kartesius bahwa Ruangan Magdalena berada di posisi kuadran 1 yang menggunakan strategi
Aggresive dengan strategi alternatifnya adalah SO yaitu strategi yang bertujuan untuk
menggunakan kekuatan internal di dalam ruangan Magdalena untuk meraih peluang peluang
yang ada di laur Rumah sakit Immanuel.

Stategi SO (strength dan opportunity ) :

1. Perlu adanya kebijakan dari direktur RS untuk studi lanjut bagi perawat diploma ke
ners
2. Perlu adanya pelatihan-pelatihan dan seminar secara internal untuk meningkatkan
kompetensi perawat
3. Rewoud profesional bagi perawat yang menunjukan kualitas kerja
4. Perlu adanya media informasi yang membahas informasi kesehatan seperti poster dan
leatflet

45
4. ANALISIS FISHBONE
a. Belum ada SOP metode keperawatan primer
MONEY
MAN

Banyaknya perawat Tidak ada


bekerja berdasarkan
anggaran untuk
rutinitas misalnya
melaksanakan tugas- penyusunan SOP
Belum ada SOP
tugas non keperawatan
metode
Keperawatan
primer

Tidak adanya sistematika Tidak adanya format


penulisan penyusunan SOP pendokumentasian dalam
metode keperawatan melaksanakan hand over
primer dengan metode
keperawatan primer

METHOD
MATERIAL

46
a. Belum ada buku panduan metode keperawatan primer

MONEY
MAN

Tidak adanya
sosialisasi tentang Tidak adanya
pelatihan kepada Belum tersusunnya
kepada perawat
perawat anggaran untuk
tentang buku panduan
buku panduan dan
keperawatan primer
reward bagi tim
penyusun
Tidak adanya tim
keperawatan
Belum ada buku
penyusun buku
panduan metode
panduan
keperawatan primer

Tidak ada format


Tidak adanya sistematika
pendokumentasian
penulisan dalam
pelayanan keperawatan Tidak adanya buku panduan
penyusunan buku
primer belum ada metode keperawatan primer
pedoman

METHOD MATERIAL

47
1) Belum ada SOP metode keperawatan primer
a. Man :
Banyak nya perawat bekerja berdasarkan rutinitas misalnya melaksanakan
tugas-tugas non keperawatan.
b. Material :
Tidak adanya format pendokumentasiaan dalam pelaksanaan hand over dengan
metode keperawtaan primer
c. Method :
Tidak adanya sistematika penulisan penyusunan SOP metode keperawtaan
primer
d. Money :
Tidak ada anggaran untuk penyusunan SOP
2) Belum ada buku panduan metode keperawatan primer
a. Man :
Tidak adanya sosialisasi tentang kepada perawat tentang buku panduan
keperawatan primer
Tidak adanya tim keperawatan penyusun buku panduan
Tidak adanya pelatihan kepada perawat
b. Money:
Belum tersusunnya anggaran untuk buku panduan dan reward bagi tim
penyusun
c. Material
Tidak adanya buku panduan metode keperawatan primer
Tidak ada format pendokumentasian pelayanan keperawatan primer belum ada
d. Method :
Tidak adanya sistematika penulisan dalam penyusunan buku pedoman

5. Perumusan Masalah , Prioritas Masalah dan Manajemen keterampilan klinik


1) Rumusan Masalah :
a. Belum ada buku panduan metode keperawatan primer
b. Belum ada SOP metode keperawatan primer
2) Prioritas Masalah menggunakan metode PAHO
Kecenderungan dan seringnya masalah terjadi (Magnitude/Mg)

48
a. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Saverty/Sv)
b. Kemampuan menyelesaikan masalah (Managebility/Mn)
c. Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat (Nursing Content/Nc)
d. Ketersediaan sumber daya (Affordability/Af)
Rentang nilai yang digunakan 1-5
1 = Sangat kurang penting penting
2 = Kurang penting
3 = Cukup penting
4 = Penting
5 = Sangat penting

No Masalah MG Sv Mn Nc Af Total

1 Belum ada buku panduan 5 4 5 4 5 2.000


metode keperawatan primer

2 Belum ada SOP metode 5 5 5 4 5 2.500


keperawatan primer

Jadi prioritas masalahnya:


a) Belum ada SOP metode keperawatan primer
b) Belum ada buku panduan metode keperawatan primer
3) Teknik Manajemen Keterampilan Klinik
1) Belum ada SOP metode keperawatan primer
N STRATEGI INTERVENSI
O
1 Komunikasi efektif Sosialisasi : Mengadakan sosialisasi
kepada tenaga perawat tentang SOP metode
keperawatan primer
2 Kolaborasi Demonstrasi :Mengadakan demonstrasi
kepada tenaga perawat tentang pelaksanaan
metode keperawatan primer
Mini seminar: tim komite keperawatan
berkolaborasi untuk membuat mini seminar

49
terkait pembuatan format
pendokumentasiaan dalam pelaksanaan
hand over dengan metode keperawatan
primer
Mini seminar: tim komite keperawatan
berkolaborasi untuk membuat mini seminar
terkait sistematika penyusunan SOP
metode keperawtaan primer
3 Koordinasi Coaching : kepala ruangan
mengkoordinasikan perawat untuk fokus
berkerja melaksanakan tugas-tugas metode
keperawatan primer
4 Koordinasi Demonstrasi : komite keperawawatan
berkoordinasi dengan kepala bidang
keperawatan untuk mengajuan anggaran
dana dalam penyusunan SOP

2) Belum ada buku panduan metode keperawatan primer

N STRATEGI INTERVENSI
O
1 Kolaborasi Desiminasi : mengadakan desiminasi terkait
pembentukan tim untuk membuat buku
panduan keperawatan primer
Mini seminar : kepala ruangan berkolaborasi
dengan kepala bidang keperawatan untuk
mengadakakan mini seminar tentang pelatihan
perawat terkait metode keperawatan primer
Mini seminar: kepala ruangan berkolaborasi
dengan kepala bidang keperawatan untuk
mengadakakan mini seminar tentang
pembuatan format pendokumentasian

50
pelayanan keperawatan primer
Mini seminar: kepala ruangan berkolaborasi
dengan kepala bidang keperawatan untuk
mengadakakan mini seminar tentang
pembuatan buku panduan metode keperawatan
primer

Mini seminar: kepala ruangan berkolaborasi


dengan kepala bidang keperawatan untuk
mengadakan mini seminar tentang pembuatan
sistematika penulisan buku pedoman

2 Koordinasi Demonstrasi :kepala ruangan berkoordinasi


dengan kepala bidang keperawatan
mengajukan anggaran dana untuk pembuatan
buku panduan dan reward bagi tim penyusun

3 Komunikasi efektif Sosialisasi : mengadakan sosialisasi kepada


perawat tentang buku panduan keperawatan
primer

6. Uraikan Penyusunan Buku Panduan dan SOAP metode keperwatan Primer


a. Buku Panduan Keperawatan Primer
Menurut Sri Mugiati (2016: 50) Keperawatan primer adalah suatu metode
pemberian asuhan keperawatan dimana perawat profesional bertanggung jawab
dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari.
Metode ini dikembangkan sejak tahun 1970'an. Tanggung jawab meliputi
pengkajian pasien, perencanaan, Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan
dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini
merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada
pasien. Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien dibawah
tanggung jawab perawat primer, dan perawat assosiet yang akan melaksanakan
rencana asuhan keperawatan dalam tindakan keperawatan.

51
Tabel 2.2 Keuntungan dan Kelemahan Model Asuhan Keperawatan Primer

Keuntungan Kelemahan

Otonomi perawat meningkat, karena Ruangan tidak memerlukan bahwa semua


motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat perawat pelaksana harus perawat profesional
meningkat

Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan Biaya yang diperlukan mahal

Meningkatnya hubungan antara perawat


pasien

Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang


bersifat perbantuan

Metode ini mendukung pelayanan profesional

Terciptanya kolaborasi yang baik

sumber : Sri Mugiati (2016: 50)

Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi tertentu karena perawat
primer harus tenaga perawat profesional (Register Nurse) yang mengasuh pasien mulai
pengkajian, penentuan diagnosa, membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi.
Dalam kegiatan implementasi perawat primer dibantu oleh perawat assosiete. Jadi peran
perawat assosiate adalah membantu saat pelaksanaan tindakan. Perawat primer akan
mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam 5. Sri Mugiati (2016: 50)

a. struktur organisasi keperawatan Primer

Kepala Ruangan
52
Peran kepala ruangan, Peran perawat associate, Peran Perawat primer dalam metode
keperawatan primer :

1) Peran kepala ruangan


Menurut Kurniadi (2013) peran kepala ruangan dalam metode

a. Ketenagaan, yaitu mengidentifikasi dan mengusulkan jumlah kebutuhan tenaga


keperawatan dan non keperawatan di unitnya kepada atasan dan memberdayakan
tenaga yang sudah ada.
b. Manajemen operasional, yaitu melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai
manajer pemula dalam berhubungan dengan atasan dan bawahan guna
mendukung tugas pokoknya.
c. Manajemen kualitas pelayanan, yaitu melaksanakan asuhan keperawatan
profesional berdasarkan kaidah ilmiah dan etika profesi agar bisa dirasakan
langsung oleh pasien, keluarga dan masyarakat serta manjamin mutu pelayanan
keperawatan yang memuaskan semua pihak.
d. Manajemen finansial, yaitu melaksanakan tugas perhitungan keuangan dan
logistik keperawatan (pengadaan dan pemanfaatan alat kesehatan dan material
kesehatan) Depkes RI (2000) dalam Kurniadi (2013)
menyatakan bahwa seorang kepala ruangan memiliki tanggung jawab sebagai
berikut:

53
a) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.
b) Mengembangkan pelayanan keperawatan.
c) Melaksanakan penilaian kinerja perawat.
d) Memberikan orientasi kepada perawat baru.
e) Melaksanakan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) dan SOP(Standard
Operational Procedur) yang ditetapkan pimpinan bidang keperawatan.
f) Melaksanakan pembimbingan mahasiswa keperawatan.
g) Memberikan laporan berkala tentang pelayanan keperawatan.

2) Peran Perawat Associate


a. Mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk melaksanakan asuhan
keperawatan
b. Menerima pembagian tugas dari kepala ruangan
c. Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
d. Mengikuti ronde keperawatan
e. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
f. Menjadi konsultan dan pengendari mutu perawat primer

3) Peran Perawat Primer


a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
perawat lain .
d. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
e. Menerima dan menyesuaikan rencana.
f. Menyiapkan penyuluhan untuk kepulangan pasien.
g. Melakukan rujukan kepada pekerja social dengan cara kontak dengan lembaga
social dimasyarakat
h. Membuat jadwal perjanjian klinik
i. Mengadakan kunjungan rumah bila diprlukan

b. SOP Metode Keperawatan Primer

Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan


54
DEFINISI dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat
terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari.

TUJUAN Menyediakan informasi tentang pelaksanaan metode keperawatan primer

a. Menyiapkan jadwal shift


b. Menyiapkan penyimpanan obat baik itu lemari obat, tempat obat,
surat persetujuan dan lembar obat
c. Menyiapkan list pasien
d. Menyiapkan alat-alat yang akan dilakukan untuk tindakan
PERSIAPAN
e. Merencanakan asuhan keperawatan
Model keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagian
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan pada tingkat
S1 Keperawatan atau setara.

Latar belakang pendidikan perawat yang cocok dalam metode ini :

a) S1 Ners 60%
RUANG b) DIII Keperawatan 40%
LINGKUP Metode ini cocok digunakan dalam ruangan :

a. Ruang rawat inap


INFORMASI
UMUM
Peran kepala ruangan, Peran perawat associate, Peran Perawat
primer dalam metode keperawatan primer :

A. Peran kepala ruangan


Menurut Kurniadi (2013) peran kepala ruangan dalam metode

a. Ketenagaan, yaitu mengidentifikasi dan mengusulkan jumlah


kebutuhan tenaga keperawatan dan non keperawatan di unitnya
kepada atasan dan memberdayakan tenaga yang sudah ada.
b. Manajemen operasional, yaitu melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sebagai manajer pemula dalam berhubungan
dengan atasan dan bawahan guna mendukung tugas pokoknya.
c. Manajemen kualitas pelayanan, yaitu melaksanakan asuhan

55
keperawatan profesional berdasarkan kaidah ilmiah dan etika
profesi agar bisa dirasakan langsung oleh pasien, keluarga dan
masyarakat serta manjamin mutu pelayanan keperawatan yang
memuaskan semua pihak.
d. Manajemen finansial, yaitu melaksanakan tugas perhitungan
keuangan dan logistik keperawatan (pengadaan dan
pemanfaatan alat kesehatan dan material kesehatan) Depkes RI
(2000) dalam Kurniadi (2013)
menyatakan bahwa seorang kepala ruangan memiliki tanggung
jawab sebagai berikut:

a. Merencanakan kebutuhan tenaga perawat.


b. Mengembangkan pelayanan keperawatan.
c. Melaksanakan penilaian kinerja perawat.
d. Memberikan orientasi kepada perawat baru.
e. Melaksanakan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) dan
SOP(Standard Operational Procedur) yang ditetapkan
pimpinan bidang keperawatan.
f. Melaksanakan pembimbingan mahasiswa keperawatan.
g. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan
keperawatan.
B. Peran Perawat Associate
g. Mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk
melaksanakan asuhan keperawatan
h. Menerima pembagian tugas dari kepala ruangan
i. Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan
j. Mengikuti ronde keperawatan
k. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
l. Menjadi konsultan dan pengendari mutu perawat primer

C. Peran Perawat Primer


a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara

56
komprehensif
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan
yang diberikan oleh perawat lain .
d) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
e) Menerima dan menyesuaikan rencana.
f) Menyiapkan penyuluhan untuk kepulangan pasien.
g) Melakukan rujukan kepada pekerja social dengan cara
kontak dengan lembaga social dimasyarakat
h) Membuat jadwal perjanjian klinik
i) Mengadakan kunjungan rumah

1) Kepala ruangan menentukan merencakan strategi pelaksanaan


keperawatan
PROSEDUR
2) Membagi jobdesk kepada perawat primer
KERJA
3) Perawat Primer membagi jobdesk yang diberikan kepala ruangan
ke perawat Assosiate beserta pasien kelolaannya ke perawat
Assosiate
4) Kepala ruangan dan perawat primer melakukan hand over
5) Perawat primer melakukan interaksi dengan klien ,melakukan
pengkajian,membuat rencana keperawatan
6) Perawat primer dan perawat Assosiate melakukan tindakan
keperawatan
7) Perawat primer dan perawat Assosiate melakukan Evaluasi
keperawtan
8) Perawat primer dan perawat Assosiate melakukan
pendokumentasian di Status Klien
9) Melakukan HandOver pada shift Selanjutnya
Referensi Nursalam.2007.Managemen:Aplikasi dalam praktik keperawatan
professional.Edisi 3.Jakarta:Salemba Medika

57
7. Penyusunan Planning Of Action

Penanggung Waktu Biaya Media


No Masalah Tujuan Sasaran Strategi Rencana Kegiatan Jawab

1. Belum 1. menjadi 24 perawat 1. melakukan 1. Melakukan Komite 3 Rp. Alat tulis,


adanya standaris di Ruang komunikasi Sosialisasi SOP keperawatan bulan 2.000.00 literature jurnal
SOP asi Magdalena antara staff metode keperawatan dan kepala 0 dan buku, PPT,
metode perawat keperawatan Primer kepada staff ruangan proyektor
keperawaan dalam tentang SOP keperawatan di ruang
primer bekerja 2. melakukan Magdalena
2. Agar kolaborasi 2. mengadakan
tidak ada bersama staff demonstrasi kepada
umpang keparawatan staff keperawatan
tindih di ruang tentang pelaksanaan
peran Gideon metode keperawatan
antara 3. mengadakan mini
kepala seminar terkait
ruangan, pembuatan format

58
pendokumentasian
dalam melaksanakan
HandOver
4. melakukan mini
seminar dengan
komite keperawatan
perawat terkait SOP metode
Primer keperawatan primer
dan 5. membuat rencana
Perawat anggaran mengenai
Assosiat dana dalam
e penyusunan SOP
6. melakukan
pengarahan terhadap
Staff keperawatan
terkait pelaksanaan
SOP metode
Keperawatan Primer
2. Belum Menjadi 24 perawat 1. melakukan 1. mengadakan Kepala 1 Rp. 1. buku

59
adanya panduan, di ruang kolaborasi desiminasi untuk ruangan bulan 10.000.0 literature
buku informasi bagi magdalena bersama staff menentukan Magdalena 00 menegai
pedoman perawat di keparawatan pembentukan tim metode
metode ruang di ruang 2. mengadakan mini keperaw
keperawata magdalena Gideon seminar tetang atan
n primer 2. berkoordinas pelatihan perawat primer
i dengan terkait model 2. PPT dan
kepala keperawatan Monitor
bidang Primer
keperawatan 3. mengadakan mini
seminar untuk
membuat buku
panduan metode
keperawatan
4. membuat rencana
anggaran yang
akan digunakan
unuk membuat
buku pedoman

60
keperawata Primer

61
BAB IV

PEMBAHASAN KEGIATAN

A. Kajian Situasi

1. Belom ada SOP metode keperawatan primer


a. Damapak belum ada SOP diruangan Magdalena
Belom adanya SOP diruangan Magdalena akan mempengaruhi kinerja
perawat dalam melaksanakan metode keperawatan primer, sesuai
dengan penelitian dari Buchori dengan judul jurnal Pengarauh
Satandar Oprasional Prosedur (SOP) Kerja Terhadap Peningkatan
Kinerja Karyawan.yang mengatakan neperanan standar oprasional
prosedur (SOP) yang baik, akan menunjukan konsistensi hasil kinerja
yang mengacu pada pemuduhanan karyawan bekerja. Dalam suatu
kegiatan harus memiliki acuan serta pedoman dalam suatu pekerjaan.
Akibat dari tidak adanya acuan dalam pelaksanaan pekerjaaan banyak
membuat organisasi tidak berfungsi dengan baik,hal ini dikarenakan
parakariyawan bingung atas pekerjaan yang mereka akan kerjakan.
Sumber : Buchori. (2019). Pengarauh Satandar Oprasional Prosedur
(SOP) Kerja Terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan.Vol 5(2):143.

b. Manfaat adanya SOP


Menurut Tathagati dalam penelitian Abd.Rohman, 2019 dengan judul
Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Dan Akuntabilitas
kinerja Rumah Sakit. Manfaat SOP dalam aktivitas unit kerja
diantaranya :
1) Meminimalisir kesalahan dalam melakukan pekerjaan
2) Mempermudah dan menghemat waktu serta tenaga dalam program
training karyawan
3) Sebagai sarana komunikasi pelaksanaan pekerjaan

62
4) Sebagai acuan dalam melakukan penelitian terhadap proses
layanan dan pelayanan
5)

Sumber : Taufiq, Abd Rohman. (2019). Penerapan Standar Operasional


Prosedur (SOP) dan Akuntanbilitas Kinerja Rumah Sakit. Vol 12(1) 59

1. Belom ada buku panduan metode keperawatan primer

B. Solusi Penyelesaian Masalah


1. Belum adanya SOP Metode keperawatan Primer
a) Mengadakan sosialisasi kepada tenaga perawat tentang SOP metode
keperawatan primer
Sosialisasi pada SOP keperawatan metode keperawatan Primer harus
disusun secara praktis dan sederhana. Keberhasilan dalam suatu kegiatan
sosialisasi ini juga ditentukan oleh metode penyampaian dan media dalam
pembelajarannya. Sosialisasi SOP tentang metode keperawatan ini bisa dalam
bentuk Brainstorming dan diskusi mendalam.
Dalam Diah Fatma (2018) tindakan Sosialisasi didapatkan kesimpulan
yaitu peserta dapat pengetahuan mengenai teknis tindakan yang akan
dilakukan.

Fatma, Diah (2018). Sosialisasi SOP (standar Operating Prosedur) pada


Pengobatan Tradisional Patah Tulang Di citapen. Vol. 7 No.4 halaman 243-
247
c) Dengan coaching kepala ruangan mengkoordinasikan perawat untuk fokus
berkerja melaksanakan tugas-tugas metode keperawatan primer sesuai dengan
penelitian dari Rini dengan judul jurnal Penerapan Coaching Face to Face
oleh Perawat Manager untuk Mengenbangkan Hard Skill dan Soft Skill
Perawat yang menyatakan pemimpin dapat menggunakan coaching sebagai
alat utama untuk pengembangan kepemimpinan dan manajemen untuk

63
membantu staf memiliki nilai dan potensi yang tinggi, mengembangkan
kapasitas untuk menangani, mengubah dan memberikan dukungan dalam
memenuhi tuntutan peran mereka ia juga menyatakan coaching dapat menjadi
metode atau pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan motivasi
perawat dan memiliki kemampuan untuk menemukan serta mengidentifikasi
masalah, kemudian belajar untuk menyelesaikannya sehingga akhirnya
mendapatkan kinerja yang maksimal.

A. Belum adanya SOP metode keperawatan primer


1. Melakukan Sosialisasi SOP metode keperawatan Primer kepada staff
keperawatan di ruang Magdalena
Ketua bidang keperawatan melakukan sosialisasi SOP metode
keperawatan primer kepada 24 staff perawat yang bekerja di ruang
Magdalena, waktu sosialisasinya di pergantian sift pagi ke sift siang
tepat pukul 14.00 WIB. menggunakan media power point, tahapan
sosialisasinya ; penyampaian materi SOP keperawatan primer secara
rinci dan jelas, kemudian langkah selanjutnya sesi Tanya jawab,
diberikan kesempatan kepada 24 staff perawat untuk bertanya tentang
materi SOP.
2. Mengadakan demonstrasi kepada staff keperawatan tentang
pelaksanaan metode keperawatan Primer
Pada saat sosialisasi staff perawat diminta berbagi peran sebagai
kepala ruangan, perawat associate, dan perawat primer untuk
mendemontrasikan pelaksanaan metode keperawatan primer. SOP
keperawan primer yaitu :
1) Kepala ruangan menentukan/merencakan strategi pelaksanaan
keperawatan
2) Kepala ruangan Membagi jobdesk kepada perawat associate

64
3) Perawat associate membagi jobdesk yang diberikan kepala ruangan
ke perawat primer beserta pasien ke perawat primer
4) Perawat associate membagi jadwal dinas
5) Kepala ruangan,perawat associated dan perawat primer melakukan
hand over
6) Perawat primer melakukan interaksi dengan klien ,melakukan
pengkajian,membuat rencana keperawatan
7) Perawat primer melakukan tindakan keperawatan
3. Mengadakan mini seminar terkait pembuatan format
pendokumentasian dalam melaksanakan HandOver
Kepala bidang keperawatan mengadakan mini seminar untuk
membahas pembuatan format pendokumentasian Handover metode
keperawatan primer yang diikuti oleh staff perawat di ruang
Magdalena dan megumpulkan literature jurnal dan buku untuk
menjadi panduan dalam pembuatan format pendokumentasian
Handover metode keperawatan primer.
4. Melakukan mini seminar dengan komite keperawatan terkait SOP
metode keperawatan primer
Kepala bidang keperawatan mengadakan mini seminar dengan komite
keperawatan untuk membahas SOP keperawatan primer yang
dilaksanakan pagi hari pukul 10.00 WIB secara tatap muka.
5. Membuat rencana anggaran mengenai dana dalam penyusunan SOP
Komite keperawatan bekerja sama dengan kepala ruangan Magdalena
untuk membuat rencana anggaran penyusunan SOP metode
keperawatan primer. Biaya yang dianggarkan senilai Rp. 2.000.000,00
yang kemudian anggarannya akan diberikan kepada kepala bidang
keperawatan untuk di tindaklanjuti untuk kepentingan pembuatan SOP
metode keperawatan primer.
6. Melakukan pengarahan terhadap Staff keperawatan terkait pelaksanaan
SOP metode Keperawatan Primer

65
Kepala bidang keperawatan mengarahkan staff perawat di ruang
magdalena untuk melaksanakan SOP metode keperawatan primer
dengan cara membimbing dan mengawasi pelaksanaan SOP metode
keperawatan primer.

B. Belum adanya buku panduan metode keperawatan primer


1. Mengadakan desiminasi untuk menentukan pembentukan tim
Kepala bidang keperawatan mengadakan desiminasi dengan staff
perawat untuk pembentukan tim, yang terdiri dari beberapa staff
perawat yang akan merancang hal-hal yang berkaitan dengan
pembuatan buku panduan metode keperawatan primer.
Sebelumnya para staff perawat telah di tugaskan untuk
mempelajari buku panduan metode keperawatan primer.
2. Mengadakan mini seminar untuk membuat buku panduan metode
keperawatan primer
Kepala bidang keperawatan mengadakan mini seminar kepada staff
perawat di ruang Magdalena untuk membuat buku panduan motode
keperawatan primer. Dilaksanakan pada waktu jam 12.00 WIB
untuk perawat yang berdinas sore dan malam dan jam 15.00 untuk
perawat yang dinas pagi.
3. Mengadakan mini seminar tentang pelatihan perawat terkait model
keperawatan Primer
Kepala bidang keperawatan mengadakan mini seminar tentang
pelatihan metode keperawatan primer kepada staff perawat yang
bekerja di ruang Magdalena, waktu pelaksaannya dibuat dua sesi
agar tidak mengganggu jam kerja perawat. menggunakan media
power point, tahapan mini seminar nya ; penyampaian materi,
peserta mini seminar diminta mendemonstrasikan model
keperawatan primer, dan sesi tanya jawab.

66
4. Membuat rencana anggaran yang akan digunakan untuk membuat
buku panduan metode keperawatan primer
Kepala bidang keperawatan bekerja sama dengan kepala ruangan
Magdalena untuk membuat rencana anggaran pembuatan buku
panduan metode keperawatan primer. Biaya yang dianggarkan
senilai Rp. 10.000.000,00.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
proaktif dalam suatu kegiatan di organisasi. Didalam menajemen
mencakup POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) terhadap
staff, sarana, prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant dan
Massey,1999).
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan bagian dari sistem
manajemen keperawatan, dimana bagian dari sistem manajemen
keperawatan meliputi pengumpulan data, perencanaan, pengaturan,
kepegawaian, kepemimpinan dan pengawasan.
Dengan demikian kepemimpinan dan manajemen keperawatan
harus dilakukan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengawasi dan mengontrol sebuah organisasi
keperawatan (ruangan) dari sumber daya yang ada, sarana, prasarana, dan
proses yang terjadi di ruangan atau organisasi tersebut untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang berkualitas dan untuk pengembangan
organisasi tersebut.
Dalam kajian situasi yang dilakukan selama seminggu, kelompok
kami melakukan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan (Analisis SWOT) hasil nya didapatkan

67
bahwa ruangan Magdalena berada di posisi kuadran 1 yang menggunakan
strategi Aggresive dengan strategi alternatifnya adalah SO (strength dan
opportunity ).
Kemudian kami melakukan analisis fishbone untuk menemukan
masalah dan akar penyebab masalah pada ruangan Magdalena yang
dipecah menjadi beberapa kategori man, materials, methode dan money.
Setelah didapatkan masalah nya, kami menentukan prioritas masalah yang
ada di ruangan Magdalena dan didapatkan prioritas masalahnya adalah:

1. Belum ada SOP metode keperawatan primer


2. Belum ada buku panduan metode keperawatan primer

B. Saran
Dengan adanya Nursing Practice 5 Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan diharapkan kita sebagai calon Sarjana Keperawatan juga
sebagai calon pemimpin dimasa depan dapat merealisasikan sikap
kepemimpinan yang tepat dan menguasai fungsi manajemen perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian untuk peningkatan mutu
pelayanan ruangan yang kita akan pimpin.

68
DAFTAR PUSTAKA

Oktaviani, N. (2019). GAMBARAN APLIKASI METODE KEPERAWATAN


PRIMER DI RUMAH SAKIT OROTOPEDIA SURAKARTA. FIK-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Wulandari, dkk. (2012). HUBUNGAN PELAKSANAAN MPKP METODE


PENUGASAN KEPERAWATAN PRIMER MODIFIKASI DENGAN
TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG CENDRAWASIH RSUD
WANGAYA DENPASAR. FK-UNIVERSITAS UDAYANA

KAMALIA, IA ODE DDK.2020.MANAJEMEN KEPERAWATAN.


BANDUNG : MEDIA SAINS INDONESIA.

Noprianty Richa (2015). perhitungan jumlah tenaga perawat. bandung : stikes


darma husada

Nursalam.2007.Managemen:Aplikasi dalam praktik keperawatan


professional.Edisi 3.Jakarta:Salemba Medika

mugiati, Sri. (2016). manajeme kepeminpinan dalam praktek keperawatan. Jakarta


: PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

69
Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.
Jakarta : Salemba Medika

Terry, George dan Leslie W. Rue.2010. Dasar – dasar Manajemen. Cetakan


kesebelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

Freddy Rangkuti, 2008, The Power Of Brands, Jakarta : Penerbit

Purba. 2008. Diagram Fishbone Dari Ishikawa. Diakses dari

http://hardipurba.com/2008/09/25/diagram-fishbone-dari-ishikawa.html.

Ferrel, O.C and D, Harline, 2005. Marketing Strategy. South Western:

Swansburg Russell, (2001), Pengembangan Staf keperawatan : Alih Bahasa


Waluyo Agung, Asih Yasmin, Jakarta, EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Nursalam (2002). Manajemen Keperawatan. Penerapan dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Salemba Medika. Jakarta

Nursalam (2007). Manajemen Keperawatan. Edisi 2. Penerapan dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

70

Anda mungkin juga menyukai