Anda di halaman 1dari 122

PENGARUH KONDISI KERJA DAN BEBAN KERJA TERHADAP

STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP


RSU KABAN JAHE KAB. KARO
TAHUN 2010

TESIS

OLEH

DIAH PITALOKA
087010013 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH KONDISI KERJA DAN BEBAN KERJA TERHADAP
STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP
RSU KABAN JAHE KAB. KARO
TAHUN 2010

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Kerja
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIAH PITALOKA
087010013 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : PENGARUH BEBAN KERJA DAN KONDISI
KERJA TERHADAP STRES KERJA
PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSU
KABAN JAHE TAHUN 2010
Nama Mahasiswa : Diah Pitaloka
Nomor Induk Mahasiswa : 087010013
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui
Komisi Pembimbing :

(Prof. dr. Syamsir.BS, Sp.KJ (K) (Ferry Novliadi, S.PSi.M.PSi)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 19 Juli 2010

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji
PadaTanggal : 19 Juli 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.dr.Syamsir.BS,Sp.KJ(K)
Anggota : Ferry Novliadi, S.PSi.M.PSi
dr.Mhd.Makmur Sinaga, M.S
Siti Zahara Nasution, S.Kp,M.N.S

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENGARUH KONDISI KERJA DAN BEBAN KERJA TERHADAP


STRES KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP
RSU KABAN JAHE KAB. KARO
TAHUN 2010

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2010

Diah Pitaloka

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Stres pada perawat dapat disebabkan berbagai faktor yang bervariasi yang
mencakup lingkungan kerja maupun pekerjaan berlebihan baik secara fisik maupun
secara mental. Perawat ruang rawat inap RSU Kabanjahe banyak mengalami keluhan
nyeri otot dan sendi, mudah marah, sulit konsentrasi, apatis, perasaan lelah dan nafsu
makan menurun. Hal tersebut dapat menyebabkan stresor kuat pada perawat di
lingkungan pekerjaannya.
Penelitian ini menggunakan metode crossectional, yang bertujuan untuk
menganalisis pengaruh kondisi kerja (lingkungan kerja, lama waktu kerja) dan beban
kerja ( overload, pekerjaan yang sederhana, pekerjaan yang beresiko tinggi, terhadap
stres kerja pada perawat ruang rawat inap RSU Kabanjahe. Populasi adalah seluruh
perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSU Kabanjahe yang berjumlah 58 orang
(perawat bedah 17 orang, perawat obgyn 6 orang, perawat anak 14 orang, dan
perawat interna sebanyak 21 orang), keseluruhannya diambil menjadi sampel.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan berpedoman kepada
kuesioner dan observasi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji regresi
linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara
kondisi kerja dan beban kerja terhadap stres kerja perawat di ruang rawat inap RSU
Kabanjahe. Hasil regresi linear berganda didapat bahwa kondisi kerja ternyata lebih
berpengaruh untuk terjadinya stres kerja.
Saran kepada manajemen RSU Kabanjahe agar : 1) menempatkan rotasi kerja
secara periodik bagi perawat ruang rawat inap, 2) menciptakan kondisi kerja yang
menyenangkan, 3) mengadakan pelatihan secara berkala pada perawat dan, 4) kepada
perawat ruangan agar menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan dan
menigkatkan pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan pasien.

Kata Kunci : Stres Kerja, Kondisi Kerja, Beban Kerja.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Stress experienced by the nurses can be caused by various’ factors concerning


their work environment or their abundant physical or mental workload. The nurses
working in the in-patient wards of Kabanjahe General Hospital serve the patients
who are having pain in their muscle and joint ,easily getting angrv, difficultl to
concentrate, apathetic, feeling tired, and decreasing appetite. This condition will
result in a strong stress for the nurses in their work environment.
The purpose of this cross-sectional study was to analyze the influence of work
condition (work environment, length of service) and workload ( overload, simple
work, high risk work) on the nurses working in the patient wards of Kabanjahe
General Hospital.The populations of this study were all of the 58 nurses working in
the patient wards of Kabanjahe Hospital (17 nurses working in the wards of surgery
department, 6 nurses working in the wards of obstetrics and gynecology department,
14 nurses working in the wards of pediatric department, and 21 nurses working in the
wards of internal medicine department), and all of them were selected to be the
samples for this study through total sampling technique. The data obtained were
analyzed through multiple linear regression test.
The result of this study showed that there was a significant influence between
work condition, and workload on the nurses working in the in patient wards of
Kabanjahe General Hospital. The result of multiple linear regression test showed
that the work condition of the nurses was’more influencing in the incident of work
stress.
The management of Kabanjahe General Hospital is suggested to (1) apply a
periodical rotation for the nurses working in the in-patient wards, (2,) to create a
pleasant work condition, (3) to provide a periodical training for the nurses, (4) to ask
the nurses working in the in-patient wards to create a pleasant work condition, and
(5) to improve their knowledge related to the treatment of patient.

Keywords : Work Stress, Work Condition, Workload.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis

dapat menyusun Tesis ini dengan judul ”Pengaruh Beban Kerja dan Kondisi Kerja

terhadap Stres Kerja pada Perawat Ruangan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Kabupaten Karo Tahun 2009”. Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan studi jenjang Pendidikan Strata-2 pada Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Minat Studi Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun Tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof.

Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K).

Selanjutnya kepada Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku Ketua Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, dan kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Minat

Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Sumatera Utara, dan

Kepada Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku Sekretaris Minat Studi

Kesehatan Kerja Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. dr. Syamsir BS,KJ(K), selaku Ketua

Komisi Pembimbing dan Ferry Novliadi, S.PSi, M.PSi, sebagai anggota Pembimbing

yang telah memberikan saran-saran dan masukan serta dorongan dalam

menyelesaikan Tesis ini.

Kemudian terimakasih penulis kepada dr. Mhd.Makmur Sinaga, M.S, dan Siti

Zahara Nasution, S.Kp,M.N.S, selaku komisi penguji Tesis. Kepada para dosen di

lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Terimakasih penulis kepada Direktur Rumah Sakit Umum Kabanjahe,

dr.Thomas Silangit, Sp.PK, beserta seluruh staff pegawai Rumah Sakit Umum

Kabanjahe.

Terimakasih kepada kedua orangtua penulis, yang telah membekali penulis

dengan nilai-nilai dan fondasi yang kuat, sehingga penulis sampai pada tahap

penyelesaian tesis ini.

Selanjutnya, terimakasih penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa dan

semua teman-teman Minat Studi Kesehatan Kerja Angkatan Tahun 2008, Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan

tesis ini, dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga

selesai.

Universitas Sumatera Utara


Penulis sangat mengharapkan saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan Tesis ini.

Medan, Juni 2010

Penulis,

Diah Pitaloka

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Diah Pitaloka yang dilahirkan di Batang Srangan Kabupaten

Langkat Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 28 Januari 1971. Penulis merupakan

anak ketiga dari enam bersaudara, dan penulis menikah dengan Jhoni Mill Surbakti

(Alm) dan sudah dikarunia dua orang anak yang bernama Gabriella Aurelia Surbakti

dan Jeremy Cornellius Surbakti.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar Tahun 1984 di SD N VI Pancur Batu,

Tahun 1987 menamatkan Sekolah Menengah Pertama di SMP N 2 Pancur Batu ,

Tahun 1990 menamatman Sekolah Menengah Atas di SMA I Pancur Batu dan Tahun

2000 penulis menamatkan pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas

Methodist Indonesia.

Penulis mengawali karir sebagai Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) tahun

2001-2003, Tahun 2004-2006 diangkat Sebagai Dokter Honorer di Kabupaten Karo,

Tahun 2006-2007 bertugas sebagai Dokter jaga di RS. PTP Tembakau Deli Medan,

Tahun 2006 sampai sekarang bertugas sebagai Dokter jaga di RSU. Mitra Sejati

Medan, Tahun 2006 sampai sekarang sebagai PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten

Karo, Tahun 2007 sampai sekarang sebagai Dosen Honorer di AKBID Mitra Husada

Medan, Tahun 2009 sampai sekarang sebagai Dokter Perusahaan PERUM

PERUMNAS Helvetia Medan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Permasalahan ............................................................................ 9
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
1.4. Hipotesis..................................................................................... 10
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 11


2.1. Stres Kerja ................................................................................ 11
2.2. Jenis-jenis Stres ......................................................................... 12
2.3. Kondisi Kerja ............................................................................ 31
2.4. Beban Kerja ............................................................................... 34
2.5. Keperawatan Sebagai Profesi .................................................... 39
2.6. Landasan Teori .......................................................................... 48
2.7. Kerangka Konsep ...................................................................... 50

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 51


3.1. Jenis Penelitian .......................................................................... 51
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 51
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................. 52
3.4. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 52
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................... 56
3.6. Metode Pengukuran ................................................................. 57
3.7. Tehnik Pengolahan dan Analisa ................................................ 62

BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................... 63


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 63
4.2. Analisis Univariat ..................................................................... 69
4.3. Analisis Bivariat ........................................................................ 75

Universitas Sumatera Utara


4.4. Analisis Multivariat .................................................................. 77
4.5. Perbedaan Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres Kerja Perawat
Di tiap ruangan .......................................................................... 78

BAB V. PEMBAHASAN .............................................................................. 79


5.1. Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja .......................... 79
5.2. Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres Kerja.............................. 80

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 82


6.1. Kesimpulan ............................................................................... 82
6.2. Saran .......................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 84

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Stres pada perawat dapat disebabkan berbagai faktor yang bervariasi yang
mencakup lingkungan kerja maupun pekerjaan berlebihan baik secara fisik maupun
secara mental. Perawat ruang rawat inap RSU Kabanjahe banyak mengalami keluhan
nyeri otot dan sendi, mudah marah, sulit konsentrasi, apatis, perasaan lelah dan nafsu
makan menurun. Hal tersebut dapat menyebabkan stresor kuat pada perawat di
lingkungan pekerjaannya.
Penelitian ini menggunakan metode crossectional, yang bertujuan untuk
menganalisis pengaruh kondisi kerja (lingkungan kerja, lama waktu kerja) dan beban
kerja ( overload, pekerjaan yang sederhana, pekerjaan yang beresiko tinggi, terhadap
stres kerja pada perawat ruang rawat inap RSU Kabanjahe. Populasi adalah seluruh
perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSU Kabanjahe yang berjumlah 58 orang
(perawat bedah 17 orang, perawat obgyn 6 orang, perawat anak 14 orang, dan
perawat interna sebanyak 21 orang), keseluruhannya diambil menjadi sampel.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan berpedoman kepada
kuesioner dan observasi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji regresi
linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara
kondisi kerja dan beban kerja terhadap stres kerja perawat di ruang rawat inap RSU
Kabanjahe. Hasil regresi linear berganda didapat bahwa kondisi kerja ternyata lebih
berpengaruh untuk terjadinya stres kerja.
Saran kepada manajemen RSU Kabanjahe agar : 1) menempatkan rotasi kerja
secara periodik bagi perawat ruang rawat inap, 2) menciptakan kondisi kerja yang
menyenangkan, 3) mengadakan pelatihan secara berkala pada perawat dan, 4) kepada
perawat ruangan agar menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan dan
menigkatkan pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan pasien.

Kata Kunci : Stres Kerja, Kondisi Kerja, Beban Kerja.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Stress experienced by the nurses can be caused by various’ factors concerning


their work environment or their abundant physical or mental workload. The nurses
working in the in-patient wards of Kabanjahe General Hospital serve the patients
who are having pain in their muscle and joint ,easily getting angrv, difficultl to
concentrate, apathetic, feeling tired, and decreasing appetite. This condition will
result in a strong stress for the nurses in their work environment.
The purpose of this cross-sectional study was to analyze the influence of work
condition (work environment, length of service) and workload ( overload, simple
work, high risk work) on the nurses working in the patient wards of Kabanjahe
General Hospital.The populations of this study were all of the 58 nurses working in
the patient wards of Kabanjahe Hospital (17 nurses working in the wards of surgery
department, 6 nurses working in the wards of obstetrics and gynecology department,
14 nurses working in the wards of pediatric department, and 21 nurses working in the
wards of internal medicine department), and all of them were selected to be the
samples for this study through total sampling technique. The data obtained were
analyzed through multiple linear regression test.
The result of this study showed that there was a significant influence between
work condition, and workload on the nurses working in the in patient wards of
Kabanjahe General Hospital. The result of multiple linear regression test showed
that the work condition of the nurses was’more influencing in the incident of work
stress.
The management of Kabanjahe General Hospital is suggested to (1) apply a
periodical rotation for the nurses working in the in-patient wards, (2,) to create a
pleasant work condition, (3) to provide a periodical training for the nurses, (4) to ask
the nurses working in the in-patient wards to create a pleasant work condition, and
(5) to improve their knowledge related to the treatment of patient.

Keywords : Work Stress, Work Condition, Workload.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan, sehingga

pengembangan rumah sakit tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan

kesehatan, saling keterkaitan ini terlihat jelas dari visi pembangunan kesehatan yakni

Indonesia sehat 2010 yang terwujud dalam undang-undang bidang kesehatan no

23/1992.

Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI.No.983/Menkes/SK/XI/1992

menyebutkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan

kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan subspesialistik serta memberikan

pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

Sebagai salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting rumah sakit

merupakan salah satu industri jasa. Bentuk pelayanan ini bersifat sosio ekonomi yaitu

suatu usaha yang walau bersifat sosial namun diusahakan agar bisa mendapat surplus

keuntungan dengan cara pengelolaan yang profesional dengan memperhatikan prinsip

ekonomi (Djododibroto,1997).

Pelayanan kesehatan yang kini berkembang di rumah sakit bukan saja

menyangkut masalah bangunannya (seperti ukuran kompleksitas, jumlah unit, jumlah

Universitas Sumatera Utara


kwalifikasi staf medis dan non medis, sistem keuangan serta sistem informasi) tetapi

menyangkut pula pada kwalitas pekerja kesehatan dalam memberikan pelayanan.

Dalam bidang pelayanan kesehatan, pemerintah telah merencanakann visi”

Indonesia Sehat 2010”. Dimana dalam visi tersebut pemerintah bertekad untuk dapat

meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh (Bambang,2002).

Dalam mencapai visi tersebut, salah satu strategi yang harus di lakukan adalah

meningkatkan profesionalisme termasuk profesionalisme masyarakat pekerja rumah

sakit. Pekerja di rumah sakit termasuk kelompok masyarakat yang turut berperan

dalam mencapai” Indonesia Sehat 2010. Oleh karena itu pekerja rumah sakit

merupakan sumber daya manusia yang harus dibina agar menjadi produktif dan

berkualitas (Depkes RI,2003).

Rumah sakit umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai yang spesialistik dan

mempunyai karateristik pelayanan yang berbeda dengan indusri jasa lainnya.

Menurut Yanuar Hamid (2004) Rumah Sakit mempunyai karakteristik sebagai

berikut:

1. Diberikan selama 24 jam terus menerus selama 365 hari dalam setahun
2. Pelayanan bersifat individual
3. Setiap saat bisa terjadi kedaruratan medik
4. Setiap saat bisa menghadapi kejadian luar biasa
5. Padat teknologi, modal dan tenaga.
Di Rumah Sakit, sumber daya manusia terbanyak yang berinteraksi secara

langsung dengan pasien adalah perawat, sehingga kualitas pelayanan yang di

Universitas Sumatera Utara


laksanakan oleh perawat dapat dinilai sebagai salah satu indikator baik buruk nya

kwalitas pelayanan di Rumah Sakit.

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit beroperasi 24 jam

sehari. Rumah sakit membuat pemisahan terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu

pelayanan pasien yang memerlukan penanganan emergensi, tidak emergensi dan yang

diopname. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh pekerja kesehatan

rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang

berjumlah sekitar 60% dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Perawat

merupakan salah satu pekerja kesehatan yang selalau ada di setiap rumah sakit dan

merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat di rumah sakit

bertugas pada pelayanan rawat inap, rawat jalan atau poliklinik dan pelayanan gawat

darurat.(Hamid,2001).

Peran perawat sangat penting karena sebagai ujung tombak dirawat inap dan

merupakan tenaga yang paling lama kontak dengan pasien yaitu selama 24 jam. Hal

ini akan menyebabkan stresor yang kuat pada perawat di lingkungan pekerjaan nya

(Anna Keliat,1999)

Gibson dalam Heater Marr (1987) mengatakan, salah satu unsur yang sangat

menentukan dan saling mempengaruhi dalam mutu pelayanan keperawatan adalah

unsur proses yang dilakukan perawat, tindakan yang tidak sesuai dengan standart

keperawatan akan sulit untuk mencapai kualitas mutu pelayanan keperawatan.

Perawat adalah profesi pekerjaan yang mengkhususkan diri pada upaya

penanganan perawatan pasien atau asuhan kepada pasien dengan tuntutan kerja yang

Universitas Sumatera Utara


bervariasi, tergantung pada karakteristik-karakteristik tertentu dalam melaksanakan

pekerjaannya. Karakteristik tersebut meliputi karakteristik tugas (yang membutuhkan

kecepatan, kesiagaan serta kerja shift), karakteristik organisasi, serta karakteristik

lingkungan kerja baik lingkungan fisik dan sosial. Selain itu perawat perawat juga di

bebani tugas tambahan lain dan sering melakukan kegiatan yang bukan fungsinya.

Menurut Schroder dalam Heater Marr (1991), perawat yang terlibat dalam

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan harus dapat melaksanankan pengkajian

yang mendalam di area praktek nya dan dapat melaksanakan riset, memperlihatkan

rasa tanggungjawab dalam menentukan aspek keperawatan sesuai dengan

keahliannya, dapat berkomunikasi dengan rekan sejawat serta dapat menerapkan

disiplin ilmu.

Hal ini sejalan dengan penelitian Departemen Kesehatan dan Universitas

Indonesia (2005) bahwa terdapat 78,8% perawat melaksanakan tugas kebersihan,

63,6% melakukan tugas administratif dan lebih dari 90% melakukan tugas non

keperawatan (misalnya menetapkan diagnosa penyakit, membuat resep dan

melakukan tindakan pengobatan) dan hanya 50% yang melakukan asuhan

keperawatan sesuai dengan fungsinya.

Seorang perawat diharapkan bersikap penuh perhatian dan kasih sayang

terhadap pasien maupun keluarga pasien dalam melaksanakan tugasnya, namun pada

kenyataannya di masa sekarang ini masih banyak dijumpai keluhan masyarakat

tentang buruknya kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat, yang

ditulis di berbagai media masa.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Kariyoso (1994) di masa sekarang ini masih saja ada stigma yang

berkembang di masyarakat yang menyatakan bahwa perawat merupakan sosok yang

tidak ramah dan tidak bersikap hangat terhadap pasiennya.

Tugas dan tanggung jawab perawat bukan hal yang ringan untuk dipikul. Hal

inilah yang bisa menimbulkan stres kerja pada perawat. Stres yang dihadapi oleh

perawat di dalam bekerja akan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan

yang diberikan kepada pasien. Stres kerja akan berpengaruh pada kondisi fisik,

psikologis dan sikap perawat (Robbins, 1998).

Sebuah survei di Prancis menyebutkan persentase kejadian stres sekitar 74%

di alami perawat, mereka mengeluh dan kesal terhadap lingkungan yang menuntut

kekuatan fisik dan keterampilan, hal ini merupakan penyebab stres Perawat

(Frasser,1997).

Tingkah laku negatif pekerja yang mengalami stres berkorelasi dengan hasil

kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, tendensi mengalami kecelakaan kerja,

sehingga dampak negatif yang ditimbulkan merupakan hambatan baik dalam

management maupun oprasional kerja serta dapat menurunkan produktivitas kerja

terutama mutu pelayanan (Scholler,1980).

Keith Davis (1985) mengatakan bahwa stres sebagai suatu kondisi ketegangan

yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang

dialami seseorang tentunya akan mengganggu kesehatannya.

Hasil penelitian Plaut dan Friedman (1981),Baker,(1985) menyatakan bahwa

stres yang dialami seseorang akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan

Universitas Sumatera Utara


penyakit dengan cara menurunkan jumlah fightining deisease cells, sehingga

seseorang lebih mudah terinfeksi penyakit, terkena alergi dan untuk

menyembuhkannya memerlukan waktu yang lama karena produksi sel-sel kekebalan

menurun.

Penurunan status kesehatan ini tentunya akan menurunkan kinerja yang

akhirnya juga menurunkan produktivitas kerja. Kondisi tersebut akan mempengaruhi

perusahaan tempat bekerja, dimana perusahaan akan mengalami kerugian finansial

karena tidak seimbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk

membayar gaji, tunjangan dan fasilitas lainnya. Banyak pekerja yang tidak masuk

kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya karena

kelambanan atau kesalahan yang berulang (Rini,2002)

Kondisi kerja mencakup lingkungan secara fisik dan sosial misalnya hubungan

dengan teman sekerja, hubungan atasan dengan bawahan dan rasa aman bagi pekerja

itu sendiri saat melakukan pekerjaan (Anoraga,2006).

Kondisi lingkungan fisik dapat berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu

sesak, kurang cahaya dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan

ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan

yang terlalu dingin. Panas bukan hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga

sirkulasi atau arus udara. Disamping itu, kebisingan juga mengambil andil tidak kecil

munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan

dibanding yang lain (Margiati,1999).

Universitas Sumatera Utara


Beban kerja sebagai sumber stres disebabkan karena kelebihan beban kerja

baik beban kerja kualitatif maupun beban kerja kuantitatif (French dan Caplan,1973).

Beban kerja perawat di rumah sakit meliputi beban kerja fisik dan mental.

Beban kerja bersifat fisik meliputi mengangkat pasien, memandikan pasien,

membantu pasien kekamar mandi, mendorong peralatan kesehatan, merapikan tempat

tidur, mendorong brankast pasien. Sedangkan beban kerja yang bersifat mental dapat

berupa bekerja dengan shift atau bergiliran, kompleksitas pekerjaan (mempersiapkan

mental dan rohani pasien dan keluarga terutama yang akan memerlukan operasi atau

dalam keadaan kritis), bekerja dengan keterampilan khusus dalam merawat pasien,

tanggung jawab terhadap kesembuhan serta harus menjalin komunikasi dengan

pasien.

Beban kerja yang terbagi atau mendadak tidaknya suatu tugas, kesulitan

tugas,ketercukupan waktu penyelesaian, teman kerja yang bisa membantu dan

kelelahan menyelesaikan tugas.

Secara umum orang berpendapat bahwa jika seseorang dihadapkan pada

tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu tersebut, maka di katakan

individu itu mengalami stres kerja. Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang

mengalami gangguan emosi karena adanya kondisi yang mempengaruhi dirinya yang

dapat diperoleh dari dalam maupun dari luar diri seseorang (Ulhaq,2008).

Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat

merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan

Universitas Sumatera Utara


beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber stres)

tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis.

Seperti yang telah diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai

stressor kerja. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan

karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja. Stressor yang

sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan

tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam. Penilaian

kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan apakah stressor itu

dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh

terhadap respon yang akan muncul (Selye, 1956). Penilaian kognitif bersifat

individual differences, maksudnya adalah berbeda pada masing-masing individu.

Perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor. Penilaian kognitif itu, bisa mengubah

cara pandang akan stres. Dimana stres diubah bentuk menjadi suatu cara pandang

yang positif terhadap diri dalam menghadapi situasi yang stressful. Sehingga respon

terhadap stressor bisa menghasilkan outcome yang lebih baik bagi individu.

Rumah sakit Umum Kabanjahe adalah Rumah Sakit yang memberikan

pelayanan kesehatan terhadap masyarakat di daerah sekitar lokasi Rumah Sakit

tersebut. Unit perawatan rawat inap yang ada di Rumah Sakit Umum Kabanjahe,

terdiri dari Ruang Perawatan Bedah, Ruang Perwatan Anak, Ruang Perawatan

Kebidanan dan Perawatan Dewasa. Berdasarkan data Rumah Sakit Umum

Kabanjahe Kabupaten Karo (2008) terdapat 58 perawat di ruang Rawat Inap yang

tersebar di ruang rawat bedah 9 orang, di ruang perawatan kebidanan 10 orang, di

Universitas Sumatera Utara


ruang perawatan anak 10 orang, dan di ruang perawatan dewasa 29 orang. Perawat

jaga dibagi dalam 3 shift kerja yaitu pagi dari jam 08.00 Wib-14.00 Wib, siang dari

14.00 Wib -21.00 Wib, malam dari jam 21.00 Wib -08.00 Wib.

Hasil wawancara pada uji pendahuluan yang dilakukan pada perawat ruang rawat

inap di rumah sakit tersebut yang mengalami stres kerja. Hal ini terlihat dengan

banyaknya keluhan nyeri otot dan sendi, mudah marah, sulit konsentrasi, apatis,

perasaan lelah, dan nafsu makan menurun. Menurut Anoraga (2001), hal ini

merupakan gejala-gejala stres kerja. Untuk mencegah keluhan yang ada maka perlu

adanya sutua penelitian yang berkaitan dengan hubungan beban kerja dan kondisi

kerja dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap rumah sakit umum Kabanjahe

Kabupaten Karo.

1.2 Permasalahan

Bagaimana pengaruh beban kerja dan kondisi kerja terhadap stres kerja perawat

di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2009.

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh beban kerja dan kondisi kerja terhadap stress kerja pada

perawat di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun

2009.

Universitas Sumatera Utara


1.4. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh kondisi kerja dan beban kerja terhadap stres kerja perawat di

ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun

2009.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan pada Rumah Sakit Umum Kabanjahe tentang pengaruh

beban kerja dan kondisi kerja terhadap stres kerja pada perawat di ruang rawat

Inap.

2. Menambah wawasan bagi peneliti lain guna pengembangan ilmu pengetahuan

tentang stres dalam lingkungan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres Kerja

Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh

tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak

dan tidak terkontrol. Stres juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal

atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada

batas atau melebihi batas kemampuan subyek (Cooper,1994).

Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya

bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu

dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber

stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis.

Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa

yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian

terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari

situasi yang dihadapi (Diana, 1991).

Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana

pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa. Stressor yang sama dapat

dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak

Universitas Sumatera Utara


berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam. Penilaian

kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan apakah stressor itu

dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh

terhadap respons yang akan muncul (Selye,1956).

Penilaian kognitif bersifat individual differences, maksudnya adalah berbeda

pada masing-masing individu. Perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor.

Penilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stres. Dimana stres diubah

bentuk menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam menghadapi

situasi yang stressful. Sehingga respons terhadap stressor bisa menghasilkan outcome

yang lebih baik bagi individu.

2.2. Jenis-Jenis Stres

Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:

 Eustress, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif,

dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan

individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,

fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.

 Distress, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat,

negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi

individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat

Universitas Sumatera Utara


ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan

sakit, penurunan, dan kematian.

Stres kerja (Hans Selye, 1950) adalah respons tubuh yang sifatnya non

spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasannya, misalnya bagaimana respons tubuh

seseorang manakala seseorang mengalami beban kerja yang berlebihan. Bila ia

sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan fungsi organ tubuh, maka di

katakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ia

mengalami gangguan pada satu organ atau lebih sehingga yang bersangkutan tidak

lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distres

(Dadang Hawari 2004)

Stres sebagai definisi kerja mengemukakan stres sebagai tanggapan dalam

menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses

psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap tindakan ekstern (lingkungan), situasi

atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan atau fisik

terhadap seseorang.

Pendapat tersebut berbeda dengan pendapat Beerhr dan Newman (Luthans,

1996) yang mendefenisikan stres kerja yaitu sebagai suatu kondisi yang timbul karena

adanya interaksi individu dan pekerjaan yang di tandai adanya perubahan dalam diri

individu yang mendorong individu melakukan penyimpangan (tidak berfungsi secara

normal)

Robins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana

individu di hadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang di

Universitas Sumatera Utara


peroleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins dalam Dwiyanti,

2001)

Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada

lingkungan. Defenisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang

menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap sresor. Pendekatan ini

memandang stres sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan

dengan respons individu. Pendekatan stimulus - respons mendefenisikan stres sebagai

konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respons individu. Stres

di pandang tidak sekadar sebuah stimulus atau respoans, melainkan stres merupakan

hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecendrungan individu

untuk memberikan tanggapan.

Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya

bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu

dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber

stres) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis.

Terganggu atau tidaknya individu, tergantung pada persepsinya terhadap peristiwa

yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian

terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari

situasi yang dihadapi (Diana, 1991).

Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana

pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa dan kecendrungan individu

untuk memberikan tanggapan.

Universitas Sumatera Utara


Landy dalam Margiati (1999), memahami stres sebagai ketidak seimbangan

keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekwensi

penting bagi dirinya.

Pada kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan

kesamaan persepsi tentang batasan stres. Aamodt dalam Margiati (1999) memandang

stres sebagai respons adaptif yang merupakan karakteristik individual dan

konsekuensi dan tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara

fisik maupun psikologis.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah

dikarenakan adanya ketidak seimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan

dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi

pekerjaannya. Adanya beberapa atribut tertentu dapat mempengaruhi daya tahan stres

seorang karyawan.

Masalah stres kerja didalam organisasi perusahaan menjadi gejala yang

penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien didalam pekerjaan.

Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan

kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan

kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan

mengalami gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja

mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil,

sikap yang tidak mau bekerjasama, perasaan tidak mau terlibat, dan kesulitan dalam

masalah tidur.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Faktor-faktor yang menimbulkan stres dapat dikelompokkan ke dalam
lima Kategori

Kategori besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran

dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, serta

struktur dan iklim organisasi Hurrel (Munandar, 2001)

1. Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan

Termasuk dalam kategori ini tuntutan fisik dan tuntutan tugas.

Tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan. Sedangkan faktor-faktor tugas

mencakup : kerja malam, beban kerja, dan penghayatan dari risiko dan

bahaya.

a. Tuntutan fisik:

Kondisi kerja mempunyai pengaruh terhadap faal dan psikologis diri

seorang tenaga kerja. Kondisi fisik dapat merupakan pembangkit stres (stresor).

Suara bising selain dapat menimbulkan gangguan sementara atau tetap pada alat

pendengaran kita, juga dapat menimbulkan sumber stres yang menyebabkan

peningkatan dan kesiagaan dan ketidakseimbangan psikologis kita. Kondisi

demikian memudahkan timbulnya kecelakaan, misalnya tidak mendengar suara-

suara peringatan sehingga timbul kecelakaan, bising yang berlebih (sekitar 80

desibel) yang berulang kali didengar, untuk jangka waktu yang lama, dapat

menimbulkan stres. Dampak psikologis dari bising yang berlebih ialah

Universitas Sumatera Utara


mengurangi toleransi dari tenaga kerja terhadap pembangkit stres yang lain, dan

menurunkan motivasi kerja (Anonymous,2008)

b.Tuntutan tugas:

Penelitian menunjukkan bahwa shift kerja malam merupakan sumber

utama dan stres bagi para pekerja pabrik. Para pekerja shift malam lebih sering

mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut dari pada para pekerja pagi /

siang dan dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin

menyebabkan gangguan-gangguan perut. Beban kerja berlebih dan beban kerja

terlalu sedikit bekerja berlebih / terlalu sedikit “kuantitatif”, yang timmbul

sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak / sedikit diberikan kepada

tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban kerja berlebih /

terlalu sedikit “kualitatif”, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk

melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan dan / atau

potensi dari tenaga kerja. Disamping itu beban kerja berlebih kuantitatif dapat

menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak,

yang merupakan sumber tambahan dari stres. Beban berlebih secara fisikal

ataupun mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan

kemungkinan sumber stres pekerjaan.

Unsur yang menimbulkan beban berlebih kuantitaif ialah desakan waktu,

yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat

dan cermat. Pada saat tertentu, dalam hal tertentu waktu akhir (dead line) justru

Universitas Sumatera Utara


dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang tinggi.

Namun, bila desakan waktu menyebabkan timbulnya banyak kesalahan atau

menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang, maka ini merupakan

cerminan adanya beban berlebih kuantitatif. Beban kerja terlalu sedikit

kuantitatif juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Pada

pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul

rasa bosan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil

dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat menghasilkan

berkurangnya perhatian.

Hal ini, secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk

bertindak tepat dalam keadaan darurat. Beban berlebihan kualitatif merupakan

pekerjaan yang dilakukan oleh manusia makin beralih titik beratnya pada

pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi majemuk. Kemajemukan pekerjaan

yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapat dengan mudah berkembang

menjadi beban berlebihan kualitatif jika kemajemukannya memerlukan

kemampuan teknikal dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki.

Pada titik tertentu kemajemukan pekerjaan tidak lagi produktif, tetapi menjadi

destruktif. Pada titik tersebut kita telah melewati kemampuan kita untuk

memecahkan masalah dan menalar dengan cara yang konstruktif. Timbullah

kelelahan mental dan reaksi-reaksi emosional dan fisik. Penelitian menunjukkan

bahwa kelelahan mental, sakit kepala, dan gangguan-gangguan pada perut

merupakan hasil dari kondisi kronis dari beban berlebih kualitatif. Beban terlalu

Universitas Sumatera Utara


sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja tidak diberi peluang

untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya, atau untuk

mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh. Beban terlalu sedikit

disebabkan kurang adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi

yang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa ia ”tidak maju-maju”,

dan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat dan keterampilannya

(Anonymous, 2008)

2. Peran Individu dalam Organisasi

Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi,

artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan

sesuai dengan aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh

atasannya. Tenaga kerja tidak selelu berhasil untuk memainkan perannya tanpa

menimbulkan masalah. Kurang baik berfungsinya peran, yang merupakan

pembangkit stres, yaitu meliputi konflik peran dan ketatalaksanaan peran.

a. Konflik Peran

Konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami adanya:

- Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan antara

tanggung jawab yang ia miliki.

- Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan

merupakan bagian dari pekerjaannya.

Universitas Sumatera Utara


- Tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya,

atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya.

- Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu

melakukan tugas pekerjaannya

b. Ketatalaksanaan peran: Jika seorang pekerja tidak memiliki cukup informasi

untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasi

harapan-harapan yang berkaitan dengan peran tertentu. Faktor-faktor yang

dapat menimbulkan ketatalaksanaan meliputi: ketidakjelasan dari tujuan-

tujuan kerja.

- Kesamaan tentang tanggung jawab

- Ketidakjelasan tentang prosedur kerja

- Kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh orang lain

- Kurang adanya ketidakpastian tentang produktifitas kerja

Stres yang timbul karena ketidakjelasan sasaran akhirnya mengarah

ketidakpuasan pekerjaan, kurang memiliki kepercayaan diri, rasa tak

berguna, rasa harga diri menurun, tidak ada motivasi kerja, peningkatan

tekanan darah dan denyut nadi bertambah cepat, dan kecenderungan untuk

meninggalkan pekerjaan, bila pekerja mengalami depresi (Anonymous,

2007).

Universitas Sumatera Utara


3. Pengembangan Karir

Unsur-unsur penting pengembangan karir meliputi:

- Peluang untuk menggunakan keterampilan jabatan sepenuhnya

- Peluang mengembangkan keterampilan yang baru

- Penyuluhan karir untuk memudahkan keputusan-keputusan yang

menyangkut karir

- Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang

mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi

yang kurang.

4. Hubungan dalam Pekerjaan

Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya

kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah

dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan

ketatalaksanaan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar pribadi

yang tidak sesuai antara pekerjaan dan ketegangan psikologikal dalam bentuk

kepuasan pekerjaan yang rendah, penurun dari kondisi kesehatan, dan rasa

diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya (Munandar, 2001).

5. Struktur dan Iklim Organisasi

Faktor stres yang dikenali dalam kategori ini adalah terpusat pada sejauh

mana tenaga kerja dapat terlibat atau berperan serta pada support sosial.

Universitas Sumatera Utara


Kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan

berhubungan dengan suasana hati dan perilaku negatif. (Anynomous, 2008).

2.2.2. Proses Stres

Dalam peristiwa terjadinya stres, ada tiga hal yang saling terkait satu

dengan yang lainnya (Nasional, 2000) yakni:

2. Hal, peristiwa, keadaan, orang yang menjadi sumber stres (stressor) jika

dipandang secara umum, hal-hal yang menjadi sumber stres dipahami sebagai

rangsangan (stimulus).

3. Orang yang mengalami stres (the stressed), kita dapat memusatkan perhatian

pada tanggapan (respons) orang tersebut terhadap hal-hal yang dinilai

mendatangkan stres. Tanggapan orang tersebut terhadap sumber stress dapat

dipengaruhi pada psikologis dan fisiologis. Tanggapan ini disebut strain, yaitu

tekanan atau tanggapan yang dapat membuat pola pikir, emosi dan

perilakunya kacau, dapat membuat gugup dan gelisah. Secara fisiologis

kegugupan dan kegelisahan itu dapat menyebabkan denyut jantung yang

cepat, perut mual, mulut kering, banyak keringat dan lain-lain.

4. Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi

penyebab (transaction). Hubungan itu merupakan proses, yaitu ada penyebab

stres dan pengalaman individu yang terkena stres saling terkait.

Universitas Sumatera Utara


Perbedaan cara, kemampuan dan keberhasilan seseorang dalam

menanggapi hal-hal yang mendatangkan stres tersebut, maka orang dapat

mengalami stres yang berbeda-beda (ada yang tidak terkena, ada yang terkena

sedikit dan waktunya singkat, dan ada yang berat serta berkelanjutan).

Dadang Hawari (2001) menyatakan bahwa tahapan stres sebagai berikut:

a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu

bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa

memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.

b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak

segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah

makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel

discomfort), jantung berdebar dan otot kaku. Hal tersebut karena cadangan

tenaga tidak memadai.

c. Stres tahap ketiga, yaitu stres dengan keluhan seperti defekasi tidak teratur

(kadang-kadang diare), otot kaku, emosional, insomnia, mudah dan sulit tidur

kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur, gangguan

pernafasan, sering berkeringat, gangguan kulit, kepala pusing, migran, kanker,

ketegangan otot.

d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu

bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan

Universitas Sumatera Utara


menjenuhkan, respons tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola

tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta

timbul ketakutan dan kecemasan.

e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik

dan mental (physical and psyhological exhaustion), ketidakmampuan

menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan

berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.

f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda

seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan banyak

keluar keringat, loyo, pingsan atau collaps.

Timbulnya stres kerja pada seorang tenaga kerja melalui tiga tahap

(Nasution, 2000) yaitu:

a. Reaksi awal yang merupakan fase inisial dengan timbulnya beberapa gejala /

tanda, namun masih dapat diatasi oleh mekanisme pertahanan diri.

b. Reaksi pertahanan yang merupakan adaptasi maksimun dan pada masa

tertentu dapat kembali kepada keseimbangan. Bila stres ini terus berlanjut dan

mekanisme pertahanan diri tidak sanggup berfungsi lagi maka berlanjut ke

fase ketiga.

c. Kelelahan yang timbul akibat mekanisme adaptasi telah collps (layu).

Universitas Sumatera Utara


2.2.3. Gejala Stres

Herry Beehr dan Newman, (1987) membagi gejala dan tanda stres menjadi

tiga gejala yakni: gejala fisik, gejala psikologis dan gejala perilaku.

a. Gejala Fisik

Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, gangguan lambung,

mudah lelah disebabkan meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin.

b. Gejala Psikologis

Kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif, memendam

perasaan, komunikasi tidak efektif, menurunnya fungsi intelektual,

mengurung diri, ketidakpuasan kerja, kebosanan, lelah mental, mengasingkan

diri, kehilangan konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreatifitas,

kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya diri

merupakan gejala dari depresi.

c. Gejala Perilaku

Menunda atau menghindari pekerjaan, penurunan prestasi dan

produktivitas, minum-minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase, sering

mangkir kerja, makan yang tidak normal, kehilangan nafsu makan, penurunan

berat badan, ngebut dijalan, meningkatnya agresifvitas dan krimininalitas,

Universitas Sumatera Utara


penurunan hubungan interpersonal dengan keluarga serta teman serta

kecendrungan bunuh diri.

Selama stres berlangsung, akan menimbulkan reaksi kimiawi dalam

tubuh manusia (neurotransmitter) yang mengakibatkan perubahan-perubahan,

antara lain meningkatnya tekanan darah, metabolisme meningkat. Reaksi

kimia tersebut pada dasarnya merupakan senjata yang diperlukan manusia

untuk menghadapi dan menyesuaikan terhadap gangguan-gangguan diatas.

Masalahnya terletak pada karakteristik sosio kultural masyarakat sekarang

yang semakin tidak toleran dengan penggunaan ”senjata” tersebut diatas,

sehingga reaksi kimia yang tidak tersalurkan justru meninbulkan reaksi balik

yang menjadi bumerang bagi yang bersangkutan (Anoraga, 2006).

Dalam hubungan dengan gangguan pada badan, dikatakan bahwa stres

emosional mempengaruhi otak, yang kemudian melalui sistem nurohormonal

menyebabkan gejala-gejala badaniah yang dipengaruhi oleh hormon

(Adrenalin) dan sistem saraf otonom. Adrenalin yang meningkat

menimbulkan kadar asam lemak bebas meningkat dan ini merupakan

persediaan sumber energi ekstra. Bilamana peningkatan ini tidak disertai

kegiatan fisik, energi ekstra ini tidak dibakar habis dan akan diubah hati

menjadi lemak dan kolesterol dan trigliserid yang kemudian menimbun pada

dinding pembuluh darah, termasuk pembuluh jantung koroner, terjadinya

Universitas Sumatera Utara


penyakit jantung kororner. Selanjutnya terjadi kenaikan tekanan darah, denyut

jantung yang bertambah, dan keduanya mengakibatkan gangguan pada kerja

jantung bahkan mudah menimbulkan kematian mendadak atau serangan

jantung (MCI) (Anonymous, 2008).

Pada sistem saraf otonom, menimbulkan gejala seperti keluarnya

keringat dingin (keringat pada telapak tangan), rasa panas dingin badan, asam

lambung yang meningkat (sakit maag), kejang lambung dan usus, mudah

kaget, gangguan seksual dan lain-lain. Gejala stres yang berat menyebabkan

hilangnya kontak sama sekali dengan lingkungan sosial. Dalam

perkembangan selanjutnya ternyata dampak stres tidak hanya mengenai

gangguan fungsional hingga kelainan organ tubuh, tetapi juga berdampak

pada bidang kejiwaan (psikologik/psikiatrik) misalnya kecemasan dan atau

depresi.

Lingkungan kerja, sebagaimana lingkungan lainnya, juga menuntut

adanya penyesuaian diri dari individu yang menempatinya. Dalam lingkungan

kerja ini individu memiliki kemungkinan untuk mengalami keadaan stres.

Secara umum terdapat tiga buah pendekatan untuk membahas masalah stres

dalam ruang lingkup organisasi. Pendekatannya pertama berorientasi pada

karakteristik objektif dari berbagai situasi kerja yang dapat menimbulkan

stres. Pendekatan kedua mengacu pada karakteristik individu sebagai

Universitas Sumatera Utara


penyebab utama stres. Pendekatan ketiga meninjaunya melalui acuan interaksi

antara situasi objektif dan karakteristik individu (Anonymous, 2008).

2.2.4. Dampak Stres Kerja

a. Pada Perusahaan

Rini (2002) mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang

berpengaruh terhadap organisasi. Stres yang dihadapi oleh karyawan

berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran

kerja serta tendensi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak

negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja adalah:

a. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun

operasional kerja

b. Menganggu kenormalan aktivitas kerja

c. Menurunkan tingkat produktivitas

d. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan

b. Pada Karyawan

Pengaruh stres kerja yang menguntungkan maupun merugikan bagi

perusahaan. Pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan perusahaan

diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan

dengan sebaik-baiknya. Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi

bersifat psikis maupun fisik. Pekerja atau karyawan yang stres akan

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan perubahan perlaku. Perubahan perilaku terjadi pada diri

manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa

perilaku melawan stres (flight) atau freeze (berdiam diri). Dalam kehidupan

sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung

situasi dan bentuk stres.

Perubahan-perubahan ini di tempat kerja merupakan gejala-gejala

individu yang mengalami stres antara lain (Margiati, 1999).

a. Bekerja melewati batas kemampuan

b. Keterlambatan masuk kerja yang sering

c. Ketidakhadiran pekerjaan

d. Kesulitan membuat keputusan

e. Kesalahan yang sembrono

f. Kelalaian menyelesaikan pekerjaan

g. Lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri

h. Kesulitan berhubungan dengan orang lain

i. Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah

tinggi, radang kulit, radang pernafasan.

Dewasa ini konsep tentang stres kerja telah menjadi perhatian nasional

bahkan dunia, karena peningkatan jumlah klaim ketidakmampuan

berdasarkan faktor-faktor terkait stres. Kemajuan teknologi tampaknya

Universitas Sumatera Utara


memperlambat kemampuan kita untuk mempertahankan produktivitas, dan

merasa hanya memiliki sedikit kendali bahkan tidak memiliki kendali sama

sekali. Menjadi lebih rentan terhadap bahaya stres kerja, karena

menghabiskan sebagian besar waktu di tempat kerja dan stres kerja dengan

cepat menjadi isu pelayanan kesehatan nasional, strategis menajement stres

sangat penting untuk membantu menjaga kesehatan optimum pekerjaan

disetiap sudut lapangan pekerjaan.

Stres mempengaruhi orang dengan cara yang berbeda dan jika

dibiarkan tidak ditangani akan menimbulkan kerusakan di tempat kerja.

Kerusakan itu terpendam jauh di dalam, seringkai tersembunyi, tetapi tetap

ada dan membebani. Pengusaha seringkali menimbun resiko dengan

mengabaikannya. Stres, baik itu berasal dari peristiwa kehidupan pribadi kita,

ditempat kerja, pada akhirnya akan mempengaruhi kita ditempat kerja.

Semakin lama hal itu diabaikan, semakin besar dampaknya. Stres kerja

timbul akibat kepuasan kerja tidak terwujud dari pekerjaannya. Perlu sedini

mungkin diatasi oleh pimpinan agar hal yang merugikan perusahaan dapat

diatasi.

Orang-orang yang mengalai stres menjadi nervous dan merasakan

kekhawatiran kronis. Sering menjadi marah-marah, agresif, tidak dapat rileks

atau memperlihatkan sikap yang tidap kooperatif. Stres kerja dapat terjadi

Universitas Sumatera Utara


hampir pada semua pekerjaan, baik tingkat pimpinan maupun pelaksana.

Kondisi kerja yang lingkungannya tidak baik sangat pontensial untuk

menimbulkan stres kerja (Anonymous, 2008).

2.3. Kondisi Kerja

Menurut Munandar AS (2001), kondisi kerja meliputi variabel lingkungan fisik

kerja dan kodisi lama waktu kerja. Dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel tadi

dapat mempengaruhi sikap dan prilaku pekerja .Faktor-faktor yang perlu di

pertimbangkan dalam kondisi kerja yang sesuai dengan situasi organisasi tertentu

termasuk bagaimana biasanya pekerjaan dilakukan, karakteristik tenaga kerja yang

terlibat dan aturan standart ekternal yang sesua. Dalam psikologi industri (1998),

kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami

stres psikologis dan menurunkan produktivitas kerja.

a. Lingkungan Fisik Kerja

Lingkungan kerja bagi karyawan akan mempunyai pengaruh yang tidak kecil

terhadap jalannya operasi perusahaan. Lingkungan kerja ini yang akan

mempengaruhi para karyawan perusahaan sehingga dengan demikian baik

langsung maupun tidak langsung akan dapat mempengaruhi produktivitas

perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


Kondisi lingkungan kerja dapat menimbulkan ketidaknyamanan seseorang

dalam menjalankan pekerjaannya misalnya udara dan kebisingan, karena

beberapa orang sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan (Margiati,1999).

Lingkungan kerja yang kurang nyaman, misalnya panas, berisik, sirkulasi udara

kurang, lingkungan kerja yang kurang bersih, membuat pekerja mudah menderita

stres.

Rancangan kantor memberikan pengaruh pada produktivitas juga, Schultz

(1982) mengajukan hasil suatu penelitian di Amerika Serikat tentang pengaruh

kantor yang dirancang seperti pemandangan alam,kantornya terdiri dari ruangan

yang luas, tidak ada dinding-dinding yang membagi ruangan kedalam kamar-

kamar terpisah. Semua karyawan dari pegawai rendah sampai menengah

dikelompokkan kedalam satuan-satuan kerja fungsional, masing-masing

dipisahkan dari satuan-satuan lainnya dengan pohon-pohon (pendek) dan

tanaman, kaca jendela yang rendah, lemari-lemari pendek dan rak buku, kantor”

pemandangan alam ini” dikatakan dapat melancarkan komunikasi dan alur kerja.

Disamping itu keterbukaan menunjang timbulnya keikatan dan kerjasama

kelompok serta mengurangi rintangan-rintangan psikologis antara management

dan karyawan.

Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajement kantor

maupun hubungan sosial dilingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa

Universitas Sumatera Utara


berupa tipe kepribadian, peristiwa atau pengalaman pribadi maupun sosial

ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri. Faktor kedua

tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan,namun karena

dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi

ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres (Dwiyanti,2001)

Kondisi kerja yang lingkungannya tidak baik sangat potensial untuk

menimbulkan stres kerja. Stres di lingkungan kerja tidak dapat dihindari, yang

dapat dilakukan adalah bagaimana mengelola, mengatasi atau mencegah

terjadinya stres kerja tersebut, sehingga tidak mengganggu pekerjaan

(Notoatmodjo,2003)

b. Lama Waktu Kerja

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan peneliti yang

sesuai dengan situasi organisasi tertentu termasuk bagaimana biasanya

pekerjaan itu dilakukan. Shift kerja ternyata berpengaruh terhadap terjadinya

kelelahan kerja terutama shift kerja siang dan malam. Shift kerja ini nyata lebih

menimbulkan kelelahan dibandingkan dengan shift pagi, karena menyebabkan

gangguan circadianrhytthm (gangguan tidur) (Ida, 1997).

Menurut Wahyu (2004), dampak shift kerja ini bila ditinjau dari fisiologis

maka dampak shift kerja malam mempengaruhi circadian rhythm atau irama

Universitas Sumatera Utara


tubuh. Dimana manusia memiliki fungsi-fungsi vital tubuh yang sudah diatur

sesuai dengan bioritme tersebut. Apabila bioritme tubuh terganggu karena

kondisi lingkungan yang berbeda maka akan menimbulkan gangguan-gangguan

pada fungsi vital tubuh yang bersangkutan. Akibat adanya stres kerja tersebut

yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan

ketegangan pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu. Selain itu,

sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres

yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja mereka, seperti:

mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak

mau bekerjasama, perasaan tidak mau terlibat, dan kesulitan dalam masalah

tidur.

2.4 Beban Kerja.

Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit

stres. Beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut kedalam beban kerja berlebih/terlalu

sedikit ”kuantitatif”, yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak /

sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan

beban kerja berlebih / terlalu sedikit ”kualitatif”, yaitu jika orang merasa tidak

mampu untuk melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan

dan atau potensi dari tenaga kerja.

Universitas Sumatera Utara


Disamping itu beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif dapat

menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang

merupakan sumber tambahan terjadi stres.

Everly dan Girdano (dalam Munandar, 2001) menambahkan kategori lain dari

beban kerja, yaitu kombinasi dari beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif.

Beban kerja berlebih secara fisik maupun mental, yaitu harus melakukan terlalu

banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Unsur yang

menimbulkan beban berlebih ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan

dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat. Pada saat-saat tertentu,

dalam hal tertentu waktu akhir (dead line) justru dapat meningkatkan motivasi dan

menghasilkan prestasi kerja yang tinggi. Namun, bila desakan waktu menyebabkan

timbulnya banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang

berkurang, maka ini merupakan cerminan adanya beban berlebih kuantitatif.

Beban kerja terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja

tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya, atau untuk

mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh. Beban terlalu sedikit

disebabkan kurang adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi

yang rendah untuk kerja.

Universitas Sumatera Utara


Tenaga kerja akan merasa bahwa ia ”tidak maju-maju”, dan merasa tidak

berdaya untuk memperlihatkan bakat dan keterampilannya (Suther land dan Cooper

dalam Munandar (2001).

a .Overload

Overload dapat dibedakan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Overload

secara kuantitatif, bila target kerja melebihi kemampuan pekerja yang

bersangkutan. Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam

emosional yang tinggi. Overload kualitatif, bila pekerjaan memiliki tingkat

kesulitan atau kerumitan yang tinggi. Overload pada pekerjaan merupakan hal

paling utama karena over kapasitas pasien dalam satu ruangan perawatan.

b. Pekerjaan yang sederhana

Pekerjaan yang tidak menantang dan kurang menarik bagi pekerja,

pekerjaan yang rutinitas sehingga menimbulkan kebosanan, ketidakpuasan

dan sebagainya. Perasaan bosan dan jenuh inilah yang membuat seorang

pekerja tidak menyenangi pekerjaannya atau terasing dari kerja

(Supardi, 2007).

c. Pekerjaan berisiko tinggi

Pekerjaan yang berisiko tinggi dan berbahaya bisa mengancam bagi

keselamatan jiwanya. Kebutuhan akan rasa aman merupakan faktor utama

didalam diri seseorang. Bila seseorang merasa dirinya tidak aman, maka

Universitas Sumatera Utara


timbul reaksi-reaksi kejiwaan seperti cemas, takut tanpa alasan dan

sebagainya (Anoranga, 2006).

2.4.1. Beban Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap

Beban kerja di perawatan rawat inap adalah perawat dituntut harus tetap

ada disisi pasien untuk melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan perawatan

pasien, seperti pelayanan yang diberikan dalam keadaan sakit ringan ataupun

berat yang memerlukan pemantauan serta tindakan yang terus menerus. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Azwar (1993) bahwa beban perawat pada pasien

adalah menyelamatkan kehidupan dan mencegah kecacatan sehingga pasien

dapat hidup.

Perawat di ruangan juga melaksanakan asuhan keperawatan selama 24

jam dan bekerja secara bergiliran/shift jaga. Dalam shift jaga, perbandingan

jumlah perawat dalam satu shift jaga sering tidak seimbang dengan jumlah

pasien. Akibatnya perawat sering bekerja melebihi kapasitasnya (PPNI, 2000).

Menurut Jauhari (2005) bahwa standar beban kerja perawat senantiasa

harus sesuai dengan asuhan keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan

pasien. Untuk menghasilkan pelayanan yang efektif dan efisien diupayakan

kesesuaian antara ketersediaan tenaga perawat dengan beban kerja yang ada.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian menunjukkan bahwa shift/kerja malam merupakan sumber utama stres

bagi para pekerja (Monk dan Tepas dalam Munandar, 2001). Para pekerja shift

malam lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut daripada

pekerja pagi / siang dan dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang

mungkin menyebabkan gangguan-gangguan perut.

Beban kerja perawat pada setiap ruang rawat inap tidak sama. Perawat

bekerja sesuai dengan pedoman uraian tugas yang telah ditetapkan oleh Depkes

RI (1994) yaitu pada ruangan perawatan bedah, perawat harus menyiapkan

perlengkapan alat-alat atau obat-obat yang dibutuhkan pasien sebelum dan

sesudah operasi, menyiapkan kebutuhan untuk pasien yang mau operasi,

memelihara kebersihan dan merawat pasien sesudah operasi dan melaksanakan

administrasi.

Pada ruang perawatan anak, perawat harus mempunyai keterampilan

khusus atau spesialistik tentang penanganan perawatan anak misalnya

pemasangan infus pada pasien anak berbeda seperti pada dewasa, mengkaji

kebutuhan pasien, mengamati keadaan dan mengevaluasi perkembangan pasien,

melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien, mencatat perkembangan

pasien dan kegiatan administrasi ruangan.

Beban kerja diruangan kebidanan adalah menerima dan merawat pasien

yang akan bersalin, menyiapkan fasilitas kebutuhan pasien, mengamati keadaan

Universitas Sumatera Utara


pasien, menjaga kebersihan pasien, melaksanakan tindakan keperawatan,

menjalin komunikasi dengan pasien dan melaksanakan administrasi kebidanan.

Sedangkan uraian tugas perawat di ruangan penyakit dalam adalah selain harus

mengerjakan administrasi dan mencatat perkembangan pasien, perawat

menyiapkan fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan diruangan seperti peralatan

emergensi, memelihara kebersihan pasien, melakukan tindakan pengobatan,

melakukan penyuluhan kepada pasien mengenai penyakitnya dan bekerja sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk menghindari penularan penyakit.

2.5. Keperawatan Sebagai Profesi

Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menentukan

mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya

mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan

konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan

yang relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai suatu

profesi menekankan kepada bentuk pelayanan profesional yang sesuai dengan

standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang

diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik.

Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan wewenang melakukan

tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui

pendidikan keperawatan (Depkes,1992).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Schroder dalam Heater Marr (1991), perawat yang terlibat dalam

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan harus dapat melaksanakan pengkajian

yang mendalam di area prakteknya dan dapat melaksanakan riset, memperlihatkan

rasa tanggung jawab dalam menentukan aspek keperawatan sesuai dengan

keahliannya, dapat berkomunikasi dengan rekan sejawat serta dapat menerapkan

disiplin ilmunya.

Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai

berikut, keperawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral

dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk

pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada

individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh

proses kehidupan manusia.

Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah

yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan

pengetahuan untuk memberikan pelayanan kepada klien.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah

upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan professional,

holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standart pelayanan dengan berpegang teguh

kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau melalui

upaya kolaborasi.

Universitas Sumatera Utara


2.5.1. Asuhan Keperawatan

Dalam lokakarya Perawat Nasional tahun 1983 dirumuskan bahwa asuhan

keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spritual yang komprehensif, ditujukan

kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang

mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Pelayanan keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya

kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan

menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan hidurp sehari-hari secara

mandiri (Ibrahim, 1984). Tujuan asuhan keperawatan ini adalah untuk

meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat secara keseluruhan serta meningkatkan kemampuan dalam upaya

memelihara kesehatannya, sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang

optimal.

Dalam memberikan asuhan kepada pasien/klien menggunakan pendekatan

pemecahan masalah atau proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan

metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien (individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat) yang logis, sistematis dan teratur (Budi Ana Keliat,

1993).

Universitas Sumatera Utara


Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus

mempunyai keterampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan

profesinya, biasanya seorang perawat yang kurang terampil dan profesional akan

lebih mudah mengalami stres kerja.

2.5.2. Kompetensi Perawat Profesional

Kelompok kerja Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia di

tahun 2001 merumuskan kompetensi yang harus dicapai oleh perawat profesional

adalah sebagai berikut:

1. Menunjukkan landasan pengetahuan yang memadai untuk praktek yang aman

2. Berfungsi sesuai dengan peraturan/undang-undang ketentuan lain yang

mempengaruhi praktik keperawatan.

3. Memelihara lingkungan fisik dan psikososial untuk meningkatkan keamanan,

kenyamanan dan kesehatan yang optimal.

4. Mengenal kemampuan diri sendiri dan tingkat kompetensi profesional

5. Melaksanakan pengkajian keperawatan secara komprehensif dan akurat pada

individu dan kelompok di berbagai tatanan.

6. Merumuskan kewenangan keperawatan melalui konsultasi dengan

individu/kelompok dengan memperhitungkan regimen terapeutik anggota

lainnya dari tim kesehatan.

7. Melaksanakan asuhan keperawatan yang direncanakan

Universitas Sumatera Utara


8. Mengevaluasi perkembangan terhadap hasil yang diharapkan dan meninjau

kembali sesuai data evaluasi.

9. Bertindak untuk meningkatkan martabat dan integritas individu dan kelompok

10. Membantu individu atau kelompok membuat keputusan berdasarkan

informasi yang dimiliki.

2.5.3. Hak-Hak Perawat

Perawat mempunyai hak yang sama dengan yang umumnya diberikan

masyarakat pada semua orang. Tetapi disamping itu, umumnya disepakati bahwa

para perawat juga mempunyai hak profesional, dimana hak profesional perawat

menurut Claire Fagin (1975) adalah sebagai berikut:

1. Hak memperoleh marbatat dalam rangka mengekspresikan dan meningkatkan

dirinya melalui penggunaan kemampuan khususnya dan sesuai dengan latar

belakang pendidikannya.

2. Hak memperoleh pengakuan sehubungan dengan konstribusinya melalui

ketetapan yang diberikan lingkungan untuk praktik yang dijalankan serta

imbalan ekonomi sehubungan dengan profesinal.

3. Hak mendapatkan lingkungan kerja dengan stres fisik dan emosional serta

risiko kerja yang seminimal mungkin

4. Hak untuk melakukan praktik-praktik profesi dalam batas-batas hukum yang

berlaku

Universitas Sumatera Utara


5. Hak menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan yang dilakukan

6. Hak berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang berpengaruh terhadap

perawatan

7. Hak untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan politik yang mewakili

perawat dalam meningkatkan asuhan kesehatan.

2.5.4. Kewajiban Perawat

Iswani (2000) dalam Etika Keperawatan yang menyatakan kewajiban

perawat sebagai berikut:

1. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan

2. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan

standar profesi dan batas-batas kegunaannya

3. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien / klien

4. Perawat wajib merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain

yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, bila yang

bersangkutan tidak dapat mengatasinya sendiri

5. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk berhubungan

dengan keluarganya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan atau

standar profesi yang ada.

Universitas Sumatera Utara


6. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan

ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing sepanjang

tidak menggangu pasien yang lain.

7. Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan

terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan

kepada pasien.

8. Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan

keperawatan yang diberikan kepada pasien dan atau keluarganya sesuai

dengan batas kemampuannya.

9. Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatannya sesuai dengan

standar profesi keperawatan demi kepuasaan pasien.

10. Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan

berkesinambungan.

11. Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan atau kesehatan

secara terus menerus.

12. Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan

sesuai dengan batas-batas kewenangannya

13. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,

kecuali jika diminta keterangan oleh pihak yang berwenang

14. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang

telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat kerja.

Universitas Sumatera Utara


Pekerja rumah sakit yang terbanyak adalah perawat, terdapat sekitar 60%

dari tenaga kesehatan rumah sakit. Perawat merupakan salah satu jenis pekerja

kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak

pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat adalah profesi pekerjaan yang

mengkhususkan diri pada upaya penanganan perawatan pasien atau asuhan

kepada pasien dengan beban kerja yang berlebihan serta tugas tambahan dan

sering melakukan kegiatan yang bukan fungsinya. Tenaga keperawatan di rumah

sakit memberi pelayanan kepada pasien selama 24 jam terus menerus. Perawat di

rumah sakit bertugas pada pelayanan rawat inap, rawat jalan atau poliklinik dan

pelayanan gawat darurat (Hamid, 2001).

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit beroperasi 24 jam.

Salah satu dari sarana pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit adalah unit

pelayanan ruang rawat inap.

Menurut DEPKES RI (1987) ruang rawat inap adalah ruang pelayanan

terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk

keperluan observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medik dan pelayanan medik

lainnya. Unit ini bertanggung jawab terhadap perawatan dan penanganan

kesehatan pasien. Ruang rawat inap terdiri dari perawatan anak, perawatan bedah,

perawatan kebidanan dan penyakit dalam.

Seluruh pasien yang ada di ruang rawat inap adalah merupakan

tanggungjawab perawat dalam hal memberikan asuhan keperawatan, oleh karena

Universitas Sumatera Utara


itu perawat dituntut untuk selalu berada dalam ruangan untuk melayani pasien

yang terbaring ditempat tidur.

2.5.5. Perilaku Perawat sebagai individu

Perawat sebagai individu mempunyai watak, temperamen, sifat dan

kepribadian yang berbeda-beda. Mengingat pada dasarnya setiap individu tidak

mampu memenuhi kebutuhannya, maka untuk memenuhi berbagai macam

kebutuhan itu ia menjadi anggota dari berbagai kelompok, yang menurut

pandangannya akan dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan dan dapat

menyalurkan aspirasinya. Bila seorang perawat sebagai individu itu masuk

menjadi anggota suatu rumah sakit, maka segala sifat, watak, temperamen dan

kepribadiannya akan ikut masuk ke dalam rumah sakit (Wursanto, 2002).

Dengan demikian akan terbentuk perilaku yang pada awal mulanya

berorientasi kepada perilaku individu. Perilaku yang demikian, yaitu perilaku

kelompok yang berorientasi kepada perilaku individu, harus dikendalikan dan

diarahkan ke arah perilaku yang beroperasi kelompok. Hal ini berarti perilaku

individu seorang perawat harus diarahkan menuju kepentingan rumah sakit guna

mencapai tujuan rumah sakit sehingga dalam perkembangan selanjutnya perilaku

kelompok berkembang menjadi perilaku organisasi (rumah sakit).

Sifat, watak, tempramen dan kepribadian setiap perawat berinteraksi

dalam sebuah rumah sakit akan mempengaruhi seseorang dalam pekerjaanya. Isu-

isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan

Universitas Sumatera Utara


pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan

tuntutan rumah sakit, semuanya dapat merupakan tekanan pada perawat dalam

pekerjaannya sehingga akan menyebabkan seseorang perawat menjadi stres dalam

pekerjaannya (Munandar, 2004).

Seorang perawat yang mengalami stres dalam pekerjaan ditentukan pula

oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres.

Dengan demikian, faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor

pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stress

potensial dengan individu.

2.6. Landasan Teori

Stres kerja (Hans Selye, 1950) adalah respon tubuh yang bersifat non spesifik

terhadap setiap tuntutan beban atasannya, misalnya bagaimana respon tubuh

seseorang manakala seseorang mengalami beban kerja yang berlebihan. Bila ia

sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan fungsi organ tubuh, maka

dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ia

mengalami gangguan pada suatu organ atau lebih sehingga yang bersangkutan tidak

lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distres

(Dadang Hawari, 2004).

Dampak stres kerja pada perusahaan dapat berupa beberapa perilaku negatif

karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Stres yang dihadapi oleh karyawan

Universitas Sumatera Utara


berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja serta

tendensi mengalami kecelakaan. (Rini, 2002).

Beban kerja sebagai sumber stres disebabkan karena kelebihan beban kerja baik

beban kerja kualitatif maupun beban kerja kuantitatf (French dan Caplan, 1973).

Disamping itu, beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif dapat menimbulkan

kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan

sumber tambahan terjadi stres.

Kondisi kerja meliputi variabel lingkungan fisik kerja dan kondisi lama waktu

kerja (Muhandar As, 2001). Dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel tadi dapat

mempengaruhi sikap dan perilaku pekerja. Kondisi lingkungan kerja dapat

menimbulkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya

misalnya udara dan kebisingan, karena beberapa orang sangat sensitif terhadap

kondisi lingkungan (Margiati, 1999). Dalam Psikologi Industri (1998) kondisi pekerja

yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stres psikologis

dan menurunkan produktivitas kerja.

Universitas Sumatera Utara


2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Kondisi kerja
 Lingkungan kerja
 Lama waktu kerja

Stres kerja

Beban kerja
 Overload
 Pekerjaan yang
sederhana
 Pekerjaan yang berisiko
tinggi

Gambar: Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan konsep diatas dapat dijelaskan bahwa definisi konsepnya

adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen adalah variabel bebas yaitu kondisi kerja dan

beban kerja

2. Variabel dependen adalah variabel terikat yaitu stres kerja

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian berupa penelitian analitik dengan disain cross sectional (potong

lintang) untuk mengetahui pengaruh beban kerja dan kondisi kerja terhadap stres

kerja pada perawat ruangan Rumah Sakit Umum Kaban Jahe. Pendekatan cross

sectional adalah suatu pendekatan yang bersifat sesaat pada suatu waktu dan tidak

diikuti terus-menerus dalam kurun waktu tertentu.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten

Karo.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian selama 6 bulan dari bulan Nopember 2009 sampai dengan

April 2010.

Universitas Sumatera Utara


3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah semua perawat di ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Umum Kabanjahe yang berjumlah 58 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian adalah seluruh populasi dijadikan sampel sebanyak 58

orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari responden menggunakan alat bantu

kuesioner.

a. Data Kondisi Kerja

b. Data beban Kerja

c. Data stres Kerja

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data-data yang mendukung data primer diperoleh

dari dokumen bagian kepegawaian dan keperawatan yang ada di Rumah

Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo

a. Gambaran umum lokasi penelitian

b. Data umur, masa kerja, jam kerja

Universitas Sumatera Utara


Dalam pengumpulan data primer dan sekunder, peneliti dibantu oleh 2

orang enumerator yang telah dilatih dan mempunyai persepsi yang sama

dalam penelitian ini.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji coba kuesioner dilakukan diluar wilayah kerja Rumah Sakit Umum

Kabanjahe, terhadap 20 orang perawat yang mempunyai kriteria sampel yang sama

dengan populasi.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui, sejauh mana suatu ukuran atau nilai

yang menunjukkan tingkat pengetahuan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara

mengukur korelasi antara variabel atau item yang diperoleh dari nilai corrected item

total correlation, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid

dan sebaliknya.

Sedangkan reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya dan tepat dengan menggunakan metode

Cronbach’s Alpha, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha >r tabel, maka dinyatakan

reliabel (Sugiyono, 2004). Nilai r Tabel dalam penelitian ini menggunakan critical

value of the product moment pada taraf signifikan 95%.

Hasil Pengujian validitas dan reliabilitas menunjukkan keseluruhan variabel

penelitian dinyatakan valid dan reliabel, meliputi : ( Lampiran 2 )

1. Pertanyaan beban kerja meliputi 15 pertanyaan diperoleh nilai t-Hitung antara

0,7120-0,9350, berarti nilai t-Hitung lebih besar dari t-Tabel, dan nilai r-

Universitas Sumatera Utara


sehingga dinyatakan valid; dan nilai r-hitung adalah sebesar 0,9592 berarti

nilai r-h>r-t, maka dinyatakan relialibel.

2. Pertanyaan kondisi kerja meliputi 13 pertanyaan diperoleh nilai t-Hitung

antara 0,7580-0,9350, berarti nilai t-Hitung lebih besar dari t-Tabel, dan nilai

r- sehingga dinyatakan valid; dan nilai r-hitung adalah sebesar 0,9562 berarti

nilai r-h>r-t, maka dinyatakan variabel kondisi kerja juga relialibel .

3. Pertanyaan stres kerja meliptui 30 pertanyaan diperoleh nilai t-hitung antara

0,6809-0,9350, berarti nilai t-Hitung lebih besar dari t-Tabel, dan nilai r-

sehingga dinyatakan valid, dan nilai r-hitung adalah sebesar 0,9560 berarti

bilai r-hitung> r-tabel, maka dinyatakan stres kerja juga relialibel.

3.5 Cara Pengumpulan Data

Pengambilan data penelitian dilakukan dengan menggunakan Kuesioner. Teknik

ini dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk di

conteng.

3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.

3.6.1 Variabel Penelitian

a. Variabel terikat yaitu keadaan stres kerja yang dialami oleh perawat ruangan

Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara


b. Variabel bebas yaitu kondisi kerja yaitu lingkungan kerja, lama waktu kerja,

dan beban kerja yaitu overload, pekerjaan yang sederhana, pekerjaan yang

beresiko tinggi.

3.6.2 Definisi Oprasional

a. Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya

ketidakseimbangan fisik dan psikis yang mempengaruhi emosi, proses berfikir

dan kondisi seseorang perawat.

b. Kondisi kerja meliputi variabel lingkungan kerja, situasi kerja, kondisi yang

ada baik fisik berupa kebisingan, penataan peralatan dan ruangan, maupun

lama waktu kerja berupa shift kerja yang ternyata berpengaruh terhadap

terjadinya kelelahan kerja dan memakai alat bantu kuesioner yang terdiri dari

13 buah pertanyaan.

c. Beban kerja adalah keadaan dimana perawat dihadapkan pada tygas dan

perkerjaan yang harus dilakukan perawat, baik secara kuantitatif yaitu

banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan maupun secara kualitatif yaitu

tingkat kesulitan dan kerumitan kerja.

3.7. Metode Pengukuran

a. Stres Kerja

Pembobotan (skoring) dengan menggunakan skala Likert. Nilai stres

kerja diperoleh dari jawaban yang diberikan melalui 30 pertanyaan yang

Universitas Sumatera Utara


diajukan dan jawaban disusun dengan bobot penilaian untuk setiap

pertanyaan diberi nilai rendah dengan skor 1 dan nilai tertinggi dengan skor 5,

selanjutnya nilai skoring dikategorikan sebagai berikut: modifikasi Rice, 1987

dan Davis, 1995.

- Stres ringan artinya jika seorang pekerja dalam melaksanakan

pekerjaannya merasa adanya sedikit tekanan, dimana rentang skor < µ-SD

- Stres sedang artinya jika seorang pekerja dalam melaksanakan

pekerjaannya merasakan adanya tekanan dalam jumlah optimal dan dapat

memacu dalam melaksanakan pekerjaan, dimana rentang skor < µ+SD .

- Stres berat artinya jika seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya

merasakan tekanan yang berada diluar kemampuannya untuk

menghadapinya, dimana rentang skor > µ+SD .

Dari Kuesioner stres kerja yang diperoleh dari 30 pertanyaan yang

diajukan dapat diketahui nilai rata-rata (µ) didapat skor 90 (µ = 30x3)

yang mana nilai skor maksimum didapat 30x5 = 150 dan nilai skor

minimum 30x1 = 30. Dari nilai skor maksimum dan minimum, maka

didapat nilai wilayah selisih skor yakni 150-30 = 120, sehingga didapat

nilai SD = 20 (120/6). Dari hasil diatas dapat dikategorikan stres kerja :

- Ringan : < µ-SD

: < 90-20

: < 70

Universitas Sumatera Utara


- Sedang : µ+ SD

: 90+20

: 71-109

- Berat : > µ + SD

: > 90+20

: > 110

b. Kondisi Kerja

Pembobotan (skoring) dengan menggunakan Likert. Diperoleh dari

jawaban yang diberikan melalui 13 pertanyaan yang diajukan dan jawaban

disusun dengan bobot penilaian untuk setiap pertanyaan diberi nilai terendah

dengan skor 1 dan nilai tertinggi dengan skor 5 selanjutnya nilai skoring

dikategorikan sebagai berikut :

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi :

- Tidak Menyenangkan : < µ-SD

- Kurang Menyenangkan : antara µ+SD

- Menyenangkan : > µ+SD

Dari jumlah kuesioner kondisi kerja yang diperoleh melalui 13

pertanyaan yang diajukan didapat nilai rata-rata (µ) didapat skor 39 (µ= 13x3)

yang mana nilai skor maksimum didapat 13x5 = 65 dan nilai skor minimum =

13x1 = 13, dari nilai skor maximum dan minimum, maka didapat wilayah

selisih skor yaitu 65-13 = 52, sehingga didapat nilai SD = + 9 (52/6). Dari

hasil diatas dapat dikategorikan nilai kondisi kerja :

Universitas Sumatera Utara


- Tidak menyenangkan : < µ -SD

: < 39-9

: < 30

- Kurang menyenangkan : (µ - SD) – (µ+SD)

: 31-47

- Menyenangkan : > µ+ SD

: > 39+9

: > 48

c. Beban Kerja

Pembobotan (Skoring) dengan menggunakan linkert. Diperoleh dari

jawaban 15 Pertanyaan yang diajukan dan jawaban disusun dengan bobot

untuk setiap pertanyaan diberi nilai terendah dengan skor 1, dan nilai tertinggi

dengan skor 5, selanjutnya nilai skoring dikategorikan sebagai berikut :

Hasil pengukuran dikelompokkan menjadi :

- Ringan : < µ-SD

- Sedang : antara µ+SD

- Berat : > µ+SD

Dari jumlah koesioner beban kerja yang diperoleh melalui 15

pertanyaan yang diajukan dapat diketahui nilai rata-rata (µ) didapat skor 45 (µ

= 15x3) yang mana skor maximum didapat 15x5 = 75 dan nilai skor minimum

= 15x1 = 15. Dari nilai skor maximum dan minimum, maka didapat nilai

Universitas Sumatera Utara


wilayah selisih skor yakni 60 (75-15) sehingga didapat nilai SD = 10 (60/6),

dari hasil diatas dapat dikategorikan beban kerja :

- Ringan : < µ - SD

: < 45-10

: < 35

- Sedang : µ + SD

: (µ-SD) – (µ + 50)

: 36-54

- Berat : > µ + SD

: > 45+10

: > 55

3.7.1. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan skala linkert, dimana

rensponden hanya memberikan tanda (√) pada kolom angka masing-masing butri

pertanyaan yang dianggap sesuai dengan responden.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1. Pengukuran Variabel

Bobot nilai satu indikator


Jumlah Bobot
Sangat
No Variabel Pertany Tidak Tidak Se Sangat nilai satu
tidak
aan setuju tahu tuju setuju variabel
setuju
1 Beban 15 1 2 3 4 5 15-75

kerja

2 Kondisi 13 1 2 3 4 5 13-65

kerja

3 Stres 30 1 2 3 4 5 30-150

kerja

Selanjutnya skor-skor yang diperoleh dari setiap pertanyaan pada responden

dikonversikan kedalam 3 skala interval (Ringan, sedang, berat) dengan menggunakan

sebaran data pada kurva distribusi normal. (Sudjana,2002), yaitu

Gambar 3.1. Kurve distribusi normal untuk interval kategori ringan, sedang berat

( x) 2
x 2

n
dimana σ = standar deviasi dengan rumus : σ =
n 1

Universitas Sumatera Utara


µ = rata-rata, dengan rumus : µ =
x
n

dari sebaran distribusi normal tersebut dilakukan pengkategorian untuk

masing-masing variabel penelitian sebagai berikut :

Tabel. 3.2. Pengkategorian beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja.

Variabel Kategori Rentang Skor


Beban kerja 1= Ringan < µ- σ
2= Sedang Antara µ+ σ
3= Berat > µ+σ
Kondisi kerja 1= Tidak menyenangkan < µ- σ
2= Kurang menyenangkan Antara µ+ σ
3= Menyenangkan > µ+σ

Stres kerja 1 = Ringan < µ- σ


2 = Sedang Antara µ+ σ
3 = Berat > µ+σ

3.8. Tehnik Pengolahan dan Analisa

3.8.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan komputer memakai metode statistik dan

dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui adanya hubungan beban

kerja dan kondisi kerja dengan stres kerja pada perawat ruang rawat inap dengan

menggunakan sofware SPSS.

3.8.2. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear

berganda untuk mengetahui pengaruh kondisi kerja ( lingkungan kerja dan lama

Universitas Sumatera Utara


waktu kerja ) dan beban kerja ( overload, pekerjaan yang sederhana dan pekerjaan

yang berisiko tinggi ) terhadap stres kerja pada perawat RSU Kabanjahe pada tingkat

kemaknaan 95% (nilai p = 0,05).

Adapun pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada pengaruh kondisi kerja ( lingkungan kerja dan lama waktu kerja ) dan

beban kerja ( overload, pekerjaan yang sederhana dan pekerjaan yang

berisiko tinggi ) terhadap stres kerja pada perawat RSU Kabanjahe.

H0 : Tidak ada pengaruh kondisi kerja ( lingkungan kerja dan lama waktu kerja )

dan beban kerja ( overload, pekerjaan yang sederhana dan pekerjaan yang

berisiko tinggi ) terhadap stres kerja pada perawat RSU Kabanjahe.

Model persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut :

Y = a + X1β1 + X2 β2 + X3 β3

Keterangan :

Y = Stres kerja perawat

β1s/d β3 = Nilai Beta

X1 = Beban kerja

X2 = Kondisi kerja

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Kabanjahe merupakan pelayanan

kesehatan yang mempunyai fungsi penyembuhan dan pemulihan penyakit penderita,

melalui usaha pemberian kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau.

Sejalan dengan perubahan sosial budaya masyarakat dan kemajuan ilmu

pengetahuan dan Teknologi, dan dalam tatanan desentralisasi atau otonomi daerah

dibidang kesehatan, kualitas dari sistem kesehatan Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit

merupakan suatu yang sangat penting. Bila hal ini gagal dilakukan, maka sistem

informasi kesehatan nasional pun tidak akan dapat memberikan indikator-indikator

yang benar tentang tercapat/tidaknya ”Indonesia Sehat 2010”.

Selain untuk kepentingan nasional, penataan sistem informasi kesehatan

Rumah Sakit Umum Kabanajahe juga sangat penting artinya bagi Kabupaten karo itu

sendiri, yakni sebagai sarana penyedia indikator-indikator yang menunjukkan

tercapai/tidaknya ”Kabupaten Karo sehat 2010”. Lebih lanjut , sistem informasi

kesehatan Rumah Sakit Umum Kabanjahe merupakan salah satu penunjang bagi

pelaksanaan pembangunan daerah berwawasan kesehatan di Kabupaten Karo. Sistem

ini diharapkan dapat menyediakan data dan informasi dalam menyusun rencana

pembangunan daerah tersebut, memberikan analisis-analisis yang mendukung

Universitas Sumatera Utara


penyediaan dan atau anggaran, memberikan data dan informasi sebagai landasan

pengembangan sumber daya manusia dan lain sebagainya.

Visi Rumah Sakit Umum Kabanjahe adalah : Menjadikan RSU Kabupaten

Karo yang terbaik di Provinsi Sumatera Utara. Untuk tidak menimbulkan asumsi dan

persepsi yang berbeda, perlu dijelaskan hakekat yang terkandung dalam visi yang

dimaksud sebagai berikut :

1. Kesehatan ada;ah sehat jasmani dan rohani

2. Masyarakat Kabupaten Karo adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-

luasnya yang terikat oleh 1 (satu) kebudayaan sama yaitu Kebudayaan Karo.

3. Bermutu dan Profesional adalah : Mampu melaksanakan tugas sesuai dengan

profesi masing-masing.

Misi Rumah Sakit Umum Kabanjahe dalam rangka terwujudnya Rumah Sakit

sebagai Pusat rujukan yang bermutu profesional dan terjangkau dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Karo adalah melalui :

1. Memberikan pelayanan Rumah Sakit yang prima

2. Melengkapi sarana dan prasarana Rumah Sakit secara bertahap

3. Meningkatkan profesionalisme Pegawai

4. Melaksanakan Akreditasi dan Sertifikasi.

5. Meningkatkan peran Rumah Sakit sebagai tempat pendidikan, pelatihan di

bidang kesehatan.

Universitas Sumatera Utara


4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Kabanjahe

RSU Kabanjahe terletak ditengah Kota Kabanjahe yang merupakan Ibu

Kota Kabupaten Karo dan merupakan unit pelayanan kesehatan yang didirikan

oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1923. RSU ini diserahkan kepada

Nederlands Zending Genotgehap, selanjutnya pada tahun 1945 sesudah

proklamasi kemerdekaan, diserahkan kepada Pemerintah dan pengelolaannya oleh

pemerintah daerah Kabupaten Karo.

Lokasinya sangat strategis karena berada pada jalan lintas menuju ke

Medan, Ibu Kota Provinsi Sumut dari berbagai daerah disekitar Kabupaten Karo

seperti Sidikalang (Kabupaten Dairi), Kota Cane (Kabupaten Aceh Tenggara-

Provinsi Nangroe Aceh Darussalam) dan juga Kabupaten Simalungun. Rumah

Sakit Umum Kabanjahe mempunyai luas 68.120m2.

Rumah Sakit Umum Kabanjahe memiliki

a. Tenaga Medis

Tenaga Medis (Dokter) Spesialis dan Dokter gigi juga dokter umum yang

mana dokter spesialis semua bagian berjumlah 18 orang, dokter gigi

berjumlah 7 orang dan dokter umum berjumlah 13 orang.

b. Tenaga Para Medis

Tenaga para medis (Perawat / Bidan) yang bertugas di RSU Kabanjahe

berjumlah 126 orang yang terdiri dari AKPER, AKBID, Bidan, Perawat dan

LCPK.

Universitas Sumatera Utara


c. Tenaga Para Medis Non Perawatan

Tenaga para medis non perawatan yang bertugas di RSU Kabanjahe terdiri

dari SKM 4 orang, APK 8 orang, AKZI 3 orang, APRO 2 orang, ATRO 1

orang, ATEM 1 orang, Anastesi 2 Orang, Fisioteraphy 2 orang, AKGI 1

orang, Analis 8 orang, Perawat gigi 7 orang, SPPH 2 orang, Perawat gizi 8

orang, Asisten Apoteker 8 orang, dan Apoteker 1 orang, yang keseluruhannya

berjumlah 51 orang.

d. Tenaga Administrasi

Data Tenaga Administrasi yang bertugas di RSU Kabanjahe ada berjumlah 29

orang.

Fasilitas RSU Kabanjahe saat ini mencakup

a. Pelayanan Rawat jalan

Jenis pelayanan rawat jalan yang ada di RSU Kabanjahe adalah Unit Gawat

Darurat, Poliklinik umum, Poliklinik penyakit dalam, Poliklinik THT,

Poliklinik Kulit dan Kelamin, Poliklinik Mata, Poliklinik Bedah, Poliklinik

Gigi, Poliklinik Fisioteraphy, Poliklinik Neurologi, Poliklinik Paru, PLKBRS

/ BKIA dan Poliklinik Anak.

Universitas Sumatera Utara


b. Pelayanan Rawat Inap

Tabel 4.1. Jenis Pelayanan Rawat Inap dan Jumlah Tempat Tidur yang ada di
RSU Kabanjahe

Ruangan Jumlah Tempat Tidur

Ruang I (Perinatologi) 19

Ruang Paviliun 12

Ruang VIP 11

Ruang VI / Bedah (Askeskin & umum ) 18

Ruang V (Askeskin dan Umum) 36

Ruang IV (Anak) 14

Ruang kelas 21

c. Instalasi Penunjang Medis / Non Medis

Jenis Instalasi Penunjang Medis / Non Medis yang ada di RSU

Kabanjahe terdiri dari Rekam Medis, Instalasi Laboratorium, Instalasi

Radiologi, Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi Sarana/Prasarana,

Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Jenazah, Instalasi

Endoscopy dan Mobil Ambulance.

d. Mesin Hemodialisa (Cuci Darah)

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara melalui APBD TA. 2008

mengalokasikan dana untuk pengadaan 1 (satu) unit mesin cuci darah untuk

RSU Kabanjahe.

Universitas Sumatera Utara


Mesin cuci darah tersebut telah dioperasikan sejak tanggal 28 Mei

2008 dengan melayani pasien umum, Askes dan Askeskin. Sekarang ini

melayani pasien akses sebanyak 3 (tiga) orang dengan kunjungan 25 kali.

e. Endoscopy

Terdiri dari Endoscopy Gastroenterologi (Penyakit dalam). Mengingat

dengan peralatan Endoscopy yang sangat lengkap maka diperlukan ruangan

khusus yang memadai.

f. Instalasi Jenazah

Dalam upaya untuk peningkatan pelayanan khususnya untuk pasien

yang telah meninggal, saat ini RSU Kabanjahe sudah tersedia Instalasi

jenazah.

4.2. Analisis Univariat


4.2.1. Pembagian Ruang Rawat inap

Ruang rawat inap yang menjadi tempat penelitian terdiri dari : Ruang

Perawatan Bedan 17 orang perawat (29,3%), ruangan perawatan obgyn 8 orang

perawat (10,3%), ruangan perawatan anak 14 orang (24,1%) dan ruang perawatan

interna berjumlah 21 orang perawat (36,2%).

TabeL 4.2. Pembagian Ruangan

Nama Ruangan Jumlah (Orang) Jumlah (%)


Bedah 17 29,3
Obgyn 6 10,3
Anak 14 24,1
Interna 21 36,2
Total 58 100,0

Universitas Sumatera Utara


4.2.2. Tingkat Kondisi Kerja Perawat

Kondisi kerja perawat ruangan RS Umum Kabanjahe dapat di pengaruhi baik

oleh lingkungan fisik kerja dan kondisi lama waktu kerja,yang dapat mempengaruhi

sikap dan prilaku perawat tersebut

Kondisi kerja perawat ruangan RS umum disetiap ruangan kerja dibagi tiga

kategori yaitu : Tidak menyenangkan, Kurang menyenangkan dan Menyenangkan.

Untuk menentukan kategori kondisi kerja digunakan skala interval dengan

pengukuran data pada sebaran distribusi normal.

Hasil perhitungan skor kondisi kerja diperoleh :

  39   9


Dengan persamaan x =  ±  , maka diperoleh skala interval distribusi normal

untuk kondisi kerja sebagai berikut :

70,71% 29,3% 00,0%

Gambar 4.2. Skala Interval kondisi kerja pada distribusi normal

Tabel 4.3. Distribusi Pegawai Berdasarkan Kondisi Kerja

Kondisi Kerja Jumlah (Orang) Jumlah (%)


Tidak menyenangkan 41 70,7
Kurang menyenangkan 17 29,3
Menyenangkan 0 00,0
Jumlah 58 100

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 4.3. diatas diketahui kondisi kerja yang paling banyak pada kategori

tidak menyenangkan yaitu : 41 orang (70,7%) dan kategori kurang menyenangkan 17

orang (29,3%) serta kategori menyenangkan tidak ditemukan.

Distribusi sampel perawat rungan RS Umum Kabanjahe berdasarkan kondisi

kerja disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 4.3. Grafik Distribusi Perawat Ruangan


Berdasarkan Kondisi Kerja Perawat

80

70

60

50

40

30

20

10

0
Tidak Menyenangkan Kurang Menyenangkan
Menyenangkan

Jumlah (Orang)
Jumlah (%)

4.2.3. Tingkat Beban Kerja Perawat

Beban kerja perawat ruangan dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja

mental yang dikembangkan dalam 15 item pertanyaan dengan kategori:beban kerja

ringan,beban kerja sedang dan beban kerja berat.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4. Distribusi Perawat Ruangan Berdasarkan Tingkat Beban Kerja

Tingkat Beban Kerja Jumlah (Orang) Jumlah (%)


Beban kerja ringan 14 24,1
Beban kerja sedang 38 65,5
Beban kerja berat 6 10,3
Jumlah 58 100

Distribusi Sampel Perawat Ruangan RSU Kabanjahe berdasarkan beban kerja

disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 4.4. Grafik Distribusi Perawat Ruangan Berdasarkan


Tingkat Beban Kerja

70

60

50

40

30

20

10

0
Beban kerja ringan Beban kerja sedang Beban kerja berat

Jumlah (Orang)
Jumlah (%)

Grafik 4.4. Menunjukkan bahwa pada perawat ruangan RS Umum Kabanjahe

beban kerja ringan sebesar 14 orang (24,1%), tingkat beban kerja sedang sebesar 38

orang (65,5%), dan tingkat beban kerja berat sebesar 6 orang (10,3%). Untuk

Universitas Sumatera Utara


menentukan kategori beban kerja digunakan skala interval dengan pengukuran data

pada sebaran distribusi normal. Hasil perhitungan skor beban kerja diperoleh :

µ = 45  = 10

Dengan persamaan x =  ±  , maka diperoleh skala interval distribusi normal

untuk beban kerja sebagai berikut :

24,1% 65,5% 10,3%

Gambar 4.5. Skala Interval Beban Kerja Pada Distribusi Normal

4.2.4 Tingkat Stress Kerja Perawat Ruangan.

Indikator yang dipergunakan dalam pengukuran stres kerja perawat


ruangan menjadi tiga aspek yakni gejala psikologis,gejala fisik dan prilaku yang
dikembangkan dalam 30 item pertanyaan dengan kategori ringan,sedang dan berat.

Tabel 4.5. Distribusi Perawat Ruangan berdasarkan Tingkat Stres Kerja

Tingkat Stres Kerja Jumlah (Orang) Jumlah (%)


Stres ringan 38 65,5
Stres sedang 20 34,5
Stres berat 0 00,0
Jumlah 58 100

Universitas Sumatera Utara


Distribusi sampel Perawat Ruangan RSU Kabanjahe berdasarkan stres kerja

disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 4.6. Grafik Distribusi Perawat Ruangan


Berdasarkan Tingkat Stres Kerja

70

60

50

40

30

20

10

0
Stres ringan Stres sedang Stres berat

Jumlah (Orang)
Jumlah (%)

Grafik 4.6. menunjukkan bahwa pada perawat ruangan stres kerja sedang

sebesar 20 orang (34,5%), tingkat stres kerja ringan sebesar 38 orang (65,5%) dan

stres berat tidak ditemukan . Untuk menentukan kategori stres kerja digunakan skala

interval dengan pengukuran data sebesar distribusi normal.

Hasil perhitungan skor stres kerja diperoleh :

  90   20

Dengan persamaan x =  ±  , maka diperoleh skala interval distribusi normal
untuk stres kerja sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


65,5% 34,5% 00,0%

Gambar 4.7. Skala Interval Stres Kerja Pada Distribusi Normal

4.3. Analisis Bivariat

4.3.1. Tabulasi Silang Antara Kondisi Kerja Dengan Stres Kerja.

Bila dilihat dari hasil tabulasi silang antara Kondisi Kerja dengan stress kerja

maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.6. Tabulasi silang kondisi kerja dengan Stres Kerja

Stres Kerja
Kondisi Kerja Stres Persen Stres Persen Stres Persen Total
Ringan (%) Sedang (%) Berat (%)
Tidak 33 80,5% 8 19,5% 0 00.0% 100%
menyenangkan
Kurang 5 29,4% 12 70,6% 0 00,0% 100%
menyenangkan
Menyenangkan 0 00,0% 0 00,0% 0 00% 00,0%
Total 38 65,5% 20 34,5% 0 00,0% 100%

Perawat ruangan yang mengalami kondisi kerja yang tidak menyenangkan

mengalami stres ringan sebanyak 33 orang (80,5%), stres sedang sebanyak 8 orang

(19,5%), sedangkan pada kondisi kerja kurang menyenangkan mengalami stres ringan

Universitas Sumatera Utara


sebanyak 5 orang (29,4%), stres sedang sebanyak 12 orang (70,6%) dan yang

mengalami stres berat tidak ditemukan.

Sedangkan kondisi yang menyenangkan tidak ada ditemukan mengalami stres

kerja,baik ringan,sedang maupun berat.

Dari hasil uji statistik chi-square memberikan hasil p (0,001) < α (0,05) sehingga

dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara kondisi

kerja dengan stres kerja.

4.3.2. Tabulasi Silang Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja.

Bila dilihat dari hasil tabulasi silang antara beban Kerja dengan stress kerja

maka diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 4.7. Tabulasi Silang Beban Kerja Dengan Stres Kerja

Stres Kerja
Beban Kerja Stres Persen Stres Persen Stres Persen Total
Ringan (%) Sedang (%) Berat (%)
Ringan 12 85,7% 2 14,3% 0 0,0% 100%
Sedang 26 68,4% 12 31,6% 0 0,0% 100%
Berat 0 0,0% 6 100% 0 0,0% 100%
Total 38 65,5% 20 34,5% 0 0,0% 100%

Perawat ruangan RSU Kabanjahe yang mengalami beban kerja ringan mengalami

stres ringan sebanyak 12 orang (85,7%), stres sedang sebanyak 2 orang (14,3%) dan

stres berat tidak ditemukan. Sedangkan pada beban kerja yang sedang yang

mengalami stres ringan sebanyak 26 orang (68,4%) stres sedang sebanyak 12 orang

Universitas Sumatera Utara


(31,6%) dan stres berat tidak ditemukan. Sedangkan beban kerja yang berat

seluruhnya(100%) hanya mengalami stres sedang.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square memberikan hasil p (0,001)

< α (0,05) sehingga dapat diketahui sebuah kesimpulan bahwa ada pengaruh yang

bermakna antara beban kerja dengan stres kerja.

4.4. Analisis Multivariat

Hasil uji regresi linier ganda pada variabel hubungan beban kerja dan kondisi

dengan stres kerja pada perawat di instalasi rawat inap RSU Kabanjahe, dapata

diuraikan bahwa nilai koefisien (B) beban kerja = 0,912 dan kondisi kerja 1,275,

dengan nilai konstanta 14,083, maka diperoleh persamaan regresi linier yaitu :

Y = -14,083 + 0,912 (BK) + 1,275 (KK)

Penjelasan dari persamaan tersebut adalah jika ada penambahan satu point beban

kerja terhadap perawat maka akan terjadi peningkatan stres kerja sebesar 0,912,

begitu juga jika ada penambahan satu point pada kondisi kerja parawat maka akan

terjadi peningkatan stres kerja sebesar 1,275.

Dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel. 4.8. Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Kondisi Kerja dan
Beban Kerja terhadap Stres Kerja Perawat di ruang rawat inap
RSU Kabanjahe
No Variabel Nilai B Nilai p
1 Beban Kerja 0,912 0,000
2 Kondisi Kerja 1,275 0,000
Nilai R 0,858
Konstanta -14,083

Universitas Sumatera Utara


Dari uji statistik diketahui bahwa pada variabel beban kerja memperoleh hasil p

(0,000) < α (0,05) dan variabel kondisi kerja memperoleh hasil p (0,000) < α (0,05) ,

dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara beban kerja dan kondisi kerja dengan terjadinya stres kerja.

Setelah kedua variabel dianalisis secara multivariat, ternyata yang paling dominan

berpengaruh terhadap stres kerja adalah aspek kondisi kerja.

5. Perbedaan Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres Kerja Perawat di tiap
Ruangan.
5.1. Perbedaan Kondisi kerja di tiap ruangan

Perbedaan kondisi kerja di tiap ruangan kerja bila dilihat persentasenya yang

terbagi menjadi kategori menyenangkan, kurang menyenangkan dan tidak

menyenangkan maka diperoleh hasil kondisi kerja yang paling tidak menyenangkan

seluruhnya (100%) ditemukan pada ruangan obgyn.

5.2. Perbedaan beban kerja di tiap ruangan

Perbedaan beban kerja di tiap ruangan bila dilihat persentasenya yang dibagi

menjadi ringan, sedang, berat dapat diperoleh hasil ruangan yang memiliki kategori

beban kerja berat terdapat diruangan obgyn (50%) kemudian diikuti dengan ruangan

bedah (5,9%) ruangan anak (14,3%) dan interna (0,0%). Sedangkan beban kerja yang

ringan terdapat di ruangan bedah (47,1%) kemudian diikuti dengan ruangan anak

(14,3%), ruangan obgyn (0,0%) dan ruangan interna (19,0%).

Universitas Sumatera Utara


5.3. Perbedaan Stres kerja perawat di tiap ruangan

Perbedaan stres kerja di tiap ruangan bila dilihat hasil persentasenya yang

dikategorikan menjadi stres kerja ringan, sedang dan berat dimana ruangan yang

memiliki stres kerja berat tidak ditemukan. Sedangkan ruangan yang memiliki stres

kerja ringan pada ruangan bedah (88,2%) kemudian diikuti ruangan obgyn (50,0%)

ruang anak (42,9%) dan ruangan interna (66,7%).

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Kondisi Kerja terhadap Stres kerja

Hasil uji chi-square bahwa pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p : 0,001 atau (p<0,05)

berarti ada pengaruh yang signifikan antara kondisi kerja dengan stress kerja. Perawat

ruangan yang kondisi kerja kurang menyenangkan lebih banyak mengalami stres

kerja ringan sebanyak 5 orang (29,4%), stres sedang 12 orang (70,6%), dan stres berat

tidak ditemukan, sedangkan pada kondisi kerja tidak menyenangkan mengalami stres

ringan sebanyak 33 orang (80,5%), stres sedang sebanyak 8 orang (19,5%) dan stres

berat tidak ditemukan. Pada kondisi kerja menyenangkan stres ringan , stres sedang

dan stres berat tidak ditemukan.

Menurut Frasser (1997) 74% Perawat mengeluh dan kesal terhadap lingkungan

yang menuntut kekuatan fisik dan keterampilan, hal ini merupakan penyebab stres

perawat.

Menurut Anoraga (2006), akibat kompleknya permasalahan yang timbul dari

kondisi kerja di RS yang mencakup lingkungan kerja secara fisik dan sosial misalnya

hubungan dengan teman sekerja, hubungan atasan dengan bawahan dan rasa aman

bagi perkeja itu sendiri saat melakukan pekerjaan.

Kondisi lingkungan fisik dapat berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin,

terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan ketidaknyamanan selama menjalankan pekerjaannya, begitu juga

ruangan yang terlalu dingin. Panas bukan hanya dalam pengertian temperatur udara

tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Disamping itu, kebisingan juga mengambil andil

tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada

kebisingan dibanding yang lain (Margiati, 1999).

Kondisi kerja pada ruangan obgyn dari hasil penelitian ditemukan kondisi kerja

yang tidak menyenangkan, hal ini berkaitan dengan tugas perawat kebidanan dalam

menerima dan merawat pasien yang akan bersalin dan harus dapat menghadapi

sekaligus menenangkan kecemasan pasien dan keluarga pasien dengan baik.

5.2 Pengaruh Beban Kerja terhadap Stres kerja

Hasil uji chi-square bahwa pengaruh antara beban kerja terhadap stres kerja

menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dengan nilai p = 0,001 atau (p<0,05)

berarti ada pengaruh yang signifikan antara beban kerja terhadap stres kerja, perawat

ruangan yang beban kerja ringan mengalami stres kerja ringan sebanyak 12 orang

(85,7%), stres sedang sebanyak 2 orang (14,3%), stres berat tidak ditemukan,

sedangkan yang mengalami beban kerja sedang mengalami stres ringan sebanyak 26

orang (68,4%), stres sedang sebanyak 12 orang (31,6%) dan stres berat tidak

ditemukan. Pada beban kerja yang berat seluruhnya (100%) mengalami stres sedang.

Menurut Everly dan Giordana (Munandar, 2001), beban kerja secara kuantitatif

dan kualitatif merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan, yang termasuk juga

Universitas Sumatera Utara


beban kerja berlebih secara fisik maupun mental, yaitu harus terlalu banyak

melakukan banyak hal.

Perawat diruangan juga melaksanakan asuhan keperawatan selama 24 jam dan

bekerja secara bergiliran / shift jaga. Shift jaga sering tidak seimbang dengan jumlah

pasien akibatnya perawat sering bekerja melebihi kapasitasnya (PPNI, 2000).

5.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan pada proses pengumpulan data.

Pengumpulan data dilakukan pada saat responden melaksanakan tugas, sehingga

sering terjadi interupsi pada saat pengisian kuesioner. Hal ini dapat menyebabkan

konsentrasi terganggu, sehingga pengisian kuesioner terburu-buru yang berdampak

terhadap kualitas jawaban dari responden. Upaya untu mengantisipasinya adalah

melakukan pengisian kuesioner diantara pertukaran shif jaga.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh yang bermakna antara kondisi kerja (p=0,000) terhadap stres

kerja di ruang rawat inap RSU Kabanjahe Tahun 2009

2. Terdapat pengaruh yang bermakna antara beban kerja (p=0,000) terhadap stres

kerja diruang rawat inap RSU Kabanjahe Tahun 2009.

3. Terdapat pengaruh yang bermakna antara beban kerja dan kondisi kerja terhadap

stres kerja perawat ruang rawat inap, dan variabel kondisi kerja paling dominan

mempengaruhi stres kerja perawat RSU Kabanjahe.

6.2. Saran

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan dan untuk menanggulangi stres kerja

pada perawat ruangan maka sebagai saran yang direkomendasikan:

1. Kepada Manajemen RSU Kabanjahe perlu menerapkan rotasi kerja secara

periodik bagi perawat di ruang perawatan RS Umum Kabanjahe sehingga tidak

menimbulkan kejenuhan pada perawat apabila bekerja pada satu ruangan pada

jangka waktu lama yang dapat menimbulkan stres kerja, selain itu rotasi kerja

dapat menumbulkan motivasi kerja bagi perawat ruang perawatan.

Universitas Sumatera Utara


2. Kepada Manajemen RSU Kabanjahe perlu menciptakan kondisi kerja yang

menyenangkan terutama diruangan obgyn dengan berbagai hal seperti

memperluas ruangan kerja perawat, memperhatikan hak perawat.

3. Kepada Manajemen RSU Kabanjahe agar mengadakan pelatihan secara berkala

terhadap perawat.

4. Kepada Perawat ruangan RSU Kabanjahe agar menciptakan kondisi yang

menyenangkan perawat agar tetap santai dalam menghadapi kesibukan melayani

pasien yang akan melahirkan diruang perawatan terutama ruangan obgyn dan

dapat bekerja sama dengan pegawai yang lain.

5. Kepada Perawat ruangan RSU Kabanjahe, agar meningkatkan pengetahuan yang

berhubungan dengan perawatan pasien di Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Anies, Penyakit Akibat Kerja, Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja dan
Upaya Penanggulangannya. PT.Elex-medika Komputindo, Jakarta, 2005.

Anonyus, 2008, Hubungan Stres Kerja dengan Prestasi Kerja, http//bsf.Bawean info/
bsf /page id.64 diakses tanggal 22 Januari 2010.

Anonymous, 2008. Mengelola Stres Kerja, http//www.Balihusada com.Diakses


tanggal 25 Januari 2010.

Anoraga, P. Psikologi Kerja, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.2001

A.Azis Alinul Hidayat, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, ed.2. Penerbit


Salemba Medika, 2002.

Bakeer, dkk.Penelitian Stress Kerja, E.Psikologi.Com, Team E-Psikologi, Informasi


Psikologi On-Line, Jakarta.1987

Dadang Hawari, 2006, Management Stres, Cemas dan Depresi, Gaya Baru, Jakarta.

Depkes RI, Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Sakit, Dep-Kes, 1996.

Djodibroto, R.H. Kiat Mengelola Rumah Sakit, Hipolenates, Jakarta, 1997.

Fraser, Stres dan Kepuasan Kerja, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1992.

Gaffar La Ode, Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, 1999.

Hanid, A.Y.Rencana Strategi Keperawatan, PPNI, 2001.

Kurniawan, D, 1995, Kemaknaan Nadi Kerja Sebagai Parameter Pembebanan.


Majalah dan Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jakarta XXVIII (2) : 20-25.

Manuaba, A, 2000, Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam : Wigny


Osvebroto, S & Wiratno, SE, Eds, Procendings Seminar Nasional Ergonomi. PT.
Guna Widya, Surabaya : 1-4.

Marr Heater H, Giebing, Penjamin Kualitas Dalam Keperawatan, EGC, Jakarta


1991.

Universitas Sumatera Utara


Nursallam, Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek, Penerbit
Salemba, Jakarta. 2002
Nursalam, Management Keperawatan, Ed.I Surabaya, Salemba medika, 2002.

Notoatmodjo, 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan Pertama, PT.Rineka


Cipta, Jakarta.

Priharojo Robert, Praktek Keperawatan Profesional, EGC, 1995.

Rice, PL, 1992, Stress and Health 2nnd ed,Pasifik Grove, California, Brooks /Cole.

Rumah Sakit Umum Kabanjahe “Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe” Tahun
2008.

Saifuddin Azwar, 1999. Penyusunan Skala Psikologi, Penerbit Pustaka PelajaR


Pelantikan.

Scholler, 2002, Penelitian Dampak Stres, E-psikologi, Com.Team E-Psikologi


Informasi, Psikologi Online, Jakarta.

Suma’mur, P.K.1982, Ergonomi Untuk Produktivitas kerja, Yayasan Swabhawa


Karya, Jakarta.

__________, P.K. 1984, Higiene Perusahaan dan Kesehatan kerja, Cet-4, Penerbit
P.T.Gunung Agung, Jakarta:82-92.

Sunadi Suryabrata, 2008. Alat Ukur Psikologi, Penerbit Andi. Yogyakarta.

Supardi, 2007, Analisis Stres pada kondisi kerja dan Beban kerja perawat dalam
klasifikasi pasien di ruang rawat Inap Rumkit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan, USU.

Surat Keputusan Menkes RI No. 983 /Menkes /SK/IX /1992, Tentang Pedoman
Organisasi RS Umum, 1992.

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH KONDISI KERJA DAN BEBAN KERJA TERHADAP STRES


KERJA PERAWAT DI RSU KABANJAHE KAB. KARO TAHUN 2010.

NO. RESPONDEN :
NAMA :
UMUR :
MASA KERJA :
UNIT KERJA :

PERTANYAAN BEBAN KERJA

1. Pilihlah salah satu jawaban dari kolom yang tersedia sesuai dengan penilaian
saudari
2. Alternatif jawaban dalam kuesioner ini adalah
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Tidak tahu
4 = Setuju
5 = Sangat setuju

SKOR
PERTANYAAN
No 1 2 3 4 5
1. Pekerjaan yang diberikan kepada saya terlalu berat
2. Terlalu banyak pekerjaan yang harus saya lakukan
3. Terlalu banyak tuntutan keluarga pasien
4. Pimpinan Rumah Sakit terlalu banyak tuntutan kepada saya
5. Saya kurang nyaman terhadap tuntutan keluarga pasien
untuk keselamatan pasien
6. Saya bosan apabila harus mengerjakan observasi pasien
setiap jam
7. Saya selalu dituntut untuk dapat setiap saat mengambil
keputusan yang harus tepat
8. Saya jenuh dan bosan dengan tugas pemberian obat-obatan
secara tepat waktu
9. Saya dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang
berkualitas
10. Saya dituntut harus merawat pasien dalam kondisi apapun
11. Saya tidak nyaman karena tidak diikutsertakan dalam

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Pertanyaan Beban Kerja

SKOR
PERTANYAAN
No 1 2 3 4 5
pengambilan keputusan oleh pihak manajemen rumah sakit
12. Pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki tidak
mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan
13. Saya setiap saat harus menghadapi pasien dengan
kharakteristik yang berbeda.
14. Jumlah pasien tidak sesuai dengan jumlah perawat
15. Pasien terlalu banyak keluhan

Universitas Sumatera Utara


PERTANYAAN KONDISI KERJA

Petunjuk : Berilah tanda (√) pada kolom angka yang ada disebelah kanan masing-
masing butir pernyataan dengan pilihan sebagai berikut :
Skore : 1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Tidak tahu
4. Setuju
5. Sangat Setuju
SKOR
No PERTANYAAN
1 2 3 4 5
1. Saya merasa terganggu dengan bunyi peralatan yang ada di
ruang rawat inap
2. Saya merasa pembagian shift kerja belum sesuai
3. Saya merasa tidak ada sirkulasi udara yang sehat didalam
ruangan perawat
4. Saya merasa penerangan diruang kerja perawat kurang
5. Saya merasa sulit menghadapi keluarga pasien dengan
kecemasan yang meningkat
6. Saya terganggu dengan kondisi pasien yang memburuk
secara tiba-tiba
7. Saya sulit bekerja sama dengan sesama perawat di ruangan
8. Saya sulit bekerja sama antar perawat degan tim kesehatan
yang lain
9. Saya merasa panas di ruangan perawat
10. Saya merasa terganggu terhadap adanya ekskresi saluran
cerna, genetalia, darah, mucosa, urine, feces, dan bekas
muntahan diruangan
11. Saya merasa terganggu terhadap peralatan yang telah usang
di ruang rawat inap
12. Saya merasa terlalu dingin pada malam hari karena ruangan
perawat yang terbuka
13. Saya meras terganggu terhadap dering telepon yang bunyi
tiba-tiba

Universitas Sumatera Utara


PERTANYAAN STRES KERJA

1. Pilihlah salah satu jawaban dari kolom yang tersedia sesuai dengan penilaian
saudari
2. Alternatif jawaban dalam kuesioner ini adalah
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Tidak tahu
4 = Setuju
5 = Sangat setuju

SKOR
No PERTANYAAN
1 2 3 4 5
1. Saya merasa jantung saya berdebar saat menghadapi pasien
yang sangat parah
2. Merasa tidak cocok dengan pekerjaan saya
3. Merasa ada gangguan penglihatan saat bekerja
4. Merasa tidak cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
5. Saya curiga dengan orang lain membicarakan diri saya
6. Merasa sulit berorientasi dengan teman sejawat saya
7. Saya merasa mudah marah tanpa sebab yang berarti
8. Saya bingung dalam menghadapi pekerjaan merawat pasien
yang bervariasi
9. Saya merasa kecewa dengan hasil pekerjaan saya dalam
merawat pasien
10. Saya merasa jenuh dalam merawat pasien
11. Saya merasa lambat terhadap situasi yang membahayakan
pasien
12. Saya ingin pindah kebagian yang lain
13. Saya makan berlebihan akhir-akhir ini
14. Saya mudah tersinggung bila ditegur pimpinan RS
15. Sata merasa telapak tangan saya berkeringat saat menghadapi
pasien
16. Merasa cemas tidak dapat merawat pasien dengan baik
17. Saya merasa tertekan karena pekerjaan merawat pasien yang
bervariasi

Universitas Sumatera Utara


Lanjutan Pertanyaan Stres Kerja

18. Merasa selalu ada gangguan tidur


19. Merasa penurunan kemampuan kerja dalam merawat dan
menghadapi keluhan pasien
20. Ketegangan dalam berorientasi dengan tim kesehatan yang
lain
21. Kehilangan nafsu makan
22. Diare saat /setelah bekerja
23. Merasa mual saat berhadapan dengan pasien
24. Merasa sakit perut/ nyeri ulu hati saat bekerja
25. Merasa frekuensi pernafasan meningkat saat menghadapi
pasien yang gawat
26. Merasa sesak nafas saat bekerja
27. Saya menarik diri dari teman sejawat
28. Saya selalu menghindar dari masalah pekerjaan saya
merawat pasien
29. Merasa denyut nadi meningkat saat menghadapi keluhan-
keluhan pasien
30. Saya selalu menyalahkan diri sendiri bila tidak dapat
merawat pasien.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Saudari atas kesediaannya mengisi kuesioner ini

dengan benar dan sesuai dengan kenyataan.

Peneliti,

DIAH PITALOKA.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

No Pertanyaan Corrected Item-Total Keterangan


Correlation
1. Beban Kerja
Pertanyaan 1 0.8729 Valid
Pertanyaan 2 0.9350 Valid
Pertanyaan 3 0.7231 Valid
Pertanyaan 4 0.7621 Valid
Pertanyaan 5 0.8956 Valid
Pertanyaan 6 0.7682 Valid
Pertanyaan 7 0.7541 Valid
Pertanyaan 8 0.8120 Valid
Pertanyaan 9 0.8211 Valid
Pertanyaan 10 0.7120 Valid
Pertanyaan 11 0.8512 Valid
Pertanyaan 12 0.7581 Valid
Pertanyaan 13 0.9350 Valid
Pertanyaan 14 0.8729 Valid
Pertanyaan 15 0.7751 Valid
Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.9592 Reliabel
2 Kondisi Kerja
Pertanyaan 1 0.8719 Valid
Pertanyaan 2 0.9350 Valid
Pertanyaan 3 0.8729 Valid
Pertanyaan 4 0.8761 Valid
Pertanyaan 5 0.7682 Valid
Pertanyaan 6 0.7580 Valid
Pertanyaan 7 0.8210 Valid
Pertanyaan 8 0.8121 Valid
Pertanyaan 9 0.7681 Valid
Pertanyaan 10 0.9350 Valid
Pertanyaan 11 0.8729 Valid
Pertanyaan 12 0.7684 Valid
Pertanyaan 13 0.7781 Valid
Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.9562 Reliabel
3 Stres Kerja Valid
Pertanyaan 1 0.8812 Valid
Pertanyaan 2 0.8131 Valid
Pertanyaan 3 0.8756 Valid
Pertanyaan 4 0.8841 Valid
Pertanyaan 5 0.8392 Valid

Universitas Sumatera Utara


 

Tabel.3.1 (Lanjutan)
0
No Pertanyaan Corrected Item-Total Keterangan
Correlation
Pertanyaan 6 0.8965 Valid
Pertanyaan 6 0.8965 Valid
Pertanyaan 7 0.8311 Valid
Pertanyaan 8 0.9233 Valid
Pertanyaan 9 0.7312 Valid
Pertanyaan 10 0.7512 Valid
Pertanyaan 11 0.8956 Valid
Pertanyaan 12 0.9027 Valid
Pertanyaan 13 0.8729 Valid
Pertanyaan 14 0.7712 Valid
Pertanyaan 15 0.8761 Valid
Pertanyaan 16 0.7684 Valid
Pertanyaan 17 0.8772 Valid
Pertanyaan 18 0.7683 Valid
Pertanyaan 19 0.7566 Valid
Pertanyaan 20 0.7829 Valid
Pertanyaan 21 0.9350 Valid
Pertanyaan 22 0.8721 Valid
Pertanyaan 23 0.7552 Valid
Pertanyaan 24 0.7684 Valid
Pertanyaan 25 0.9352 Valid
Pertanyaan 26 0.7511 Valid
Pertanyaan 27 0.6809 Valid
Pertanyaan 28 0.9027 Valid
Pertanyaan 29 0.9350 Valid
Pertanyaan 30 0.8761 Valid
Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.9560 Reliabel

Hasil uji validitas menunjukkan semua pertanyaan valid dan reliabel.

Universitas Sumatera Utara


BAGAN ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM KABANJAHE

DIREKTUR
RSU KABANJAHE
Dasar : Peraturan Daerah Kab. Karo Nomor 19 Tahun 2008 Dr. SUARA GINTING, SpPD
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah Kab. Karo

Sub Bag Keuangan Sub Bag Kepegawaian Sub Bag Umum Dan
Kawas Tarigan Agnes Hiasenta Br T Perlengkapan
Nikosair Tarigan, SKM

Bid Penj Pelayanan Medik Bid Pel Medik Bid Data Dan Perencanaan
Dr. Truli Pardede, SpS dr. Joyce Kambodji, SpS dr. Thomas Silangit, SpPK

Seksi Sarana dan Prasarana Seksi Rekam Medik Seksi Keperawatan Seksi Pel dan Humas Seksi Perencanaan Seksi Diklat
Omri Sanjaya Ginting Ruman Boru Sembiring Hordeharda Br Bangun Ramtha Tarigan dr. Kasta Marianta G, SKM

Instalasi Gawat Darurat Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat inap Intalasi Radiologi Instalasi Rehabilitasi Instalasi Gizi
Perikuten Ginting Ngawal Tarigan Patuh Tarigan dr. Elsa Br S, SpR Medik/ Fisioterapi Rony Nganjung T, SKM
Enos Pelawi
UTD (Unit Transfusi Darah)
dr. Anita Isabella Instalasi Sarana & Instalasi Hemodialisa Instalasi Laboratorium
Prasarana dr. Sopyan S, SpPD dr. Indrayani Br Purba Inst alasi Farmasi DIREKTUR RSU KABANJAHE
Jantenang Ketaren Drs. Bahagia Purba
Intstalasi Penunjang dr. SUARA GINTING, SpPD
Diagnostik PEMBINA TK I
NIP. 19630424 199003 1 004

Universitas Sumatera Utara


Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Ruangan * Kategori Stress
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
Kerja
Ruangan * Kategori Beban
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
Kerja
Ruangan * Kategori Kondisi
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
Kerja

Ruangan * Kategori Kondisi Kerja

Crosstab

Kategori Kondisi Kerja


Menyenan Kurang Tidak
gkan Menyenangkan Menyenangkan Total

Ruangan Bedah Count 7 8 2 17


% within Ruangan 41.2% 47.1% 11.8% 100.0%
% of Total 12.1% 13.8% 3.4% 29.3%
Obgyn Count 0 3 3 6
% within Ruangan .0% 50.0% 50.0% 100.0%
% of Total .0% 5.2% 5.2% 10.3%
Anak Count 0 7 7 14
% within Ruangan .0% 50.0% 50.0% 100.0%
% of Total .0% 12.1% 12.1% 24.1%
Interne Count 2 11 8 21
% within Ruangan 9.5% 52.4% 38.1% 100.0%
% of Total 3.4% 19.0% 13.8% 36.2%
Total Count 9 29 20 58
% within Ruangan 15.5% 50.0% 34.5% 100.0%
% of Total 15.5% 50.0% 34.5% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1- Point
Value df sided) (2-sided) sided) Probability
Pearson Chi-Square 14.876a 6 .021 .019
Likelihood Ratio 16.488 6 .011 .019
Fisher's Exact Test 12.666 .031
Linear-by-Linear
6.577b 1 .010 .010 .006 .002
Association
N of Valid Cases 58
a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .93.
b. The standardized statistic is 2.564.

Ruangan * Kategori Beban Kerja

Crosstab

Kategori Beban Kerja

Ringan Sedang Berat Total

Ruangan Bedah Count 7 8 2 17


% within Ruangan 41.2% 47.1% 11.8% 100.0%
% of Total 12.1% 13.8% 3.4% 29.3%
Obgyn Count 0 2 4 6
% within Ruangan .0% 33.3% 66.7% 100.0%
% of Total .0% 3.4% 6.9% 10.3%
Anak Count 0 6 8 14
% within Ruangan .0% 42.9% 57.1% 100.0%
% of Total .0% 10.3% 13.8% 24.1%
Interne Count 2 12 7 21
% within Ruangan 9.5% 57.1% 33.3% 100.0%
% of Total 3.4% 20.7% 12.1% 36.2%
Total Count 9 28 21 58
% within Ruangan 15.5% 48.3% 36.2% 100.0%
% of Total 15.5% 48.3% 36.2% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. Point


Value df (2-sided) sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 17.598a 6 .007 .006
Likelihood Ratio 18.969 6 .004 .007
Fisher's Exact Test 14.923 .011
Linear-by-Linear
5.202b 1 .023 .026 .013 .005
Association
N of Valid Cases 58
a. 6 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .93.

b. The standardized statistic is 2.281.

Ruangan * Kategori Stress Kerja

Crosstab

Kategori Stress Kerja

Ringan Sedang Berat Total

Ruangan Bedah Count 7 8 2 17


% within Ruangan 41.2% 47.1% 11.8% 100.0%
% of Total 12.1% 13.8% 3.4% 29.3%
Obgyn Count 0 3 3 6
% within Ruangan .0% 50.0% 50.0% 100.0%
% of Total .0% 5.2% 5.2% 10.3%
Anak Count 0 7 7 14
% within Ruangan .0% 50.0% 50.0% 100.0%
% of Total .0% 12.1% 12.1% 24.1%
Interne Count 2 12 7 21
% within Ruangan 9.5% 57.1% 33.3% 100.0%
% of Total 3.4% 20.7% 12.1% 36.2%
Total Count 9 30 19 58
% within Ruangan 15.5% 51.7% 32.8% 100.0%
% of Total 15.5% 51.7% 32.8% 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. Point


Value df sided) sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 15.109a 6 .019 .017
Likelihood Ratio 16.515 6 .011 .019
Fisher's Exact Test 12.718 .030
Linear-by-Linear
5.702b 1 .017 .018 .010 .004
Association
N of Valid Cases 58
a. 7 cells (58.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
.93.
b. The standardized statistic is 2.388.

Universitas Sumatera Utara


 

PENGARUH KONDISI KERJA DAN BEBAN KERJA TERHADAP STRES


KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP
RSU KABAN JAHE KAB. KARO
TAHUN 2010

Diah Pitaloka1, Syamsir.BS2, Ferry Novliadi,3


1
Mahasiswa Program Studi S2 IKM FKM USU Jl. Sivitas Akademika Kampus USU
2
Dosen Program Studi S2 IKM FKM USU Jl. Sivitas Akademika Kampus USU, Medan
3
Dosen Program Studi S2 IKM FKM-USU Jl. Sivitas Akademika Kampus USU, Medan

Abstract
Stress experienced by the nurses can be caused by various’ factors concerning
their work environment or their abundant physical or mental workload. The nurses
working in the in-patient wards of Kabanjahe General Hospital serve the patients who
are having pain in their muscle and joint ,easily getting angrv, difficultl to concentrate,
apathetic, feeling tired, and decreasing appetite. This condition will result in a strong
stress for the nurses in their work environment.
The purpose of this cross-sectional study was to analyze the influence of work
condition (work environment, length of service) and workload ( overload, simple work,
high risk work) on the nurses working in the patient wards of Kabanjahe General
Hospital.The populations of this study were all of the 58 nurses working in the patient
wards of Kabanjahe Hospital (17 nurses working in the wards of surgery department, 6
nurses working in the wards of obstetrics and gynecology department, 14 nurses working
in the wards of pediatric department, and 21 nurses working in the wards of internal
medicine department), and all of them were selected to be the samples for this study
through total sampling technique. The data obtained were analyzed through multiple
linear regression test.
The result of this study showed that there was a significant influence between
work condition, and workload on the nurses working in the in patient wards of Kabanjahe
General Hospital. The result of multiple linear regression test showed that the work
condition of the nurses was’more influencing in the incident of work stress.
The management of Kabanjahe General Hospital is suggested to (1) apply a
periodical rotation for the nurses working in the in-patient wards, (2,) to create a
pleasant work condition, (3) to provide a periodical training for the nurses, (4) to ask the
nurses working in the in-patient wards to create a pleasant work condition, and (5) to
improve their knowledge related to the treatment of patient.

Keywords : Work Stress, Work Condition, Workload.


Rumah sakit adalah bagian integral kesehatan yakni Indonesia sehat 2010 yang
dari keseluruhan sistem pelayanan terwujud dalam undang-undang bidang
kesehatan yang dikembangkan melalui kesehatan no 23/1992. Berdasarkan SK
rencana pembangunan kesehatan, sehingga Menteri Kesehatan RI. No. 983 / Menkes /
pengembangan rumah sakit tidak dapat SK/XI/1992
dilepaskan dari kebijaksanaan Berdasarkan SK Menteri
pembangunan kesehatan, saling keterkaitan Kesehatan RI.No.983/Menkes/SK/XI/1992
ini terlihat jelas dari visi pembangunan.

Universitas Sumatera Utara


menyebutkan bahwa rumah sakit adalah berbeda dengan indusri jasa lainnya.
tempat yang memberikan pelayanan Menurut Yanuar Hamid (2004) Rumah
kesehatan yang bersifat dasar spesialistik Sakit mempunyai karakteristik sebagai
dan subspesialistik serta memberikan berikut:
pelayanan yang bermutu dan terjangkau 1. Diberikan selama 24 jam terus
oleh masyarakat dalam rangka menerus selama 365 hari dalam
meningkatkan derajat kesehatan setahun
masyarakat. 2. Pelayanan bersifat individual
Sebagai salah satu jaringan pelayanan 3. Setiap saat bisa terjadi
kesehatan yang penting rumah sakit kedaruratan medik
merupakan salah satu industri jasa. Bentuk 4. Setiap saat bisa menghadapi
pelayanan ini bersifat sosio ekonomi yaitu kejadian luar biasa
suatu usaha yang walau bersifat sosial 5. Padat teknologi, modal dan
namun diusahakan agar bisa mendapat tenaga.
surplus keuntungan dengan cara Di Rumah Sakit, sumber daya
pengelolaan yang profesional dengan manusia terbanyak yang berinteraksi
memperhatikan prinsip ekonomi secara langsung dengan pasien adalah
(Djododibroto,1997). perawat, sehingga kualitas pelayanan yang
Pelayanan kesehatan yang kini di laksanakan oleh perawat dapat dinilai
berkembang di rumah sakit bukan saja sebagai salah satu indikator baik buruk
menyangkut masalah bangunannya nya kwalitas pelayanan di Rumah Sakit.
(seperti ukuran kompleksitas, jumlah unit, Sebagai pemberi jasa pelayanan
jumlah kwalifikasi staf medis dan non kesehatan, rumah sakit beroperasi 24 jam
medis, sistem keuangan serta sistem sehari. Rumah sakit membuat pemisahan
informasi) tetapi menyangkut pula pada terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu
kwalitas pekerja kesehatan dalam pelayanan pasien yang memerlukan
memberikan pelayanan. penanganan emergensi, tidak emergensi
Dalam bidang pelayanan kesehatan, dan yang diopname. Penanganan pada
pemerintah telah merencanakann visi” pelayanan tersebut dilaksanakan oleh
Indonesia Sehat 2010”. Dimana dalam visi pekerja kesehatan rumah sakit. Pekerja
tersebut pemerintah bertekad untuk dapat kesehatan rumah sakit yang terbanyak
meningkatkan kesehatan masyarakat adalah perawat yang berjumlah sekitar
secara menyeluruh (Bambang,2002). 60% dari tenaga kesehatan yang ada di
Dalam mencapai visi tersebut, salah rumah sakit. Perawat merupakan salah
satu strategi yang harus di lakukan adalah satu pekerja kesehatan yang selalau ada di
meningkatkan profesionalisme termasuk setiap rumah sakit dan merupakan ujung
profesionalisme masyarakat pekerja tombak pelayanan kesehatan rumah sakit.
rumah sakit. Pekerja di rumah sakit Perawat di rumah sakit bertugas pada
termasuk kelompok masyarakat yang turut pelayanan rawat inap, rawat jalan atau
berperan dalam mencapai” Indonesia poliklinik dan pelayanan gawat
Sehat 2010. Oleh karena itu pekerja rumah darurat.(Hamid,2001).
sakit merupakan sumber daya manusia Peran perawat sangat penting karena
yang harus dibina agar menjadi produktif sebagai ujung tombak dirawat inap dan
dan berkualitas (Depkes RI,2003). merupakan tenaga yang paling lama
Rumah sakit umum adalah Rumah kontak dengan pasien yaitu selama 24
Sakit yang memberikan pelayanan jam. Hal ini akan menyebabkan stresor
kesehatan semua jenis penyakit dari yang yang kuat pada perawat di lingkungan
bersifat dasar sampai yang spesialistik dan pekerjaan nya (Anna Keliat,1999)
mempunyai karateristik pelayanan yang

Universitas Sumatera Utara


Gibson dalam Heater Marr (1987) dalam melaksanakan tugasnya, namun
mengatakan, salah satu unsur yang sangat pada kenyataannya di masa sekarang ini
menentukan dan saling mempengaruhi masih banyak dijumpai keluhan
dalam mutu pelayanan keperawatan masyarakat tentang buruknya kualitas
adalah unsur proses yang dilakukan pelayanan keperawatan yang diberikan
perawat, tindakan yang tidak sesuai oleh perawat, yang ditulis di berbagai
dengan standart keperawatan akan sulit media masa.
untuk mencapai kualitas mutu pelayanan Menurut Kariyoso (1994) di masa
keperawatan. sekarang ini masih saja ada stigma yang
Perawat adalah profesi pekerjaan yang berkembang di masyarakat yang
mengkhususkan diri pada upaya menyatakan bahwa perawat merupakan
penanganan perawatan pasien atau asuhan sosok yang tidak ramah dan tidak bersikap
kepada pasien dengan tuntutan kerja yang hangat terhadap pasiennya.
bervariasi, tergantung pada karakteristik- Tugas dan tanggung jawab perawat
karakteristik tertentu dalam melaksanakan bukan hal yang ringan untuk dipikul. Hal
pekerjaannya. Karakteristik tersebut inilah yang bisa menimbulkan stres kerja
meliputi karakteristik tugas (yang pada perawat. Stres yang dihadapi oleh
membutuhkan kecepatan, kesiagaan serta perawat di dalam bekerja akan sangat
kerja shift), karakteristik organisasi, serta mempengaruhi kualitas pelayanan
karakteristik lingkungan kerja baik keperawatan yang diberikan kepada
lingkungan fisik dan sosial. Selain itu pasien. Stres kerja akan berpengaruh pada
perawat perawat juga di bebani tugas kondisi fisik, psikologis dan sikap perawat
tambahan lain dan sering melakukan (Robbins, 1998).
kegiatan yang bukan fungsinya. Sebuah survei di Prancis menyebutkan
Menurut Schroder dalam Heater Marr persentase kejadian stres sekitar 74% di
(1991), perawat yang terlibat dalam alami perawat, mereka mengeluh dan
meningkatkan mutu pelayanan kesal terhadap lingkungan yang menuntut
keperawatan harus dapat melaksanankan kekuatan fisik dan keterampilan, hal ini
pengkajian yang mendalam di area merupakan penyebab stres Perawat
praktek nya dan dapat melaksanakan riset, (Frasser,1997).
memperlihatkan rasa tanggungjawab Tingkah laku negatif pekerja yang
dalam menentukan aspek keperawatan mengalami stres berkorelasi dengan hasil
sesuai dengan keahliannya, dapat kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja,
berkomunikasi dengan rekan sejawat serta tendensi mengalami kecelakaan kerja,
dapat menerapkan disiplin ilmu. sehingga dampak negatif yang
Hal ini sejalan dengan penelitian ditimbulkan merupakan hambatan baik
Departemen Kesehatan dan Universitas dalam management maupun oprasional
Indonesia (2005) bahwa terdapat 78,8% kerja serta dapat menurunkan
perawat melaksanakan tugas kebersihan, produktivitas kerja terutama mutu
63,6% melakukan tugas administratif dan pelayanan (Scholler,1980).
lebih dari 90% melakukan tugas non Keith Davis (1985) mengatakan
keperawatan (misalnya menetapkan bahwa stres sebagai suatu kondisi
diagnosa penyakit, membuat resep dan ketegangan yang mempengaruhi emosi,
melakukan tindakan pengobatan) dan proses pikiran, dan kondisi fisik
hanya 50% yang melakukan asuhan seseorang. Stres yang dialami seseorang
keperawatan sesuai dengan fungsinya. tentunya akan mengganggu kesehatannya.
Seorang perawat diharapkan bersikap Hasil penelitian Plaut dan Friedman
penuh perhatian dan kasih sayang (1981), Baker, (1985) menyatakan bahwa
terhadap pasien maupun keluarga pasien stres yang dialami seseorang akan

Universitas Sumatera Utara


menurunkan daya tahan tubuh terhadap Beban kerja perawat di rumah sakit
serangan penyakit dengan cara meliputi beban kerja fisik dan mental.
menurunkan jumlah fightining deisease Beban kerja bersifat fisik meliputi
cells, sehingga seseorang lebih mudah mengangkat pasien, memandikan pasien,
terinfeksi penyakit, terkena alergi dan membantu pasien kekamar mandi,
untuk menyembuhkannya memerlukan mendorong peralatan kesehatan,
waktu yang lama karena produksi sel-sel merapikan tempat tidur, mendorong
kekebalan menurun. brankast pasien. Sedangkan beban kerja
Penurunan status kesehatan ini yang bersifat mental dapat berupa bekerja
tentunya akan menurunkan kinerja yang dengan shift atau bergiliran, kompleksitas
akhirnya juga menurunkan produktivitas pekerjaan (mempersiapkan mental dan
kerja. Kondisi tersebut akan rohani pasien dan keluarga terutama yang
mempengaruhi perusahaan tempat akan memerlukan operasi atau dalam
bekerja, dimana perusahaan akan keadaan kritis), bekerja dengan
mengalami kerugian finansial karena tidak keterampilan khusus dalam merawat
seimbangnya antara produktivitas dengan pasien, tanggung jawab terhadap
biaya yang dikeluarkan untuk membayar kesembuhan serta harus menjalin
gaji, tunjangan dan fasilitas lainnya. komunikasi dengan pasien.
Banyak pekerja yang tidak masuk kerja Beban kerja yang terbagi atau
dengan berbagai alasan, atau pekerjaan mendadak tidaknya suatu tugas, kesulitan
tidak selesai pada waktunya karena tugas,ketercukupan waktu penyelesaian,
kelambanan atau kesalahan yang berulang teman kerja yang bisa membantu dan
(Rini,2002) kelelahan menyelesaikan tugas.
Kondisi kerja mencakup lingkungan Secara umum orang berpendapat
secara fisik dan sosial misalnya hubungan bahwa jika seseorang dihadapkan pada
dengan teman sekerja, hubungan atasan tuntutan pekerjaan yang melampaui
dengan bawahan dan rasa aman bagi kemampuan individu tersebut, maka di
pekerja itu sendiri saat melakukan katakan individu itu mengalami stres
pekerjaan (Anoraga,2006). kerja. Stres merupakan suatu keadaan
Kondisi lingkungan fisik dapat berupa dimana seseorang mengalami gangguan
suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, emosi karena adanya kondisi yang
terlalu sesak, kurang cahaya dan mempengaruhi dirinya yang dapat
semacamnya. Ruangan yang terlalu panas diperoleh dari dalam maupun dari luar diri
menyebabkan ketidaknyamanan seseorang seseorang (Ulhaq,2008).
dalam menjalankan pekerjaannya, begitu Menurut Hager (1999), stres sangat
juga ruangan yang terlalu dingin. Panas bersifat individual dan pada dasarnya
bukan hanya dalam pengertian temperatur bersifat merusak bila tidak ada
udara tetapi juga sirkulasi atau arus udara. keseimbangan antara daya tahan mental
Disamping itu, kebisingan juga individu dengan beban yang dirasakannya.
mengambil andil tidak kecil munculnya Namun, berhadapan dengan suatu stressor
stres kerja, sebab beberapa orang sangat (sumber stres) tidak selalu mengakibatkan
sensitif pada kebisingan dibanding yang gangguan secara psikologis maupun
lain (Margiati,1999). fisiologis.
Beban kerja sebagai sumber stres Seperti yang telah diungkapkan di
disebabkan karena kelebihan beban kerja atas, lingkungan pekerjaan berpotensi
baik beban kerja kualitatif maupun beban sebagai stressor kerja. Stressor kerja
kerja kuantitatif (French dan merupakan segala kondisi pekerjaan yang
Caplan,1973). dipersepsikan karyawan sebagai suatu
tuntutan dan dapat menimbulkan stres

Universitas Sumatera Utara


kerja. Stressor yang sama dapat dipersepsi nafsu makan menurun. Menurut Anoraga
secara berbeda, yaitu dapat sebagai (2001), hal ini merupakan gejala-gejala
peristiwa yang positif dan tidak stres kerja. Untuk mencegah keluhan yang
berbahaya, atau menjadi peristiwa yang ada maka perlu adanya sutua penelitian
berbahaya dan mengancam. Penilaian yang berkaitan dengan hubungan beban
kognitif individu dalam hal ini nampaknya kerja dan kondisi kerja dengan stres kerja
sangat menentukan apakah stressor itu perawat di ruang rawat inap rumah sakit
dapat berakibat positif atau negatif. umum Kabanjahe Kabupaten Karo.
Penilaian kognitif tersebut sangat
berpengaruh terhadap respon yang akan
muncul (Selye, 1956). Penilaian kognitif Metode Penelitian
bersifat individual differences, maksudnya
adalah berbeda pada masing-masing Jenis penelitian berupa penelitian
individu. Perbedaan ini disebabkan oleh analitik dengan disain cross sectional
banyak faktor. Penilaian kognitif itu, bisa (potong lintang) untuk mengetahui
mengubah cara pandang akan stres. pengaruh beban kerja dan kondisi kerja
Dimana stres diubah bentuk menjadi suatu terhadap stres kerja pada perawat ruangan
cara pandang yang positif terhadap diri Rumah Sakit Umum Kaban Jahe.
dalam menghadapi situasi yang stressful. Pendekatan cross sectional adalah suatu
Sehingga respon terhadap stressor bisa pendekatan yang bersifat sesaat pada suatu
menghasilkan outcome yang lebih baik waktu dan tidak diikuti terus-menerus
bagi individu. dalam kurun waktu tertentu.
Rumah sakit Umum Kabanjahe Penelitian selama 6 bulan dari bulan
adalah Rumah Sakit yang memberikan Nopember 2009 sampai dengan April
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat 2010.
di daerah sekitar lokasi Rumah Sakit Populasi dalam penelitian adalah
tersebut. Unit perawatan rawat inap yang semua perawat di ruang Rawat Inap
ada di Rumah Sakit Umum Kabanjahe, Rumah Sakit Umum Kabanjahe yang
terdiri dari Ruang Perawatan Bedah, berjumlah 58 orang. (total sampling)
Ruang Perwatan Anak, Ruang Perawatan Metode pengumpulan data dilakukan
Kebidanan dan Perawatan Dewasa. dengan wawancara berpedoman pada
Berdasarkan data Rumah Sakit Umum kuesioner. Analisis data menggunakan uji
Kabanjahe Kabupaten Karo (2008) regresi linear ganda dengan pada tingkat
terdapat 58 perawat di ruang Rawat Inap kepercayaan 95%.
yang tersebar di ruang rawat bedah 9
orang, di ruang perawatan kebidanan 10
orang, di ruang perawatan anak 10 orang, Hasil dan Pembahasan
dan di ruang perawatan dewasa 29 orang. 1. Tingkat Kondisi Kerja Perawat
Perawat jaga dibagi dalam 3 shift kerja
yaitu pagi dari jam 08.00 Wib-14.00 Wib, Kondisi kerja perawat ruangan RS
siang dari 14.00 Wib -21.00 Wib, malam Umum Kabanjahe dapat di pengaruhi baik
dari jam 21.00 Wib -08.00 Wib. oleh lingkungan fisik kerja dan kondisi
Hasil wawancara pada uji lama waktu kerja,yang dapat
pendahuluan yang dilakukan pada perawat mempengaruhi sikap dan prilaku perawat
ruang rawat inap di rumah sakit tersebut tersebut
yang mengalami stres kerja. Hal ini Kondisi kerja perawat ruangan RS
terlihat dengan banyaknya keluhan nyeri umum disetiap ruangan kerja dibagi tiga
otot dan sendi, mudah marah, sulit kategori yaitu : Tidak menyenangkan,
konsentrasi, apatis, perasaan lelah, dan

Universitas Sumatera Utara


Kurang menyenangkan dan hasil kondisi kerja yang paling tidak
Menyenangkan. menyenangkan seluruhnya (100%)
Hasil penelitian menunjukkan kondisi ditemukan pada ruangan obgyn.
kerja yang paling banyak pada kategori
tidak menyenangkan yaitu : 41 orang 2. Perbedaan beban kerja di tiap
(70,7%) dan kategori kurang ruangan
menyenangkan 17 orang (29,3%) serta Perbedaan beban kerja di tiap ruangan
kategori menyenangkan tidak ditemukan bila dilihat persentasenya yang dibagi
menjadi ringan, sedang, berat dapat
2. Tingkat Beban Kerja Perawat diperoleh hasil ruangan yang memiliki
kategori beban kerja berat terdapat
Beban kerja perawat ruangan dapat diruangan obgyn (50%) kemudian diikuti
berupa beban kerja fisik dan beban kerja dengan ruangan bedah (5,9%) ruangan
mental yang dikembangkan dalam 15 item anak (14,3%) dan interna (0,0%).
pertanyaan dengan kategori:beban kerja Sedangkan beban kerja yang ringan
ringan,beban kerja sedang dan beban kerja terdapat di ruangan bedah (47,1%)
berat. kemudian diikuti dengan ruangan anak
Hasil Penelitian Menunjukkan bahwa (14,3%), ruangan obgyn (0,0%) dan
pada perawat ruangan RS Umum ruangan interna (19,0%).
Kabanjahe beban kerja ringan sebesar 14
orang (24,1%), tingkat beban kerja sedang 3. Perbedaan Stres kerja perawat di
sebesar 38 orang (65,5%), dan tingkat tiap ruangan
beban kerja berat sebesar 6 orang (10,3%). Perbedaan stres kerja di tiap ruangan
bila dilihat hasil persentasenya yang
3. Tingkat Stes kerja perawat ruangan dikategorikan menjadi stres kerja ringan,
Indikator yang dipergunakan dalam sedang dan berat dimana ruangan yang
pengukuran stres kerja perawat ruangan memiliki stres kerja berat tidak
menjadi tiga aspek yakni gejala ditemukan. Sedangkan ruangan yang
psikologis,gejala fisik dan prilaku yang memiliki stres kerja ringan pada ruangan
dikembangkan dalam 30 item pertanyaan bedah (88,2%) kemudian diikuti ruangan
dengan kategori ringan,sedang dan berat. obgyn (50,0%) ruang anak (42,9%) dan
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ruangan interna (66,7%).
pada perawat ruangan stres kerja sedang
sebesar 20 orang (34,5%), tingkat stres
kerja ringan sebesar 38 orang (65,5%) dan 5.2. Pengaruh Kondisi Kerja terhadap
stres berat tidak ditemukan. Stres kerja

Perawat ruangan yang mengalami


Perbedaan Beban Kerja, Kondisi Kerja kondisi kerja yang tidak menyenangkan
dan Stres Kerja Perawat di tiap mengalami stres ringan sebanyak 33 orang
Ruangan. (80,5%), stres sedang sebanyak 8 orang
(19,5%), sedangkan pada kondisi kerja
1. Perbedaan Kondisi kerja di tiap kurang menyenangkan mengalami stres
ruangan ringan sebanyak 5 orang (29,4%), stres -
Perbedaan kondisi kerja di tiap sedang sebanyak 12 orang (70,6%) dan
ruangan kerja bila dilihat persentasenya yang mengalami stres berat tidak
yang terbagi menjadi kategori ditemukan.
menyenangkan, kurang menyenangkan Sedangkan kondisi yang
dan tidak menyenangkan maka diperoleh menyenangkan tidak ada ditemukan

Universitas Sumatera Utara


mengalami stres kerja,baik ringan,sedang kerja yang tidak menyenangkan, hal ini
maupun berat. berkaitan dengan tugas perawat kebidanan
Hasil uji chi-square bahwa pengaruh dalam menerima dan merawat pasien yang
antara kondisi kerja terhadap stres kerja akan bersalin dan harus dapat menghadapi
menunjukkan adanya hubungan yang sekaligus menenangkan kecemasan pasien
bermakna dengan nilai p : 0,001 atau dan keluarga pasien dengan baik.
(p<0,05) berarti ada pengaruh yang
signifikan antara kondisi kerja dengan
stress kerja. Perawat ruangan yang kondisi 5.3. Pengaruh Beban Kerja terhadap
kerja kurang menyenangkan lebih banyak Stres kerja
mengalami stres kerja ringan sebanyak 5
orang (29,4%), stres sedang 12 orang Perawat ruangan RSU Kabanjahe
(70,6%), dan stres berat tidak ditemukan, yang mengalami beban kerja ringan
sedangkan pada kondisi kerja tidak mengalami stres ringan sebanyak 12 orang
menyenangkan mengalami stres ringan (85,7%), stres sedang sebanyak 2 orang
sebanyak 33 orang (80,5%), stres sedang (14,3%) dan stres berat tidak ditemukan.
sebanyak 8 orang (19,5%) dan stres berat Sedangkan pada beban kerja yang sedang
tidak ditemukan. Pada kondisi kerja yang mengalami stres ringan sebanyak 26
menyenangkan stres ringan , stres sedang orang (68,4%) stres sedang sebanyak 12
dan stres berat tidak ditemukan. orang (31,6%) dan stres berat tidak
Menurut Frasser (1997) 74% Perawat ditemukan. Sedangkan beban kerja yang
mengeluh dan kesal terhadap lingkungan berat seluruhnya(100%) hanya mengalami
yang menuntut kekuatan fisik dan stres sedang.
keterampilan, hal ini merupakan penyebab Hasil uji chi-square bahwa pengaruh
stres perawat. antara beban kerja terhadap stres kerja
Menurut Anoraga (2006), akibat menunjukkan adanya pengaruh yang
kompleknya permasalahan yang timbul bermakna dengan nilai p = 0,001 atau
dari kondisi kerja di RS yang mencakup (p<0,05) berarti ada pengaruh yang
lingkungan kerja secara fisik dan sosial signifikan antara beban kerja terhadap
misalnya hubungan dengan teman sekerja, stres kerja, perawat ruangan yang beban
hubungan atasan dengan bawahan dan kerja ringan mengalami stres kerja ringan
rasa aman bagi perkeja itu sendiri saat sebanyak 12 orang (85,7%), stres sedang
melakukan pekerjaan. sebanyak 2 orang (14,3%), stres berat
Kondisi lingkungan fisik dapat tidak ditemukan, sedangkan yang
berupa suhu yang terlalu panas, terlalu mengalami beban kerja sedang mengalami
dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan stres ringan sebanyak 26 orang (68,4%),
semacamnya. Ruangan yang terlalu panas stres sedang sebanyak 12 orang (31,6%)
menyebabkan ketidaknyamanan selama dan stres berat tidak ditemukan. Pada
menjalankan pekerjaannya, begitu juga beban kerja yang berat seluruhnya (100%)
ruangan yang terlalu dingin. Panas bukan mengalami stres sedang.
hanya dalam pengertian temperatur udara Menurut Everly dan Giordana
tetapi juga sirkulasi atau arus udara. (Munandar, 2001), beban kerja secara
Disamping itu, kebisingan juga kuantitatif dan kualitatif merupakan
mengambil andil tidak kecil munculnya kemungkinan sumber stres pekerjaan,
stres kerja, sebab beberapa orang sangat yang termasuk juga beban kerja berlebih
sensitif pada kebisingan dibanding yang secara fisik maupun mental, yaitu harus
lain (Margiati, 1999). terlalu banyak melakukan banyak hal.
Kondisi kerja pada ruangan obgyn Perawat diruangan juga
dari hasil penelitian ditemukan kondisi melaksanakan asuhan keperawatan selama

Universitas Sumatera Utara


24 jam dan bekerja secara bergiliran / shift jawaban dari responden. Upaya untu
jaga. Shift jaga sering tidak seimbang mengantisipasinya adalah melakukan
dengan jumlah pasien akibatnya perawat pengisian kuesioner diantara pertukaran
sering bekerja melebihi kapasitasnya shif jaga.
(PPNI, 2000).
Hasil uji regresi linier ganda pada variabel
hubungan beban kerja dan kondisi dengan Kesimpulan
stres kerja pada perawat di instalasi rawat
inap RSU Kabanjahe, dapata diuraikan Berdasarkan hasil penelitian yang
bahwa nilai koefisien (B) beban kerja = telah diuraikan, penulis menarik
0,912 dan kondisi kerja 1,275, dengan kesimpulan sebagai berikut :
nilai konstanta 14,083, maka diperoleh 1. Terdapat pengaruh yang bermakna
persamaan regresi linier yaitu : antara kondisi kerja (p=0,000)
terhadap stres kerja di ruang rawat
Y = -14,083 + 0,912 (BK) + 1,275 (KK) inap RSU Kabanjahe Tahun 2009
2. Terdapat pengaruh yang bermakna
Penjelasan dari persamaan tersebut antara beban kerja (p=0,000) terhadap
adalah jika ada penambahan satu point stres kerja diruang rawat inap RSU
beban kerja terhadap perawat maka akan Kabanjahe Tahun 2009.
terjadi peningkatan stres kerja sebesar 3. Terdapat pengaruh yang bermakna
0,912, begitu juga jika ada penambahan antara beban kerja dan kondisi kerja
satu point pada kondisi kerja parawat terhadap stres kerja perawat ruang
maka akan terjadi peningkatan stres kerja rawat inap, dan variabel kondisi kerja
sebesar 1,275. paling dominan mempengaruhi stres
Dari uji statistik diketahui bahwa pada kerja perawat RSU Kabanjahe.
variabel beban kerja memperoleh hasil p
(0,000) < α (0,05) dan variabel kondisi
kerja memperoleh hasil p (0,000) < α
(0,05) , dengan demikian dapat diambil Disarankan
sebuah kesimpulan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara beban kerja dan Berdasarkan dari penelitian yang
kondisi kerja dengan terjadinya stres dilakukan dan untuk menanggulangi stres
kerja. kerja pada perawat ruangan maka sebagai
Setelah kedua variabel dianalisis saran yang direkomendasikan:
secara multivariat, ternyata yang paling 1. Kepada Manajemen RSU Kabanjahe
dominan berpengaruh terhadap stres kerja perlu menerapkan rotasi kerja secara
adalah aspek kondisi kerja. periodik bagi perawat di ruang
perawatan RS Umum Kabanjahe
sehingga tidak menimbulkan
5.4. Keterbatasan Penelitian kejenuhan pada perawat apabila
Penelitian ini mempunyai bekerja pada satu ruangan pada jangka
keterbatasan pada proses pengumpulan waktu lama yang dapat menimbulkan
data. Pengumpulan data dilakukan pada stres kerja, selain itu rotasi kerja dapat
saat responden melaksanakan tugas, menumbulkan motivasi kerja bagi
sehingga sering terjadi interupsi pada saat perawat ruang perawatan.
pengisian kuesioner. Hal ini dapat 2. Kepada Manajemen RSU Kabanjahe
menyebabkan konsentrasi terganggu, perlu menciptakan kondisi kerja yang
sehingga pengisian kuesioner terburu-buru menyenangkan terutama diruangan
yang berdampak terhadap kualitas obgyn dengan berbagai hal seperti

Universitas Sumatera Utara


memperluas ruangan kerja perawat,
memperhatikan hak perawat. Dadang Hawari, 2006, Management Stres,
3. Kepada Manajemen RSU Kabanjahe Cemas dan Depresi, Gaya Baru,
agar mengadakan pelatihan secara Jakarta.
berkala terhadap perawat.
4. Kepada Perawat ruangan RSU Depkes RI, Pedoman Teknis Upaya
Kabanjahe agar menciptakan kondisi Kesehatan Kerja di Rumah Sakit,
yang menyenangkan perawat agar Dep-Kes, 1996.
tetap santai dalam menghadapi
kesibukan melayani pasien yang akan Djodibroto, R.H. Kiat Mengelola Rumah
melahirkan diruang perawatan Sakit, Hipolenates, Jakarta, 1997.
terutama ruangan obgyn dan dapat
bekerja sama dengan pegawai yang Fraser, Stres dan Kepuasan Kerja, PT.
lain. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta,
5. Kepada Perawat ruangan RSU 1992.
Kabanjahe, agar meningkatkan
pengetahuan yang berhubungan Gaffar La Ode, Pengantar Keperawatan
dengan perawatan pasien di Rumah Profesional, EGC, 1999.
Sakit.
Hanid, A.Y.Rencana Strategi
Keperawatan, PPNI, 2001.
Daftar Pustaka
Kurniawan, D, 1995, Kemaknaan Nadi
Anies, Penyakit Akibat Kerja, Berbagai Kerja Sebagai Parameter
Penyakit Akibat Lingkungan Kerja Pembebanan. Majalah dan Hiperkes
dan Upaya Penanggulangannya. dan Keselamatan Kerja. Jakarta
PT.Elex-medika Komputindo, Jakarta, XXVIII (2) : 20-25.
2005.
Manuaba, A, 2000, Ergonomi, Kesehatan
Anonyus, 2008, Hubungan Stres Kerja dan Keselamatan Kerja. Dalam :
dengan Prestasi Kerja, Wigny Osvebroto, S & Wiratno, SE,
http//bsf.Bawean info/ bsf /page id.64 Eds, Procendings Seminar Nasional
diakses tanggal 22 Januari 2010. Ergonomi. PT. Guna Widya, Surabaya
: 1-4.
Anonymous, 2008. Mengelola Stres
Kerja, http//www.Balihusada Marr Heater H, Giebing, Penjamin
com.Diakses tanggal 25 Januari 2010. Kualitas Dalam Keperawatan, EGC,
Jakarta 1991.
Anoraga, P. Psikologi Kerja, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.2001 Nursallam, Proses dan Dokumentasi
Keperawatan Konsep dan Praktek,
A.Azis Alinul Hidayat, Pengantar Konsep Penerbit Salemba, Jakarta. 2002
Dasar Keperawatan, ed.2. Penerbit Nursalam, Management Keperawatan,
Salemba Medika, 2002. Ed.I Surabaya, Salemba medika,
2002.
Bakeer, dkk.Penelitian Stress Kerja,
E.Psikologi.Com, Team E-Psikologi, Notoatmodjo, 2003, Metodologi
Informasi Psikologi On-Line, Penelitian Kesehatan, Cetakan
Jakarta.1987 Pertama, PT.Rineka Cipta, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


 

Priharojo Robert, Praktek Keperawatan


Profesional, EGC, 1995.

Rice, PL, 1992, Stress and Health 2nnd


ed,Pasifik Grove, California, Brooks
/Cole.

Rumah Sakit Umum Kabanjahe “Profil


Rumah Sakit Umum Kabanjahe”
Tahun 2008.

Saifuddin Azwar, 1999. Penyusunan


Skala Psikologi, Penerbit Pustaka
PelajaR Pelantikan.

Scholler, 2002, Penelitian Dampak Stres,


E-psikologi, Com.Team E-Psikologi
Informasi, Psikologi Online, Jakarta.

Suma’mur, P.K.1982, Ergonomi Untuk


Produktivitas kerja, Yayasan
Swabhawa Karya, Jakarta.

__________, P.K. 1984, Higiene


Perusahaan dan Kesehatan kerja,
Cet-4, Penerbit P.T.Gunung Agung,
Jakarta:82-92.

Sunadi Suryabrata, 2008. Alat Ukur


Psikologi, Penerbit Andi. Yogyakarta.

Supardi, 2007, Analisis Stres pada kondisi


kerja dan Beban kerja perawat dalam
klasifikasi pasien di ruang rawat Inap
Rumkit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan, USU.

Surat Keputusan Menkes RI No. 983


/Menkes /SK/IX /1992, Tentang
Pedoman Organisasi RS Umum, 1992.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai