TESIS
OLEH
DIAH PITALOKA
087010013 / IKM
TESIS
Oleh
DIAH PITALOKA
087010013 / IKM
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Ketua : Prof.dr.Syamsir.BS,Sp.KJ(K)
Anggota : Ferry Novliadi, S.PSi.M.PSi
dr.Mhd.Makmur Sinaga, M.S
Siti Zahara Nasution, S.Kp,M.N.S
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Diah Pitaloka
Stres pada perawat dapat disebabkan berbagai faktor yang bervariasi yang
mencakup lingkungan kerja maupun pekerjaan berlebihan baik secara fisik maupun
secara mental. Perawat ruang rawat inap RSU Kabanjahe banyak mengalami keluhan
nyeri otot dan sendi, mudah marah, sulit konsentrasi, apatis, perasaan lelah dan nafsu
makan menurun. Hal tersebut dapat menyebabkan stresor kuat pada perawat di
lingkungan pekerjaannya.
Penelitian ini menggunakan metode crossectional, yang bertujuan untuk
menganalisis pengaruh kondisi kerja (lingkungan kerja, lama waktu kerja) dan beban
kerja ( overload, pekerjaan yang sederhana, pekerjaan yang beresiko tinggi, terhadap
stres kerja pada perawat ruang rawat inap RSU Kabanjahe. Populasi adalah seluruh
perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSU Kabanjahe yang berjumlah 58 orang
(perawat bedah 17 orang, perawat obgyn 6 orang, perawat anak 14 orang, dan
perawat interna sebanyak 21 orang), keseluruhannya diambil menjadi sampel.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan berpedoman kepada
kuesioner dan observasi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji regresi
linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara
kondisi kerja dan beban kerja terhadap stres kerja perawat di ruang rawat inap RSU
Kabanjahe. Hasil regresi linear berganda didapat bahwa kondisi kerja ternyata lebih
berpengaruh untuk terjadinya stres kerja.
Saran kepada manajemen RSU Kabanjahe agar : 1) menempatkan rotasi kerja
secara periodik bagi perawat ruang rawat inap, 2) menciptakan kondisi kerja yang
menyenangkan, 3) mengadakan pelatihan secara berkala pada perawat dan, 4) kepada
perawat ruangan agar menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan dan
menigkatkan pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan pasien.
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya memberikan kesehatan dan kekuatan sehingga penulis
dapat menyusun Tesis ini dengan judul ”Pengaruh Beban Kerja dan Kondisi Kerja
terhadap Stres Kerja pada Perawat Ruangan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe
Kabupaten Karo Tahun 2009”. Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Dalam menyusun Tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof.
Selanjutnya kepada Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas
Sumatera Utara, dan kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Minat
Kepada Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku Sekretaris Minat Studi
Komisi Pembimbing dan Ferry Novliadi, S.PSi, M.PSi, sebagai anggota Pembimbing
Kemudian terimakasih penulis kepada dr. Mhd.Makmur Sinaga, M.S, dan Siti
Zahara Nasution, S.Kp,M.N.S, selaku komisi penguji Tesis. Kepada para dosen di
dr.Thomas Silangit, Sp.PK, beserta seluruh staff pegawai Rumah Sakit Umum
Kabanjahe.
dengan nilai-nilai dan fondasi yang kuat, sehingga penulis sampai pada tahap
semua teman-teman Minat Studi Kesehatan Kerja Angkatan Tahun 2008, Program
Sumatera Utara, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan
tesis ini, dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga
selesai.
Penulis,
Diah Pitaloka
Langkat Provinsi Sumatera Utara, pada tanggal 28 Januari 1971. Penulis merupakan
anak ketiga dari enam bersaudara, dan penulis menikah dengan Jhoni Mill Surbakti
(Alm) dan sudah dikarunia dua orang anak yang bernama Gabriella Aurelia Surbakti
Tahun 1990 menamatman Sekolah Menengah Atas di SMA I Pancur Batu dan Tahun
Methodist Indonesia.
Penulis mengawali karir sebagai Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) tahun
Tahun 2006-2007 bertugas sebagai Dokter jaga di RS. PTP Tembakau Deli Medan,
Tahun 2006 sampai sekarang bertugas sebagai Dokter jaga di RSU. Mitra Sejati
Medan, Tahun 2006 sampai sekarang sebagai PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten
Karo, Tahun 2007 sampai sekarang sebagai Dosen Honorer di AKBID Mitra Husada
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii
Stres pada perawat dapat disebabkan berbagai faktor yang bervariasi yang
mencakup lingkungan kerja maupun pekerjaan berlebihan baik secara fisik maupun
secara mental. Perawat ruang rawat inap RSU Kabanjahe banyak mengalami keluhan
nyeri otot dan sendi, mudah marah, sulit konsentrasi, apatis, perasaan lelah dan nafsu
makan menurun. Hal tersebut dapat menyebabkan stresor kuat pada perawat di
lingkungan pekerjaannya.
Penelitian ini menggunakan metode crossectional, yang bertujuan untuk
menganalisis pengaruh kondisi kerja (lingkungan kerja, lama waktu kerja) dan beban
kerja ( overload, pekerjaan yang sederhana, pekerjaan yang beresiko tinggi, terhadap
stres kerja pada perawat ruang rawat inap RSU Kabanjahe. Populasi adalah seluruh
perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSU Kabanjahe yang berjumlah 58 orang
(perawat bedah 17 orang, perawat obgyn 6 orang, perawat anak 14 orang, dan
perawat interna sebanyak 21 orang), keseluruhannya diambil menjadi sampel.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan berpedoman kepada
kuesioner dan observasi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji regresi
linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara
kondisi kerja dan beban kerja terhadap stres kerja perawat di ruang rawat inap RSU
Kabanjahe. Hasil regresi linear berganda didapat bahwa kondisi kerja ternyata lebih
berpengaruh untuk terjadinya stres kerja.
Saran kepada manajemen RSU Kabanjahe agar : 1) menempatkan rotasi kerja
secara periodik bagi perawat ruang rawat inap, 2) menciptakan kondisi kerja yang
menyenangkan, 3) mengadakan pelatihan secara berkala pada perawat dan, 4) kepada
perawat ruangan agar menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan dan
menigkatkan pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan pasien.
PENDAHULUAN
kesehatan, saling keterkaitan ini terlihat jelas dari visi pembangunan kesehatan yakni
23/1992.
pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan
Sebagai salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting rumah sakit
merupakan salah satu industri jasa. Bentuk pelayanan ini bersifat sosio ekonomi yaitu
suatu usaha yang walau bersifat sosial namun diusahakan agar bisa mendapat surplus
ekonomi (Djododibroto,1997).
Indonesia Sehat 2010”. Dimana dalam visi tersebut pemerintah bertekad untuk dapat
Dalam mencapai visi tersebut, salah satu strategi yang harus di lakukan adalah
sakit. Pekerja di rumah sakit termasuk kelompok masyarakat yang turut berperan
dalam mencapai” Indonesia Sehat 2010. Oleh karena itu pekerja rumah sakit
merupakan sumber daya manusia yang harus dibina agar menjadi produktif dan
Rumah sakit umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai yang spesialistik dan
berikut:
1. Diberikan selama 24 jam terus menerus selama 365 hari dalam setahun
2. Pelayanan bersifat individual
3. Setiap saat bisa terjadi kedaruratan medik
4. Setiap saat bisa menghadapi kejadian luar biasa
5. Padat teknologi, modal dan tenaga.
Di Rumah Sakit, sumber daya manusia terbanyak yang berinteraksi secara
sehari. Rumah sakit membuat pemisahan terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu
pelayanan pasien yang memerlukan penanganan emergensi, tidak emergensi dan yang
rumah sakit. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang
berjumlah sekitar 60% dari tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Perawat
merupakan salah satu pekerja kesehatan yang selalau ada di setiap rumah sakit dan
merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. Perawat di rumah sakit
bertugas pada pelayanan rawat inap, rawat jalan atau poliklinik dan pelayanan gawat
darurat.(Hamid,2001).
Peran perawat sangat penting karena sebagai ujung tombak dirawat inap dan
merupakan tenaga yang paling lama kontak dengan pasien yaitu selama 24 jam. Hal
ini akan menyebabkan stresor yang kuat pada perawat di lingkungan pekerjaan nya
(Anna Keliat,1999)
Gibson dalam Heater Marr (1987) mengatakan, salah satu unsur yang sangat
unsur proses yang dilakukan perawat, tindakan yang tidak sesuai dengan standart
penanganan perawatan pasien atau asuhan kepada pasien dengan tuntutan kerja yang
lingkungan kerja baik lingkungan fisik dan sosial. Selain itu perawat perawat juga di
bebani tugas tambahan lain dan sering melakukan kegiatan yang bukan fungsinya.
Menurut Schroder dalam Heater Marr (1991), perawat yang terlibat dalam
yang mendalam di area praktek nya dan dapat melaksanakan riset, memperlihatkan
disiplin ilmu.
63,6% melakukan tugas administratif dan lebih dari 90% melakukan tugas non
terhadap pasien maupun keluarga pasien dalam melaksanakan tugasnya, namun pada
tentang buruknya kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat, yang
Tugas dan tanggung jawab perawat bukan hal yang ringan untuk dipikul. Hal
inilah yang bisa menimbulkan stres kerja pada perawat. Stres yang dihadapi oleh
yang diberikan kepada pasien. Stres kerja akan berpengaruh pada kondisi fisik,
di alami perawat, mereka mengeluh dan kesal terhadap lingkungan yang menuntut
kekuatan fisik dan keterampilan, hal ini merupakan penyebab stres Perawat
(Frasser,1997).
Tingkah laku negatif pekerja yang mengalami stres berkorelasi dengan hasil
Keith Davis (1985) mengatakan bahwa stres sebagai suatu kondisi ketegangan
yang mempengaruhi emosi, proses pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang
stres yang dialami seseorang akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan
menurun.
karena tidak seimbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk
membayar gaji, tunjangan dan fasilitas lainnya. Banyak pekerja yang tidak masuk
kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya karena
Kondisi kerja mencakup lingkungan secara fisik dan sosial misalnya hubungan
dengan teman sekerja, hubungan atasan dengan bawahan dan rasa aman bagi pekerja
Kondisi lingkungan fisik dapat berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu
sesak, kurang cahaya dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan
yang terlalu dingin. Panas bukan hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga
sirkulasi atau arus udara. Disamping itu, kebisingan juga mengambil andil tidak kecil
munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan
baik beban kerja kualitatif maupun beban kerja kuantitatif (French dan Caplan,1973).
Beban kerja perawat di rumah sakit meliputi beban kerja fisik dan mental.
tidur, mendorong brankast pasien. Sedangkan beban kerja yang bersifat mental dapat
mental dan rohani pasien dan keluarga terutama yang akan memerlukan operasi atau
dalam keadaan kritis), bekerja dengan keterampilan khusus dalam merawat pasien,
pasien.
Beban kerja yang terbagi atau mendadak tidaknya suatu tugas, kesulitan
individu itu mengalami stres kerja. Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang
mengalami gangguan emosi karena adanya kondisi yang mempengaruhi dirinya yang
dapat diperoleh dari dalam maupun dari luar diri seseorang (Ulhaq,2008).
Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat
merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan
stressor kerja. Stressor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan
karyawan sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja. Stressor yang
sama dapat dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan
tidak berbahaya, atau menjadi peristiwa yang berbahaya dan mengancam. Penilaian
kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan apakah stressor itu
dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh
terhadap respon yang akan muncul (Selye, 1956). Penilaian kognitif bersifat
Perbedaan ini disebabkan oleh banyak faktor. Penilaian kognitif itu, bisa mengubah
cara pandang akan stres. Dimana stres diubah bentuk menjadi suatu cara pandang
yang positif terhadap diri dalam menghadapi situasi yang stressful. Sehingga respon
terhadap stressor bisa menghasilkan outcome yang lebih baik bagi individu.
tersebut. Unit perawatan rawat inap yang ada di Rumah Sakit Umum Kabanjahe,
terdiri dari Ruang Perawatan Bedah, Ruang Perwatan Anak, Ruang Perawatan
Kabanjahe Kabupaten Karo (2008) terdapat 58 perawat di ruang Rawat Inap yang
jaga dibagi dalam 3 shift kerja yaitu pagi dari jam 08.00 Wib-14.00 Wib, siang dari
14.00 Wib -21.00 Wib, malam dari jam 21.00 Wib -08.00 Wib.
Hasil wawancara pada uji pendahuluan yang dilakukan pada perawat ruang rawat
inap di rumah sakit tersebut yang mengalami stres kerja. Hal ini terlihat dengan
banyaknya keluhan nyeri otot dan sendi, mudah marah, sulit konsentrasi, apatis,
perasaan lelah, dan nafsu makan menurun. Menurut Anoraga (2001), hal ini
merupakan gejala-gejala stres kerja. Untuk mencegah keluhan yang ada maka perlu
adanya sutua penelitian yang berkaitan dengan hubungan beban kerja dan kondisi
kerja dengan stres kerja perawat di ruang rawat inap rumah sakit umum Kabanjahe
Kabupaten Karo.
1.2 Permasalahan
Bagaimana pengaruh beban kerja dan kondisi kerja terhadap stres kerja perawat
di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2009.
Menganalisis pengaruh beban kerja dan kondisi kerja terhadap stress kerja pada
perawat di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun
2009.
Ada pengaruh kondisi kerja dan beban kerja terhadap stres kerja perawat di
ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun
2009.
beban kerja dan kondisi kerja terhadap stres kerja pada perawat di ruang rawat
Inap.
TINJAUAN PUSTAKA
Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh
tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak
dan tidak terkontrol. Stres juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal
atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada
Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya
bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu
dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber
yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian
terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari
Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana
pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa. Stressor yang sama dapat
dipersepsi secara berbeda, yaitu dapat sebagai peristiwa yang positif dan tidak
kognitif individu dalam hal ini nampaknya sangat menentukan apakah stressor itu
dapat berakibat positif atau negatif. Penilaian kognitif tersebut sangat berpengaruh
Penilaian kognitif itu, bisa mengubah cara pandang akan stres. Dimana stres diubah
bentuk menjadi suatu cara pandang yang positif terhadap diri dalam menghadapi
situasi yang stressful. Sehingga respons terhadap stressor bisa menghasilkan outcome
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
Eustress, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat sehat, positif,
Distress, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang bersifat tidak sehat,
Stres kerja (Hans Selye, 1950) adalah respons tubuh yang sifatnya non
spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasannya, misalnya bagaimana respons tubuh
sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan fungsi organ tubuh, maka di
mengalami gangguan pada satu organ atau lebih sehingga yang bersangkutan tidak
lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distres
menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses
psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap tindakan ekstern (lingkungan), situasi
atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan atau fisik
terhadap seseorang.
1996) yang mendefenisikan stres kerja yaitu sebagai suatu kondisi yang timbul karena
adanya interaksi individu dan pekerjaan yang di tandai adanya perubahan dalam diri
normal)
individu di hadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang di
2001)
konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respons individu. Stres
di pandang tidak sekadar sebuah stimulus atau respoans, melainkan stres merupakan
hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecendrungan individu
Menurut Hager (1999), stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya
bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu
dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dengan suatu stressor (sumber
yang dialaminya. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian
terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari
Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana
pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa dan kecendrungan individu
Pada kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan
kesamaan persepsi tentang batasan stres. Aamodt dalam Margiati (1999) memandang
konsekuensi dan tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah
dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi
pekerjaannya. Adanya beberapa atribut tertentu dapat mempengaruhi daya tahan stres
seorang karyawan.
penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisien didalam pekerjaan.
Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan
kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan
kondisi fisik individu. Selain itu, sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan
mengalami gejala stres yang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kerja
mereka, seperti : mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil,
sikap yang tidak mau bekerjasama, perasaan tidak mau terlibat, dan kesulitan dalam
masalah tidur.
mencakup : kerja malam, beban kerja, dan penghayatan dari risiko dan
bahaya.
a. Tuntutan fisik:
seorang tenaga kerja. Kondisi fisik dapat merupakan pembangkit stres (stresor).
Suara bising selain dapat menimbulkan gangguan sementara atau tetap pada alat
desibel) yang berulang kali didengar, untuk jangka waktu yang lama, dapat
b.Tuntutan tugas:
utama dan stres bagi para pekerja pabrik. Para pekerja shift malam lebih sering
mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut dari pada para pekerja pagi /
siang dan dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang mungkin
sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak / sedikit diberikan kepada
tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan beban kerja berlebih /
terlalu sedikit “kualitatif”, yaitu jika orang merasa tidak mampu untuk
melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan dan / atau
potensi dari tenaga kerja. Disamping itu beban kerja berlebih kuantitatif dapat
menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak,
yang merupakan sumber tambahan dari stres. Beban berlebih secara fisikal
yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat
dan cermat. Pada saat tertentu, dalam hal tertentu waktu akhir (dead line) justru
pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul
rasa bosan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil
berkurangnya perhatian.
Hal ini, secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk
pekerjaan yang dilakukan oleh manusia makin beralih titik beratnya pada
yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapat dengan mudah berkembang
kemampuan teknikal dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki.
Pada titik tertentu kemajemukan pekerjaan tidak lagi produktif, tetapi menjadi
destruktif. Pada titik tersebut kita telah melewati kemampuan kita untuk
merupakan hasil dari kondisi kronis dari beban berlebih kualitatif. Beban terlalu
yang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa ia ”tidak maju-maju”,
(Anonymous, 2008)
artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan
sesuai dengan aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh
atasannya. Tenaga kerja tidak selelu berhasil untuk memainkan perannya tanpa
a. Konflik Peran
tujuan kerja.
berguna, rasa harga diri menurun, tidak ada motivasi kerja, peningkatan
tekanan darah dan denyut nadi bertambah cepat, dan kecenderungan untuk
2007).
menyangkut karir
yang kurang.
kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah
yang tidak sesuai antara pekerjaan dan ketegangan psikologikal dalam bentuk
kepuasan pekerjaan yang rendah, penurun dari kondisi kesehatan, dan rasa
Faktor stres yang dikenali dalam kategori ini adalah terpusat pada sejauh
mana tenaga kerja dapat terlibat atau berperan serta pada support sosial.
Dalam peristiwa terjadinya stres, ada tiga hal yang saling terkait satu
2. Hal, peristiwa, keadaan, orang yang menjadi sumber stres (stressor) jika
dipandang secara umum, hal-hal yang menjadi sumber stres dipahami sebagai
rangsangan (stimulus).
3. Orang yang mengalami stres (the stressed), kita dapat memusatkan perhatian
dipengaruhi pada psikologis dan fisiologis. Tanggapan ini disebut strain, yaitu
tekanan atau tanggapan yang dapat membuat pola pikir, emosi dan
4. Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi
mengalami stres yang berbeda-beda (ada yang tidak terkena, ada yang terkena
sedikit dan waktunya singkat, dan ada yang berat serta berkelanjutan).
a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu
b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah
makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel
discomfort), jantung berdebar dan otot kaku. Hal tersebut karena cadangan
c. Stres tahap ketiga, yaitu stres dengan keluhan seperti defekasi tidak teratur
(kadang-kadang diare), otot kaku, emosional, insomnia, mudah dan sulit tidur
kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur, gangguan
ketegangan otot.
d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu
tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta
e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik
f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda
seperti jantung berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan banyak
Timbulnya stres kerja pada seorang tenaga kerja melalui tiga tahap
a. Reaksi awal yang merupakan fase inisial dengan timbulnya beberapa gejala /
tertentu dapat kembali kepada keseimbangan. Bila stres ini terus berlanjut dan
fase ketiga.
Herry Beehr dan Newman, (1987) membagi gejala dan tanda stres menjadi
tiga gejala yakni: gejala fisik, gejala psikologis dan gejala perilaku.
a. Gejala Fisik
b. Gejala Psikologis
kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya diri
c. Gejala Perilaku
mangkir kerja, makan yang tidak normal, kehilangan nafsu makan, penurunan
sehingga reaksi kimia yang tidak tersalurkan justru meninbulkan reaksi balik
kegiatan fisik, energi ekstra ini tidak dibakar habis dan akan diubah hati
menjadi lemak dan kolesterol dan trigliserid yang kemudian menimbun pada
keringat dingin (keringat pada telapak tangan), rasa panas dingin badan, asam
lambung yang meningkat (sakit maag), kejang lambung dan usus, mudah
kaget, gangguan seksual dan lain-lain. Gejala stres yang berat menyebabkan
depresi.
Secara umum terdapat tiga buah pendekatan untuk membahas masalah stres
a. Pada Perusahaan
operasional kerja
b. Pada Karyawan
bersifat psikis maupun fisik. Pekerja atau karyawan yang stres akan
manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa
perilaku melawan stres (flight) atau freeze (berdiam diri). Dalam kehidupan
c. Ketidakhadiran pekerjaan
g. Lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri
Dewasa ini konsep tentang stres kerja telah menjadi perhatian nasional
merasa hanya memiliki sedikit kendali bahkan tidak memiliki kendali sama
menghabiskan sebagian besar waktu di tempat kerja dan stres kerja dengan
mengabaikannya. Stres, baik itu berasal dari peristiwa kehidupan pribadi kita,
Semakin lama hal itu diabaikan, semakin besar dampaknya. Stres kerja
timbul akibat kepuasan kerja tidak terwujud dari pekerjaannya. Perlu sedini
mungkin diatasi oleh pimpinan agar hal yang merugikan perusahaan dapat
diatasi.
atau memperlihatkan sikap yang tidap kooperatif. Stres kerja dapat terjadi
kerja dan kodisi lama waktu kerja. Dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel tadi
pertimbangkan dalam kondisi kerja yang sesuai dengan situasi organisasi tertentu
terlibat dan aturan standart ekternal yang sesua. Dalam psikologi industri (1998),
kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami
Lingkungan kerja bagi karyawan akan mempunyai pengaruh yang tidak kecil
perusahaan.
Lingkungan kerja yang kurang nyaman, misalnya panas, berisik, sirkulasi udara
kurang, lingkungan kerja yang kurang bersih, membuat pekerja mudah menderita
stres.
yang luas, tidak ada dinding-dinding yang membagi ruangan kedalam kamar-
tanaman, kaca jendela yang rendah, lemari-lemari pendek dan rak buku, kantor”
pemandangan alam ini” dikatakan dapat melancarkan komunikasi dan alur kerja.
dan karyawan.
ekonomi keluarga dimana pribadi berada dan mengembangkan diri. Faktor kedua
menimbulkan stres kerja. Stres di lingkungan kerja tidak dapat dihindari, yang
(Notoatmodjo,2003)
kelelahan kerja terutama shift kerja siang dan malam. Shift kerja ini nyata lebih
Menurut Wahyu (2004), dampak shift kerja ini bila ditinjau dari fisiologis
maka dampak shift kerja malam mempengaruhi circadian rhythm atau irama
pada fungsi vital tubuh yang bersangkutan. Akibat adanya stres kerja tersebut
ketegangan pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu. Selain itu,
sebagai hasil dari adanya stres kerja karyawan mengalami beberapa gejala stres
mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak
mau bekerjasama, perasaan tidak mau terlibat, dan kesulitan dalam masalah
tidur.
Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit
stres. Beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut kedalam beban kerja berlebih/terlalu
sedikit ”kuantitatif”, yang timbul sebagai akibat dari tugas-tugas yang terlalu banyak /
sedikit diberikan kepada tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu, dan
beban kerja berlebih / terlalu sedikit ”kualitatif”, yaitu jika orang merasa tidak
mampu untuk melakukan suatu tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan
menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang
Everly dan Girdano (dalam Munandar, 2001) menambahkan kategori lain dari
beban kerja, yaitu kombinasi dari beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif.
Beban kerja berlebih secara fisik maupun mental, yaitu harus melakukan terlalu
menimbulkan beban berlebih ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan
dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat. Pada saat-saat tertentu,
dalam hal tertentu waktu akhir (dead line) justru dapat meningkatkan motivasi dan
menghasilkan prestasi kerja yang tinggi. Namun, bila desakan waktu menyebabkan
Beban kerja terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja
tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya, atau untuk
berdaya untuk memperlihatkan bakat dan keterampilannya (Suther land dan Cooper
a .Overload
kesulitan atau kerumitan yang tinggi. Overload pada pekerjaan merupakan hal
paling utama karena over kapasitas pasien dalam satu ruangan perawatan.
dan sebagainya. Perasaan bosan dan jenuh inilah yang membuat seorang
(Supardi, 2007).
didalam diri seseorang. Bila seseorang merasa dirinya tidak aman, maka
Beban kerja di perawatan rawat inap adalah perawat dituntut harus tetap
ada disisi pasien untuk melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan perawatan
pasien, seperti pelayanan yang diberikan dalam keadaan sakit ringan ataupun
berat yang memerlukan pemantauan serta tindakan yang terus menerus. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Azwar (1993) bahwa beban perawat pada pasien
dapat hidup.
jam dan bekerja secara bergiliran/shift jaga. Dalam shift jaga, perbandingan
jumlah perawat dalam satu shift jaga sering tidak seimbang dengan jumlah
kesesuaian antara ketersediaan tenaga perawat dengan beban kerja yang ada.
bagi para pekerja (Monk dan Tepas dalam Munandar, 2001). Para pekerja shift
malam lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut daripada
pekerja pagi / siang dan dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang
Beban kerja perawat pada setiap ruang rawat inap tidak sama. Perawat
bekerja sesuai dengan pedoman uraian tugas yang telah ditetapkan oleh Depkes
administrasi.
pemasangan infus pada pasien anak berbeda seperti pada dewasa, mengkaji
Sedangkan uraian tugas perawat di ruangan penyakit dalam adalah selain harus
konstribusi yang unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan
standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang
disiplin ilmunya.
pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada
individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh
holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standart pelayanan dengan berpegang teguh
kepada kode etik yang melandasi perawat professional secara mandiri atau melalui
upaya kolaborasi.
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
optimal.
kelompok dan masyarakat) yang logis, sistematis dan teratur (Budi Ana Keliat,
1993).
profesinya, biasanya seorang perawat yang kurang terampil dan profesional akan
tahun 2001 merumuskan kompetensi yang harus dicapai oleh perawat profesional
masyarakat pada semua orang. Tetapi disamping itu, umumnya disepakati bahwa
para perawat juga mempunyai hak profesional, dimana hak profesional perawat
belakang pendidikannya.
3. Hak mendapatkan lingkungan kerja dengan stres fisik dan emosional serta
berlaku
perawatan
7. Hak untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan politik yang mewakili
4. Perawat wajib merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain
yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, bila yang
kepada pasien.
10. Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan
berkesinambungan.
13. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,
14. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang
dari tenaga kesehatan rumah sakit. Perawat merupakan salah satu jenis pekerja
kesehatan yang selalu ada di setiap rumah sakit dan merupakan ujung tombak
kepada pasien dengan beban kerja yang berlebihan serta tugas tambahan dan
sakit memberi pelayanan kepada pasien selama 24 jam terus menerus. Perawat di
rumah sakit bertugas pada pelayanan rawat inap, rawat jalan atau poliklinik dan
Salah satu dari sarana pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit adalah unit
terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk
kesehatan pasien. Ruang rawat inap terdiri dari perawatan anak, perawatan bedah,
menjadi anggota suatu rumah sakit, maka segala sifat, watak, temperamen dan
diarahkan ke arah perilaku yang beroperasi kelompok. Hal ini berarti perilaku
individu seorang perawat harus diarahkan menuju kepentingan rumah sakit guna
dalam sebuah rumah sakit akan mempengaruhi seseorang dalam pekerjaanya. Isu-
tuntutan rumah sakit, semuanya dapat merupakan tekanan pada perawat dalam
oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres.
Stres kerja (Hans Selye, 1950) adalah respon tubuh yang bersifat non spesifik
sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan fungsi organ tubuh, maka
mengalami gangguan pada suatu organ atau lebih sehingga yang bersangkutan tidak
lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distres
Dampak stres kerja pada perusahaan dapat berupa beberapa perilaku negatif
karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Stres yang dihadapi oleh karyawan
Beban kerja sebagai sumber stres disebabkan karena kelebihan beban kerja baik
beban kerja kualitatif maupun beban kerja kuantitatf (French dan Caplan, 1973).
Disamping itu, beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif dapat menimbulkan
kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan
Kondisi kerja meliputi variabel lingkungan fisik kerja dan kondisi lama waktu
kerja (Muhandar As, 2001). Dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel tadi dapat
misalnya udara dan kebisingan, karena beberapa orang sangat sensitif terhadap
kondisi lingkungan (Margiati, 1999). Dalam Psikologi Industri (1998) kondisi pekerja
yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stres psikologis
Kondisi kerja
Lingkungan kerja
Lama waktu kerja
Stres kerja
Beban kerja
Overload
Pekerjaan yang
sederhana
Pekerjaan yang berisiko
tinggi
beban kerja
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian berupa penelitian analitik dengan disain cross sectional (potong
lintang) untuk mengetahui pengaruh beban kerja dan kondisi kerja terhadap stres
kerja pada perawat ruangan Rumah Sakit Umum Kaban Jahe. Pendekatan cross
sectional adalah suatu pendekatan yang bersifat sesaat pada suatu waktu dan tidak
Karo.
April 2010.
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian adalah semua perawat di ruang Rawat Inap Rumah
3.3.2 Sampel
orang.
kuesioner.
orang enumerator yang telah dilatih dan mempunyai persepsi yang sama
Uji coba kuesioner dilakukan diluar wilayah kerja Rumah Sakit Umum
Kabanjahe, terhadap 20 orang perawat yang mempunyai kriteria sampel yang sama
dengan populasi.
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui, sejauh mana suatu ukuran atau nilai
yang menunjukkan tingkat pengetahuan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
mengukur korelasi antara variabel atau item yang diperoleh dari nilai corrected item
total correlation, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid
dan sebaliknya.
suatu alat pengukur dapat dipercaya dan tepat dengan menggunakan metode
Cronbach’s Alpha, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha >r tabel, maka dinyatakan
reliabel (Sugiyono, 2004). Nilai r Tabel dalam penelitian ini menggunakan critical
0,7120-0,9350, berarti nilai t-Hitung lebih besar dari t-Tabel, dan nilai r-
antara 0,7580-0,9350, berarti nilai t-Hitung lebih besar dari t-Tabel, dan nilai
r- sehingga dinyatakan valid; dan nilai r-hitung adalah sebesar 0,9562 berarti
0,6809-0,9350, berarti nilai t-Hitung lebih besar dari t-Tabel, dan nilai r-
sehingga dinyatakan valid, dan nilai r-hitung adalah sebesar 0,9560 berarti
conteng.
a. Variabel terikat yaitu keadaan stres kerja yang dialami oleh perawat ruangan
Rumah Sakit.
dan beban kerja yaitu overload, pekerjaan yang sederhana, pekerjaan yang
beresiko tinggi.
b. Kondisi kerja meliputi variabel lingkungan kerja, situasi kerja, kondisi yang
ada baik fisik berupa kebisingan, penataan peralatan dan ruangan, maupun
lama waktu kerja berupa shift kerja yang ternyata berpengaruh terhadap
terjadinya kelelahan kerja dan memakai alat bantu kuesioner yang terdiri dari
13 buah pertanyaan.
c. Beban kerja adalah keadaan dimana perawat dihadapkan pada tygas dan
a. Stres Kerja
pertanyaan diberi nilai rendah dengan skor 1 dan nilai tertinggi dengan skor 5,
pekerjaannya merasa adanya sedikit tekanan, dimana rentang skor < µ-SD
yang mana nilai skor maksimum didapat 30x5 = 150 dan nilai skor
minimum 30x1 = 30. Dari nilai skor maksimum dan minimum, maka
didapat nilai wilayah selisih skor yakni 150-30 = 120, sehingga didapat
: < 90-20
: < 70
: 90+20
: 71-109
- Berat : > µ + SD
: > 90+20
: > 110
b. Kondisi Kerja
disusun dengan bobot penilaian untuk setiap pertanyaan diberi nilai terendah
dengan skor 1 dan nilai tertinggi dengan skor 5 selanjutnya nilai skoring
pertanyaan yang diajukan didapat nilai rata-rata (µ) didapat skor 39 (µ= 13x3)
yang mana nilai skor maksimum didapat 13x5 = 65 dan nilai skor minimum =
13x1 = 13, dari nilai skor maximum dan minimum, maka didapat wilayah
selisih skor yaitu 65-13 = 52, sehingga didapat nilai SD = + 9 (52/6). Dari
: < 39-9
: < 30
: 31-47
- Menyenangkan : > µ+ SD
: > 39+9
: > 48
c. Beban Kerja
untuk setiap pertanyaan diberi nilai terendah dengan skor 1, dan nilai tertinggi
pertanyaan yang diajukan dapat diketahui nilai rata-rata (µ) didapat skor 45 (µ
= 15x3) yang mana skor maximum didapat 15x5 = 75 dan nilai skor minimum
= 15x1 = 15. Dari nilai skor maximum dan minimum, maka didapat nilai
- Ringan : < µ - SD
: < 45-10
: < 35
- Sedang : µ + SD
: (µ-SD) – (µ + 50)
: 36-54
- Berat : > µ + SD
: > 45+10
: > 55
rensponden hanya memberikan tanda (√) pada kolom angka masing-masing butri
kerja
2 Kondisi 13 1 2 3 4 5 13-65
kerja
3 Stres 30 1 2 3 4 5 30-150
kerja
Gambar 3.1. Kurve distribusi normal untuk interval kategori ringan, sedang berat
( x) 2
x 2
n
dimana σ = standar deviasi dengan rumus : σ =
n 1
Tabel. 3.2. Pengkategorian beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja.
kerja dan kondisi kerja dengan stres kerja pada perawat ruang rawat inap dengan
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear
berganda untuk mengetahui pengaruh kondisi kerja ( lingkungan kerja dan lama
yang berisiko tinggi ) terhadap stres kerja pada perawat RSU Kabanjahe pada tingkat
Ha : Ada pengaruh kondisi kerja ( lingkungan kerja dan lama waktu kerja ) dan
H0 : Tidak ada pengaruh kondisi kerja ( lingkungan kerja dan lama waktu kerja )
dan beban kerja ( overload, pekerjaan yang sederhana dan pekerjaan yang
Y = a + X1β1 + X2 β2 + X3 β3
Keterangan :
X1 = Beban kerja
X2 = Kondisi kerja
HASIL PENELITIAN
melalui usaha pemberian kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk
pengetahuan dan Teknologi, dan dalam tatanan desentralisasi atau otonomi daerah
dibidang kesehatan, kualitas dari sistem kesehatan Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit
merupakan suatu yang sangat penting. Bila hal ini gagal dilakukan, maka sistem
Rumah Sakit Umum Kabanajahe juga sangat penting artinya bagi Kabupaten karo itu
kesehatan Rumah Sakit Umum Kabanjahe merupakan salah satu penunjang bagi
ini diharapkan dapat menyediakan data dan informasi dalam menyusun rencana
Karo yang terbaik di Provinsi Sumatera Utara. Untuk tidak menimbulkan asumsi dan
persepsi yang berbeda, perlu dijelaskan hakekat yang terkandung dalam visi yang
luasnya yang terikat oleh 1 (satu) kebudayaan sama yaitu Kebudayaan Karo.
profesi masing-masing.
Misi Rumah Sakit Umum Kabanjahe dalam rangka terwujudnya Rumah Sakit
sebagai Pusat rujukan yang bermutu profesional dan terjangkau dalam rangka
bidang kesehatan.
Kota Kabupaten Karo dan merupakan unit pelayanan kesehatan yang didirikan
oleh pemerintah Hindia-Belanda pada tahun 1923. RSU ini diserahkan kepada
Medan, Ibu Kota Provinsi Sumut dari berbagai daerah disekitar Kabupaten Karo
a. Tenaga Medis
Tenaga Medis (Dokter) Spesialis dan Dokter gigi juga dokter umum yang
berjumlah 126 orang yang terdiri dari AKPER, AKBID, Bidan, Perawat dan
LCPK.
Tenaga para medis non perawatan yang bertugas di RSU Kabanjahe terdiri
dari SKM 4 orang, APK 8 orang, AKZI 3 orang, APRO 2 orang, ATRO 1
orang, Analis 8 orang, Perawat gigi 7 orang, SPPH 2 orang, Perawat gizi 8
berjumlah 51 orang.
d. Tenaga Administrasi
orang.
Jenis pelayanan rawat jalan yang ada di RSU Kabanjahe adalah Unit Gawat
Tabel 4.1. Jenis Pelayanan Rawat Inap dan Jumlah Tempat Tidur yang ada di
RSU Kabanjahe
Ruang I (Perinatologi) 19
Ruang Paviliun 12
Ruang VIP 11
Ruang IV (Anak) 14
Ruang kelas 21
mengalokasikan dana untuk pengadaan 1 (satu) unit mesin cuci darah untuk
RSU Kabanjahe.
2008 dengan melayani pasien umum, Askes dan Askeskin. Sekarang ini
e. Endoscopy
f. Instalasi Jenazah
yang telah meninggal, saat ini RSU Kabanjahe sudah tersedia Instalasi
jenazah.
Ruang rawat inap yang menjadi tempat penelitian terdiri dari : Ruang
perawat (10,3%), ruangan perawatan anak 14 orang (24,1%) dan ruang perawatan
oleh lingkungan fisik kerja dan kondisi lama waktu kerja,yang dapat mempengaruhi
Kondisi kerja perawat ruangan RS umum disetiap ruangan kerja dibagi tiga
39 9
Dengan persamaan x = ± , maka diperoleh skala interval distribusi normal
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tidak Menyenangkan Kurang Menyenangkan
Menyenangkan
Jumlah (Orang)
Jumlah (%)
Beban kerja perawat ruangan dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja
70
60
50
40
30
20
10
0
Beban kerja ringan Beban kerja sedang Beban kerja berat
Jumlah (Orang)
Jumlah (%)
beban kerja ringan sebesar 14 orang (24,1%), tingkat beban kerja sedang sebesar 38
orang (65,5%), dan tingkat beban kerja berat sebesar 6 orang (10,3%). Untuk
pada sebaran distribusi normal. Hasil perhitungan skor beban kerja diperoleh :
µ = 45 = 10
Dengan persamaan x = ± , maka diperoleh skala interval distribusi normal
70
60
50
40
30
20
10
0
Stres ringan Stres sedang Stres berat
Jumlah (Orang)
Jumlah (%)
Grafik 4.6. menunjukkan bahwa pada perawat ruangan stres kerja sedang
sebesar 20 orang (34,5%), tingkat stres kerja ringan sebesar 38 orang (65,5%) dan
stres berat tidak ditemukan . Untuk menentukan kategori stres kerja digunakan skala
90 20
Dengan persamaan x = ± , maka diperoleh skala interval distribusi normal
untuk stres kerja sebagai berikut :
Bila dilihat dari hasil tabulasi silang antara Kondisi Kerja dengan stress kerja
Stres Kerja
Kondisi Kerja Stres Persen Stres Persen Stres Persen Total
Ringan (%) Sedang (%) Berat (%)
Tidak 33 80,5% 8 19,5% 0 00.0% 100%
menyenangkan
Kurang 5 29,4% 12 70,6% 0 00,0% 100%
menyenangkan
Menyenangkan 0 00,0% 0 00,0% 0 00% 00,0%
Total 38 65,5% 20 34,5% 0 00,0% 100%
mengalami stres ringan sebanyak 33 orang (80,5%), stres sedang sebanyak 8 orang
(19,5%), sedangkan pada kondisi kerja kurang menyenangkan mengalami stres ringan
Dari hasil uji statistik chi-square memberikan hasil p (0,001) < α (0,05) sehingga
dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara kondisi
Bila dilihat dari hasil tabulasi silang antara beban Kerja dengan stress kerja
Stres Kerja
Beban Kerja Stres Persen Stres Persen Stres Persen Total
Ringan (%) Sedang (%) Berat (%)
Ringan 12 85,7% 2 14,3% 0 0,0% 100%
Sedang 26 68,4% 12 31,6% 0 0,0% 100%
Berat 0 0,0% 6 100% 0 0,0% 100%
Total 38 65,5% 20 34,5% 0 0,0% 100%
Perawat ruangan RSU Kabanjahe yang mengalami beban kerja ringan mengalami
stres ringan sebanyak 12 orang (85,7%), stres sedang sebanyak 2 orang (14,3%) dan
stres berat tidak ditemukan. Sedangkan pada beban kerja yang sedang yang
mengalami stres ringan sebanyak 26 orang (68,4%) stres sedang sebanyak 12 orang
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square memberikan hasil p (0,001)
< α (0,05) sehingga dapat diketahui sebuah kesimpulan bahwa ada pengaruh yang
Hasil uji regresi linier ganda pada variabel hubungan beban kerja dan kondisi
dengan stres kerja pada perawat di instalasi rawat inap RSU Kabanjahe, dapata
diuraikan bahwa nilai koefisien (B) beban kerja = 0,912 dan kondisi kerja 1,275,
dengan nilai konstanta 14,083, maka diperoleh persamaan regresi linier yaitu :
Penjelasan dari persamaan tersebut adalah jika ada penambahan satu point beban
kerja terhadap perawat maka akan terjadi peningkatan stres kerja sebesar 0,912,
begitu juga jika ada penambahan satu point pada kondisi kerja parawat maka akan
Tabel. 4.8. Analisis Regresi Linear Berganda Pengaruh Kondisi Kerja dan
Beban Kerja terhadap Stres Kerja Perawat di ruang rawat inap
RSU Kabanjahe
No Variabel Nilai B Nilai p
1 Beban Kerja 0,912 0,000
2 Kondisi Kerja 1,275 0,000
Nilai R 0,858
Konstanta -14,083
(0,000) < α (0,05) dan variabel kondisi kerja memperoleh hasil p (0,000) < α (0,05) ,
dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara beban kerja dan kondisi kerja dengan terjadinya stres kerja.
Setelah kedua variabel dianalisis secara multivariat, ternyata yang paling dominan
5. Perbedaan Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres Kerja Perawat di tiap
Ruangan.
5.1. Perbedaan Kondisi kerja di tiap ruangan
Perbedaan kondisi kerja di tiap ruangan kerja bila dilihat persentasenya yang
menyenangkan maka diperoleh hasil kondisi kerja yang paling tidak menyenangkan
Perbedaan beban kerja di tiap ruangan bila dilihat persentasenya yang dibagi
menjadi ringan, sedang, berat dapat diperoleh hasil ruangan yang memiliki kategori
beban kerja berat terdapat diruangan obgyn (50%) kemudian diikuti dengan ruangan
bedah (5,9%) ruangan anak (14,3%) dan interna (0,0%). Sedangkan beban kerja yang
ringan terdapat di ruangan bedah (47,1%) kemudian diikuti dengan ruangan anak
Perbedaan stres kerja di tiap ruangan bila dilihat hasil persentasenya yang
dikategorikan menjadi stres kerja ringan, sedang dan berat dimana ruangan yang
memiliki stres kerja berat tidak ditemukan. Sedangkan ruangan yang memiliki stres
kerja ringan pada ruangan bedah (88,2%) kemudian diikuti ruangan obgyn (50,0%)
PEMBAHASAN
Hasil uji chi-square bahwa pengaruh antara kondisi kerja terhadap stres kerja
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan nilai p : 0,001 atau (p<0,05)
berarti ada pengaruh yang signifikan antara kondisi kerja dengan stress kerja. Perawat
ruangan yang kondisi kerja kurang menyenangkan lebih banyak mengalami stres
kerja ringan sebanyak 5 orang (29,4%), stres sedang 12 orang (70,6%), dan stres berat
tidak ditemukan, sedangkan pada kondisi kerja tidak menyenangkan mengalami stres
ringan sebanyak 33 orang (80,5%), stres sedang sebanyak 8 orang (19,5%) dan stres
berat tidak ditemukan. Pada kondisi kerja menyenangkan stres ringan , stres sedang
Menurut Frasser (1997) 74% Perawat mengeluh dan kesal terhadap lingkungan
yang menuntut kekuatan fisik dan keterampilan, hal ini merupakan penyebab stres
perawat.
kondisi kerja di RS yang mencakup lingkungan kerja secara fisik dan sosial misalnya
hubungan dengan teman sekerja, hubungan atasan dengan bawahan dan rasa aman
Kondisi lingkungan fisik dapat berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin,
terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Ruangan yang terlalu panas
ruangan yang terlalu dingin. Panas bukan hanya dalam pengertian temperatur udara
tetapi juga sirkulasi atau arus udara. Disamping itu, kebisingan juga mengambil andil
tidak kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada
Kondisi kerja pada ruangan obgyn dari hasil penelitian ditemukan kondisi kerja
yang tidak menyenangkan, hal ini berkaitan dengan tugas perawat kebidanan dalam
menerima dan merawat pasien yang akan bersalin dan harus dapat menghadapi
Hasil uji chi-square bahwa pengaruh antara beban kerja terhadap stres kerja
menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dengan nilai p = 0,001 atau (p<0,05)
berarti ada pengaruh yang signifikan antara beban kerja terhadap stres kerja, perawat
ruangan yang beban kerja ringan mengalami stres kerja ringan sebanyak 12 orang
(85,7%), stres sedang sebanyak 2 orang (14,3%), stres berat tidak ditemukan,
sedangkan yang mengalami beban kerja sedang mengalami stres ringan sebanyak 26
orang (68,4%), stres sedang sebanyak 12 orang (31,6%) dan stres berat tidak
ditemukan. Pada beban kerja yang berat seluruhnya (100%) mengalami stres sedang.
Menurut Everly dan Giordana (Munandar, 2001), beban kerja secara kuantitatif
dan kualitatif merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan, yang termasuk juga
bekerja secara bergiliran / shift jaga. Shift jaga sering tidak seimbang dengan jumlah
sering terjadi interupsi pada saat pengisian kuesioner. Hal ini dapat menyebabkan
6.1. Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang bermakna antara kondisi kerja (p=0,000) terhadap stres
2. Terdapat pengaruh yang bermakna antara beban kerja (p=0,000) terhadap stres
3. Terdapat pengaruh yang bermakna antara beban kerja dan kondisi kerja terhadap
stres kerja perawat ruang rawat inap, dan variabel kondisi kerja paling dominan
6.2. Saran
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan dan untuk menanggulangi stres kerja
menimbulkan kejenuhan pada perawat apabila bekerja pada satu ruangan pada
jangka waktu lama yang dapat menimbulkan stres kerja, selain itu rotasi kerja
terhadap perawat.
pasien yang akan melahirkan diruang perawatan terutama ruangan obgyn dan
Anies, Penyakit Akibat Kerja, Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja dan
Upaya Penanggulangannya. PT.Elex-medika Komputindo, Jakarta, 2005.
Anonyus, 2008, Hubungan Stres Kerja dengan Prestasi Kerja, http//bsf.Bawean info/
bsf /page id.64 diakses tanggal 22 Januari 2010.
Dadang Hawari, 2006, Management Stres, Cemas dan Depresi, Gaya Baru, Jakarta.
Depkes RI, Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Sakit, Dep-Kes, 1996.
Fraser, Stres dan Kepuasan Kerja, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1992.
Rice, PL, 1992, Stress and Health 2nnd ed,Pasifik Grove, California, Brooks /Cole.
Rumah Sakit Umum Kabanjahe “Profil Rumah Sakit Umum Kabanjahe” Tahun
2008.
__________, P.K. 1984, Higiene Perusahaan dan Kesehatan kerja, Cet-4, Penerbit
P.T.Gunung Agung, Jakarta:82-92.
Supardi, 2007, Analisis Stres pada kondisi kerja dan Beban kerja perawat dalam
klasifikasi pasien di ruang rawat Inap Rumkit Tk.II Putri Hijau Kesdam I/BB
Medan, USU.
Surat Keputusan Menkes RI No. 983 /Menkes /SK/IX /1992, Tentang Pedoman
Organisasi RS Umum, 1992.
NO. RESPONDEN :
NAMA :
UMUR :
MASA KERJA :
UNIT KERJA :
1. Pilihlah salah satu jawaban dari kolom yang tersedia sesuai dengan penilaian
saudari
2. Alternatif jawaban dalam kuesioner ini adalah
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Tidak tahu
4 = Setuju
5 = Sangat setuju
SKOR
PERTANYAAN
No 1 2 3 4 5
1. Pekerjaan yang diberikan kepada saya terlalu berat
2. Terlalu banyak pekerjaan yang harus saya lakukan
3. Terlalu banyak tuntutan keluarga pasien
4. Pimpinan Rumah Sakit terlalu banyak tuntutan kepada saya
5. Saya kurang nyaman terhadap tuntutan keluarga pasien
untuk keselamatan pasien
6. Saya bosan apabila harus mengerjakan observasi pasien
setiap jam
7. Saya selalu dituntut untuk dapat setiap saat mengambil
keputusan yang harus tepat
8. Saya jenuh dan bosan dengan tugas pemberian obat-obatan
secara tepat waktu
9. Saya dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang
berkualitas
10. Saya dituntut harus merawat pasien dalam kondisi apapun
11. Saya tidak nyaman karena tidak diikutsertakan dalam
SKOR
PERTANYAAN
No 1 2 3 4 5
pengambilan keputusan oleh pihak manajemen rumah sakit
12. Pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki tidak
mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan
13. Saya setiap saat harus menghadapi pasien dengan
kharakteristik yang berbeda.
14. Jumlah pasien tidak sesuai dengan jumlah perawat
15. Pasien terlalu banyak keluhan
Petunjuk : Berilah tanda (√) pada kolom angka yang ada disebelah kanan masing-
masing butir pernyataan dengan pilihan sebagai berikut :
Skore : 1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Tidak tahu
4. Setuju
5. Sangat Setuju
SKOR
No PERTANYAAN
1 2 3 4 5
1. Saya merasa terganggu dengan bunyi peralatan yang ada di
ruang rawat inap
2. Saya merasa pembagian shift kerja belum sesuai
3. Saya merasa tidak ada sirkulasi udara yang sehat didalam
ruangan perawat
4. Saya merasa penerangan diruang kerja perawat kurang
5. Saya merasa sulit menghadapi keluarga pasien dengan
kecemasan yang meningkat
6. Saya terganggu dengan kondisi pasien yang memburuk
secara tiba-tiba
7. Saya sulit bekerja sama dengan sesama perawat di ruangan
8. Saya sulit bekerja sama antar perawat degan tim kesehatan
yang lain
9. Saya merasa panas di ruangan perawat
10. Saya merasa terganggu terhadap adanya ekskresi saluran
cerna, genetalia, darah, mucosa, urine, feces, dan bekas
muntahan diruangan
11. Saya merasa terganggu terhadap peralatan yang telah usang
di ruang rawat inap
12. Saya merasa terlalu dingin pada malam hari karena ruangan
perawat yang terbuka
13. Saya meras terganggu terhadap dering telepon yang bunyi
tiba-tiba
1. Pilihlah salah satu jawaban dari kolom yang tersedia sesuai dengan penilaian
saudari
2. Alternatif jawaban dalam kuesioner ini adalah
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Tidak tahu
4 = Setuju
5 = Sangat setuju
SKOR
No PERTANYAAN
1 2 3 4 5
1. Saya merasa jantung saya berdebar saat menghadapi pasien
yang sangat parah
2. Merasa tidak cocok dengan pekerjaan saya
3. Merasa ada gangguan penglihatan saat bekerja
4. Merasa tidak cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
5. Saya curiga dengan orang lain membicarakan diri saya
6. Merasa sulit berorientasi dengan teman sejawat saya
7. Saya merasa mudah marah tanpa sebab yang berarti
8. Saya bingung dalam menghadapi pekerjaan merawat pasien
yang bervariasi
9. Saya merasa kecewa dengan hasil pekerjaan saya dalam
merawat pasien
10. Saya merasa jenuh dalam merawat pasien
11. Saya merasa lambat terhadap situasi yang membahayakan
pasien
12. Saya ingin pindah kebagian yang lain
13. Saya makan berlebihan akhir-akhir ini
14. Saya mudah tersinggung bila ditegur pimpinan RS
15. Sata merasa telapak tangan saya berkeringat saat menghadapi
pasien
16. Merasa cemas tidak dapat merawat pasien dengan baik
17. Saya merasa tertekan karena pekerjaan merawat pasien yang
bervariasi
Terimakasih penulis ucapkan kepada Saudari atas kesediaannya mengisi kuesioner ini
Peneliti,
DIAH PITALOKA.
Tabel.3.1 (Lanjutan)
0
No Pertanyaan Corrected Item-Total Keterangan
Correlation
Pertanyaan 6 0.8965 Valid
Pertanyaan 6 0.8965 Valid
Pertanyaan 7 0.8311 Valid
Pertanyaan 8 0.9233 Valid
Pertanyaan 9 0.7312 Valid
Pertanyaan 10 0.7512 Valid
Pertanyaan 11 0.8956 Valid
Pertanyaan 12 0.9027 Valid
Pertanyaan 13 0.8729 Valid
Pertanyaan 14 0.7712 Valid
Pertanyaan 15 0.8761 Valid
Pertanyaan 16 0.7684 Valid
Pertanyaan 17 0.8772 Valid
Pertanyaan 18 0.7683 Valid
Pertanyaan 19 0.7566 Valid
Pertanyaan 20 0.7829 Valid
Pertanyaan 21 0.9350 Valid
Pertanyaan 22 0.8721 Valid
Pertanyaan 23 0.7552 Valid
Pertanyaan 24 0.7684 Valid
Pertanyaan 25 0.9352 Valid
Pertanyaan 26 0.7511 Valid
Pertanyaan 27 0.6809 Valid
Pertanyaan 28 0.9027 Valid
Pertanyaan 29 0.9350 Valid
Pertanyaan 30 0.8761 Valid
Nilai Hitung Alpha Cronbach 0.9560 Reliabel
DIREKTUR
RSU KABANJAHE
Dasar : Peraturan Daerah Kab. Karo Nomor 19 Tahun 2008 Dr. SUARA GINTING, SpPD
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah Kab. Karo
Sub Bag Keuangan Sub Bag Kepegawaian Sub Bag Umum Dan
Kawas Tarigan Agnes Hiasenta Br T Perlengkapan
Nikosair Tarigan, SKM
Bid Penj Pelayanan Medik Bid Pel Medik Bid Data Dan Perencanaan
Dr. Truli Pardede, SpS dr. Joyce Kambodji, SpS dr. Thomas Silangit, SpPK
Seksi Sarana dan Prasarana Seksi Rekam Medik Seksi Keperawatan Seksi Pel dan Humas Seksi Perencanaan Seksi Diklat
Omri Sanjaya Ginting Ruman Boru Sembiring Hordeharda Br Bangun Ramtha Tarigan dr. Kasta Marianta G, SKM
Instalasi Gawat Darurat Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat inap Intalasi Radiologi Instalasi Rehabilitasi Instalasi Gizi
Perikuten Ginting Ngawal Tarigan Patuh Tarigan dr. Elsa Br S, SpR Medik/ Fisioterapi Rony Nganjung T, SKM
Enos Pelawi
UTD (Unit Transfusi Darah)
dr. Anita Isabella Instalasi Sarana & Instalasi Hemodialisa Instalasi Laboratorium
Prasarana dr. Sopyan S, SpPD dr. Indrayani Br Purba Inst alasi Farmasi DIREKTUR RSU KABANJAHE
Jantenang Ketaren Drs. Bahagia Purba
Intstalasi Penunjang dr. SUARA GINTING, SpPD
Diagnostik PEMBINA TK I
NIP. 19630424 199003 1 004
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Ruangan * Kategori Stress
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
Kerja
Ruangan * Kategori Beban
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
Kerja
Ruangan * Kategori Kondisi
58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
Kerja
Crosstab
Crosstab
Crosstab
Abstract
Stress experienced by the nurses can be caused by various’ factors concerning
their work environment or their abundant physical or mental workload. The nurses
working in the in-patient wards of Kabanjahe General Hospital serve the patients who
are having pain in their muscle and joint ,easily getting angrv, difficultl to concentrate,
apathetic, feeling tired, and decreasing appetite. This condition will result in a strong
stress for the nurses in their work environment.
The purpose of this cross-sectional study was to analyze the influence of work
condition (work environment, length of service) and workload ( overload, simple work,
high risk work) on the nurses working in the patient wards of Kabanjahe General
Hospital.The populations of this study were all of the 58 nurses working in the patient
wards of Kabanjahe Hospital (17 nurses working in the wards of surgery department, 6
nurses working in the wards of obstetrics and gynecology department, 14 nurses working
in the wards of pediatric department, and 21 nurses working in the wards of internal
medicine department), and all of them were selected to be the samples for this study
through total sampling technique. The data obtained were analyzed through multiple
linear regression test.
The result of this study showed that there was a significant influence between
work condition, and workload on the nurses working in the in patient wards of Kabanjahe
General Hospital. The result of multiple linear regression test showed that the work
condition of the nurses was’more influencing in the incident of work stress.
The management of Kabanjahe General Hospital is suggested to (1) apply a
periodical rotation for the nurses working in the in-patient wards, (2,) to create a
pleasant work condition, (3) to provide a periodical training for the nurses, (4) to ask the
nurses working in the in-patient wards to create a pleasant work condition, and (5) to
improve their knowledge related to the treatment of patient.