Anda di halaman 1dari 89

KEPERAWATAN BENCANA

Disampaikan oleh Ns Rinnelya Agustien M.Kep


MATERI
 Persiapan dan mitigasi bencana
 Pengelolaan kegawatdaruratan bencana (Command, control,
coordination, communication)
 Stabilisasi, evakuasi, dan transportasi korban (praktek)
 Perawatan psikososial dan spiritual pada korban bencana
 Perawatan untuk populasi rentan (lansia, wanita hamil, anak
anak, orang dengan penyakit kronis, disabilitas, sakit mental)
(diskusi)
 Aspek legal dan prinsip etik
 Peran masyarakat dalam bencana (diskusi)
 Evidence based in disaster nursing (browsing)
APA YANG PERAWAT BISA
LAKUKAN SAAT ADA BENCANA ?
Definisi Bencana
 Setiap kejadian yang mengakibatkan kerusakan, gangguan
ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya
derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala
tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau
wilayah yang terkena (WHO)
Siklus Manajemen Bencana
BAGAIMANA PERAN PERAWAT DI TIAP
MASING MASING SIKLUS MANAJEMEN
BENCANA ?
Tujuan Manajemen Bencana
a. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;
b. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
c. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
d. Menghargai budaya lokal;
e. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
f. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan
kedermawanan; dan
g. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Siklus manajemen bencana yang
terdiri komponen
a. mitigasi (mitigation),
b. kesiapsiagaan
(preparedness),
c. respon
(response/tanggap
darurat),
d. recovery (pemulihan)
yang di perlu dilakukan secara
utuh
MITIGASI
Fase pertama :
1. Mitigasi bencana
merupakan suatu aktivitas
yang berperan sebagai
tindakan pengurangan
dampak bencana, atau
usaha-usaha yang dilakukan
untuk mengurangi korban
ketika bencana terjadi, baik
korban jiwa maupun harta
.
 Ada 2 bentuk mitigasi yang lazim dilakukan yaitu mitigasi
struktural dan mitigasi non struktural.
 Mitigasi struktural dengan cara membangun lingkungan fisik
dengan menggunakan rekayasa struktur, seperti
pembangunan bangunan tahan gempa, pengendalian
lingkungan dengan pembuatan kanal banjir, drainase, dan
terasering.
 Mitigasi non-struktural dengan cara merubah prilaku
manusia atau proses alamiah, seperti penyusunan kebijakan,
peraturan perundang-undangan, pendidikan, dan penyadaran
masyarakat, modifikasi non-struktural, perubahan perilaku
masyarakat.
CONTOH MITIGASI BENCANA
Mitigasi meliputi beberapa kegiatan, diantaranya :
 menerbitkan peta wilayah rawan bencana.
 memasang rambu-rambu peringatan bahaya dan larangan di
wilayah rawan bencana
 mengembangkan SDA satuan pelaksana
 mengadakan pelatihan penanggulangan bencana kepada warga di
wilayah rawan bencana
 mengadakan penyuluhan atas upaya peningkatan kewaspadaan
masyarakat di wilayah rawan bencana
 menyiapkan tempat penampungan sementara di jalur-jalur
evakuasi jiga bencana terjadi
 memindahkan masyarakat yg tinggal di wilayah bencana ke tempat
yg aman
PREPAREDNESS (KESIAPSIAGAAN)
Fase kedua :
2. kesiapsiagaan:
Merencanakan bagaimana
menanggapi bencana
dilakukan dalam fase ini.
 Hal tersebut meliputi: Merencanakan kesiapsiagaan, penilaian
kerentanan, kelembagaan, Sistem informasi, basis
sumberdaya, membangun sekolah siaga bencana, Sistem
peringatan dini, mekanisme tanggap, pendidikan public dan
pelatihan, kesiapan logistic, kemudian diuji coba
kesiapsiagaan terhadap bencana.
RESPONSE
3. Fase ketiga : Respon
Yakni upaya memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh
bencana
Pencarian dan penyelamatan korban diantaranya: Triage
korban bencana dan pemilahan korban, pemeriksaan
kesehatan, dan mempersiapkan korban untuk tindakan
rujukan. Selain itu juga memfungsikan pos kesehatan
lapangan (rumah sakit lapangan), mendistribusikan logistik
(obat-obatan, gizi, air bersih, sembako), menyediakan tempat
tinggal sementara dan penanganan pos traumatic stress.
RECOVERY
4. Fase keempat : Recovery
Yaitu tindakan mengembalikan masyarakat ke kondisi normal.
Peristiwa ini menfokuskan pada perbaikan sarana dan
prasarana,
 Tindakan pada fase recovery adalah : rehabilitasi dan
rekonstruksi.
 Adapun rehabilitasi merupakan upaya untuk membantu
komunitas memperbaiki rumahnya, mengembalikan fungsi
pelayanan umum, perbaikan sarana transportasi, komunikasi,
listrik, air bersih dan sanitasi, dan pelayanan pemulihan
kesehatan.
 Selanjutnya rekonstruksi merupakan upaya jangka menengah
dan jangka panjang seperti pembangunan kembali sarana dan
prasarana, serta pemantapan kemampuan institusi
pemerintah, sehingga terjadinya perbaikan fisik, social dan
ekonomi untuk mengembalikan kehidupan komunitas pada
kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
KEBERHASILAN PENANGANAN KORBAN MASSAL

Keberhasilan penanganan korban tergantung pada :


1. ORGANISASI ( Struktural tugas )
2. FASILITAS ( Sarana & Prasarana )
3. KOMUNIKASI ( Alat, Jejaring & Prosedur )
4. DATA ( Sumber Daya Manusia )
5. PENANGANAN Operasional :
- Pra- Rumah Sakit
- Intra Rumah Sakit
- Antar Rumah Sakit
27 / 19
KOORDINASI SAAT BENCANA
 Pada setiap bencana atau musibah masal harus ada
komandan. Pada umumnya komandan ini berasal dari
kepolisian, di daerah militer (komandan adalah militer
setempat) atau pelabuhan (komandan adalah syahbandar yang
dilakukan di pos komando) .
 Unsur yang mungkin terllibat:
1. Keamanan : kepolisian dan TNI
2. Rescue : pemadam kebakaran, Basarnas
3. Kesehatan
4. Sukarelawan (hampir selalu PMI terlibat)
5. Masyarakat umum
 Bila bencana pada tingkat kabupaten, dan masih dapat
menanggulangi sendiri, maka pimpinan akan diambil ahli oleh
Bupati melalui satlak PBP (Satuan Pelaksana
Penanggulangan Bencana Dan Pengungsi).
 Bila pada tingkat provinsi dan skalanya bencana lebih besar,
maka pimpinan akan diambiil ahli oleh Gubernur melalui
satkorlak PBP (Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan
Bencana Dan Pengungsi).
 Bila bencana sangat besar dan mencapai tingkatan nasional,
maka pimpinan diambil oleh Presiden dan dilaksanakan oleh
Bakornas PBP (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
Bencana Dan Pengungsi).
Di pos kemando utama akan diatur:
1. Stuktur komando
2. Operasional
3. Logistic
4. Perancanaan
5. Keuangan
6. Triage
7. Terapi (pengobatan sementara)
8. Transportasi (rujukan), juga dipelukan dukungan logistic
dan pelatihan terhadap masalah keamanan (safety)
LANGKAH LANGKAH YANG HARUS
DILAKUKAN SAAT TERJADI BENCANA :
1. Penolong pertama melakukan penilaian cepat tanpa
menggunakan alat atau melakukan tindakan medis.
2. Panggil penderita yang dapat berjalan dan kumpulkan
diarea pengumpulan
3. Nilai penderita yang tidak dapat berjalan, mulai dari posisi
terdekat dengan penolong.
4. PenilaianTriage Medis. TRIAGE dalam bencana memiliki 4
warna
TRIAGE BENCANA
 Triage berasal dari Bahasa prancis “Trier” berarti mengambil
atau memilih.
 Triage adalah penilaian, pemilihan dan pengelompokan
penderita yang mendapat penanganan medis dan
evakusasi pada kondisi kejadian masal atau kejadian
bencana.
 Penanganan medis yang diberikan berdasarkan prioritas
sesuai dengan keadaan penderita.
PRINSIP TRIAGE
 “Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek
mungkin)
 The Right Patient, to The Right Place at The Right Time
 Melakukan yang terbaik untuk jumlah terbanyak dengan
seleksi korban berdasarkan :
1. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit
2. Dapat mati dalam hitungan jam
3. Trauma ringan
4. Sudah meninggal
KLASIFIKASI – BENCANA :

 BENCANA TK.I : KORBAN < 50 ORANG

 BENCANA TK.II: KORBAN 51-100 Org.

 BENCANA TK III: KORBAN 101-300 Org

 BENCANA TK IV: KORBAN > 300 Org.

34 / 19
PRIORITAS PENANGANAN KEDARURATAN PADA
KEADAAN BENCANA / TRIAGE SYSTEM
PRIORITAS : I ( WARNA Penanganan dan pemindahan
MERAH/BIRU )
bersifat segera yaitu gangguan pada
 Prioritas I (prioritas jalan nafas, pernafasan dan
tertinggi) warna merah
untuk berat dan biru untuk sirkulasi. Contohnya sumbatan
sangat berat. Mengancam jalan nafas, tension pneumothorak,
jiwa atau fungsi vital, perlu
resusitasi dan tindakan syok hemoragik, luka terpotong
bedah segera, mempunyai pada tangan dan kaki, combutio
kesempatan hidup yang
besar. (luka bakar) tingkat II dan III >
25%

35 / 19
2. PRIORITAS : II ( WARNA KUNING )
 Prioritas II (medium) warna kuning. Potensial mengancam
nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka
waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan
terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka bakar)
tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak/abdomen, laserasi
luas, trauma bola mata

36 / 19
3. PRIORITAS : III ( WARNA HIJAU )
 Prioritas III(rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti
pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan
bersifat terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan

37 / 19
5.PRIORITAS 0 ( WARNA HITAM )
 MENINGGAL DUNIA
 Prioritas warna Hitam. Kemungkinan untuk hidup sangat
kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh
henti jantung kritis, trauma kepala kritis

38 / 19
START (SIMPLE TRIAGE AND RAPID
TREATMENT)
 Adalah suatu system yang dikembangkan untuk
memungkinkan paramedic memilah korban dalam waktu
yang singkat kira – kira 30 detik.
 Yang perlu diobservasi : Respiration, Perfusion, dan Mental
Status ( RPM ).
RESPIRASI
Langkah 1: Respirasi
 Tidak bernapas, buka jalan napas, jika tetap tidak bernapas
beri TAG HITAM
 Pernafasan >30 kali /menit atau <10 kali /meni beri TAG
MERAH
 Pernafasn 10-30 kali /menit: lanjutkan ke tahap berikut
PERFUSI
Langkah 2: Cek perfusi (denyut nadi radial) atau capillary refill
test (kuku atau bibir kebiruan)
 Bila CRT > 2 detik: TAG MERAH
 Bila CRT < 2 detik: tahap berikutnya
 Bila tidak memungkinankan untu CRT (pencahayaan kurang),
cek nadi radial, bila tidak teraba/lemah; TAG MERAH
 Bila nadi radial teraba: tahap berikutnya
MENTAL STATUS
Langkah 3: Mental Status
 Berikan perintah sederhana kepada penderita, jika dapat
mengikuti perintah: TAG KUNING
 Bila tidak dapat mengikuti perintah: TAG MERAH
Setelah memberikan tindakan tersebut, penolong memberikan
tag/kartu sesuai penilaian triage (HIJAU, KUNING, MERAH,
HITAM), setelah itu menuju korban lainya yang belum
dilakukan triage.
 TRIAGE wajib dilakukan dengan kondisi ketika penderita /
korban melampaui jumlah tenaga kesehatan.
 INGAT… TAG MERAH merupakan prioritas utama ketiaka
triage dilakuakn di UGD, sedangkan TAG HIJAU merupakan
prioritas utama ketika terjadi bencana.
Tindakan yang harus CEPAT dilakukan adalah:
 Buka jalan napas, bebaskan benda asing atau darah
 Berikan nafas buatan segara jika korban tidak bernafas
 Balut tekan dan tinggikan jika ada luka terbuka/perdarahan
PEMBAGIAN DAERAH KEJADIAN
BENCANA
Di tempat kejadian atau musibah masal, selalu terbagi atas:
1. Area 1 : Daerah kejadian (Hot zone)
Daerah terlarang kecuali untuk tugas penyelamat(rescue) yang sudah
memakai alat proteksi yang sudah benar dan sudah mendapat ijin
masuk dari komandan di area ini.
2. Area 2 :Daerah terbatas (Warm zone)
Di luar area 1, hanya boleh di masuki petugas khusus, seperti tim
kesehatan, dekotanminasi, petugas atau pun pasien. Pos komando
utama dan sektor kesehatan harus ada pada area ini.
3. Area 3 : Daerah bebas (Cold zone)
Di luar area 2, tamu, wartawan, masyarakat umum dapat berada di
zone ini karena jaraknya sudah aman. Pengambilan keputusan untuk
pembagian area itu adakah komando utama.
WARNA TRIAGE
EVAKUASI DAN TRANSPORTASI
KORBAN (+praktek)
Hal yang harus dipahami adalah
1. Sistem Komunikasi
2. Do No Further Harm.
KEBERHASILAN MENOLONG KORBAN
TERGANTUNG PADA TIGA HAL :

1. Kecepatan ditemukannya korban

2. Kecepatan minta tolong

3. Kecepatan dan kualitas pertolongan


EVAKUASI
Evakuasi Darurat :
1. Lingkungan berbahaya (misal kebakaran).
2. Ancaman jiwa (misal perlu tempat rata dan keras untuk RJP).
3. Prioritas bagi pasien ancaman jiwa

Evakuasi Segera :
1. Ancaman jiwa, perlu penanganan segera.
2. Pertolongan hanya bisa di RS (misal pernafasan tidak adekuat, syok).
3. Lingkungan memperburuk kondisi pasien (hujan, dingin dll).

Evakuasi Biasa :
Tanpa ancaman jiwa, namun tetap memerlukan RS
PERSYARATAN YG.HRS.DIPENUHI ,PADA
EVAKUASI/TRANSPORTASI PASIEN GADAR
A. SEBELUM DIANGKAT :
 Gangguan pernafasan & Cardio vascular telah
ditangani.
 Perdarahan telah dihentikan
 Luka telah dibalut/drawat
 Fraktur tlh.difiksasi /balut-bidai.
B. SELAMA DLM.PERJALANAN :
 Harus dimonitor Kesadaran
 Pernafasan
 Tekanan darah
 Denyut nadi / keadaan luka
TEKNIK/ CARA EVAKUASI DENGAN BANTUAN
PETUGAS
1. THE ONE –RESCUE ASSISST.
( Tekhnik pertolongan 1 orang )
2. THE FIREMAN’S CARRY
( Tekhnik mengangkat cara petugas PMK )
3. THE PACK STARP CARRY
( Tekhnik mengangkat peti / kemasan )
4. ONE RESCUER DRAGS
( Tekhnik menolong dgn.tarikan : - Shoulder drag/pundak
- Selimut, Ankle
5. DIRECT – GROUND LIFT
6. D.L.L.
Pemindahan darurat jika…

 Terpaksa memindahkan satu korban agar dapat


mencapai korban yang lain, misalnya pada
kecelakaan bis.
Ingat!!!

 Bahaya terbesar pada pemindahan darurat:


memburuknya suatu cedera tulang belakang.

 Paling aman adalah dengan cara menarik korban


searah poros tubuh.
Pemindahan darurat

 Tarikan lengan
 Tarikan bahu
 Tarikan baju
 Tarikan selimut
Tarikan Lengan
Tarikan bahu
Tarikan baju
Pemindahan non-darurat

 Penolong memiliki waktu untuk merencanakan


pemindahan serta meminta tolong untuk bantuan
pengangkatan dan pemindahan:
 Mengangkat langsung dari tanah.
 Pengangkatan anggota badan.
Mengangkat langsung
dari tanah

 Paling sedikit 3 penolong.


 Pada saat tandu tidak dapat dibawa
mendekati korban.
 Cara ini akan terasa berat bila
 berat korban lebih dari 70 - 80 kg,
 permukaan tanah yang dilalui tidak rata atau
 korban tidak mau bekerjasama.
Pengangkatan anggota badan

 Dua penolong, masing-masing


di sisi kepala dan kaki korban.
 Pengangkatan dilakukan pada keempat
eksremitas.
 Jangan gunakan cara ini jika terdapat
cedera pada lengan dan tungkai korban,
atau jika kemungkinan ada patah tulang
belakang.
Peralatan

 Brankar (cot, Verno)


 Tandu
 Tandu sekop (Scoop stretcher, orthopaedic
stretcher)
 Kursi Tangga
Spine Boards

 Papan pungggung panjang (long spine board) ,


setelah di atas LSB, korban tidak dipindah lagi
(yang dipindah papannya).
 Papan punggung pendek (short spine board)
hanya sampai pinggul korban. Bermanfaat
untuk ekstrikasi.
Mengangkat korban
Syarat utama 
keadaan fisik
yang baik,
terlatih dan
dijaga dengan
baik.
Nyeri pinggang
(low back pain)
merupakan hal
yang paling
sering
dikeluhkan oleh
tenaga medis di
lapangan.
Dasar-dasar pengangkatan

 Rencanakan setiap gerakan.


 Pertahankan sikap tegak saat berdiri, berlutut
maupun duduk, jangan membungkuk.
 Konsentrasikan beban pada otot paha, bukan
punggung.
 Gunakan otot fleksor (otot untuk menekuk,
bukan otot untuk meluruskan).
Saat mengangkat dengan tangan, telapak
tangan menghadap ke arah depan.
Dasar-dasar pengangkatan (2)
 Jaga titik berat beban sedekat mungkin ke tubuh
anda.
 Gunakan alat bantu.
 Jarak antara kedua lengan dan tungkai adalah
selebar bahu.
terlalu rapat mengurangi stabilitas, terlalu lebar
 mengurangi tenaga.
 Latihlah seluruh anggota tim anda tehnik
mengangkat dan memindahkan korban.
Posisi awal

Dalam posisi berlutut, satu tungkai tertekuk


pada lutut dengan tungkai bawah sejajar
lantai, tungkai lain tertekuk pada lutut dengan
telapak kaki bertumpu pada lantai.
Mengangkat tandu
 Jumlah orang yang melakukan pengangkatan
sebaiknya genap.
 Jaga bagian punggung anda terkunci dalam
keadaan lurus, hindari membungkukkan
punggung.
Log Roll

Setiap ada kecurigaan cedera tulang belakang


anda tidak dapat memutar korban semaunya
karena tindakan tersebut mungkin
mengakibatkan kelumpuhan.
Log Roll (2)
Log roll memutar korban seolah-olah
menggulingkan sebatang kayu utuh (log).
Kepala korban diusahakan untuk selalu segaris
terhadap sumbu tubuh.
Seorang penolong ditempatkan khusus untuk
memegang kepala korban dan penolong lainnya
di daerah badan korban.
TRANSPORTASI
 Seorang penderita gawat darurat dapat ditransportasikan bila
penderita tersebut siap (memenuhi syarat) untuk
ditransportasikan, yaitu:
1. Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi –
resusitasi : bila diperlukan
2. Perdarahan dihentikan
3. Luka ditutup
4. Patah tulang di fiksasi
Dan selama transportasi (perjalanan) harus di monitor :
-Kesadaran
-Pernafasan
-Tekanan darah dan denyut nadi
-Daerah perlukaan
PRINSIP TRANSPORTASI PRA RS
Panduan Mengangkat Penderita
– Kenali kemampuan diri dan kemampuan team work
– Nilai beban yang diangkat,jika tidak mampu jangan dipaksa
– Selalu komunikasi, depan komando
– Ke-dua kaki berjarak sebahu, satu kaki sedikit kedepan
– Berjongkok, jangan membungkuk saat mengangkat
– Tangan yang memegang menghadap ke depan (jarak +30 cm)
– Tubuh sedekat mungkin ke beban (+ 50 cm)
– Jangan memutar tubuh saat mengangkat
– Panduan tersebut juga berlaku saat menarik/mendorong
PERAWATAN PSIKIS KORBAN
1. Fasilitasi Rasa Aman. Lakukan segala sesuatu yang bisa
membuat orang yang terkena bencana agar dapat merasa aman.
Caranya? Penuhi kebutuhan dasarnya. Jika dia terpisah dengan
anggota keluarga, satukan mereka kembali. Jika dia
membutuhkan informasi, sediakanlah informasi yang
terpercaya. Sediakan hal lain yang dianggap perlu.
2. Fasilitasi Keberfungsian. Dorong orang untuk berfungsi kembali,
dalam artian dia bisa berpikir dengan relatif lebih jernih memahami
situasi yang terjadi dan apa saja yang dapat dia lakukan untuk
mengatasi masalah yang ada. Caranya antara lain:

 Berikan perhatian melalui kata‐kata dan perbuatan yang tidak


menyakiti atau menyinggung perasaan orang yang ingin kita bantu.
 Berbicara jelas dan bisa dimengerti oleh penyintas (survivor).
 Tidak berusaha menasehati atau memberikan memberikan
pendapat pribadi.
 Merespon terhadap kemarahan penyintas dengan tenang, tidak
dengan membela diri, marah atau sakit hati.
 Hindari memotong atau menyela pembicaraan penyintas.
 Hindari kata‐kata atau bahasa tubuh yang mengancam,
menyalahkan, atau mempermalukan penyintas.
3. Jaga keluarga mereka agar tetap bersama dan berhubungan
satu sama lain. Tanyakan pada mereka adakah pihak lain yang
ingin diberitahu sehubungan dengan bencana yang baru saja
terjadi.
4. Membantu merencanakan tindak lanjut. Setelah bencana
terjadi, hal yang ingin kita lakukan adalah kembali ‘Normal’.
Kembali normal bukan sekedar berarti kembali ke kondisi yang
sama seperti sebelumnya, tetapi juga kembali dapat menjalani
kehidupan sebagai pribadi yang utuh. Oleh karena itu, ajaklah
orang‐orang di sekitar untuk bersama‐sama kembali menjalani
aktivitas seperti biasa.
Peran perawat di komunitas
 Disaster management- nurse’s role in community
 Assess the community
 Assessment - the local climate conducive for disaster occurrence,
past history of disasters in the community, available community
disaster plans and resources, personnel available in the community
for the disaster plans and management, local agencies and
organizations involved in the disaster management activities,
availability of health care facilities in the community etc.
 Diagnose community disaster threats
 Determine the actual and potential disaster threats (eg;
explosions, mass accidents, tornados, floods, earthquakes etc).
 Community disaster planning
 Develop a disaster plan to prevent or deal with identified disaster threats
 Identify local community communication system
 Identify disaster personnel, including private and professional
volunteers, local emergency personnel, agencies and resources
 Identify regional back up agencies and personnel
 Identify specific responsibilities for various personnel involved in the
disaster plans
 Set up an emergency medical system and chain for activation
 Identify location and accessibility of equipment and supplies
 Check proper functioning of emergency equipments
 Identify outdated supplies and replenish for appropriate use.
 Implement disaster plans
 Focus on primary prevention activities to prevent occurrence of
manmade disasters
 Practice community disaster plans with all personnel carrying out their
previously identified responsibilities (eg: emergency triage , providing
supplies such as food, water, medicine, crises and grief counseling)
 Practice using equipment; obtaining and distributing supplies
 Evaluate effectiveness of disaster plan
 Critically evaluate all aspects of disaster plans and practice drills for
speed, effectiveness, gaps and revisions.
 Evaluate the disaster impact on community and surrounding regions
 Evaluate the response of personnel involved in disaster relief efforts.
PERAWATAN POPULASI RENTAN
 Siapakah yang paling rentan bila terjadi bencana ?
 Bagaimana mitigasi dan persiapan pada populasi rentan
bencana ?
TUGAS
 Buatlah simulasi penanganan korban
 Bencana apa ? Kebakaran gedung
 Korbannya apa saja ? Sesuai dengan triage
 Bagaimana penanganannya ?
 Buatlah jalur evakuasi ?
 Buatlah meeting point

Anda mungkin juga menyukai