Oleh Kelompok 5:
KELAS 3E
MOJOKERTO
2019
Anggota :
i
25. Weny S. Sabono (201601184)
26. Chynthia Rizki Pratiwi (201601185)
27. Katharina Ningsih Talangembun (201601186)
28. Intan Fitrianti Putri (201601187)
29. Rasfi Desta Rahmandar (201601188)
30. Muhammad Muamar Khadafi (201601189)
31. Nawang Wulandari (201601190)
32. Indah Zelvie Wulandari (201601191)
33. Ana Sambayon (201601192)
34. Zafar Sodik (201601193)
35. Erviandika Arrasyid (201601194)
36. Pamungkas (201601195)
37. Umi Maslahah (201601196)
ii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Adapun judul Makalah ini yang penulis ambil adalah
“TABLETOP DISASTER EXERCISE KASUS BENCANA ALAM TANAH
LONGSOR”. Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ilmiah ini, di
antaranya :
a. Bapak Dr. Muhammad Sajidin, S.Kep. M.Kes, selaku Ketua STIKES BINA
SEHAT PPNI MOJOKERTO
b. Ibu Ana Zakiyah M. Kep., selaku Ketua Prodi S1 Ilmu Keperawatan
c. Bapak Ns.Mukhamad Fathoni, S.Kep. MNS., selaku dosen pembimbing
d. Teman-teman yang telah membantu dan bekerja sama sehingga tersusun
makalah ini.
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan makalah
ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapatkan
kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik dan
sempurna.
Demikian akhir kata dari saya, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak
dan terima kasih atas perhatiannya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................... iv
iv
Daftar Pustaka ................................................................................................. 28
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
(2017) mencatat 2.341 kejadian bencana di Indonesia dengan sebaran bencana di
berbagai daerah. Wilayah yang paling banyak terjadi bencana adalah di Jawa
Tengah sebanyak 600 kejadian, Jawa Timur sebanyak 419 kejadian, Jawa Barat
sebanyak 316 kejadian, Aceh sebanyak 89 kejadian, dan Kalimantan Selatan
sebanyak 57 kejadian. Sedangkan untuk wilayah kabupaten/kota, Kabupaten Bogor
menduduki peringkat pertama dengan 79 kejadian bencana, Cilacap 72 kejadian,
Ponorogo 50 kejadian, Temanggung sebanyak 46 kejadian, dan Banyumas
sebanyak 45 kejadian. Banyaknya kejadian bencana di Indonesia ini
mengakibatkan 377 orang meninggal dan hilang, 1.005 orang luka-luka, dan
3.494.319 orang mengungsi dan menderita.
Respon bencana sangat penting untuk memastikan bahwa orang-orang
yang tinggal di daerah bencana menerima bantuan dan sumber daya untuk
membantu mereka kembali mencapai keadaan normal secepat mungkin. Bantuan
medis adalah salah satu yang bentuk bantuan penting yang diberikan kepada korban
bencana untuk memulihkan kondisi kesehatan akibat bencana (baik jangka panjang
maupun akibat jangka pendek), sehingga mampu mengurangi kerentanan terhadap
cedera dan kesehatan lainnya (Hagos, Alemseged, Balcha, Berhe, & Aregay, 2014).
Pada dasarnya semua kerugian tersebut dapat diminimalkan bila menggunakan
sebuah sistem penanggulangan bencana yang efektif. Berdasarkan paparan masalah
diatas, diperlukan pemahaman tentang penanganan penanggulangan bencana di
Indonesia.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengeksplorasi pemahaman
evakuasi korban saat bencana alam melalui table top kasus tanah longsor.
1.3 Manfaat
Beberapa manfaat yang didapatkan dalam kegiatan table top ini adalah bagi
mahasiswa mampu untuk meningkatkan gambaran pemahaman terhadap kasus
2
tanah longsor serta sebagai latihan mahasiswa sebelum menangani kasus tanah
longsor yang sesungguhnya.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
4
bumi tektonik, longsoran, erupsi vulkanik merupakan beberapa
penyebab timbulnya gangguan impulsif tersebut.
3. Gempa bumi
Gunung meletus merupakan kondisi erupsi yaitu sebuah aktivitas
vulkanik.
4. Tanah longsor
Tanah longsor merupakan terganggunya kestabilan tanah atau batuan
penyusun lereng. Hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan massa
tanah.
5. Banjir
Banjir merupakan keadaan suatu wilayah yang tergenangi oleh air
dalam jumlah yang besar.
6. Angina putting beliung
Angin Puting Beliung merupakan kondisi pusaran angin kencang
dengan kecepatan tinggi yang disebabkan oleh perbedaan tekanan
dalam suatu sistem cuaca.
7. Kekeringan
Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh dibawah
kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi
dan lingkungan.
5
Merupakan suatu kondisi kejadian bencana yang disebabkan oleh
kesalahan desain, kelalaian, kesengajaan manusia dalam pemanfaatan
teknologi.
4. Gagal modernisasi
c. Bencana Sosial
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi :
1. Konflik social
Konflik sosial merupakan keadaan yang tidak aman akibat adanya
perang atau kerusuhan dan melibatkan suku, kelompok, organisasi serta
masyarakat
2. Teror
Teror merupakan tindakan yang menyebabkan keresahan, mengancam
dan membahayakan manusia, terkadang juga dapat merusak lingkungan
sekitar
6
Fase Bencana
Reconstruction
Prevention
Respone / Rehabilitati
Preparedness Recovery
/ Mitigation
Menurut ICN (2009) terdapat tiga fase bencana, didalam fase pre insiden
terdapat dua komponen yang harus dilakukan yaitu (1) Pencegahan/ mitigasi
merupakan suatu proses pencegahan atau paya untuk meminimalkan risiko terkait
dengan bencana. Dalam hal ini, perawat memiliki peran yaitu melakukan identifikasi
resiko pada individu maupun masyarakat. Pelaksanaan pencegahan/mitigasi ini,
perawat bekerja sama dengan tenaga kesehatan profesional lainnya untuk menentukan
segala resiko yang dapat terjadi, melakukan kolaborasi serta melakukan identifikasi
bersama untuk untuk mengurangi resiko, serta membantu dalam pengembangan sistem
pengawasan bencana yang ada di setiap wilayah. Identifikasi perawat ini dapat
dilakukan dengan cara menilai kebutuhan masyarakat untuk menentukan kerentanan
bencana yang dapat terjadi di daerah tersebut, serta menilai kerentanan fasilitas
kesehatan dan kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah bencana, (2)
Preparedness, kesiapan adalah fase manajemen bencana di mana perencanaan dan
kesiapan adalah prioritas. Elemen kesiapan meliputi: perekrutan relawan, perencanaan,
pelatihan, melengkapi segala kebutuhan bencana, memberikan pendidikan terkait
penanganan bencana, ikut sertakan masyarakat dalam simulasi. Penanganan bencana
7
dan senantiasa melakukan evaluasi. Perawat mengembangkan dan memberikan
pelatihan kepada perawat lain dan profesional kesehatan, serta masyarakat. Perawat
dapat terlibat dalam peran kepemimpinan, perencanaan, berpartisipasi dalam
komunitas penanganan bencana dan evaluasi latihan kesiapan untuk memastikan
bahwa masyarakat, dan tenaga kerja keperawatan itu sendiri, disiapkan dalam waktu
darurat atau bencana.
Fase ketiga adalah Pasca Bencana, yang terdiri dari dua hal yaitu (1)
Reconstruction/ Rehabilitation, dimana selama pemulihan dan rehabilitasi, perawat
memiliki peran untuk mengevaluasi penanganan bencana, hal ini diperlukan untuk
meningkatkan pengelolaan bencana dan mengurangi dampak bencana yang akan
datang kembali. Perawat memiliki tanggung jawab untuk membuat dokumentasi dan
memiliki peran aktif dalam mengevaluasi proses bencana, serta berpartisipasi aktif
dalam kegiatan tindak lanjut yang mencakup perencanaan serta pengembangan
penanganan bencana.
8
2.3 Konsep Tanah Longsor
2.3.1 Pengertian
Tanah Longsor secara umum adalah perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material laoporan, bergerak
kebawah atau keluar lereng. Secara geologi tanah longsor adalah suatu
peristiwa geologi dimana terjadi pergerakan tanah seperti jatuhnya bebatuan
atau gumpalan besar tanah. (Nandi, 2007).
Bencana tanah longsor merupakan gerakan masa batuan atau tanah pada
suatu lereng karena pengaruh gaya gravitasi. Tanah longsor yang terjadi di
Indonesia terjadi pada topografi terjal dengan sudut lereng sekitar 15° -45° dan
pada batuan volkanik lapuk dengan curah hujan tinggi. (Ramadhani & Idajati,
2017)
9
pembebanan lereng, pemotongan lereng, dan penambangan (Ramadhani &
Idajati, 2017).
Gejala umum tanah longsor ditandai dengan munculnya retakan-retakan
dilereng yang sejajar dengan arah tebing, biasanya terjadi setelah hujan,
munculnya mata air baru secara tiba-tiba dan tebing rapuh serta kerikil mulai
berjatuhan. (Nandi, 2007). Faktor penyebabnya antara lain :
a. Lereng Terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng
yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut dan
angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 1800
apabila Ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
b. Ketinggian
Semakin tinggi maka semakin besar potensi jatuhnya tanah.
c. Curah Hujan
Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air
dipermukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya
pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah
permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup kebagian yang retak sehingga
tanah dengan cepat mengambang kembali dan dapat menyebabkan
terjadinya longsor bila tanah tersebut terletak pada lereng yang terjal.
d. Jenis Tanah
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 m dari sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini
memiliki potensi terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain
itu tanah ini sangat retan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek
terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.
e. Penggunaan Lahan
Tanah longsor sering terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan
dan adanya genangan air dilereng yang terjal. Pada lahan persawahan
10
akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah
menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor.
Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar
pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan
umumnya terjadi didaerah longsoran lama.
f. Batuan yang kurang kuat: Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen
berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya
kurang kuat.Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami
prosespelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor bila
terdapatpada lereng yang terjal.
11
e. Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergeraklambat. Jenis
tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenistanah longsor ini hampir tidak
dapat dikenali. Setelah waktuyang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa
menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.
f. Aliran Bahan Rombakan Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah
bergerakdidorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung padakemiringan
lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi
di sepanjang lembah danmampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di
beberapa tempatbisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai
disekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.
12
2.4 Triage
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang
membutuhkan stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi
korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-saving
surgery). Dalam aktivitasnya, digunakan kartu merah, hijau dan hitam sebagai
kode identifikasi korban, seperti berikut.
a. Merah
Sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan korban
yang mengalami:
1. Syok oleh berbagai kausa
2. Gangguan pernapasan
3. Trauma kepala dengan pupil anisokor
4. Perdarahan eksternal massif
b. Kuning
Sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan
dapat ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini:
1. Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma
abdomen)
2. Fraktur multiple
3. Fraktur femur / pelvis
4. Luka bakar luas
13
5. Gangguan kesadaran / trauma kepala
6. Korban dengan status yang tidak jelas Semua korban dalam kategori ini
harus diberikan infus, pengawasan ketat terhadap kemungkinan timbulnya
komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin.
c. Hijau
Sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau
pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup korban yang mengalami:
1. Fraktur minor
2. Luka minor, luka bakar minor
3. Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau pemasangan
bidai dapat dipindahkan pada akhir operasi lapangan.
4. Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi
lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
d. Hitam
Sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia dan prioritas terakhir.
(Depkes RI, 2007)
14
Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir oleh dokter bedah). Tujuan
triase medik adalah menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh
korban.
3. Triase evakuasi (triase tiga)
Triase ini ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan ke Rumah Sakit yang
telah siap menerima korban bencana massal. Jika pos medis lanjutan dapat
berfungsi efektif, jumlah korban dalam status “merah” akan berkurang, dan
akan diperlukan pengelompokan korban kembali sebelum evakuasi
dilaksanakan.Tenaga medis di pos medis lanjutan dengan berkonsultasi dengan
Pos Komando dan Rumah Sakit tujuan berdasarkan kondisi korban akan
membuat keputusan korban mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu,
Rumah Sakit tujuan, jenis kendaraan dan pengawalan yang akan dipergunakan.
(Depkes RI, 2007)
15
BAB 3
b. Korban 2 : Merah
Terdapat 3 korban yaitu 2 orang dewasa. Perempuan umur 20 tahun
mengalami sesak nafas laki – laki berumur 40 tahun mengalami sesak nafas
dan satu orang bayi. dan bayi berumur 2 bulan yang tidak teraba nadi
brachialis. Ketiga korban di rujuk ke puskemas pacet . jika kondisi sudah stabil
maka korban akan di rujuk ke RSK. Sumber Glagah.
c. Korban 3: Kuning
Terdapat 2 korban yaitu Perempuan umur 30 tahun mengalami patah tulang
pada kaki yang terperosok dalam tanah yang terdalam, laki-laki berumur 32
tahun patah tulang paha pada kaki yang terperosok tanah yang dalam.
16
d. Korban 4: Hijau
Terdapat 1 anak usia 13 tahun menanggis histeris setelah melihat kejadian
tanah longsor.
3.3 Sektor
Polisi, TNI, BKPH, BPBD, Tim SAR, Perangkat Desa, Perawat, Dokter.
17
koordinasi, pihak ambulans yang diwakili medical commander atau MC
memutuskan untuk meminta bantuan satu unit ambulans lengkap beserta personel
tambahan untuk melakukan tanggap darurat.
Koordinator lapangan pun meminta MC untuk melaporkan sumberdaya
yang dibawa kepada IC. Penjelasan tentang kondisi bencana dan pemetaan lokasi
dilakukan oleh IC kepada MC. Melihat jumlah korban yang membutuhkan
tambahan personel ambulans, MC melakukan koordinasi dengan kantor pusat
setelah disetujui IC.
MC kembali ke tim medis memimpin doa dan mengarahkan personel
medis untuk melakukan penagangan korban yang dimulai dengan initial assesment
dan triage menggunakan metode START oleh perawat triase yang berada di TKP
dan tim reaksi cepat pun segera mengevakuasi dan menangani para korban. Setelah
kondisi korban mulai stabil satu per satu, Medical Comander mengintruksikan para
ketua tim agar para anggota tim medis segera mengevakuasi korban yang telah
distabilkan. Situasi di lokasi kembali aman seperti sediakala setelah penanganan
terpadu dari pihak terkait pada pukul 17.00.
18
SCENE 2 (Kepala Desa Melaporkan Kejadian ini kepada BPBD melalui
Telepon)
Pukul 13.45, Kepala Desa Pacet Barat, Kabupaten Mojokerto melaporkan kejadian
ini kepada BPBD.
Kepala Desa : “ Selamat siang, Pak, saya lurah dari Desa Pacet Barat
Kecamatan Pacet, melaporkan bahwa telah terjadi tanah longsor
dan tepatnya beberapa rumah rusak da nada korban yang
terjebak di dalam rumah. Kami tidak bisa masuk ke dalam untuk
mengevakuasi, mohon bantuan ya pak”.
BPBD (TRC) : “Baik, kami akan mengirimkan satu tim reaksi cepat (TRC) ke
lokasi kejadian, Pak mohon pastikan kondisi di sekitar tempat
kejadian, tidak warga lain, karena ditakutkan ada tanah longsor
susulan”.
Kepala Desa : “Baik Pak, terima kasih”.
BPBD pun mengirimkan TRC ke lokasi kejadian. Setelah meninjau lokasi TRC
melaporkan kondisi lapangan kepada pihak BPBD.
(TRC melakukan komunikasi dengan BPBD)
TRC : “Selamat siang, Pak… kami TRC ingin melaporkan bahwa
benar telah terjadi tanah longsor di Desa Pacet Barat Kabupaten
Mojokerto, beberapa rumah rusak sebagian, kami perkirakan
ada 3 orang yang terjebak di dalam rumah tertimpa tanah
longsor. Tidak ada lagi aktivitas di lokasi, semua warga menuju
lapangan terdekat desa.
BPBD : “Terima kasih rekan TRC. Mohon menunggu instruksi
selanjutnya”.
TRC : “ Baik Pak, Terima kasih”.
19
Pihak BPBD pun melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian, TNI, Tim SAR
dan ambulans untuk melakukan koordinasi lanjut terkait tanggap darurat. Pihak
kepolisian, TNI, SAR dan ambulans pun bersedia untuk mengirimkan peralatan
dan personel ke lokasi kejadian.
20
petugas triage lapangan di masing-masing zona. Assesment dan triage
menggunakan metode START. Dari hasil tindakan tersebut, didapatakan 5 orang
korban terdiri dari Label Merah: 2 orang (Tidak sadarkan diri, cedera tulang
belakang tertimpa reruntuhan) Kuning: 1 orang (Laserasi dan perdarahan kepala),
Hijau: 2 orang (perdarahan di kaki kanan dan dislokasi tangan kanan). Tim
evakuasi di masing-masing zone segera mengevakuasi korban menuju zona hijau
tempat ambulans berada.
(Korlap dan Safety officer memastikan area steril. Hanya ada korlap, Safety
officer, tim SAR dan petugas triage & evakuasi lapangan di zona bencana)
(Tim triage bergegas ke lokasi untuk melakukan START dan menempelkan
kartu triage pada korban. Sementara tim SAR membantu mencari dan
mengevakuasi pasien kemudian membawa pasien menuju zona hijau tempat
petugas medis atau petugas ambulans berada untuk memberikan
penanganan awal)
SCENE 4
(Perawat ambulans siap di zona hijau TKP sesuai dengan tanggungjawabnya
masing-masing dengan membawa peralatan medis yang dibutuhkan. Korban
selain label merah dievakuasi langsung menuju titik kumpul, sementara label
merah dilakukan penanganan di tempat, u zona hijau dibantu petugas
evakuasi. Tim SAR membantu tim ambulans untuk melakukan evakuasi.
Peralatan yang dibutuhkan meliputi: Long Spine Board/Scoop Stretcher,
peralatan pertolongan pertama)
Di zona hijau, Ners Fitri yang menangani label hijau pun segera mengevakuasi
penderita dari lokasi untuk memudahkan evakuasi korban label merah dan kuning.
Ns. Fitri : “Bagi anda yang mendengar suara dan mampu berjalan, mohon
ikuti saya”.
21
Korban Hijau : (seorang korban berjalan mengikuti Ns. Fitri, sambil merintih
kesakitan)
(Ns. Fitri membantu memapah korban dan menuju ke petugas
ambulans di zona hijau)
MC dan para petugas ambulance kedua (Ns. Indah) datang ke zona merah.
Setibanya di zona merah, para petugas segera mengevakuasi korban
selanjutnya yang sudah ditriage tadi, yaitu korban dengan kondisi Cedera
Tulang Paha.
22
Ns. Indah : (memeriksa kesadaran pasien)
Ns. Dia : “Ibu, kami akan mencari bantuan untuk menyingkirkan
reruntuhan itu, dan membawa peralatan untuk membantu ibu di
sini. Mohon tunggu sebentar”.
(Berlari menuju Ns. Niko untuk meminta bantuan)
Ns. Niko : (menghubungi IC melalui korlap) “Izin Pak, petugas (MC)
kami menemukan seorang korban di zona merah tertimpa
reruntuhan bangunan rumah dan sulit di evakuasi. Mohon
bantuan”.
Hanif (Korlap) : “Baik, saya segera hubungi IC untuk koordinasi bantuan tim”.
Ns. Niko : “Apakah sudah diketahui ada tanah longsor susulan atau
tidak?”
Hanif (Korlap) : “Saya barusan mendapat info dari BMKG bahwa tidak
terdeteksi akan terjadi tanah longsor susulan, namun tetap
berhati-hati”.
Ns. Indah : “Iya Pak”
SCENE 8
Ns Indah tiba di lokasi korban tertimpa reruntuhan bangunan, kemudian
menenangkan dan memeriksa pasien, serta melakukan pemasangan infus
menggunakan cairan NS.
Ns. Indah : “Bu, saya perawat akan membantu ibu di sini sambil menunggu
tim dating untuk memindahkan reruntuhan ini. Saya akan
menghentikan pendarahan, lalu memasang infus ya bu”.
Kemudian ambulance datang dan setelah di evakuasi, pasien segera dirujuk
ke Puskesmas Pacet. Apabila kondisi pasien sudah stabil, pasien akan dirujuk
di RSK Sumber Glagah Mojokerto.
23
SCENE 9
MC (melihat sekeliling).Melihat kondisi korban label merah telah tertangani,
perawat lain yang berada di lokasi berinisiatif untuk melakukan penanganan bagi
pasien label kuning. Ns Istha menghampiri Ns. Niko untuk mengevakuasi korban
d label kuning dan kemudian di rujuk ke RSK Sumber Glagah Mojokerto,
sedangkan dua pasien dengan label hijau dirujuk ke Puskesmas Pacet.
SCENE 10
Situasi di lokasi kembali aman seperti sediakala setelah penanganan terpadu dari
pihak terkait pada pukul 17.00
(korlap memastikan seluruh ambulans sudah berada di jalur awal, posko siap)
(koordinasi akhir pun dilakukan dipimpin oleh IC)
(korlap mempersilakan pers untuk melakukan konferensi pers dengan IC)
24
3. Bayi berumur 2 bulan yang tidak teraba nadi brachialis. Ketiga korban di
rujuk ke puskemas pacet . jika kondisi sudah stabil maka korban akan di
rujuk ke RSK. Sumber Glagah.
c. Label Kuning
Korban dengan label Kuning didapatkan dua orang yaitu:
1. Perempuan umur 30 tahun mengalami patah tulang pada kaki yang
terperosok dalam tanah yang terdalam.
2. Laki-laki berumur 32 tahun patah tulang paha pada kaki yang terperosok
tanah yang dalam.
d. Label Hijau
Korban dengan Label Hijau didapatkan satu orang yaitu:
1. Terdapat 1 anak usia 13 tahun menanggis histeris setelah melihat kejadian
tanah longsor.
25
26
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Terdapat Sembilan korban dalam bencana Tanah Longsor di Desa Pacet Barat
Kabupaten Mojokerto yaitu tiga korban dengan label hitam, tiga korban label
merah, 2 korban label kuning dan satu korban label hijau.
b. Proses Table Top Disaster Tanah Longsor melibatkan berbagai sector seperti
Kepolisian, TNI, Tim SAR, BPBD dan tenaga kesehatan.
4.2 Saran
Saran selanjutnya dari table top ini adalah diadakan kombinasi table top dan
simulasi agar pemahaman mahasiswa semakin meningkat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Amri, M. R., Yulianti, G., Yunus, R., Sesa, W., Asfirmanto, Ichwana, A. A. N.,…
Septian, R. T. (2016). Risiko bencana indonesia. (J. Raditya & A. Mohd.
Robi, Eds.). Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Hagos, F., Alemseged, F., Balcha, F., Berhe, S., & Aregay, A. (2014). Application of
nursing process and its affecting factors among nurses working in Mekelle
zone Hospitals , Northern Ethiopia. Nursing Research and Practice,
2014(675212), 1–9. https://doi.org/10.1155/2014/675212
Jin, L., Jiong, W., Yang, D., Huaping, W., & Wei, D. (2014). A simulation study for
emergency/disaster management by applying complex networks theory.
Journal of Applied Research and Technology, 12(2), 223–229.
https://doi.org/10.1016/S1665-6423(14)72338-7
28
UU Nomor 24 Penanggulangan Bencana, Pub. L. No. 24, Igarss 2014 1 (2007).
Indonesia. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Ramdhani, N. I., & Idajati, H. (2017). Identifikasi Tingkat Bahaya Bencana Longsor,
Studi Kasus: Kawasan Lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar.
Jawa Tengah: Jurnal Teknik
29