Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (diabetes) adalah suatu kondisi terganggunya
metabolisme didalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat atau
menyuplai hormon insulin sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kadar
gula darah melebihi normal.1
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, diabetes
mellitus merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin , atau
kedua- duanya. 2
Laporan status global pada Non-Communicable Disease (NCD) WHO
tahun 2010 melaporkan bahwa 60 % penyebab kematian semua umur di dunia
adalah karena PTM (Penyakit Tidak Menular). Diabetes melitus menduduki
peringkat ke -6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal
akibat diabetes dan 4 % meninggal sebelum usia 70 tahun.3
WHO memperkirakan bahwa pengidap diabetes di dunia mencapai 300
juta orang, sedangkan diabetes melitus di indonesia akan mengalami kenaikan
jumlah pasien diabetes mellitus dari 8,4 juta pada tahun 2004 menjadi sekitar 21,3
juta pada tahun 2030. Indonesia menurut WHO menempati urutan keempat
dengan jumlah terbesar di dunia setelah india, cina dan Amerika serikat. Sesuai

data depertemen kesehatan RI , pasien diabetes rawat inap dan rawat jalan di
rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin.3
Laporan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan
prevalensi pada penderita diabetes melitus yang diperoleh berdasarkan wawancara
yaitu 1,1% pada tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013 sedangkan prevalensi
diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar
2,1% dengan prevalensi terdiagnosis dokter tertinggi pada daerah Sulawesi
Tengah (3,7%) dan paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%). Masih dari data
RISKESDAS tersebut menyebutkan prevalensi dari penderita DM cenderung
meningkat pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki dan terjadi
peningkatan prevalensi penyakit diabetes melitus sesuai dengan pertambahan
umur namun mulai umur 65 tahun cenderung menurun dan tersebut cenderung
lebih tinggi bagi penderita yang tinggal diperkotaan dibandingkan dengan
dipedesaan. Jika ditinjau dari segi pendidikan menurut RISKESDAS bahwa
prevalensi diabetes melitus cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan
tingkat pendidikan tinggi serta dengan kuintil indeks kepemilikan yang tinggi.4
Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya.

Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta di pankreas,
suatu organ kecil yang terletak pada bagian belakang lambung. Produksi insulin

dipengaruhi oleh tingginya kadar gula darah. Makin tinggi gula di dalam darah,
maka semakin tinggi insulin yang akan diproduksi.

Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. Pada
semua krisis hiperglikemik, hal yang mendasari adalah defisiensi insulin relatif
ataupun absolut. Hiperglikemia dapat melemahkan kapasitas sekresi insulin dan
menambah berat resistensi insulin sehingga produksi insulin semakin berkurang.7
Kayumanis merupakan salah satu tanaman yang kulit batang, cabang dan
dahannya digunakan sebagai bahan rempah-rempah dan merupakan salah satu
komoditas ekspor Indonesia. Tanaman kayumanis yang dikembangkan di
Indonesia terutama adalah Cinnamomum burmanii Blume dengan daerah
produksinya di Sumatera Barat dan Jambi dan produknya dikenal sebagai cassiavera atau Korinjii cassia. Selain itu terdapat Cinnamomum zeylanicum Nees,
dikenal sebagai kayu manis Ceylon karena sebagian besar diproduksi di Srilangka
(Ceylon) dan produknya dikenal sebagai cinnamon. Jenis kayumanis ini juga
terdapat di pulau Jawa. Selain kedua jenis tersebut, terdapat pula jenis C. cassia
yang terdapat di Cina.8
Sebagian besar kulit kayumanis yang diekspor Indonesia adalah jenis
Cinnamomum burmanii. Kulit kayumanis dapat digunakan langsung dalam
bentuk asli atau bubuk, minyak atsiri dan oleoresin. Minyak kayu manis dapat
diperoleh dari kulit batang, cabang, ranting dan daun pohon kayu manis dengan
cara destilasi, sedangkan oleoresinnya dapat diperoleh dengan cara ekstraksi kulit
kayu manis dengan pelarut organik Beberapa tahun terakhir ini, para ilmuwan
berhasil mengungkap khasiat lain dari kayu manis, yakni menurunkan kadar gula

darah. Kandungan senyawa fenol pada kulit kayu manis mampu meningkatkan
oksidasi glukosa.9
Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian
tentang Pengaruh Pemberian Teh Serbuk Kulit Kayu Manis Terhadap Kadar Gula
Darah Pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUD Solok Selatan Tahun
2015.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Pengaruh Pemberian Teh Serbuk Kulit Kayu Manis Terhadap
Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUD Solok
Selatan Tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Teh Serbuk Kulit Kayu Manis
Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUD
Solok Selatan Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya kadar gula darah awal pasien Diabetes Mellitus kasus dan
kontrol Di Wilayah Kerja RSUD Solok Selatan
b.

Diketahuinya kadar gula darah akhir pasien Diabetes Mellitus kasus dan
kontrol Di Wilayah Kerja RSUD Solok Selatan

c. Diketahuinya perbedaan kadar gula darah awal dan akhir pasien Diabetes
Mellitus kasus dan kontrol Di Wilayah Kerja RSUD Solok Selatan
d. Diketahuinya Pengaruh Pemberian Serbuk Kulit Kayu Manis Terhadap
Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUD
Solok Selatan Tahun 2015 dalam penurunan kadar gula darah pasien
Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUD Solok Selatan.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam
mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan, khususnya pada mata kuliah
Metodologi Penelitian yang diperoleh selama perkuliahan dalam melakukan
penelitian.
2. Bagi Pasien
Dapat dijadikan sebagai salah satu bentuk pengobatan alternatif bagi
pasien atau penderita penyakit Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja RSUD Solok
Selatan.
3. Bagi Masyarakat
Dapat memberi informasi dan masukan kepada masyarakat atau keluarga
mengenai obat-obatan tradisional yang dapat membantu dalam mengontrol kadar
gula darah penderita Diabetes Mellitus, dan meningkatkan kepedulian akan
bahaya Diabetes Mellitus serta meningkatkan perhatian pada kesehatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada responden penderita Diabetes Mellitus Di
Wilayah Kerja RSUD Solok Selatan untuk melihat pengaruh pemberian serbuk
kulit kayu manis dalam penurunan kadar gula darah pada penderita Diabetes
Mellitus.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Diabetes Melitus
Diabetes melitus atau penyakit gula adalah penyakit yang ditandai dengan
kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Tingkat kadar glukosa darah
menentukan apakah seseorang menderita DM atau tidak.10
Tabel 2.1 Menunjukan Kriteria DM atau Bukan
Bukan DM
Gangguan

Puasa

Vena < 100

2 jam PP

Puasa

Kapiler < 80
Vena 100 140

2 jam PP

Toleransi
Glukosa
DM

Kapiler 80 120
Puasa

Vena > 140

Vena 100 140


Kapiler 80 120

2 jam PP

Kapiler > 120


(Sumber : Manaf, A. , 2007 dalam Hasdianah)1

Vena > 200


Kapiler > 200

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya.

Didalam darah, kadar gula selalu fluktuatif tergantung pada asupan


makanan. Kadar paling tinggi tercapai pada 1 jam sesudah makan. Satu jam
setelah makan, gula di dalam darah akan mencapai kadar paling tinggi, normalnya
tidak akan melebihi 180 mg per 100 cc darah (= 180 mg/dl). Kadar 180 mg/dl

disebut nilai ambang ginjal. Ginjal, tempat membuat urine, hanya dapat menahan
gula kalau kadarnya hanya sampai angka tersebut. Lebih tinggi dari itu, ginjal
tidak dapat menahan gula dan kelebihan gula akan keluar bersama urine.11
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika
pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien
menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula
darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak
terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang
serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi
gagal ginjal), syaraf (dapat terjadi stroke) .3
DM ditandai dengan kelompok gejala hiperglikemia, perubahan
metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein serta meningkatnya resiko komplikasi
penyakit vaskular yang terjadi karena defisiensi sintesis dan sekresi insulin.
Penyakit kencing manis dalam istilah medisnya disebut diabetes mellitus, dan
penderitanya disebut Diabetisi (sesuai kesepakatan Konggres I persatuan diabetes
Indonesia (PERSADI) di Bandung pada tahun 1986). Pada penderita DM, air
seninya terasa manis karena mengandung gula. Diabetes mellitus (DM) atau yang
dikenal dengan sebutan penyakit kencing manis merupakan suatu sindrom klinik
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia
(glukosa puasa 126 mg/dl atau postpradial 200mg/dl atau glukosa darah
sewaktu mg/dl). Bila diabetes melitus tidak segera diatasi akan terjadi gangguan

metabolisme lemak dan protein,dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskuler


atau makrovaskuler meningkat.12
Dalam keadaan sehat atau normal, kadar gula dalam darah saat berpuasa
berkisar antara 80 mg%-120 mg%, sedangkan 1 jam sesudah makan akan
mencapai 170 mg%, dan 2 jam sesudah makan akan turun hingga mencapai 140
mg%.1 Kadar glukosa darah kapiler normal untuk kadar glukosa darah sewaktu
adalah < 200 mg/dl. Jika kadar gula dalam darah lebih tinggi dari nilai normal,
maka disebut hiperglikemia, namun sebaliknya jika lebih rendah dari nilai normal,
maka disebut hipoglikemia. Kadar gula dalam darah akan dijaga
keseimbangannya oleh hormon insulin yang diproduksi oleh kelenjar beta sel
pankreas di perut. Namun, jika kadar gula dalam darah masih berlebihan, maka
hormon insulin akan mengubah kelebihan gula tersebut menjadi lemak dan
protein melalui suatu proses kimia.13
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Berdasarkan Perkeni (2006) diabetes, diklasifikasikan menjadi:14
a. Diabetes Mellitus Tipe-1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut,
yangdisebabkan oleh: autoimun dan idiopatik . Diabetes ini merupakan diabetes
yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan kurang dari 5-10% dari
keseluruhan populasi penderita diabetes. Ganguan produksi insulin pada DM tipe
1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel pulau langerhans yang disebabkan
oleh reaksi autoimun. Namun ada pula yang disebabkan oleh bermacam-macam
virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, herpes dan lain sebagainya. Ada

beberapa tipe autoantibodi yang dihubungkan dengan DM Tipe 1, antara lain


ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet Cell Surface Antibodies),
dan antibodi terhadap GAD (Glutamic Acid Decarboxylase) .15
Pada diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Penderita tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimum sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri.16
DM tipe I ditandai dengan kegagalan produksi insulin yang parsial atau
total oleh sel-sel pankreas.pasien DM tipe I memerlukan insulin untuk tetap
bertahan hidup. Tanpa adanya insulin dari luar, pasien tersebut akan mengalami
ketoasidosis, koma dan kematian.2Kebanyakan penderita diabetes tipe ini sudah
terdiagnosa sejak usia muda. Umumnya pada saat mereka belum mencapai usia 30
tahun.16
b. Diabetes Mellitus Tipe-2
DM tipe 2 atau yang disebut Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) paling banyak menyerang orang dewasa, penderita DM tipe ini
mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi diabetes, yang umumnya berusia
diatas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini DM tipe 2 dikalangan remaja dan anak-anak
populasinya meningkat .15
Pada diabetes melitus tipe 2, jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor
insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang
masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.16

10

Etiologi DM Tipe 2 disebabkan berbagai faktor yang belum sepenuhnya


terungkap dengan jelas. Genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam
menyebabkan terjadinya DM Tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan
rendah serat, serta kurang gerak badan. Berbeda dengan DM Tipe 1, pada
penderita DM Tipe 2 terutama yang berada pada tahap awal, umumnya dapat
dideteksi jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya, disamping kadar glukosa
yang juga tinggi. Jadi, awal patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh
kurangnya sekresi insulin tetapi kerena selsel sasaran insulin gagal atau tidak
mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai
Resistensi Insulin.15
Penderita diabetes mellitus tipe-2 memiliki satu atau lebih keabnormalan
di bawah ini, antara lain:
a) Defisiensi insulin relatif: insulinyang disekresi oleh sel- pankreas
untuk memetabolisme tidak mencukupi .
b) Resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif . 14

DM tipe 2 ditandai dengan resistensi insulin ketika hormon insulin


diproduksi dengan jumlah yang tidak memadai atau dengan bentuk yang tidak
efektif. Ada korelasi genetik yang kuat pada tipe diabetes ini dan proses terjadinya
berkaitan erat dengan obesitas. Penderita DM tipe 2 adalah mereka yang berusia
>40.13
c. Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes tipe ini dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain : defek
genetic fungsi sel beta, defek genetic kerja insulin penyakit eksokrin pankreas,

11

endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang
dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes . Etiologi bagi diabetes
tipe ini merupakan defek spesifik pada sekresi atau fungsi insulin, kelainan
metabolik yang menyebabkan gangguan sekresi insulin, kelainan mitokondria,
dan keadaan-keadaan yang lainnya yang menyebabkan IGT.17
d. Diabetes Mellitus Kehamilan
Diabetes mellitus kehamilan atau sering disebut dengan istilah Diabetes
Mellitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat yang terjadi
atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung. Faktor risiko
diabetes tipe ini antara lain obesitas, adanya riwayat DMG, gukosuria, adanya riwayat
keluarga dengan diabetes, abortus berulang, adanya riwayat melahirkan bayi dengan
berat > 4 kg, dan adanya riwayat preeklamsia. Penilaian adanya risiko diabetes
melitus gestasional perlu dilakukan sejak kunjungan pertama untuk pemeriksaan
kehamilannya. Bentuk diabetes yang terjadi selama kehamilan. DM gestasional

merupakan intoleransi karbohidrat yang mengakibatkan hiperglikemia dengan


keparahan yang beragam dan deteksi pertama kali pada saat hamil.18
3. Patofisiologi Diabetes Melitus
a. Pada diabetes melitus tipe1, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi
yang berbeda
a) Tipe 1A, diduga pengruh genetik dan lingkungan memegang peran utama untuk
terjadinya kerusakan pancreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang
sangat erat.
b) Tipe1B berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita
yang juga sering menunjukan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hasbimoto
12

disease, pernisious anemia, dan myasthenia gravis. keadaan ini berhubungan dengan
antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30-50 tahun. Pada diabetes tipe 1

cenderung terjadi ketoasidosis diabetic. 19


b. Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu: resistesni insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkain reaksi dalam
metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi
insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat
peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes
tipe 2. 20

Secara ilmiah, penyebab diabetes dapat dikarenakan kurangnya produksi


zat insulin atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap zat insulin. Hal ini
akan mengakibatkan kadar glukosa pada makanan tidak dapat diserap dan
dimanfaatkan oleh tubuh. Akibatnya kadar gula dalam darah akan terus
meningkat. Namun, masih ada faktor lainnya yang mendukung terjadinya
diabetes, diantaranya :21
a. Genetik atau faktor keturunan

13

Diabetes Mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan


ditularkan. Anggota keluarga penderita diabetes (diabetisi) memiliki kemungkinan
lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota yang tidak
menderita Diabetes Mellitus. Para ahli kesehatan juga menyebutkan Diabetes
Mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya
kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan perempuan sebagai
pihak yang membawa gen untuk mewariskan kepada anak-anaknya.
b. Virus dan bakteri
Virus yang diduga penyebab Diabetes Mellitus adalah rubela, mumps, dan
human coxsackvirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus
ini mengakibatkan dektruksi atau perusakan sel. Bisa juga virus ini menyerang
melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel
beta. Diabetes Mellitus akibat bakteri cukup berperan menyebabkan Diabetes
Mellitus.
c. Bahan toksik atau beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah
alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur).
d. Nutrisi
Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko pertama
yang diketahui penyebab Diabetes Mellitus.
e. Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas akan menungkinkan seseorang
terjangkit Diabetes Mellitus.

14

4. Diagnosis Diabetes Mellitus


Penegakan diagnosis Diabetes Melitus atau kencing manis berdasarkan
pemeriksaan gula darah berikut :22
a. Pemeriksaan gula darah sewaktu
Pemeriksaan gula darah sewaktu adalah pemeriksaan gula darah yang
waktunya dapat dilakukan kapan saja tanpa memerlukan persiapan puasa.
b. Pemeriksaan gula darah puasa
Pemeriksaan gula darah puasa adalah pemeriksaan gula darah saat puasa.
Pemeriksaan untuk melakukan tes ini adaah berpuasa sedikitnya 8 jam sebelum
pemeriksaan.
c. Pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial atau disebut dengan uji toleransi
glukosa 2 jam, tes gula darah pasca 2 jam beban glukosa 75 mg, dan tes toleransi
glukosa oral (TTGO)
d. Pemeriksaan A1C (HbA1C)
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan rata-rata kadar gula darah dalam
waktu 2-3 bulan sebelumnya. Bila selama 2-3 bulan terakhir gula darah kita ratarata baik, A1C hasilnya baik. Nilai A1C biasanya dikaitkan dengan resiko
komplikasi kronis. artinya jika hasil A1C tidak tinggi, risiko komplikasi juga
kecil. Nilai A1C dianggap baik adalah 6,5 % (6% - 7%). Apabila kadar gula darah
lebih sering tinggi daripada Normal, hasil A1C akan tinggi. Namun, jika lebih
banyak normal daripada tinggi, hasil A1C akan lebih baik.
Kriteria diagnosis menurut American Diabetes Association (2009)

15

a) Kadar glukosa darah puasa 126 mg/dL (7,0 mmol/L).Puasa diartikan pasien tidak
mendapatkan asupan kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
b) Tampak gejala klasik diabetes melitus dan kadar glukosa darah sewaktu 200mg/dL
(11,1 mmol/L). Gejala klasik diabetes mellitus termasuk poliuria, polidipsia dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan. Glukosa sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
c) Kadar glukosa darah 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral 200
mg/dL(11,1mmol/L).Tes Toleransi Glukosa Oral dilakukan dengan standar World
Health Organization, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75
gramglukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air. 2
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau
diabetesmelitus, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi
GlukosaTerganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)
tergantungdari hasil yang diperoleh: 23
a) TGT: glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dL (7,8-11,0
mmol/L).
b) GDPT: glukosa darah puasa antara 100-125 mg/dL (5,6-6,9 mmol/L).

5. Komplikasi Diabetes melitus


Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi akut dan kronis. Berikut ini akan diuraikan beberapa komplikasi yang
sering terjadi dan harus diwaspadai .15
a. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi

16

gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran.
Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya
kematian .15
Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma penderita kurang dari 50 mg/dl,
walaupun ada orang-orang tertentu yang sudah menunjukkan gejala hipoglikemia
pada kadar glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar glukosa darah yang terlalu
rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak
dapat berfungsi bahkan dapat rusak. Hipoglikemia lebih sering terjadi pada
penderita diabetes tipe 1, yang dapat dialami 1 2 kali perminggu. Dari hasil
survei yang pernah dilakukan di Inggeris diperkirakan 2 4% kematian pada
penderita diabetes tipe 1 disebabkan oleh serangan hipoglikemia. Pada penderita
diabetes tipe 2, serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi, meskipun penderita
tersebut mendapat terapi insulin. Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes
umumnya terjadi apabila penderita:
-

Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)

Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau
ahli gizi

Berolah raga terlalu berat

Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada


seharusnya

Minum alkohol

Stress

17

Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko


hipoglikemia.
Disamping penyebab di atas pada penderita DM perlu diperhatikan apabila

penderita mengalami hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya adalah:


a) Dosis insulin yang berlebihan
b) Saat pemberian yang tidak tepat
c) Penggunaan glukosa yang berlebihan misalnya olahraga anaerobik
berlebihan
d) Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu
terhadap insulin, misalnya gangguan fungsi adrenal atau hipofisis.15
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara
tiba-tiba. Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi, dan
konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia,
polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur. Apabila diketahui
dengan cepat, hiperglikemia dapat dicegah tidak menjadi parah. Hipergikemia
dapat memperburuk gangguan-gangguan kesehatan seperti gastroparesis,
disfungsi ereksi, dan infeksi jamur pada vagina. Hiperglikemia yang berlangsung
lama dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara
lain ketoasidosis diabetik (Diabetic Ketoacidosis = DKA) dan (HHS), yang
keduanya dapat berakibat fatal dan membawa kematian. Hiperglikemia dapat
dicegah dengan kontrol kadar gula darah yang ketat .15
c. Komplikasi makrovaskuler

18

3 jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita


diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease = CAD),
penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer (peripheral
vascular disease = PVD). Walaupun komplikasi makrovaskular dapat juga terjadi
pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan komplikasi makrovaskular
ini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia
dan atau kegemukan. Kombinasi dari penyakit-penyakit komplikasi
makrovaskular dikenal dengan berbagai nama, antara lain Syndrome X, Cardiac
Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic Syndrome, atau Insulin Resistance
Syndrome. Karena penyakit-penyakit jantung sangat besar risikonya pada
penderita diabetes, maka pencegahan komplikasi terhadap jantung harus
dilakukan sangat penting dilakukan, termasuk pengendalian tekanan darah, kadar
kolesterol dan lipid darah. Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga tekanan
darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu penderita harus dengan sadar
mengatur gaya hidupnya, termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet dengan
gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok, mengurangi stress dan
lain sebagainya .15
d. Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe
1.Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi
(termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah
dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal
inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler, antara

19

lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping karena kondisi hiperglikemia,


ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Oleh sebab itu dapat
terjadi dua orang yang memiliki kondisi hiperglikemia yang sama, berbeda risiko
komplikasi mikrovaskularnya. Namun demikian prediktor terkuat untuk
perkembangan komplikasi mikrovaskular tetap lama (durasi) dan tingkat
keparahan diabetes.Satu-satunya cara yang signifikan untuk mencegah atau
memperlambat jalan perkembangan komplikasi mikrovaskular adalah dengan
pengendalian kadar gula darah yang ketat. Pengendalian intensif dengan
menggunakan suntikan insulin multi-dosis atau dengan pompa insulin yang
disertai dengan monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan risiko
timbulnya komplikasi mikrovaskular sampai 60% .15
e. Ketoasidosis Diabetik
Keadaan ini berhubungan dengan defisiensi insulin, jumlah insulin
yangterbatas dalam tubuh menyebabkan glukosa tidak dapat digunakan
sebagaisumber energi, sehingga tubuh melakukan penyeimbangan dengan;.
memetabolisme lemak. Hasil dari metabolisme ini adalah asam lemak bebasdan
senyawa keton. Akumulasi keton dalam tubuh inilah yang menyebabkanterjadinya
asidosis atau ketoasidosis . Gejala klinisnya dapat berupa kesadaran menurun,
nafas cepat dan dalam(kussmaul) serta tanda-tanda dehidrasi. Selain itu, sesorang
dikatakanmengalami ketoasidosis diabetik jika hasil pemeriksaan
laboratoriumnya:
a) Hiperglikemia (glukosa darah >250 mg/dL)
b) Na serum <140 meq/L

20

c) Asidosis metabolik (pH <7,3; bikarbonat <15 meq/L)


d) Ketosis (ketonemia dan atau ketonuria
f. Hiperosmolar non ketotik
Riwayat penyakitnya sama dengan ketoasidosis diabetik, biasanya berusia
> 40 tahun. Terdapat hiperglikemia disertai osmolaritas darah yang tinggi >320.15
6. Penatalaksanaan Penderita Diabetes Melitus
Penatalaksanaan secara umum adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes.5 Target penatalaksanaan DM meliputi kendali kadar gula
darah, kendali penyakit penyerta dan pengelolaan komplikasi.

24

Penatalaksanaan pada penderita DM meliputi 4 pilar utama yaitu.


a. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahaman tentang
perjalanan penyakit DM, pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan,
penyulit/komplikasi DM, resiko dan cara penggunaan obat diabetes/insulin.

24

Pemberdayaan diabetes memerlukan pastisipasi aktif pasien dalam menuju


perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,
dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.5
Beberapa bentuk perubahan perilaku dalam edukasi sebagai berikut:
a) Mengikuti pola makan sehat
b) Meningkatkan kegiatan jasmani
c) Menggunakan obat diabetes
d) Melakukan pemantauan gula darah mandiri
e) Melakukan perawatan kaki secara berkala

21

f)

Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan


hipoglikemia.20

b. Terapi Gizi Medis


Terapi gizi medis merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara
total. kunci keberhasilan terapi ini adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan
keluarganya). Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada
penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal
jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurunan glukosa darah atau insulin. Makanan sehari-hari
hendaknya cukup karbohidrat antara 45-65% kebutuhan, lemak 20-25%
kebutuhan, protein 10-20% kebutuhan, serat 25 gr/hari, dan natrium < 3000
mg.25
c. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga kebugaran,
menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan
mengendalikan gula darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
berenang. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak.

24

d. Terapi Farmakologis

22

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan


latihan jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan
insulin. berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan yaitu,14
24

a) Pemicu sekresi insulin: sulfonilurea dan glinid


b) Peningkatan sensivitas terhadap insulin: metformin dan
tiazolidindion
c) Penghambat glukoneogenesis: metformin
d) Penghambat absorbsi glukosa
e) Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor
7. Kayu manis
Tanaman Cinnamomum burmanni merupakan jenis tanaman berumur
panjang yang menghasilkan kulit. Kulit ini di Indonesia diberi nama kayu manis dan
termasuk dalam jenis rempah-rempah. Pohon tinggi bisa mencapai 15 meter, batang
berkayu dan bercabang-cabang, daun tunggal lanset warna daun muda merah pucat
setelah tua berwarna hijau, perbungaan bentuk malai tumbuh diketiak daun buah
muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam, akar tunggang . 26

Menurut Heyne (1987), pohon kayu manis merupakan tumbuhan asli Asia
Selatan, Asia Tenggara dan daratan Cina, Indonesia termasuk didalamnya.
Tumbuhan ini termasuk famili Lauraceae yang memiliki nilai ekonomi dan
merupakan tanaman tahunan yang memerlukan waktu lama untuk diambil
hasilnya. Hasil utama kayu manis adalah kulit batang dan dahan, sedang hasil
samping adalah ranting dan daun. Komoditas ini selain digunakan sebagai
rempah, hasil olahannya seperti minyak atsiri dan oleoresin banyak dimanfaatkan

23

dalam industri-industri farmasi, kosmetik, makanan, minuman, rokok, dan lain


lain. 27
Nama ilmiah

: Cinnamomum burmani (Nees.) BI.

Nama asing

: Kaneelkassia, Cinnamomum tree (inggris); yin xiang

(cina).
Nama daerah
(Batak), kanigar,

: Sumatera: Holim, holim manis, modang siaksiak


kayu manis (Melayu), madang kulit manih (Minang kabau).

Jawa: Huru mentek, kiamis (Sunda), kanyengar (Kangean). Nusa tenggara:


Kesingar, kecingar, cingar (bali), onte (Sasak), Kaninggu (Sumba), Puu ndinga
(Flores).

Gambar 2.1 Pohon kayu manis


Dibudidayakan untuk diambil kulit kayunya, di daerah pegunungan
sampai ketinggian 1.500 m. Tinggi pohon 1-12 m, daun lonjong atau bulat telur,
warna hijau, daun muda berwarna merah. Kulit berwarna kelabu; dijual dalam
bentuk kering, setelah dibersihkan kulit bagian luar, dijemur dan digolongkan
menurut panjang asal kulit (dari dahan atau ranting) . 28

24

8. Klasifikasi dan Morfologi Kayu Manis


Sistematika kayu manis menurut Rismunandar dan Paimin (2001), sebagai
berikut:26
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Gymnospermae

Subdivisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledonae

Sub kelas

: Dialypetalae

Ordo

: Policarpicae

Famili

: Lauraceae

Genus

: Cinnamomum

Spesies

: Cinnamomum burmannii

Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral.


Panjangnya sekitar 912 cm dan lebar 3,45,4 cm, tergantung jenisnya. Warna
pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua. Bunganya berkelamin dua
atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya kecil. Buahnya adalah
buah buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang, buah muda
berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua . 26

9. Kandungan kayu manis


Kulit batang dan daun Cinnamomum burmani mengandung minyak at-siri,
saponin dan flavonoida. Di samping itu, kulit batangnya mengandung tan-nin,

25

daunnya mengandung alkaloida dan polifenol.29 Penelitian terhadap minyak atsiri dari
Cinnamomum burmannii yang berasal dari Guangzhou, Cina yang dilakukan oleh
Wang, dkk pada tahun 2009 melaporkan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang
terkandung adalah transsinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin
(13,39%) . 30

Gambar 2.2 Kulit kayu manis kering

Thomas and Duethi (2001) menerangkan bahwa kayu manis mengandung


minyak atsiri, eugenol, safrole, cinnamaldehyde, tannin, kalsium oksalat, damar,
zat penyamak, dimana cinnamaldehyde merupakan komponen yang terbesar yaitu
sekitar 70 %. Komposisi kimia Cinnamomum burmanni, dapat dilihat pada Tabel
2.2.31
Parameter
Kadar air

Komposisi
7,90 %

Minyak atsiri

2,40 %

Alkohol ekstrak

10 12 %

Abu

3,55 %

Serat kasar

20,30 %

Karbohidrat

59,55 %
26

Lemak
2,20 %
Tabel 2.2. Komposisi kimia Cinnamomum burmanni (Thomas and Duethi, 2001)
Kayu manis atau cinnamon memiliki kandungan berbagai senyawa kimia,
yaitu minyak atsiri sekitar 0,5-2 %, seperti eugenol, safrol, sinamilaldehida dan
linalol. Polisakarida sekitar 10 %, diterpen serta kumarin (Bradley,2006),
komponen fenol sekitar 4-10 % seperti tanin terkondensasi (proanthocyanidins,
cathecins), gum, mucilago, resin, pati. 32
Efek farmakologis kayu manis memiliki efek karminatif, spasmolitik,
antibakteri, anti fungi, anti rematik, anti inflamasi, penambah nafsu makan
(stomakik), menghilangkan nyeri dan anti diabetes.kayu manis dapat mengontrol
gula darah karena mengandung senyawa polimer tipe A polifenol. 33

Gambar 2.3 Struktur Polimer Kayu manis 34

Suatu penelitian juga telah menunjukan bahwa bahan aktif dalam kulit
kayu manis yaitu cinnamaldehyde Nama lain dari cinnamic aldehyde adalah
cinnamaldehyde, cinnamal, 3- phenylpropenal, -phenylacrolein dan mempunyai
rumus kimia C6H5CH=CHCHO. Cinnamic aldehyde merupakan senyawa yang
terdapat dalam kayu manis dan diperoleh dengan mengisolasi minyak kayu manis.
27

Kandungan cinnamic aldehyde dalam minyak kayu manis sekitar 74 %., dapat
menurunkan kadar glukosa plasma pada tikus diabetes. 35

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hananti, dkk., (2012),


menyatakan bahwa ekstrak etanol kulit kayu manis dosis 50, 100, dan 200 mg/kg
bb mampu menurunan kadar glukosa darah pada mencit jantan yang diinduksi
glukosa 2 g/kg bb dengan metode uji toleransi glukosa. Penurunan kadar glukosa
darah diduga disebabkan oleh adanya senyawa tanin yang dapat meningkatkan
sensitivitas sel -pankreas untuk melepaskan insulin. Selain itu, Anderson, et al.,
(2004), mendeterminasikan komponen bioaktif dari kayu manis yaitu doublylinked procyanidin type-A polymers yang meru-pakan bagian dari
epicatechin/catechin yang selanjutnya disebut sebagai me-thylhydroxychalcone
polymer (MHCP). MHCP merupakan senyawa aktif pada kayu manis memiliki
sifat meningkatkan insulin, meningkatkan metabolisme glukosa dalam hal
penyerapan glukosa, transpor glukosa ke seluruh sel, dan sintesis glikogen .Kayu
manis juga memiliki senyawa kafeat dan sinamat memberikan khasiat inhibitor glukosidase. Penghambatan -glukosidase pada usus mamalia mampu
menurunkan kadar glukosa darah . 36
Minyak atsiri kayu manis merupakan produk samping dari kayu manis.
Minyak ini mengandung bahan kimia organik yang berbentuk aroma khas secara
terpadu. Minyak atsiri dapat diperoleh dari kulit ranting dan daun. Nama minyak
kayu manis ini didasarkan pada jenis kayu manis dan bahan asal bahan, yaitu
Cinnamon leaf oil adalah minyak yang diperoleh dari daun kayu manis.

28

Cinnamon bark oil adalah minyak yang diperoleh dari kulit. Sementara Cassia oil
adalah minyak yang diperoleh dari daun, ranting dan bubuk kulit kayu manis. 37
Komponen utama yang terkandung didalam minyak kayu manis adalah
sinamaldehid, eugenol, aceteugenol, dan aldehida.selain itu masih ada kandungan
lain yang menentukan aroma spesifik dari kayu manis. Kandungan terbesar dalam
minyak kayu manis adalah eugenol, sekitar 80-90%. Minyak ini diperoleh dari
penyulingan atau destilasi air dan uap, kandungan minyak yang diperoleh
tergantung pada cara penyulingannya (Rismunandar dan Paimin, 2001).
Cinnamon bark oil diperoleh dengan cara menyuling serbuk kulit kayu manis kering
atau serpihan kulit yang tidak dapat dijual. Cinnamon bark oil mengandung Cinnamic
aldehyde (tidak boleh kurang dari 55%), eugenol (4-10%), alipathic aldehyde, dan
phellandene. 26

Minyak atsiri dari kayu manis mempunyai daya bunuh terhadap


mikroorganisme (antiseptis), membangkitkan selera atau menguatkan lambung
(stomakik) juga memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif). Selain itu
minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta,
penyegar bau sabun, deterjen, lotion parfum dan cream. Dalam pengolahan bahan
makanan dan minuman minyak kayu manis di gunakan sebagai pewangi atau
peningkat cita rasa, diantaranya untuk minuman keras, minuman ringan
(softdrink), agaragar, kue, kembang gula, bumbu gulai dan sup .26
Efek farmakologis yang dimiliki kayu manis diantara sebagai peluruh kentut
(carminative), peluruh keringat (diaphoretic), antirematik, penambah nafsu makan
(stomachica) dan penghilang rasa sakit (analgesic) . 38

29

10. Penelitian-Penelitian Non Farmakologis Lain Tentang Penurunan


Kadar Gula Darah
Penelitian Harisa pada bulan November 2006-Juli 2007 di Ruang Rawat Inap
IRNA C Rumah Sakit Dr. M.Djamil Padang dengan memberikan penderita
Diabetes Mellitus 100 ml ekstrak buncis selama 3 hari berturut-turut. Hasil
penelitian menunjukkan ada pengaruh bermakna pemberian ekstrak buncis dalam
penurunan kadar glukosa darah penderita Diabetes Mellitus dengan tingkat
kepercayaan 5% (0,05).

39

Penelitian Adira pada bulan Januari-Agustus 2008 di Ruang Rawat Inap


Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan memberikan penderita
Diabetes Mellitus 2 sdm (20cc) Virgin Coconut Oil (VCO) selama 7 hari berturutturut. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh bermakna pemberian Virgin
Coconut Oil (VCO) terhadap penurunan kadar glukosa darah penderita Diabetes
Mellitus dengan tingkat kepercayaan 5% (0,05).40
Penelitian Rahmawati pada bulan Oktober 2011-Agustus 2012 di
Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan
memberikan penderita Diabetes Mellitus 175 gr jus bengkuang 2 kali sehari
selama 7 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh
bermakna pemberian jus bengkuang terhadap penurunan kadar glukosa darah
penderita Diabetes Mellitus dengan tingkat kepercayaan 5% (0,05).41

B. Kerangka konsep
1. Kelompok Kasus

30

Kadar gula darah

Kadar gula darah

sewaktu ( awal)

sewaktu (akhir)

Diberi teh serbuk kulit kayu manis

2. Kelompok Kontrol

Kadar gula darah

Kadar gula darah

sewaktu ( awal)

sewaktu (akhir)

Tidak Diberi teh serbuk kulit kayu manis

C. Hipotesis
Ada pengaruh pemberian teh serbuk kulit kayu manis terhadap penurunan
kadar gula darah pada kelompok perlakuan (kasus).
D. Matriks Operasional

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Design Penelitian
Design penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan pra-pasca
perlakuan (pretest-posttest with control group design). Artinya pengukuran kadar

31

gula darah dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan dan terdapat kontrol sebagai
pembanding. Kasus dan kontrol adalah penderita Diabetes Mellitus yang memiliki
kadar gula darah 200 mg/dl yang tidak diberi perlakuan. Hasil penelitian ini
untuk melihat pengaruh pemberian Serbuk kulit kayu manis dalam kadar gula
darah penderita Diabetes Mellitus di wilayah kerja RSUD Solok Selatan tahun
2015. 42
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Tahun 2015 diwilayah kerja RSUD
Solok Selatan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh penderita Diabetes Mellitus yang
berada di wilayah kerja RSUD Solok Selatan.42
2. Sampel
Sampel penelitian adalah pasien Diabetes Mellitus yang diambil secara
purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan keinginan peneliti
sebanyak 20 orang 10 sampel kasus dan 10 orang sampel kontrol .
Pengambilan sampel juga mempertimbangkan syarat-syarat berikut.42
a. Hasil pengukuran kadar gula darah saat di Rumah sakit 200
mg/dl.
b. Bersedia diberikan perlakuan berupa pemberian Teh Serbuk kulit
kayu manis setiap hari selama 7 hari dengan menandatangani surat
persetujuan.

32

c. Pasien tergolong Diabetes Mellitus tanpa komplikasi yang


didapatkan melalui data RSUD Solok Selatan.
d. Pasien berumur >40 tahun.
D. Rancangan Penelitian
1. Rancangan pembuatan Teh Serbuk kulit kayu manis
a. Alat
Alat yang digunakan dalam proses pembuatan adalah pisau, Blender,
timbangan, panci, sendok teh.
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah Kulit kayu manis kering yang diperoleh dari
salah satu pengumpul kulit kayu manis di jorong koto birah kecamatan sungai
pagu kabupaten solok selatan, air, dan gula diabetik.
2. Cara pembuatan teh serbuk kulit kayu manis
Siapkan seluruh bahan baku , 2 batang kulit kayu manis kering, cuci ,
keringkan, lalu blender sampai halus. ambil sdt serbuk kulit kayu manis,gula
diabetik 1 sachet (1 sachet=2 gr), air 200 ml . Setelah itu, masak air hingga
mendidih kemudian masukkan serbuk kulit kayu manis kedalam gelas , seduh
dengan air panas kemudian tambahkan gula diabetik, Aduk perlahan. Alur
pembuatan teh serbuk kulit kayu manis dapat dilihat pada Lampiran A.
3. Persiapan responden
Pada persiapan responden peneliti melakukan identifikasi faktor atau
masalah terkait tentang pengontrolan kadar gula darah responden. Identifikasi

33

yang dilakukan ditujukan pada asupan makan responden dan jenis zat gizi yang
akan dikontrol adalah karbohidrat.
Metode yang digunakan untuk mengetahui asupan makan responden
adalah metode recall 24 jam yang dilakuan 3 24 jam dalam waktu 7 hari. Recall
dilakukan pada hari pertama, hari keempat dan hari terakhir.
4. Pelaksanaan penelitian
Teh serbuk kulit kayu manis diberikan kepada sampel 200 ml dengan
proporsi sdt serbuk kulit kayu manis dan 2 gr gula diabetik setiap hari selama 7
hari. Sebelum diberikan perlakuan kadar gula darah sampel diukur dan pada hari
ke 7 setelah 1 jam minum teh serbuk kulit kayu manis kadar gula darah diukur
kembali. Sedangkan kontrol tidak diberi perlakuan.17 Kadar gula darah diukur
dalam rentang waktu pagi hingga siang hari.
E. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
1. Data primer
Data yang dikumpulkan adalah jumlah Teh sebuk kulit kayu manis yang
dihabiskan, data berat badan dan tinggi badan untuk melihat status gizi (IMT), dan
data kadar gula darah sewaktu responden yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri.
Untuk mengukur kadar gula darah dengan menggunakan alat ukur kadar gula
darah glukose test.
2. Data sekunder
Data dikumpulkan meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, tergolong
diabetes yang diperoleh dari laporan kesehatan di RSUD Solok Selatan.
F. Pengolahan dan Analisis Data

34

1. Pengolahan data
Data mengenai kadar gula darah pasien yang diperoleh diolah dengan cara
komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: 43
a. Menyunting Data (editing)
Dalam menyunting data dilakukan pengecekan kelengkapan pengisian
kuesioner, kejelasan jawaban, kesesuaian relevansi jawaban dan keseragaman
satuan.
b. Mengkode Data (coding)
Memberi kode pada masing-masing data sesuai dengan tujuan penelitian
yang sudah
dirumuskan.
c. Memasukkan Data (entry)
Penyajian data tingkat kehabisan, kadar gula darah (sebelum dan sesudah),
dan penurunan kadar gula darah kedalam tabel.
d. Membersihkan Data (cleaning)
Pemeriksaan kembali terhadap data yang telah di entrykan untuk
mengecek kesalahan yang mungkin terjadi.
2. Analisis data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk melihat rata-rata Teh serbuk kulit kayu manis yang
dihabiskan dan rata - rata kadar gula darah sebelum dan sesudah perlakuan.
b. Analisis Bivariat

35

Analisis bivariat untuk menguji hipotesis yaitu ada perbedaan antara kadar
gula darah sebelum dan sesudah pemberian Teh serbuk kulit kayu manis pada
kelompok perlakuan dengan uji T-Test beda dua mean dependent dan uji T-Test
independent untuk mengetahui pengaruh pemberian Teh serbuk kulit kayu manis
dengan melihat perbedaan rata-rata penurunan kadar gula darah pada kelompok
perlakuan dan kontrol. Dengan tingkat kepercayaan p = <0,05.42

36

Anda mungkin juga menyukai