Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN BENCANA

KECELAKAAN MASSAL TRUK TANGKI PERTAMINA DI CIBUBUR

Koordinator Mata Kuliah:

Tri Endah Pangastuti, Ns., M.Kep., Sp.KMB

Dosen Pengampu:

Uun Nurulhuda, M.Kep., Sp.KMB

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1A

Alifia Nur Selina P17120020001


Alip Nulman Nulhakim P17120020002
Andini Fauzia Savira P17120020003
Annisa Rahma P17120020004
Aprilia Veni Handayani P17120020005
Aulia Novitasari P17120020006

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 1

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen
Bencana Kecelakaan Massal Truk Tangki Pertamina di Cibubur” ini tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat
dan Manajemen Bencana.
Dapat diselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari
semua pihak secara moril maupun materil. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. ALLAH SWT atas nikmat yang telah diberikan-Nya.
2. Tri Endah Pangastuti, Ns., M.Kep., Sp.KMB selaku Koordinator Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana.
3. Uun Nurulhuda, M.Kep., Sp.KMB selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Keperawatan
Gawat Darurat dan Manajemen Bencana yang telah memberikan waktu dan perhatiannya
dalam membimbing dan menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna,
bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik
lagi dimasa mendatang. Semoga makalah ini menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 29 Juli 2022

Kelompok 1A
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
B. Definisi Kecelakaan
C. Penyebab Kecelakaan …………………………………………………………………

D. Penanganan Pertama Kecelakaan………………………………………………………..

E. Manajemen Bencana
F. Peran Perawat……………………………………………………………………….

BAB III TINJAUAN KASUS & SKENARIO 12


A. Gambaran Umum 12
B. 3S (Staffing, Stuff, Structure) 13
C. Daftar Korban 15
D. 3T (Triage, Treatment, Transfer) 26
BAB IV PENUTUP 41
A. Kesimpulan 41
B. Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana merupakan suatu peristiwa yang mengancam, merugikan serta mengganggu
kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun
faktor manusia sehingga menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Presiden RI & DPR RI, 2007). Menurut
Khambali (2017) dalam Dewi, et al. (2021), tinggi rendahnya risiko bencana di suatu
wilayah dipengaruhi oleh tiga hal yaitu hazard (bahaya), vulnerability (kerentanan),
capacity (kapasitas). Risiko terjadinya bencana di suatu wilayah berbanding lurus dengan
tingkat bahaya dan kerentanan di wilayah tersebut, semakin tinggi tingkat bahaya dan
kerentanan, maka semakin tinggi pula risiko bencananya.
Kecelakaan lalu lintas akhir-akhir ini sangat sering terjadi dan banyak menimbulkan
kerugian. Akibat dari kecelakaan lalu lintas berupa kerusakan terhadap fasilitas-fasilitas
umum dan timbulnya korban meninggal dunia.
Kecelakaan lalu lintas terjadi akibat faktor manusia atau struktur jalan yang kurang
tertata. Salah satu penyebab yang paling sering terjadinya kecelakaan adalah kurangnya
konsentrasi, lelah dan mengantuk, pengaruh alkohol dan obat, kecepatan melebihi batas
atau ugal-ugalan, kondisi kendaraan yang kurang baik, serta kurang pahamnya
pengemudi tentang aturan berlalu lintas. Salah satu contoh adalah kecelakaan massal truk
tangki pertamina di Cibubur dikarenakan kondisi kendaraan yang kurang baik serta
struktur jalan yang kurang tertata. Akibat dari kecelakaan tersebut banyak korban yang
meninggal dunia.

Kasus kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan serius yang menjadi masalah
kesehatan di negara maju maupun berkembang. Di negara berkembang seperti Indonesia,
perkembangan ekonomi dan industri memberikan dampak kecelakaan lalu lintas yang
cenderung semakin meningkat.

Jumlah kecelakaan lalu lintas dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan (14-15% per tahun)
dengan pertambahan prasarana jalan hanya sebesar 4% per tahun. Lebih dari 80% pasien
yang masuk ke ruang gawat darurat adalah disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,
berupa tabrakan sepeda motor, mobil, sepeda, dan penyeberang jalan yang ditabrak.
Sisanya merupakan kecelakaan yang disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa
benda, olah raga, dan korban kekerasan.

Indonesia saat ini menghadapi permasalahan kecelakaan lalu lintas jalan yang cukup
serius, menurut data dari Mabes Polri setiap tahun tercatat 9.856 orang meninggal akibat
kecelakaan lalu lintas jalan tersebut. Tingginya korban kecelakaan tersebut disadari telah
mendorong tingginya biaya pemakai jalan, dan secara ekonomi menyebabkan terjadinya
pemborosan sumber daya. Berbagai upaya penanganan juga telah dilakukan untuk
mengurangi jumlah dan kelas kecelakaan lalu lintas jalan (accident severity) tersebut.

Distribusi korban kecelakaan lalu lintas terutama kelompok usia produktif antara 15-
44 tahun dan lebih didominasi kaum laki-laki. Kelompok ini merupakan aset sumber
daya manusia yang sangat penting untuk pembangunan bangsa.

Berdasarkan ICN dan beberapa referensi dalam Dwitanta & Dahlia (2020), menjelaskan
peran yang dimiliki perawat pada saat bencana meliputi:

1. Peran yang dilakukan perawat pada fase pencegahan/mitigasi yaitu pengurangan


risiko, pencegahan penyakit dan promosi kesehatan dan pengembangan dan
perencanaan kebijakan. Dalam hal ini perawat melakukan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang lain seperti organisasi masyarakat, pemerintah, dan tokoh masyarakat
untuk melakukan pendidikan dan simulasi bencana dalam skala besar. Perawat juga
memiliki peran dalam mempelajari bencana berdasarkan pengalaman sebelumnya,
perlu mencari tau kebijakan bencana regional yang sudah ada/berlaku.
2. Peran perawat selama fase kesiapsiagaan yaitu mengidentifikasi praktik etis, praktik
hukum, dan akuntabilitas, kemampuan komunikasi dan berbagi informasi, serta
memperisapkan rencana untuk penanganan bencana dilapangan. Perawat dapat
mengenali tugas dan fungsinya selama merespon masa bencana serta risiko terhadap
diri dan keluarga. Perawat juga berperan dalam melakukan komunikasi komando
terhadap perawat yang lain.
3. Peran yang dilakukan perawat pada fase respon/tanggap darurat yaitu perawat
berpartisipasi dalam penyaluran dan pembagian distribusi bantuan yang tersedia
kepada pengungsi, merawat individu dan keluarga, perawatan psikologis dan
melakukan perawatan khusus pada populasi rentan.
4. Peran yang dilakukan perawat pada fase pemulihan meliputi pemulihan individu,
keluarga, dan komunitas jangka pendek dan panjang. Hal yang dilakukan perawat
yaitu dapat melakukan inventarisasi persedian tempat penampungan dan logistik
darurat.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menuliskan makalah mengenai “
Keperawatan Gawat Darutat dan Manajemen Bencana Kecelakaan Massal Truk Tangki
Pertamina Di Cibubur”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dan Majamenen
Bencana pada pasien yang mengalami Kecelakaan Massal sesuai dengan teori pada
Asuhan Keperawatannya
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa itu bencana umum
b. Mengetahui apa itu kecelakaan
c. Mengetahui penyebab kecelakaan
d. Mengatahui penanganan pertama kecelakaan
e. Mengetahui bagaimana manajemen bencana
f. Mengetahui bagaimana peran perawat
C. Manfaat
1. Mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa serta mampu memberikan
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana pada pasien yang
mengalami Kecelakaan Massal sesuai dengan teori pada Asuhan Keperawatannya.
2. Dosen
Untuk mengetahui sampai mana kemampuan mahasiswa dalam melakukan Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana pada pasien yang mengalami
Kecalakaan Massal, untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa dalam menyusun
makalah, dan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa menguasai teori tentang
Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
1. Bencana (Umum)
Definisi bencana menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.24 tahun 2007
tentang penanggulangan bencana yang mengatakan bahwa bencana merupan suatu
kejadian atau rangkaian kejadian yang dapat menganca, dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Pada uraian definisi diatas menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor
alam, faktor non alam dan juga faktor manusia. Maka dari itu menurut Undang-
Undang Republik Indonesia No.24 tahun 2007 menyatakan bahwa bencana di
golongkan menjadi 3 macam yaitu, bencana alam, bencana non-alam dan bencana
social. Berikut adalah penjelasan dari macam-macam golongan tersebut:
a. Bencana alam, merupakan bencana yang di akibatkan oleh kejajian, peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang murni disebabkan oleh alam. Seperti, gempa
bumi, tsunami, gunung Meletus dan sebagainya.
b. Bencana non-alam, merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang sifat nya tidak berasal dari alam yang diantara lainnya
yaitu gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit. Bencana
non-alam yang termasuk kedalam teorisme biologi dan biokimia yaitu,
tumpahan bahan kimia, radiasi nuklir, kebakaran, ledakan, kecelakaan
transportasi konflik bersenjata dan Tindakan perang
c. Bencana social, merupakan suatu peristiwa yang diakibatkan oleh manusia itu
sendiri seperti konflik social antar kelompok atau komunitas, misalnya konflik
social antar suku dan agama.

B. Definisi Kecelakaan
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang terjadi di darat, laut atau udara yang dapat
menimbulkan kerusakan gangguan ekologis, memburuknya derajat kesehatan dalam
skala tertentu yang memerlukan respon dari luar, ataupun dapat menyebabkan kematian
apabila tidak segera diberikan pertolongan tanggap darurat. Bentuk bencana di darat
umumnya berupa kecelakaan lalu lintas bisa motor, mobil, kereta api, ataupun pejalan
kaki yang tertabrak kendaraan lain.
Kecelakaan lalu-lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor tabrakan
dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini dapat
mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia atau binatang. Kecelakaan lalu-lintas
menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun menurut WHO.
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak
disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa penggunaan jalan lain yang
mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda (pasal 1 angka 24 UU Nomor
22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan)

C. Penyebab Kecelakaan
Ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadikanya kecelakaan, pertama adalah faktor
manusia, kedua adalah faktor kendaraan dan yang terakhir adalah faktor jalan.
Kombinasi dari ketiga faktor itu bisa saja terjadi, antara manusia dengan kendaraan
misalnya berjalan melebihi batas kecepatan yang ditetapkan kemudian ban pecah yang
mengakibatkan kendaraan mengalami kecelakaan. Disamping itu masih ada faktor
lingkungan, cuaca yang juga bisa berkontribusi terhadap kecelakaan.
a. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir
semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas.
Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti
aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula
pura-pura tidak tahu. Selain itu manusia sebagai pengguna jalan raya sering sekali
lalai bahkan ugal ugalan dalam mengendarai kendaraan, tidak sedikit angka
kecelakaan lalu lintas diakibatkan karena membawa kendaraan dalam keadaan
mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing oleh ulah pengguna jalan lainnya yang
mungkin dapat memancing gairah untuk balapan.
b. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering adalah kelalaian perawatan yang dilakukan
terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan
kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian
kendaraan bermotor secara reguler.
c. Faktor jalan dan lainnya
Faktor jalan terkait dengan kecepatan, rencana jalan, geometrik jalan, pagar
pengaman di daerah pegunungan,ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan
kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan
pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda.
d. Faktor Cuaca
Hari hujan juga memengaruhi kondisi kerja kendaraan seperti jarak pengereman
menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena
penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan
mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa
mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.

D. Penanganan Pertama Pada Kecelakaan


Menurut World Health Organization (WHO), kecelakaan lalu lintas di Indonesia dinilai
sebagai pembunuh terbesar ketiga, di bawah penyakit jantung koroner dan
tuberculosis/TBC dalam dua tahun terakhir ini. Data dari WHO pada tahun 2011
menyebutkan bahwa 67% korban kecelakaan lalu lintas masih berusia produktif, yaitu
berusia antara 22-50 tahun. Sekitar 400.000 korban kecelakaan lalu lintas yang
meninggal di jalan raya berusia di bawah 25 tahun. Artinya rata-rata angka kematian
kematian anak dan remaja akibat kecelakaan lalu lintas sekitar 1.000 orang setiap
harinya. Selain itu, kecelakaan lalu lintas dianggap menjadi penyebab utama kematian
anak-anak di dunia pada rentang usia 10-24 tahun.
Tingginya angka kematian pada korban kecelakaan lalu lintas mungkin bisa disebabkan
oleh pemberian pertolongan pertama yang kurang tepat pada korban tersebut. Umumnya
saat terjadi kecelakaan di Indonesia, seringkali masyarakat berkerumun di sekitar tempat
kejadian. Kerumunan tersebut tidak untuk membantu korban, tetapi malah cuma sekedar
ingin melihat korban kecelakaan.
Berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh penolong pada korban
kecelakaan lalu lintas :
1. Lakukan prinsip 3A (aman penolong, aman korban, dan aman lingkungan). Pada
korban dengan perdarahan, usahakan agar kulit Anda tidak kontak langsung dengan
darah tersebut karena itu akan berisiko untuk menularkan penyakit. Selain itu,
korban juga harus dipindahkan ke tempat yang aman sebelum diberikan pertolongan
lanjut. Namun, pada proses pemindahan korban ke tempat yang aman harus
dilakukan dengan metode yang tepat. Kalau korban mengalami perdarahan hebat
pada kepala, memar pada area kepala dan wajah, serta adanya memar pada leher dan
sekitar bahu korban maka Anda harus berhati-hati. Anda harus mencurigai adanya
patah tulang leher (fraktur cervical). Kalau terjadi fraktur cervical, maka proses
pengangkatan harus benar. Jika proses pengangkatan tidak tepat, maka akan menjadi
pembunuh yang paling cepat karena pada ruas tulang leher ada syaraf untuk
pernapasan.
2. Periksa kesadaran korban. Cara memeriksa kesadaran korban adalah dengan
menepuk dan menggoyangkan bahu korban disertai dengan memanggil korban
dengan nada lantang. Kalau korban tidak berespon, berikan rangsangan nyeri pada
pertengahan dada korban (tulang sternum).
3. Kalau korban tidak menunjukkan adanya respon yang normal, segera berteriak minta
bantuan kepada masyarakat sekitar kalau memang Anda sendirian. Tetapi, kalau
Anda tidak sendirian, Anda dapat meminta orang lain untuk mencari
bantuan/menghubungi kantor pelayanan kesehatan terdekat (Puskesmas dan rumah
sakit terdekat).
4. Raba nadi karotis (nadi yang ada di leher korban). Kalau nadi karotis tidak teraba,
maka korban mengalami henti jantung. Segera lakukan resusitasi jantung paru
(RJP)/Cardiopulmonary Rescucitation (CPR). Tetapi kalau nadi karotis masih teraba,
lanjutkan dengan penilaian napas pada pasien.
5. Lihat apakah ada pengembangan dada atau tidak. Dengarkan suara napas/hembusan
udara dari hidung atau mulut. Kalau tidak ada napas pada korban, lakukan/berikan
bantuan napas pada korban. Bantuan napas dapat diberikan dengan teknik mouth to
mouth/dari mulut ke mulut. Tetapi kalau Anda memutuskan memberikan bantuan
napas melalui mouth to mouth, Anda harus melindungi diri Anda agar tidak tertular
oleh penyakit yang mungkin dipunyai korban.
6. Kalau korban masih menunjukkan respon yang bagus, dan ada perdarahan terbuka,
maka segera hentikan perdarahan dengan memberikan balut tekan pada area yang
mangalami perdarahan.
E. Manajemen Bencana
Manajemen penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Menurut (Sutanto) manajemen bencana
memiliki fase-fase sebagai berikut:
1. Sebelum terjadi bencana, meliputi tahapan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, dan
kewaspadaan. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya. Perawat ikut terlibat
dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah nasional,
maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat. Perawat
terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat
dalam menghadapi bencana
2. Pada waktu bencana sedang atau masih terjadi, meliputi tahapan peringatan dini,
penyelamatan, evakuasi, dan pencarian korban. Disebut sebagai fase tanggap darurat
(response) yang terdiri dari fase akut (acute phase) dan fase sub akut (sub acute
phase).
a. Bertindak cepat
b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan, Koordinasi danmenciptakan
kepemimpinan.
d. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan
dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan
pertama.
3. Paska bencana, meliputi fase dukungan dan layanan, konsolidasi, rehabilitasi,
layanan tindak lanjut, penyembuhan, rekonstruksi, dan relokasi lokasi kejadian.
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik, sosial, dan
psikologis korban.
b. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi posttraumatic
stress disorder (PTSD). Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua,
individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi,
ataupun peristiwaperistiwa yang memacunya. Ketga, individu akan menunjukkan
gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan
konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat pascagawat
darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman.

F. 3T: Triage, Treatment, Transfer


1. Triage
Triage yaitu perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada prioritas pasien (atau
korban selama bencana) bersumber pada penyakit/tingkat cedera, tingkat keparahan,
prognosis, dan ketersediaan sumber daya. Dengan triage dapat ditentukan kebutuhan
terbesar pasien/korban untuk segera menerima perawatan secepatnya. Tujuan dari
triage adalah untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan tindakan resusitasi
segera, menetapkan pasien ke area perawatan untuk memprioritaskan dalam
perawatan dan untuk memulai tindakan diagnostik atau terapi. Dalam aktivitasnya,
digunakan kartu merah, kuning, hijau, dan hitam sebagai kode identifikasi korban.
Penilaian awal pada korban menggunakan metode triase dengan START sistem.
START triage memiliki tag empat warna untuk mengidentifikasi status korban.
a. Langkah pertama adalah meminta semua korban yang membutuhkan perhatian
untuk pindah ke daerah perawatan. Ini mengidentifikasi semua korban dengan
luka ringan yang mampu merespon perintah dan berjalan singkat ke area
pengobatan. Korban yang dapat berjalan termasuk tag hijau dan diidentifikasi
untuk pengobatan delayed.
b. Langkah selanjutnya menilai pernapasan. Jika respirasi lebih besar dari 30
x/menit beri tag korban sebagai merah (immediate). Jika tidak ada pernapasan
lakukan reposisi respirasi jalan napas. Apabila masih tidak ada respirasi setelah
dilakukan reposisi untuk membuka jalan napas, beri tag korban hitam
(meninggal).
c. Jika tingkat pernapasan kurang dari 30 x/menit, periksa denyut nadi radial dan
capilary refill. Jika tidak ada pulsa radial teraba atau jika capilary isi ulang lebih
besar dari 2 detik, beri tag korban merah (immediate).
d. Jika ada nadi radial, nilai status mental korban dengan meminta mereka untuk
mengikuti perintah sederhana seperti meremas tangan. Jika mereka tidak bisa
mengikuti perintah sederhana, maka beri tag merah (immediate) dan jika mereka
dapat mengikuti perintah sederhana, maka beri tag mereka kuning (delayed).
2. Treatment
Treatment dilakukan oleh para sukarelawan, petugas pemadam kebakaran, polisi,
tenaga dari unit khusus, tim medis gawat darurat, dan tenaga kesehatan terlatih.
Treatment yang diberikan kepada korban berupa kontrol jalan napas, fungsi
pernapasan, dan jantung. Pengawasan posisi korban, kontrol perdarahan, imobilisasi
fraktur, pembalutan dan usaha-usaha untuk membuat korban merasa lebih nyaman.
3. Transfer
Transfer korban bencana dalah pengiriman korban bencana ke luar rumah sakit
sebagai upaya keselamatan bagi korban bencana. Transfer dilakukan pada korban
yang membutuhkan perawatan khusus.

G. Peran Perawat
Perawat sebagai bagian dari petugas kesehatan yang ikut dalam penanggulangan bencana
dapat berada di berbagai tempat seperti di rumah sakit, di pusat evakuasi, di klinik
berjalan atau di puskesmas. Berikut dibawah ini akan diuraikan peran perawat sesuai
dengan tempat tugasnya :
1. Peran Perawat di Rumah Sakit yang terkena dampak bencana
a. Sebagai Manager, mengelola pelayanan gawat darurat, mengelola fasilitas,
peralatan, dan obat-obatan live saving, mengelola administrasi dan keuangan
ugd, melaksanakan pengendalian mutu pelayanan gadar, melakukan koordinasi
dengan unit RS lain.
b. Sebagai Leadership, mengelola tenaga medis, tenaga keperawatan dan tenaga
non medis, membagi jadwal dinas.
c. Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan (Care Giver), perawat harus melakukan
pelayanan siaga bencana dan memilah masalah fisik dan psikologis yang terjadi
pada pasien.
2. Peran Perawat di Pusat Evakuasi
Di pusat evakuasi perawat mempunyai peran sebagai :
a. Koordinator: mengkoordinir sumberdaya baik tenaga kesehatan, peralatan
evakuasi dan bahan logistik, mengkoordinir daerah yang menjadi tempat
evakuasi
b. Sebagai Pelaksana Evakuasi: perawat harus melakukan transportasi pasien,
stabilisasi pasien, merujuk pasien dan membantu penyediaan air bersih dan
sanitasi di daerah bencana.
3. Peran Perawat di Klinik Lapangan (Mobile Clinic)
Peran perawat di klinik berjalan (mobile clinic) adalah melakukan: triage,
penanganan trauma, perawatan emergency, perawatan akut, pertolongan pertama,
kontrol infeksi, pemberian supportive, palliative.
4. Peran Perawat di Puskesmas
Peran perawat di puskesmas saat terjadi bencana adalah melakukan: perawatan
pasien ringan.
BAB III

TINJAUAN KASUS & SKENARIO

A. Gambaran Umum
Pada tanggal 2 September 2021 pukul 13.40 WIB telah terjadi kecelakaan beruntun
yang melibatkan 5 mobil pribadi dan 1 mobil pick up di Tol Cipularang KM 91 Tol
Purbaleunyi arah Jakarta. Kecelakaan terjadi akibat kendaraan pribadi dengan nomor
polisi B 4321 BCA yang mengalami rem blong. Dari kecelakaan tersebut, memakan
korban sebanyak 11 orang. Akses jalan yang dilalui menuju lokasi adalah Tol Cipali,
yang dikhawatirkan akses jalan tersebut mengalami kemacetan akibat insiden tersebut.
Akses jalan hanya dimungkinkan dengan jalur darat (kendaraan roda empat). Pada saat
kejadian cuaca cerah berawan. Kondisi di lokasi kejadian saat ini (pukul 14.30 WIB) :
a. Korban sementara saat ini diketahui berjumlah 11 orang
1) 2 orang meninggal dunia
2) 5 orang mengalami luka-luka
3) 4 orang masih dapat berjalan dan mengikuti perintah
b. Petugas yang sudah ada di lokasi : polisi, Tim Rescue Jasa Marga
c. Terdapat 2 rumah sakit tipe B diantaranya RS Siloam Purwakarta, RS Radjak
Purwakarta
d. Ambulance 3 unit beserta 3 orang supir, 4 orang perawat dan 1 orang dokter

B. 3S (Staffing, Stuff, Structure)

3S DESKRIPSI

a. Di ruang IGD RS Siloam Purwakarta: 6 bed kosong, 5 perawat shift


siang (2 perawat ke TKP), 2 dokter jaga (1 menuju TKP), 2 ambulan
STAFFING dengan 2 supir ke TKP.
b. Di ruang IGD Radjak Purwakarta: 4 bed kosong, 4 perawat shift siang
(1 perawat ke TKP), 1 ambulan dengan 1 supir ke TKP.

STUFF a. Ambulance
b. Ruang IGD
c. Ruang ICU
d. Rawat Inap
e. Ruang OK
f. Kamar Jenazah

Coordinator lapangan : Dokter RS Siloam Purwakarta

Triage : 2 perawat RS Siloam Purwakarta

1 orang perawat RS Radjak Purwakarta


STRUCTURE
Polisi setempat 2 orang

Ambulance : 2 unit (RS Siloam Purwakarta)

1 unit (RS Radjak Purwakarta)

C. Daftar Korban
Yang dapat dilihat dari kejauhan Informasi saat memeriksa pasien
Pasien Kate Posisi Luka Suara A B C D E
gori
1 1 Berbaring Luka Mengerang OK RR 32 HR 130 GCS Memar didada
terbuka x/menit x/menit 9 sebelah kanan, luka
abdomen, terbuka di abdomen
usus kuadran kiri bawah
keluar
10 2 Berbaring Fraktur Diam OK RR 36 HR 120 GCS Luka terbuka
terbuka x/menit x/menit 7 dikepala, fraktur
lengan terbuka lengan
kanan atas kanan atas
2 3 Berbaring Tidak ada Mengerang OK RR 30 HR 110 GCS Nyeri dada dan
luka yang x/menit x/menit 7 jejas dibagian kiri
terlihat nafas dada
paradok
sal
3 4 Berbaring Pedarahan menangis OK RR HR 100 GCS Luka terbuka di
di kaki 32x/men x/menit 15 bagian tibia kanan
it tampak tulang
mencuat
6 5 Berbaring Laserasi Mengerang OK RR HR GCS Fraktur tibia
pipi kiri 26x/men 92x/me 11 tertutup bagian kiri
it nit dan memar
abdomen kuadran
kiri atas
4 6 Berjalan laserasi Bicara OK RR 21 HR 86 GCS Laserasi siku kanan
siku kanan normal x/menit x/menit 15
8 7 Berbaring Dislokasi Menangis OK RR HR GCS Dislokasi siku kiri
siku kiri 21x/men 88x/me 15
it nit
9 8 Berjalan Tidak ada Bingung OK RR 36 HR 86 GCS Laserasi dibagian
luka yang x/menit x/menit 14 bahu sebelah kiri
terlihat
7 9 Berjalan Laserasi Bicara Ok RR HR GCS Luka gores
diwajah normal 22x/men 70x/me 15 dibagian pipi
namun it nit
tampak
bingung
11 10 Berbaring Keluar Diam Tidak Tidak Tidak GCS Hematoma
darah dari ada ada ada 3 dibelakang kedua
telinga, nafas nafas nadi telinga
hidung,
dan mulut
5 11 Berbaring Fraktur Diam Tidak Tidak Tidak GCS Tulang femur
terbuka ada ada ada 3 bagian kiri mencuat
difemur nafas nafas nadi keluar
kiri

D. 3T (Triage, Treatment, Transfer)

Nomor Tag Warna dan Nomor Kondisi Spesifik Tatalaksana Spesifik Transfer
Prioritas Masalah Utama Korban
1 Merah 1 Multiple Trauma Pemberian O2, Fiksasi 15.20 : RS
(Trauma Abdomen usus dan balut tekan, Siloam
: Perdarahan masif, pasang IV 2 jalur RL Purwakarta
Trauma Thorax) hangat guyur
2 Merah 10 Multiple Trauma Pasang cervical collar, 15.20 : RS
(trauma fiksasi tulang, Radjak
ekstremitas, cedera pembidaian, balut Purwakarta
kepala) tekan
3 Merah 2 Trauma Thorax Pemberian O2, 15.20 : RS
(flail chest) cervical collar, Siloam
immobilisasi, Purwakarta
pemberian analgetik
(kolaborasi)
4 Merah 3 Fraktur terbuka Balut tekan, 15.20 : RS
pembidaian Radjak
Purwakarta
5 Kuning 6 Fraktur tertutup Pembidaian 15.25 : RS
M.H
Thamrin
6 Hijau 4 Laserasi Balut luka 16.00 : RS
MH
Thamrin
7 Hijau 8 Luka gores Balut luka 16.00 : RS
Radjak
Purwakarta
8 Hijau 9 Memar Immobilisasi 16.00 : RS
Radjak
Purwakarta
9 Hijau 7 Luka gores Balut luka 16.00 : RS
Siloam
Purwakarta
10 Hitam 11 Meninggal Tidak ada 16.00 : RS
11 Hitam 5 Meninggal Tidak ada Bayu Asih
E. Alur Kecelakaan Masal
Pada tanggal 2 September 2021 pukul 13.40 WIB Tim rescue Jasa Marga
memberikan informasi bahwa telah terjadi kecelakaan beruntun lima mobil pribadi
dan satu truk pick up di tol cipularang KM 91 purbalenyi arah jakarta. Tim rescue
melakukan identifikasi terdapat jumlah korban dan didapatkan ada 11 korban dalam
kecelakaan tersebut. Setelah itu tim rescue menelfon RS terdekat yaitu RS Siloam
purwakarta, RS radjak purwakarta untuk mengirimkan bantuan gawat darurat.
Keduanya merupakan RS tipe B dengan jarak 30 menit dari lokasi kejadian. setelah
tim rescue menlfon pihak RS tersebut didapatkan data bahwa ruang IGD RS Siloam
purwakarta sebanyak enam bed yang kosong dengan lima perawat shift siang (yang
menuju lokasi sebanyak dua perawat), dua dokter jaga (yang menuju lokasi satu
dokter), dua ambulan dengan dua supir menuju lokasi lalu di ruang IGD radjak
purwakarta terdapat empat bed yang kosong, empat perawat shift siang (satu perawat
yang menuju TKP), satu ambulan dengan satu supir menuju TKP. Lalu kedua RS
tersebut menyediakan ambulan ,IGD, ICU, ruang rawat inap, ruang OK, dan kamar
jenazah. Di tempat kejadian yang menjadi koordinator/penanggung jawab lapangan
adalah dokter dari RS Siloam purwakarta. Trige dilakukan oleh dua perawat dari RS
siloam Purwakarta dan dua perawat dari RS radjak purwakarta dan terdapat tiga polisi
setempat yang mengamankan lokasi kejadian dan empat tim rescue jasa marga yang
membantu menangani kejadian. dua unit ambulan dari RS Siloam purwakarta dan satu
unit ambulan dari RS radjak purwakarta.

Pada pukul 14.30, dua ambulance RS Siloam purwakarta beserta dua perawat
dan satu dokter sampai dilokasi dan langsung berbagi tugas. Perawat A dan perawat B
bertugas melakukan triase awal dan didapatkan sembilan korban luka dan dua korban
lainnya meninggal dunia dengan rincian terlampir. Perawat memberikan pita merah,
kuning, hijau dan hitam sesuai kriteria triase START. Setelah selesai
mengidentifikasi, perawat B langsung memberikan perawatan pada korban pos merah
dengan satu orang dokter di TKP. Pukul 15.10, datang satu ambulance beserta dua
perawat dari RS radjak purwakarta. Perawat B dan C menangani pos merah dengan
jumlah korban empat orang (satu, dua, tiga dan 10). Lanjut perawat A melakukan
perawatan pada pos kuning dengan jumlah korban satu orang (enam) dan perawat D
melakukan perawatan pada korban pos hijau sebanyak empat orang (4, 7, 8 dan 9)).
Untuk pos hitam diurus oleh pihak kepolisian. Pemberian perawatan/tindakan darurat
masing-masing pos terlampir dibagian 3T. Setelah diberikan perawatan dan pasien
stabil pukul 15.20 pos merah mengirimkan pasien nomor satu dan nomor dua ke RS
Siloam purwakarta didampingi oleh perawat B beserta dokter. Dilanjut dengan pasien
nomor tiga dan 10 di kirim ke RS radjak purwakarta didampingi perawatan C.
Selanjutnya pukul 15.25 pos kuning mengirimkan korban nomor enam ke RS Siloam
Purwakarta Didampingi oleh perawat A. Selagi menunggu kembalinya ambulance
kembali ke TKP perawat yang masih berjaga memonitor keadaan pos Hijau dan terus
melakukan triase ulang.

Pukul 16.00 ambulance masing-masing rumah sakit kembali ke TKP dan


mulai membawa korban pos Hijau. Korban nomor empat dikirim ke RS Siloam
Purwakarta didampingi oleh perawat A. Lalu korban nomor tujuh dikirim ke RS
Siloam Purwakarta didampingi oleh perawat B. Selanjutnya Korban nomor delapan
dan nomor sembilan di kirim ke RS Radjak Purwakarta didampingi oleh perawat C
dan perawat D sekaligus kembali bertugas di RS. Di saat bersamaan korban pos hitam
(nomor 11 dan 5) dibawa oleh mobil jenazah kepolisian ke RS Radjak Purwakarta.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kecelakaan lalu-lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor tabrakan
dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini dapat
mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia atau binatang
Pada kasus ini terjadi kecelakaan beruntun di Tol Cipularang yang memakan korban
sebanyak 14 orang. Dengan metode START terdapat 4 korban berwarna Merah, 1
berwarna Kuning, 4 berwarna Hijau dan 2 berwarna Hitam. Korban mengalami berbagai
macam kondisi diantaranya Mutiple trauma, trauma thoraks, trauma abdomen, cedera
kepala, fraktur dan luka luka goresan. Terdapat 2 Rumah Sakit tipe B yang bersedia
menerima dan mengirimkan ambulance ke TKP diantaranya: RS M.H Thamrin, RS
Siloam.

B. Saran

Terkait kesimpulan diatas maka saran yang akan diberikan sebagai berikut :
1. Untuk pengemudi yang ingin berkendara lebih diperhatikan keadaan mesin kendaraan
yang akan dipakai untuk mencegah agar tidak terjadinya kecelakaan.
2. Untuk para petugas kesehatan dapat meningkatkan pendidikan kesehatan tentang
pertolongan pertama pada kecelakaan, mengingat banyaknya kejadian kecelakaan
lalulintas dan terjadinya peningkatan kondisi buruk atau angka kematian akibat
kecelakaan lalu lintas karena tidak mendapat pertolongan pertama di tempat kejadian.
DAFTAR PUSTAKA

Adelaide, 2011, Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Tol
Purbaleunyi. Skripsi, Depok.

CNN Indonesia Daftar Korban Kecelakaan Maut Truk Tangki Pertamina di Cibubur

Anda mungkin juga menyukai