Dosen Pembimbing :
Disusun oleh:
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT. Sholawat serta
salam juga tercurah kepada junjungan besar nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang. Dalam rangka
melengkapi tugas dari mata kuliah praktik Klinik Keperawatan Dasar pada program studi
D3 Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta 1, dengan ini kami
mengangkat judul “LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STROKE
ISKEMIK DENGAN KEBUTUHAN DASAR AKTIVITAS PADA Ny.S”.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan bantuan dari berbagai pihak
untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari cara
penulisan maupun isinya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk para pembaca.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................2
1. Tujuan Umum...............................................................................................2
2. Tujuan Khusus..............................................................................................2
3. Manfaat............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................................3
1. Pengertian.........................................................................................................3
2. Anatomi Fisiologi Peredaran darah otak........................................................3
3. Klasifikasi Stroke.............................................................................................5
4. Patofisiologi.................................................................................................5
5. Pathway Stoke.............................................................................................3
6. Etiologi…………………………………………………………………………8
8. Komplikasi…………………………………………………………………….10
9. Test Diagnostik………………………………………………………………..11
10. Penatalaksanaan……………………………………………………………...13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Proporsi untuk stroke iskemik sebanyak 50 orang dan stroke hemoragik sebanyak 50
orang.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mampu memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan mengenai penyakit stroke
2. Tujuan khusus
a. Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan konsep dasar penyakit stroke
dari definisi, faktor risiko, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan medis hingga komplikasi
b. Mampu mengetahui konsep Pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi dan
evaluasi secara langsung mengenai penyakit stroke dan kebutuhan dasar
aktivitasnya.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Sebagai bahan materi referensi pembelajaran serta menambah pengalaman dan
pengetahuan mengenai penyakit stroke.
2. Bagi Profesi Perawat
Sebagai gambaran mengenai perkembangan penyakit stroke saat ini di dunia dan di
Indonesia
3. Instusi Pelayanan dan Pendidikan Kesehatan
Sebagai masukan untuk mengembangkan dan menyediakan buku buku terbaru
tentang bagaimana proses penyakit stroke serta sebagai bahan ajar materi
perkuliahan dalam rangka meningkatkan kualitas dan keahlian perawat dalam
menjalankan asuhannya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai pasien.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
circulus willisi. Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri
karotis komunis yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri
medial. Di dekat akhir arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini
keluar arteri communicans posterior yang bersatu kearah kaudal dengan
arteri serebri posterior. Arteri serebri anterior saling berhubungan melalui
arteri communicans anterior. Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari
arteria subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang
dari arteria inominata, sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang
langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui
foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteribasilaris.
b. Peredaran Darah Vena
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater,
suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater.
Sinussinus duramater tidak mempunyai katup dan sebagian besar
berbentuk triangular. Sebagian besar vena cortex superfisial mengalir ke
dalam sinus longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena
cortex yang utama adalah vena anastomotica magna yang mengalir ke
dalam sinus longitudinalis superior dan vena anastomotica parva yang
mengalir ke dalam sinus transversus. Vena-vena serebri profunda
memperoleh aliran darah dari basal ganglia (Wilson, et al., 2002).
4
3. Klasifikasi Stroke
National Institute of Neurological Disease and Stroke (NINDS)
mengklasifikasikan stroke menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik.
a. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik dapat terjadi karena adanya ruptur arteri, sehingga
menyebabkan darah mengalir keluar ke jaringan sekitar. Stroke hemoragik
tidak hanya menyebabkan penurunan aliran darah tetapi juga dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak pada tempat ruptur karena adanya
darah yang mengisi jaringan tersebut. Mekanisme yang paling sering adalah
adanya hipertensi pada pembuluh darah kecil yang menyebabkan terbentuknya
aneurisma yang kapan saja bisa terjadi ruptur. Sekitar dua pertiga pasien
dengan perdarahan otak primer memiliki riwayat hipertensi, baik sebelumnya
sudah dimiliki ataupun baru terdiagnosis.
Stroke hemoragik dapat dibedakan menjadi perdarahan intraserebral dan
perdarahan subaraknoid. Perdarahan intraserebral disebabkan karena
perdarahan yang terjadi karena ruptur dari pembuluh darah yang malformasi.
Sedangkan perdarahan subaraknoid terjadi karena ruptur aneurisma,
malformasi atriovenosus, diseksi arteri intrakranial.
b. Stroke Iskemik
Iskemik terjadi bila suplai darah pada sebagian otak berkurang. Stroke
iskemik adalah bentuk ekstrim dari iskemik yang menyebabkan kematian
selsel otak yang tidak dapat pulih, yang disebut infark otak. Stroke iskemik
umumnya disebabkan baik oleh trombosis intrakranial maupun emboli
ekstrakranial. Trombosis intrakranial terjadi karena aterosklerosis yang luas,
sedangkan emboli ekstrakranial umumnya timbul dari arteri ekstrakranial
ataupun dari otot jantung karena adanya infark miokard, stenosis mitral,
endokarditis, fibrilasi atrium, ataupun gagal jantung kongestif.
4. Patofisiologi
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah
otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya
pembuluh darah otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan
zat makanan menjadi terganggu. Stroke bukan merupakan penyakit tunggal
5
tetapi merupakan kumpulan dari beberapa penyakit diantaranya hipertensi,
penyakit jantung, diabetes mellitus dan peningkatan lemak dalam darah atau
dislipidemia. Penyebab utama stroke adalah thrombosis serebral,
aterosklerosis dan perlambatan sirkulasi serebral merupakan penyebab utama
terjadinya thrombus. Stroke hemoragik dapat terjadi di epidural, subdural dan
intraserebral (Smeltzer & Bare, 2002).
Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah sehingga dapat terjadi perdarahan
dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembes
kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang
intracranial. Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lambat atau makin cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vascular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan
paru dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada
otak. Thrombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku
pada area stenosis, tempat aliran darah mengalami perlambatan atau terjadi
turbulensi. Thrombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan
otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kogestri disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar
daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau
kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai
menunjukkan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan massif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septic infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisme pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisme pecah atau rupture. Jika menyebabkan
perdarahan serebral makan akan menyebabkan peningkatan TIK yang dapat
menyebabkan nyeri.
6
Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan
hipartensi pembuluh darah.perdarahan intrasirebral yang sangat luas akan lebih
sering menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit
serebrovaskular,karena perdarahan yang luas terjadi destruksi masa
otak,peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat mengakibatkan
herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. Kematian dapat
disebabkan oleh kompresi batang otak,henisfer otak,dan perdarahan sibatang otak
sekunder atau ekstensi perdarahan ke bataang otak.Perembesan darah ke
ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nucleus
kaudatus,thalamus dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang
enuksia serebral.perubahan yang oleh enuksia serebral dapat reversible untuk
waktu 4 sampai 6 menit. Perubahan irreversible jika anoksia lebih dari 10 menit.
Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkin otak,akibat volume perdarahan yang relativ
banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial dan penurunan
tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-eleman vaso aktiv
darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunya tekanan
perfusi,menyebabkan saraf di area yg terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume darah lebih dari
60cc maka resiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada
perdarahan logar. Sedangkan jika terjadi perdarahan seregral dengan volume
antara 30 sampai 60cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75%,namun
volume darah 5cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal.
7
5. Pathway Stroke
6. Etiologi
Etiologi Stroke menurut Muttaqin (2008) adalah :
a. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan odem
dan kongesti di sekitarnya.Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan
aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk pada 48
8
jam setelah trombosis. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan
trombosis otak :
1) Ateroklerosis
2) Hiperkoagulasi pada polisitemia
3) Arterisis ( radang pada arteri )
4) Emboli
b. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat
terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang
dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan,
sehingga infark otak, odema dan mungkin herniasi otak.
c. Hipoksis umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah :
1) Hipertensi yang parah
2) Henti jantung-paru
3) Curah jantung turun akibat aritmia
d. Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah
1) Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid
2) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren
9
karena embolisme atau hemoragi, yangmenyebabkan iskemik
otak.Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter terhadap gerakan motorik.
b. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan
komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi
bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut :
1) Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
jawab untuk menghasilkan bicara.
2) Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang
terutama ekspresif atau reseptif.
3) Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan
berusaha untuk menyisir rambutnya.
c. Gangguan persepsi
Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat
mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan
visual-spasial dan kehilangan sensori.
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dengan kesulitan dalam pemahaman,
lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi
masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka.
e. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan. (R,
KATRISNANI. 2018)
8. Komplikasi
Stroke merupakan penyakit yang mempunyai risiko tinggi terjadinya
komplikasi medis, adanya kerusakan jaringan saraf pusat yang terjadi
secaradini pada stroke, sering diperlihatkan adanya gangguan kognitif,
10
fungsional, dan defisit sensorik. Pada umumnya pasien pasca stroke memiliki
komorbiditas yang dapat meningkatkan risiko komplikasi medis sistemik
selama pemulihan stroke. Komplikasi medis sering terjadi dalam beberapa
minggu pertama serangan stroke. Pencegahan, pengenalan dini, dan
pengobatan terhadap komplikasi pasca stroke merupakan aspek penting.
Beberapa komplikasi stroke dapat terjadi akibat langsung stroke itu sendiri,
imobilisasi atau perawatan stroke. Hal ini memiliki pengaruh besar pada
luaran pasien stroke sehingga dapat menghambat proses pemulihan
neurologis dan meningkatkan lama hari rawat inap di rumah sakit.
Komplikasi jantung, pneumonia, tromboemboli vena, demam, nyeri pasca
stroke, disfagia, inkontinensia, dan depresi adalah komplikasi sangat umum
pada pasien stroke.
Pasien dengan stroke akut berisiko tinggi untuk terjadi infeksi. Infeksi
yang sering terjadi pada pasien stroke pada umumnya adalah pneumonia dan
infeksi saluran kemih. Salah satu komplikasi medis yang paling sering terjadi
pada pasien stroke adalah pneumonia. Pneumonia merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas setelah stroke. Penelitian oleh bahwa risiko
pneumonia pasca stroke lebih tinggi terjadi pada pasien dengan usia lanjut
(>65 tahun), gangguan bicara, tingkat keparahan kecacatan pasca stroke,
gangguan kognitif dan disfagia. Organisme yang menyebabkan pneumonia
biasanya resistensi terhadap antibiotik standar dan penilaian kesehatan mulut
sangat penting untuk mencegah pneumonia. (Mutiarasari, Diah, 2019)
9. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Di banyak rumah sakit biasanya pemeriksaan sudah dirangkum menjadi
pemeriksaan paket stroke yang meliputi:
1) Tes Darah
Tes darah dapat mengevaluasi faktor risiko tertentu atau konsekuensi
dari stroke
a) CBC (Complete Blood Count) atau pemeriksaan darah lengkap.
Tes CBC dapat membantu mengukur apakah ada masalah pada
11
sel-sel darah, elektrolit tubuh, atau apakah ada peradangan atau
infeksi.
b) Tes waktu PT/PTT prothrombin/thromboplastin parsial. Tes
darah ini mengukur waktu yang dibutuhkan darah untuk
membeku. Tes ini sangat penting dalam memonitor pengobatan
dengan cara pengenceran darah secara darurat yang kadang-
kadang digunakan untuk pengobatan stroke.
c) Tes kolesterol/lipid. Sebuah analisis yang cermat dari kadar
lemak dan kolesterol dapat membantu menilai risiko penyakit
pembuluh darah.
b. Tes Darah Khusus
1) Tes gula darah dapat menentukan apakah seseorang memiliki diabetes
yang tidak diobati, yang merupakan faktor risiko stroke.
2) Tes hemoglobin A1C dapat mengungkapkan apakah penderita stroke
telah memiliki gula darah tinggi selama beberapa bulan terakhir.
3) Tes gas arteri darah mengukur oksigen dan karbon dioksida dalam
darah yang dapat membantu menilai fungsi jantung dan paru-paru.
4) Analisa Urin
5) Tes glukosa dalam urin. Jika ditemukan glukosa dalam urin, ini
merupakan tanda diabetes.
6) Toksisitas obat. Banyak penggunaan obat-obatan terlarang dapat
menyebabkan stroke terutama kokain dan methamphetamine. Beberapa
obat tidak selalu menyebabkan stroke, tetapi dapat menggangu
penilaian terhadap orang lain dan caravberpikir, membuat perilaku
pasien seolah-olah dia mengalami stroke.
c. Pemeriksaan Radiologi
Menurut Junaidi (2011), dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut
1) Computed Tomography Scanning (CT scan)
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan infark
akibat dari hemoragik.
12
3) Electrocardiograph (ECG)
Menunjukkan grafik detak jantung untuk mendeteksi penyakit jantung
yang mungkin mendasari serangan stroke serta tekanan darah tinggi.
4) Electroencephalogram (EEG)
Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark
sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
5) Angiogram
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
6) Sinarx tengkorak
10. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Umum
Penatalaksanaan umum yaitu berupa tindakan darurat sambil
berusaha mencari penyebab dan penatalaksanaan yang sesuai dengan
penyebab. Penatalaksanaan umum ini meliputi memperbaiki jalan napas
dan mempertahankan ventilasi, menenangkan pasien, menaikkan atau
elevasi kepala pasien 30º yang bermanfaat untuk memperbaiki drainase
vena, perfusi serebral dan menurunkan tekanan intrakranial, atasi syok,
mengontrol tekanan rerata arterial, pengaturan cairan dan elektroklit,
monitor tanda-tanda vital, monitor tekanan tinggi intrakranial, dan
melakukan pemeriksaan pencitraan menggunakan Computerized
Tomography untuk mendapatkan gambaran lesi dan pilihan pengobatan
(Affandi & Reggy, 2016).
Berdasarkan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI) (2011) penatalaksanaan umum lainnya yang dilakukan pada
pasien stroke yaitu meliputi pemeriksaan fisik umum, pengendalian
kejang, pengendalian suhu tubuh, dan melakukan pemeriksaan penunjang.
13
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu berupa pemeriksaan tekanan
darah, pemeriksaan jantung, dan neurologi. Pengendalian kejang pada
pasien stroke dilakukan dengan memberikan diazepam dan antikonvulsan
profilaksi pada stroke perdarahan intraserebral, dan untuk pengendalian
suhu dilakukan pada pasien stroke yang disertai dengan demam.
Pemeriksaan penunjang untuk pasien stroke yaitu terdiri dari
elektrokardiogram, laboratorium (kimia darah, kadar gula darah, analisis
urin, gas darah, dan lain-lain), dan pemeriksaan radiologi seperti foto
rontgen dada dan CT Scan.
b. Terapi Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi yang bisa dilakukan untuk pasien
stroke yaitu pemberian cairan hipertonis jika terjadi peninggian tekanan
intra kranial akut tanpa kerusakan sawar darah otak (Blood-brain Barrier),
diuretika (asetazolamid atau furosemid) yang akan menekan produksi
cairan serebrospinal, dan steroid (deksametason, prednison, dan
metilprednisolon) yang dikatakan dapat mengurangi produksi cairan
serebrospinal dan mempunyai efek langsung pada sel endotel (Affandi
dan Reggy, 2016).
Pilihan pengobatan stroke dengan menggunakan obat yang biasa
direkomendasi untuk penderita stroke iskemik yaitu tissue plasminogen
activator (tPA) yang diberikan melalui intravena. Fungsi tPA ini yaitu
melarutkan bekuan darah dan meningkatkan aliran darah ke bagian otak
yang kekurangan aliran darah (National Stroke Association, 2016).
Penatalaksanaan farmakologi lainnnya yang dapat digunakan untuk
pasien stroke yaitu aspirin. Pemberian aspirin telah menunjukkan dapat
menurunkan risiko terjadinya early recurrent ischemic stroke (stroke
iskemik berulang), tidak adanya risiko utama dari komplikasi hemoragik
awal, dan meningkatkan hasil terapi jangka panjang (sampai dengan 6
bulan tindakan lanjutan). Pemberian aspirin harus diberikan paling cepat
24 jam setelah terapi trombolitik. Pasien yang tidak menerima
trombolisis, penggunaan aspirin harus dimulai dengan segera dalam 48
jam dari onset gejala (National Medicines Information Centre, 2011).
c. Tindakan Bedah
14
Penatalaksanaan stroke yang bisa dilakukan yaitu dengan pengobatan
pembedahan yang tujuan utamanya yaitu memperbaiki aliran darah serebri
contohnya endosterektomi karotis (membentuk kembali arteri karotis),
revaskularisasi, dan ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada
aneurisma (Muttaqin, 2008).
Prosedur carotid endarterectomy/ endosterektomi karotis pada semua
pasien harus dilakukan segera ketika kondisi pasien stabil dan sesuai untuk
dilakukannya proses pembedahan. Waktu ideal dilakukan tindakan.
15
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke
1. Pengkajian
Menurut Muttaqin (2008) anamnesa pada stroke meliputi identitas klien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, dan pengkajian psikososial.
a. Identitas
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke non hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya penurunan atau
perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam intrakranial.
Keluhari perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan konia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan
klien, seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta,
dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan
obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian
dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji
lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
16
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang
digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya,
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
g. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhankeluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1-B6)
dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan
dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
1) B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan
tingkat kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos
mends, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi
toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi
tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg).
3) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
17
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
4) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih
karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol
sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini,
dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia
urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah
hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak
yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh,
adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan
tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk.
Selain itu, perlu juga dikaji tandatanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan
masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
h. Pengkajian Tingkat Kesadaran
18
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar
dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat
keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling
sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk
membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan. Pada
keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat
letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka
penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan
evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
i. Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa,
lobus frontal, dan hemisfer.
j. Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan
aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental
klien mengalami perubahan.
k. Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada
beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk
mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
l. Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang memengaruhi
fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian
posterior dari girus temporalis superior (area Wernicke) didapatkan disfasia
reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.
Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior (area Broca)
didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat
menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan
berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan
oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk
menyisir rambutnya.
19
m. Pengkajian Saraf Kranial
Menurut Muttaqin, (2008) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial I-
X11.
1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
2) Saraf II : Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di
antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering
terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat
memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
3) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada satu
sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat
unilateral di sisi yang sakit.
4) Saraf V : Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf
trigenimus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah,
penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi
otot pterigoideus internus dan eksternus.
5) Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan
otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat.
6) Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
7) Saraf IX dan X: Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka
mulut.
8) Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
9) Saraf XII : Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi,
serta indra pengecapan normal.
n. Pengkajian Sistem Motorik
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena UMN
bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi berlawanan dari otak.
1) Inspeksi Umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)
karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan
salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain.
20
2) Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
3) Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan. (PPNI, 2017)
Adapun diagnosa yang akan muncul pada pasien stroke antara lain :
a. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
b. Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral
bicara
c. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi, penurunan kinerja ventrikel
kiri, edema pada serebri dan peningkatan intrakranial
3. Perencanaan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan. (PPNI, 2018). Adapun intervensi yang dipilih untuk mengembalikan
kemandirian klien dengan stroke adalah :
N
O DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
D KEPERAWATAN
X
1 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi Dukungan Mobilisasi
fisik b.d penurunan tindakan perawatan (SIKI, Hal 30) : (SIKI, Hal 30) :
kekuatan otot d.d selama 2 x 24 jam Observasi : Observasi :
kekuatan otot klien diharapkan 1. Identifikasi 1. membantu
menurun, rentang dapat adanya nyeri menentukan derajat
gerak (ROM) memperlihatkan atau keluhan kerusakan dan
menurun, mengeluh tanda – tanda fisik lainnya. kkesulitan terhadap
21
sulit menggerakan penyembuhan 2. Identifikasi keadaan yang di
ekstrimitas, sendi dengan kriteria toleransi fisik alami
kaku. hasil : melakukan 2. mengidentifikasi
Pergerakan pergerakan kekuatan/kelemaha
ekstrimitas 3. Monitor kondisi n dan dapat
meningkat umum selama memberikan
Kekuatan melakukan informasi mengenai
otot mobilisasi pemulihan
meningkat 3. mengetahui
Rentang kecenderungan
gerak Terapeutik : tingkat kesadaran
meningka 1. Fasilitasi dan potensial
Kaku sendi aktivitas peningkatan
menurun mobilisasi tekanan darah
dengan alat
Terapeutik :
bantu (Mis.
1. membantu dalam
Pagar tempat
peningkatan
tidur)
aktivitas dengan
2. Libatkan
menggunakan alat
keluarga untuk
bantu
membantu
2. mengajak keluarga
pasien dalam
pasien untuk ikut
meningkatkan
berpartisipasi dalam
pergerakan
kesembuhan pasien
Edukasi :
Edukasi :
1. memberikan
1. Jelaskan tujuan
pemahaman
dan prosedur
mengenai manfaat
mobilisasi
tindakan yang di
2. Ajarkan
dahulukan
mobilisasi
2. merupakan
sederhana yang
komplikasi tirah
harus dilakukan
22
(mis. Duduk di baring dan
tempat tidur, meningkatkan
duduk di sisi penyembuhan dan
tempat tidur, normalisasi fungsi
pindah dari organ
tempat tidur ke
kursi)
Edukasi :
Edukasi :
1. Memudahkan
1. Anjurkan
pasien dalam
berbicara
peningkatan
perlahan
komunikasi
2. Ajarkan pasien
2. Mengikut sertakan
dan keluarga
keluarga dan pasien
proses kognitif,
dalam
anatomis, dan
peningkatakan
fisiologis yang
untuk kesembuhan
berhubungan
pasien
dengan
kemampuan
berbicara
Kolaborasi :
Untuk di tindak lanjuti
Kolaborasi : proses kesembuhan pasien
1. Rujuk ke ahli dalam peningkatan
patologi bicara komunikasi
atau terapis
24
hipertensi, klien diharapkan 205) Observasi :
penurunan kinerja dapat Observasi : 1. Sebagai tolak ukur
ventrikel kanan, memperlihatkan 1. Identifikasi dalam melakukan
edema pada serebri tanda – tanda penyebab tindakan
dan peningkatan penyembuhan peningkatan TIK selanjutnya
intrakranial dengan kriteria (mis. lesi, 2. Untuk mengetahui
hasil : gangguan peningkatan tanda
Tingkat metabolisme, dan gejala TIK
kesadaran edema serebral) 3. Memantau apakah
meningkat 2. Monitor ada peningkatakan
Kognitif tanda/gejala tekanan pada
menurun peningkatan TIK PAWP
Sakit (mis. tekanan 4. Memantau apakah
kepala darah ada peningkatakan
menurun meningkat, tekanan pada PAP
tekanan nadi 5. Memantau apakah
melebar, ada peningkatakan
bradikardia, pola tekanan pada ICP
napas ireguler, 6. Memantau apakah
kesadaran ada peningkatakan
menurun) tekanan pada CPP
3. Monitor PAWP, 7. Memantau agar
jika perlu gelombang ICP
4. Monitor PAP. tetap stabil
jika perlu 8. Sebagai indikasi
5. Monitor ICP penurunan
(Intra Cranial kemampuan
Pressure), jika menyediakan
tersedia oksigen pada
6. Monitor CPP jaringan
(Cerebral 9. Untuk
Perfusion mengumpulkan
Pressure) data dan
7. Monitor menganalisis data
25
gelombang ICP pasien untuk
8. Monitor status mengatur
pemapasan keseimbangan
9. Monitor intake cairan
dan ouput cairan 10. Untuk
10. Monitor cairan mengumpulkan
serebro-spinalis data dan
(mis. warna, menganalisis cairan
konsistensi) pasien
Terapeutik :
Terapeutik : 1. Memberikan rasa
1. Minimalkan nyaman kepada
stimulus dengan pasien
menyediakan 2. Memebrikan rasa
lingkungan yang nyaman untuk
tenang mempertahankan
2. Berikan posisi keseimbangan
semi Fowler kebutuhan
Hindari metabolism
Maneuver 11. Suhu tubuh dapat
Valsava Cegah dipengaruhi oleh
terjadinya tingkat aktivitas,
kejang suhu lingkungan,
3. Pertahankan kelembapan tinggi
suhu tubuh akan
normal mempengaruhi
panas atau
dinginnya tubuh
26
BAB IV
FORMAT PENGKAJIAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Tanggal : 01/11/21
I. Identitas diri klien
Nama : Ny. S
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan*)
Alamat : Kp. Pisang Rt 006 Rw 011, Jakarta
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Lama bekerja :-
Tanggal masuk RS : 31/10/21 (IGD)
Tanggal pengkajian : 01/11/21
Sumber informasi : Pasien, Keluarga & Rekam medik
27
demam, batuk, pilek, sesak, nyeri tenggorokkan, anosmia, ageusia, diare, ataupun
riwayat kontak pasien covid-19 disangkal.
5. Diagnosa medik pada saat masuk rumah sakit, pemeriksaan penunjang dan
tindakan yang telah dilakukan
Dx medic : stroke iskemik,
III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan (pengetahuan tentang penyakit/perawatan)
Keluarga klien mengatakan bahwa keluarga dan pasien tahu bahwa mempunyai
riwayat hipertensi tetapi tidak dikontrol karena merasa kondisi sehari-hari baik.
3. Pola eliminasi
a. Buang air besar (frekuensi, konsistensi dan warna feses, dll)
Belum BAB 7 hari dan hari ke-3 Frekuensi BAB dengan konsistensi padat
dan warna feses coklat serta berbau khas
28
4. Pola aktifitas dan latihan:
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas ditempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM
0: mandiri, 1: alat bantuan, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
5. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, perawasan saat bangun
tidur, bandingkan pola tidur sebelum sakit dan saat sakit)
Saat sakit klien tidur selama 8 jam saat malam hari, memiliki gangguan tidur
karena keadaan tubuh yang sulit bergerak. Saat dirumah tidur 8 jam namun tidak
ada gangguan tidur
7. Pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri)
Pandangan: klien tidak tahu bahwa mempunyai riwayat hipertensi, tetapi klien
ingat bahwa pernah dirawat dirumah sakit karena stroke iskemik.
Kecemasan: klien mengatakan cemas penyakitnya akan menghambat klien untuk
mengurus cucu-cucu nya
29
Komunikasi: klien menggunakan bahasa Indonesia dan berkomunikasi kurang
baik dan mengalami diastria (pelo)
Hubungan dengan orang lain: berhubungan baik terutama dengan keluarga dan
cucu-cucu nya.
Keuangan: -
10. Pola managemen koping-stress (perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-
akhir ini)
Untuk menghilangkan stress saat dirumah klien mengurus dan bermain bersama
cucu nya, menonton TV sambil tiduran namun saat di RS tidak bisa melakukan
hal lain selain menonton TV.
11. Sistem nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan
keagamaan, dll)
Klien mengatakan melakukan solat saat dirumah.
a. Keadaan Umum
1. Kesadaran : composmentis (E4M6V5)
2. Status Gizi : TB 160 cm BB 70 kg IMT 27,34 (berat badan lebih)
3. Tanda-tanda Vital: TD 180/100 mmHg Suhu 36.5 OC
Nadi 83 x/mnt Pernafasan 17 x/mnt
b. Pemeriksaan sistematis (Head To Toe)
1. Kepala dan Leher
Tidak ada lesi, tidak ada bengkak, rambut berwarna hitam. JVP normal (5
cmH2O)
….…………………………………………………………………………………
2. Mata
Pupil normal, reflex pupil +, pergerakan bola mata simetris
….…………………………………………………………………………………
3. Hidung
Tidak ada cairan, hidung bersih, pernafasan cuping hidung tidak ada
….…………………………………………………………………………………
30
4. Mulut dan tenggorokan
Mulut klien bersih, pipi klien tampak tidak simetris saat berbicara, tidak ada lesi
di mulut dan leher.
….…………………………………………………………………………………
5. Telinga
Telinga tampak bersih, tidak ada keluaran cairan
….…………………………………………………………………………………
6. Leher
Tidak ada perbesaran kelenjar, tidak ada lesi dan bengkak, JVC normal (5
cmH2O)
….…………………………………………………………………………………
7. Dada/ Thorax
Pengembangan dada simetris, bunyi vesikuler, tidak ada ronkhi dan taktil
premitus seimbang
8. Abdomen
tidak ada lesi dan bengkak,
9. Genitalia
Alat genetalia normal, tidak terpasang selang kateter urine
10. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik, kekuatan otot ekstremitas kiri 5 dan
kanan 4. Tangan kanan tampak melawan gravitasi, dan tahanannya ringan,
sedangkan tangan kiri menahan gravitasi
Ekstremitas Bawah
Akral hangat, edema (-), CRT <2 detik, kekuatan otot ekstremitas kanan 4 dan
kiri 5
31
(cantumkan tanggal pemeriksaan, dan kesimpulan hasilnya)
Pemeriksaan Radiologi dilakukan tanggal 31/10/2021 pada jam 15:53 dengan hasil
radiografi thorax proyeksi AP posisi supine:jantung kesan membesar dengan elongasi
kalsifikasi aorta. Trakea di tengah dan mediastinum superior tidak melebar. Corakan
bronkovaskuler kedua paru baik. Tampak perselubungan di paracardial kanan. Kedua
hilus baik Sinus kostofrenikus dan diafragma baik. Tulang-tulang dan jaringan lunak
dinding dada baik. Kesan Kardiomegali dengan elongasi kalsifikasi aorta. Pneumonia
kanan.
Pemeriksaan CT Scan dilakukan tanggal 31/10/2021 pada jam 15:59 dengan hasil
kepala tanpa pemberian kontras. Difflerensilasi grey-white matter jelas. Sistem ventrikel
dan sisterna tidak melebihi pergeseran garis tengah. Sella dan parasella baik. Pons,
mesencephalon, cerebellum dan daerah CPA baik. Tidak tampak lesi. Kedua orbita dan n
optik yang tervisualisasi baik. Sinus paranasal dan kedua mastoid baik. Tulang-tulang
intak. Kesan infark akut di corona radiata kiri. Infark lama di thalamus kanan kiri,
kapsula intwrn eksterna kanan kiri cruz anterior.
VI. PENATALAKSANAAN
1. CAIRAN
2. NUTRISI
Saat di rumah klien makan 3x/hari dan ½ porsi habis, saat dirawat klien makan
3x/hari ditambah dengan jus dan buah ½ porsi habis
3. Terapi Obat
32
Amlodipine 10mg 1x1
Alfentin 100mg 2x1
Ceterizin 10mg 2x1
Betametason salep 3x1
Ramitin 5mg 1x1
Jakarta, 01/11/2021
Yang Mengkaji,
(Kelompok 9)
33
A. ANALISA DATA
34
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(menurun)
- ROM ekstremitas atas dan bawah kiri
menurun
- Saat digerakan tampak keterbatasan
Ektremitas tampak lemah
Gangguan komunikasi verbal b.d penuruan
sirkulasi serebral dan gangguan
neuromuskularr d.d :
DS :
2
- Klien mengatakan sempat berbicara 01/11/21
pelo
DO :
- Disfasia
- Pelo
3 Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d edema 01/11/21
serebri
35
C. RENCANA (INTERVENSI) KEPERAWATAN
- Pergerakan
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
ektremitas Rasional : mengidentifikasi kekuatan/kelemahan
menningkat dan dapat memberikan informasi mengenai
36
berpartisipasi dalam kesembuhan klien
Edukasi :
- kemampuan
2. Identifikasi perilaku emosipnaldan fisik sebagai
berbicara meningkat bentuk komunikasi
37
kesembuhan pasien dalam peningkatan
komunikasi verbal
38
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/TANGGAL, NO.
TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF &
JAM DX NAMA
Selasa, 02 1.
1. Mengidentifikasi adanya nyeri dan keluhan fisik
November
2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
2020
3. Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
08.00
4. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
39
Selasa, 02 2.
1. Memonitor kecepatan, tekanan, kualitas, volume dan
November diksi bicara
2020
2. Mengidentifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai
09.00 bentuk komunikasi
Selasa, 02 3.
1. Memonitor tekanan darah
November
2. Memonitor nadi
2020
3. Memonitor suhu tubuh
11.30
4. Mengidentifikasi penyebab perubahan ttv
5. Mengatur interval pematauan sesuai kondisi pasien
6. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur pematauan
8. Menginformasikan hasil pemantauan
40
HARI/TANGGAL, NO.
TINDAKAN KEPERAWATAN
JAM DX
Rabu, 03 1.
1. Mengidentifikasi adanya nyeri dan keluhan fisik
November
2. Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
2020
3. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
14.50 meningkatkan pergerakan
41
Rabu, 03 2.
1. Memonitor kecepatan, tekanan, kualitas, volume dan diksi
November bicara
2020
2. Mengidentifikasi perilaku emosipnal dan fisik sebagai
15.30 bentuk komunikasi
Rabu, 03 3.
1. Memonitor tekanan darah
November
2. Memonitor nadi
2020
3. Memonitor suhu tubuh
17.00
4. Mengatur interval pematauan sesuai kondisi pasien
5. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur pematauan
7. Menginformasikan hasil pemantauan
42
HARI/TANGGAL, NO.
TINDAKAN KEPERAWATAN
JAM DX
Kamis, 04 1.
1. Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
November
2. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
2020 meningkatkan pergerakan
08.30
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
4. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang dilakukan
43
Kamis, 04 2.
1. Memonitor kecepatan, tekanan, kualitas, volume dan diksi
November bicara
2020
2. Menyesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan
13.00
3. Mengulangi apa yang disampaikan pasien
Kamis, 04 3.
1. Memonitor tekanan darah
November
2. Memonitor nadi
2020
3. Memonitor suhu tubuh
17.00
4. Mengatur interval pematauan sesuai kondisi pasien
5. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur pematauan
7. Menginformasikan hasil pemantauan
44
E. EVALUASI
PARAF &
Hari, Tanggal, EVALUASI HASIL (SOAP)
NO. DX NAMA
Jam (MENGACU PADA TUJUAN)
JELAS
1. Selasa, 02 S:
November 2020
- Pasien mengatakan masih ada sedikit nyeri ketika digerakkan tangan
08.00 dan tubuhnya
- ROM meningkat
A:
Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
45
2. Selasa, 02 S: -
November 2020 O:
09.00
- Pasien masih kesulitan dalam berbicara sehingga bicaranya sangat pelan
dan masih agak sedikit pelo
3. Selasa, 02 S:
November 2020
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada bagian pernafasan serta
11.30 sirkulasinya
O:
- TTV
TD : 150/90 mmHg
S: 36.7 ⁰C
RR : 17 Kali/Menit
A:
Masalah Resiko Perfusi serebral belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
46
1. Rabu, 03 S:
November 2020
- Pasien mengatakan ia sudah bisa menggerakkan tangannya dengan
14.50 sendiri, namun masih sedikit nyeri ketika digerakkan
O:
- ROM meningkat
A:
Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
2. Rabu, 03 S: -
November 2020 O:
15.30
- Pasien mulai bisa diajak berbicara dan mengobrol walaupun dengan
perlahan dan sangat pelan
47
3. Rabu, 03 S:
November 2020
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada bagian pernafasan serta
17.00 sirkulasinya
O:
- TTV
TD : 150/80 mmHg
S: 36.6 ⁰C
RR : 18 Kali/Menit
A:
Masalah Resiko Perfusi serebral teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
1. Kamis, 04 S:
November 2020
- Pasien mengatakan bahwa tangan ia sudah tidak begitu nyeri seperti
08.30 pada awal mulai latihan ROM dan latihan-latihan lainnya
- ROM meningkat
A:
Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
2. Kamis, 04 S: -
November 2020 O:
13.00 - Pasien sudah bisa berbicara dan diajak ngobrol walaupun agak pelan
- Pasien bisa berbicara ringan seperti meminta makan, dan lainnya
- Pasien dapat memahami dengan baik apa yang dianjurkan dokter, perawat
serta fisioterapi
48
- Pasien dapat mengulangi serta dapat mempraktekkan apa yang telah diajarkan
oleh fisioterapi
- Kekuatan otot meningkat
A:
Masalah gangguan komunikasi verbal teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
3. Kamis, 04 S:
November 2020
- Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada bagian pernafasan serta
17.00 sirkulasinya
- TTV
TD : 140/80 mmHg
S: 36.6 ⁰C
RR : 18 Kali/Menit
A:
Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi
P:
Intervensi dihentikan
49
MONITOR INTAKE OUTPUT
03/11/21
07.00
08.00 Makan 100 cc
09.00 Minum Oral 50 cc
10.00
11.00 Cairan Infus Nacl 500 cc
0,9 %
12.00
13.00 Urine 300
14.00 IWL 300
Balance Cairan +650
Balance Cairan = I – O
*Kolom data dapat diisi oleh keluarga atau pasien, setelah mendapat penjelasan. Balance
cairan dan IWL dihitung oleh perawat
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak yang timbul mendadak dikarenakan
terjadinya ganggguan peredaran darah otak, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya
penyebab lain yang jelas berlangsung lama selama 24 jam atau lebih yang bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja
Stroke juga didefinisikan sebagai kelainan fungsi otak yang timbul mendadak,
disebabkan karena terjadi gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan
kapan saja, komplikasi pada pasien dengan stroke akut berisiko tinggi untuk terjadi infeksi.
Infeksi yang sering terjadi pada pasien stroke pada umumnya adalah pneumonia dan infeksi
saluran kemih. Pneumonia dapat menyebabkan kematian di rumah sakit, sedangkan infeksi
saluran kemih tidak menyebabkan kematian di rumah sakit.
B. Saran
Untuk institusi pendidikan, kami berharap akademik dapat menyediakan buku Asuhan
Keperawatan Stroke dengan tahun dan penerbit terbaru sebagai bahan informasi yang penting
dalam pembuatan makalah ini dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan terutama dalam
pembuatan asuhan keperawatan dalam praktek maupun teori.
Mahasiswa keperawatan diharapkan untuk dapat meningkatkan pengetahuan,
pemahaman serta keterampilan dalam proses keperawatan kebutuhan dasar dalam hal ini
pasien dengan asuhan keperawatan stroke, dimana hal tersebut menjadi sangat penting untuk
kelangsungan dan keberhasilan penyembuhan pasien.
51
Daftar Pustaka
Rewindra. 2018. Asuhan keperawatan pada klien Ny. "D" dengan stroke iskhemik di wilayah kerja puskesmas
surantih kecamatan sutera kabupaten pesisira selatan sumbar. Perintik Padang. Diakses pada
tanggal 21 januari 2021 pukul 11.50 WIB melalui
http://repo.stikesperintis.ac.id/180/1/62%20REDWIDRA.pdf
Tarwoto, dkk. 2018. Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Sholiha, Ahda Amila, dkk. 2016. Korelasi Antara Volume Perdarahan Intraserebral dengan Nilai Indeks
Barthel pada Stroke Hemoragik. Diakses melalui http://eprints.umbjm.ac.id/690/4/4.%20BAB%202.pdf
pada tanggal 31 Januari 2021 pukul 21.07 WIB.
Mutiarasari, Diah. 2019. MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1. Diakses pada
Tanggal 29 januari 2020Pukul 12.55 WIB melalui
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/MedikaTadulako/article/viewFile/12337/9621
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta :
DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI
52