Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

KEBUTUHAN NUTRISI: THYPOID R. DAHLIA BARAT


RSUD BUDI ASIH
Makalah ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah keperawatan medikal bedah 1

Koordinator Mata Kuliah:


Bara Miradwiyana, S.Kep., MKM

Pembimbing:
Tri Endah Pangastuti, Ners, M.Kep., Sp.KMB

Disusun Oleh:
Kelompok 2A
Alifia Nur Selina P17120020001
Alip Nulman Nulhakim P17120020002
Andini Fauzia Savira P17120020003
Annisa Rahma P17120020004
Elvira Amelia P17120020050
Hasmida Septiani P17120020051

JURUSAN D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 1
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
limpahan rahmat-Nya lah maka kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini tepat
pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I. Adapun makalah ini berisikan tentang Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Typhoid.
Dapat diselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari semua
pihak secara moril maupun materil. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
ditunjukkan kepada:
1. Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan-Nya.
2. Ibu Bara Miradwiyana, SKp., MKM selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I.
3. Ibu Tri Endah Pangstuti, M. Kep. Sp. Kep. MB Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I.
4. Kelompok tercinta yang selalu memberikan do’a serta kerja keras, baik secara
moril maupun materil, selama kegiatan penyusunan makalah ini berlangsung.
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, sehingga
perlunya kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan khususnya bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I TINJAUAN TEORI 4
A. Konsep Dasar Thypoid 4
1. Pengertian Thypoid 4
2. Patofisiologi 5
3. Etiologi 6
4. Manifestasi Klinik 6
5. Komplikasi 7
6. Pemeriksaan Penunjang 8
7. Penatalaksanaan 9
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID 11
1. Pengkajian Keperawatan 11
2. Analisis Data 18
3. Diagnosa Keperawatan 20
4. Intervensi Keperawatan 21
5. Implementasi Keperawatan 23
6. Evaluasi Keperawatan 25
DAFTAR PUSTAKA 27

3
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Thypoid
1. Pengertian Thypoid
Demam thypoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella
Typhi, biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit
akut ditandai oleh demam berkepanjangan, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu
makan, dan sembelit atau kadang-kadang diare. Gejala seringkali tidak spesifik dan
secara klinis tidak dapat dibedakan dari penyakit demam lainnya (WHO, 2018).
Bakteri Salmonella Typhi merupakan kuman batang gram negatif yang tidak
memiliki spora, bergerak dengan flagel peritrik, bersifat intraseluler fakultatif dan
anaerob fakultatif. (Iswari, 1998)
Kuman ini memiliki antigen somatik (O), antigen flagel (H) dengan 2 fase dan
antigen kapsul (Vi). Kuman ini tahan terhadap selenit dan natrium deoksikolat yang
dapat membunuh bakteri enterik lain menghasilkan endoktosin, protein invasin dan
MRHA (Manossa Resistant Haemaglutinin). (Cita, 2011)

4
Manusia terinfeksi Salmonella Typhi secara fekal-oral. Tidak selalu
Salmonella Typhi yang masuk ke saluran cerna akan menyebabkan infeksi karena
untuk menimbulkan infeksi, Salmonella Typhi harus dapat mencapai usus halus.
Salah satu faktor penting yang menghalangi Salmonella Typhi mencapai usus halus
adalah keasaman lambung. Bila keasaman lambung berkurang atau makanan terlalu
cepat melewati lambung, maka hal ini akan memudahkan infeksi Salmonella Typhi.
Setelah masuk ke saluran cerna dan mencapai usus halus, Salmonella Typhi akan
ditangkap oleh makrofag di usus halus dan memasuki peredaran darah,
menimbulkan bakteremia primer. Selanjutnya, Salmonella Typhi akan mengikuti
aliran darah hingga sampai di kandung empedu. Bersama dengan sekresi empedu ke
dalam saluran cerna, Salmonella Typhi kembali memasuki saluran cerna dan akan
menginfeksi Peyer’s patches, yaitu jaringan limfoid yang terdapat di ileum,
kemudian kembali memasuki peredaran darah, menimbulkan bakteremia sekunder.

2. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat juga ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita thypoid
dapat menularkan kuman salmonella typhi kepada orang lain, kuman tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikosumsi oleh orang yang sehat. Apabila makanan tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar salmonella
tyhpi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai
jaringan limpoid. Didalam jaringan limpoid ini kuman akan berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah untuk mencapai sel-sel retikuloendotetial. Sel-sel
retikuleondetial ini kemudian akan melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus, dan kandung
ampedu (Padila, 2013). Demam dan gejala pada thypoid ini disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian sperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan penyebab utama pada demam thypoid. Endotoksemia berperan
pada patogenis thypoid, karena akan membantu pasien inflamasi lokal pada usus
halus. Demam ini disebabkan salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang
sintesis dan pelepsan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan

5
yang meradang (Padila,2013).

3. Etiologi
Menurut Inawati (2017) demam thypoid timbul yang di akibat dari infeksi oleh
bakteri golongan salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui pada sistem
saluran pencernaan (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar)
yang akan masuk kedalam tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman
yang sudah tercemar. Cara penyebarannya untuk bakteri ini yaitu pada muntahan
manusia, urine, dan kotoran-kotoran dari penderita thypoid yang kemudian secara
pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat) yang sudah hinggap ditempat kotor, dan
lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buah segar.
Sumber utama yang akan terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakitnya, baik ketika ia sedang sakit atau sedang
dalam masa penyembuhan demam thypoid, sehingga penderita masih mengandung
salmonella didalam kandung empedu atau didalam ginjalnya. Bakteri salmonella
thypi ini hidup dengan baik pada suhu 37oC, dan dapat hidup pada air steil yang
beku dan dingin, air tanah, air laut dan debu selama berminggu-minggu, dan juga
dapat hidup berbulan-bulan dalam telur yang terkontaminasi dan tiram beku.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Ardiansyah (2012) gejala klinis yang akan timbul pada penderita demam
thypoid pada klien dewasa lebih berat dibanding pada anak. Penyakit ini masa
tuntasnya 10 hari hingga sampai 20 hari. Masa tuntte tersingkat untuk demam
thypoid adalah 4 hari, jika terinfeksi melalui makanan. Sedangkan masa tuntas
terlama berlangsung 30 hari, jika itu terinfeksi melalui minuman. Selama masa
inkubasi juga dapat berlangsung 7 hari hingga sampai 21 hari, walaupun pada
umumnya 10-12 hari ditemukan gejala abnormal yaitu perasaan tidak enak badan,
terasa lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul juga
dengan gejala gejala klinis yang lain sebagai berikut, yaitu :
1. Demam
Demam berlangsung terjadi selama tiga minggu, yaitu bersifat febris remiten,
dan dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama seperti
demam tinggi atau hipertermi yang berkepanjangan yaitu suhunya setinggi
39oC-40oC sehingga mengakibatkan sakit kepala, pusing, pegal-pegal,

6
anoreksia, mual, muntah, batuk. Pada minggu kedua suhu tubuh akan berangsur-
angsur meningkat setiap harinya, yang biasanya menurun pada pagi hari
kemudian meningkat pada sore hari ataupun juga pada malam hari dan suhu
tubuh penderita demam thypoid ini terus menerus dalam keadaan demam tinggi
(hipertermi). Pada minggu ketiga suhu tubuh ini akan berangsur-angsur turun
dan normal kembali diakhir minggu, hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau
berhasil diobati, dan juga bila keadaan membaik, gejala-gejala tersebut akan
berkurang dan temperatur mulai turun.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada penderita demam thypoid ini disertai adanya perubahan pola napas yaitu
napas jadi berbau tidak sedap, mukosa bibir menjadi kering dan pecah-pecah,
lidah putih kotor ujung dan adanya tepi kemerahan, perut akan terasa kembung,
hati dan limpa membesar, dan disertai nyeri pada perabaan.
3. Gangguan pada kesadaran
Pada penderita demam thypoid ini kesadaran akan menurun, walaupun tidak
terlalu merosot, yaitu dengan adanya gangguan kesadaran seperti apatis sampai
samnolen (keinginan untuk tidur dan terus tidur). Di gejala-gejala tersebut ada
munculnya gejala lain, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam
kapiler kulit.
a. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh , terutama
hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolestrol.

5. Komplikasi
Menurut Sodikin (2011) komplikasi biasanya terjadi pada usus halus, namun hal
tersebut jarang terjadi, apabila komplikasi ini terjadi pada seorang anak maka dapat
berakibat fatal. Gangguan pada usus halus dapat berupa sebagai berikut, yaitu:
1. Perdarahan usus
Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit perdarahan tersebut sehingga
dapat ditemukan jika dilakukan adanya pemeriksaan feses dengan benzidin, jika
pendarahan banyak maka dapat terjadi melena yang bisa disertai nyeri pada perut
dengan tanda-tanda renjatan. Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga
atau setelahnya dan terjadi pada bagian usus distal ileum.

7
2. Perforasi
Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat
udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara
diantara hati dan diafragma pada foto rongten abdomen yang dibuat dalam
keadaan tegak.
3. Peritonitis
Peritonitis biasanya menyertai perforasi, namun dapat juga terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang (defebce musculair) dan adanya nyeri tekan.

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muttaqin, (2011) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien
demam thypoid antara lain sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Untuk mengindentifikasi adanya anemia karena asupan makanan yang
terbatas, malabsorspi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum, dan
penghancuran sel darah merah dalam pendarahan darah. Leukopenia dengan
jumlah lekosit antara 3000-4000 mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini
diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu
hilangnya eosinophil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium
panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit
meningkat akibat rangsangan endotoksin laju endap darah meningkat.
b. Pemeriksaan Leukosit
Pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada sediaan darah
tepi dalam batas normal, malahan kadang terdapat leukositosis, walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
c. Pemeriksaan feses
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan pada
usus dan perforasi.
d. Tes widal
Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan ati bodi
(aglutinin). Agglutinin yang spesifik terhadap sallmonela terdapat dalam
serum pasien demam thypoid, juga pada orang yang pernah ketularan

8
salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam thypoid.
Anti gen yang digunakan pada tes widal adalah suspensi salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud tes widal adalah untuk
menentukan adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita
demam thypoid. Akibat infeksi oleh kuman salmonella, pasien membuat anti
bodi (agglutinin), yaitu:
1) Aglutinin O, yaitu dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagella kuman).
3) Aglutinin V, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang ditentukan
tinternya untuk diagnosis. Makin tinggi titernya, kemungkinan makin besar
pasien menderita demam thypoid. Pada pasien yang aktif, titer uji widal akan
meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5
hari.
e. Biakan darah
Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan darah
negative tidak menyingkirkan demam thypoid, karena pada pemeriksaan
minggu pertama penyakit berkurang dan pada minggu-minggu berikutnya
pada waktu kambuh biakan akan terjadi positif lagi.
f. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah adanya kelainan atau komplikasi
akibat demam thypoid.

7. Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:
istirahat dan perawatan, diet dan terapi penunjang 22 (simptomatik dan suportif),
dan pemberian medikamentosa. Istirahat yang berupa tirah baring dan perawatan
profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Sedangkan diet dan terapi
penunjang merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit
demam tifoid. Tata laksana medikamentosa demam tifoid dapat berupa pemberian
antibiotik, antipiretik, dan steroid. Obat antimikroba yang sering diberikan adalah
kloramfenikol, tiamfenikol, kotrimoksazol, sefalosporin generasi ketiga, ampisilin,
dan amoksisilin (Sudoyo, 2006; Santoso, 2009).

9
Demam tifoid di Indonesia merupakan penyakit yang sangat popular baik di
kalangan petugas medis bahkan oleh masyarakat awam, sehingga apabila seorang
anak mengeluh demam maka antibiotik akan menjadi pilihan untuk mengobatinya.
Penggunaan berbagai jenis antibiotik secara luas yang tidak tepat, akibat mudahnya
mendapatkan obat tersebut di masyarakat, akan menimbulkan peningkatan kejadian
bakteri yang resisten terhadap antibiotik (ABRB = antibiotic resistant bacteria),
termasuk S. Typhi (Alam, 2011).
Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
a. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi.
b. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
c. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas.
d. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran),
e. Kemudian dicatat dengan baik di rekam medik pasien. - 96 –
f. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan mengurangi
keluhan gastrointestinal.
g. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk
demam tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin (aman untuk
penderita yang sedang hamil), atau trimetroprimsulfametoxazole
(kotrimoksazol).
h. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif, dapat
diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu ceftriaxone,
cefotaxime (diberikan untuk dewasa dan anak), kuinolon (tidak dianjurkan
untuk anak

10
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID

1. Pengkajian Keperawatan
A. idenditas Klien
Nama : Aida Kharisma Putri
Usia : 19 Tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Pendidikan : SMA
Bahasa Yang Digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar/mahasiswa
Alamat : Kp. Pendurenan Rt 13/004 no.64 rawa terite, cekung
Sumber Biaya : Orang tua
Sumber Informasi : Pasien

B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama : demam naik turun, perut sakit, mual, dan pusing
b. Kronologis keluhan : timbulnya keluhan seperti demam naik turun, perut
sakit, mual, dan pusing 1 minggu sebelum masuk rumah sakit

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, dll) : Tidak ada
b. Riwayat kecelakaan : tidak ada
c. Riwayat dirawat rumah sakit ( kapan, alasan dan berapa lama) : thypus
d. Riwayat pemakaian obat: tidak ada

3. Riwayat Kesehatan Keluarga : -

4. Penyakit Yang pernah diderita oleh aggota keluarga yang menjadi factor resiko: -

11
5. Riwayat psikososial dan spiritual
a. Orang terdekat dengan pasien : orang tua
b. Interaksi dalam keluarga :
- komunikasi baik
- pembuat keputusan baik
- kegiatan kemasyarakatan baik, bersosialisasi dengan teman dikampus
c. dampak penyakit pasien terhadap keluarga : tidak ada
d. masalah yang mempengaruhi pasien : tidak ada
e. mekanisme koping terhadap stress : makan dan tidur
f. persepsi pasien terhadap keluarga
- perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit seperti aktivitas terbatas,
minum obat yang terjadwal, dan lingkungan yang berbeda
g. system nilai kepercayaan : tidak ada
6. Kondisi lingkungan rumah : -
7. Pola kebiasaan:
Hal yang dikaji Pola Kebiasaan
Sebelum sakit Di rumah sakit/
saat ini
a. Pola nutrisi - Porsi makan - Porsi makan
- Frekuensi 3x1/2 pring 3x1/2 piring
- Nafsu makan - Tidak ada mual - Ada mual
- Porsi makan muntah - Tidak ada alergi
- Makanan yang - Tidak ada alergi - Pantangan
disukai - Tidak ada makanan asem,
- Makanan yang makanan diet pedas dan
membuat alergi - Tidak ada gorengan
- Makanan pantangan makanan yang - Tidak
- Makanan diet tidak disukai menggunakan
- Penggunaan obat - Tidak ada alat (ngt, dll)
sebelum makan pantangan
- Penggunaan alat - Tidak
(ngt, dll) menggunakan
alat (ngt, dll)

12
b. Pola eliminasi
1. BAK - BAK 3x/hari
- BAK 5x/hari
- Frekuensi - Berwarna - Berwarna
kuining jernih
- Warna kuning jernih
- Tidak ada
- Keluhan keluhan - Tidak ada
- Tidak
- Penggunaan alat keluhan
menggunakan
bantu (kateter) alat bantu kateter - Tidak
menggunakan
alat bantu
2. BAB kateter
- Frekuensi - BAB 2x/hari - BAB 2X/hari
- Waktu tidak
- Warna - Berwarna coklat
tentu
- Waktu - Warna coklat kekuningan
semi padat
- Konsistensi - Cair padat
- Penggunaan laxatif
c. Pola Personal
Hygiene
1. Mandi - Mandi 2x/hari - Belum mandi

- Frekuensi - Oral hygiene semenjak masuk

- waktu 2x/hari pagi dan rumah sakit

2. Oral hygiene malam sebelum - Ramnut klien

- Frekuensi tidur terlihat

- waktu - Cuci rambut berminyak

3. Cuci rambut 2x/minggu - Pasien belum

- Frekuensi waktu mengganti

4. Mengganti pakaian pakaian

d. Pola Istirahat dan


Tidur
- Lama tidur siang - Tidur siang 1-2 - Sejak masuk

- Lama tidur malam jam/hari rumah sakit

- Kebiasaan sebelum - Tidur malam 7 pasien susah

tidur jam/hari tidur, terkadang


- Kebiasaan baru tidur 1-2
sebelum tidur jam lalu

13
berdoa terbangun tiba-
tiba
e. Pola Aktivitas dan
latihan
- Waktu bekerja - Terkadang - Tidak

- Olahraga berolahraga berolahraga

- Jenis olahraga - Waktunya tidak sama sekali

- Frekuensi olahraga menentu semenjak

- Keluhan dalam - Terkadang dirawat di rumah

beraktivitas 1x/minggu sakit

f. Kebiasaan yang
mempengaruhi
kesehatan
1. Merokok -. Pasien tidak merokok -. Pasien tidak merokok

- Frekuensi -. Dan pasien tidak -. Dan pasien tidak

- Jumlah menggunakan Napza menggunakan Napza

- Lama pemakaian dan minum-minuman dan minum-minuman

2. NAPZA/MIRAS keras keras

C. Pengkajian Fisik
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Berat badan : 41 kg, Tinggi badan : 161 cm
b. Tekanan darah 120/90 mmHg
c. Frekuensi nafas : 20 x/menit, Saturasi oksigen : 98 %
d. Suhu tubuh : 36,5 C
e. Keadaan umum : composmentis
f. Pembesaran getah bening tidak ada

2. System penglihatan : Normal, tidak ada kelainan dalam penglihatan


a. Posisi mata ; simetris
b. Kelopak mata ; normal
c. Pergerakan bola mata; normal

14
d. Konjungtiva ; merah muda
e. Kornea : normal
f. Otot-otot mata : tidak ada kelainan
g. Fungsi penglihatan : baik

3. System pendengaran : Normal, tidak ada kelainan dalam pendengaran


a. Daun telinga : normal
b. Kondisi telinga tengah: normal
c. Cairan dari telinga ; tidak ada
d. Tinnitus : tidak ada
e. Fungsi pendengaran normal
f. Pemakaian alat bantu : tidak

4. System wicara : Normal, tidak ada kelainan dalam berbicara

5. System pernafasan : Normal, pernafasan teratur dan tidak ada sesak


a. Jalan nafas : bersih
b. Pernafasan : tidak sesak
c. Frekuensi : 20x/menit
d. Irama ; teratur
e. Jenis pernafasan : pernafasan dada
f. Sputum : tidak ada
g. Batuk : tidak ada

6. System kardiovaskuler : Normal, nadi 85x/menit dan tidak ada edema


a. Sirkulasi perifer
- Nadi 85x/menit dan teratur
- Tekanan darah 120/90 mmHg
- Temperature kulit hangat
- Tidak ada edema
b. Sirkulasi jantung
- Kecepatan denyut apical teratur
- Tidak ada sakit dada

15
7. System hematologi : Normal, tidak ada perdarahan

8. System saraf pusat : Normal, GCS : E4 M6 V5 dan kesadaran composmentis


a. Keluhan sakit kepala : tidak ada
b. Glow coma scale (GCS) : E4 M6 V5
c. Tidak ada gangguan system persarafan
d. Reflek fisiologis normal

9. System pencernaan : Ada diare, konsistensi feses cair dan feses berwarna kuning
a. Keadaan mulut : bersih
b. Nyeri daerah perut : tidak ada
c. Diare : ada
d. Warna feses : kuning
e. Konsistensi feses : cair
f. Konstipasi : tidak ada
g. Hepar : teraba

10. System endokrin : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid


a. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b. Tidak ada luka ganggren

11. System urogenital : Normal, tidak ada distensi urine dan urine berwarna kuning
a. BAK berwarna kuning
b. Tidak ada distensi kandung kemih
c. Tidak ada keluhan sakit peinggang

12. System integument : Normal, tidak ada pembengkakan disekitar kulit yang
terdapat infus
A. Turgor kulit baik
B. Temperature kulit terasa hangat
C. Keadaan kulit baik
D. Terpasang infus dilengan kiri dan tidak ada pembengkakan

13. System musculoskeletal : Normal, tidak ada kesulitan dalam bergerak dan tidak
ada kelainan bentuk tulang maupun sendi

16
a. Tidak ada kesulitan dalam pergerakan
b. Tidak ada sakit pada tulang sendi dan kulit
c. Tidak ada fraktur
d. Keadaan tonus otot baik
e. Tidak ada kelainan pada tulang dan sendi

Data Tambahan:
- Riwayat jatuh tidak ada, tidak menggunakan alat bantu jalan, terpasang
infus, gaya berjalan lemah, status mental: sadar akan kemampuan diri
sendiri, risiko jatuh sedang (29-44), BB 47 kg, TB 161 cm, IMT 18.3,
status gizi kurang

D. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan diagnostic yang menunjang masalah : lab, radiologi, endoskopi,
dll) lengkapi dengan tanggal pemeriksaan:
Lab:
- H2TL
- Tubex
- Swab antigen
- Elentrolit
E. Penatalaksanaan Medis
1. Cairan :
- tanggal 9 april 2022 Infus asering 500 ml
- tanggal 11 april 2022 Infus asering 500 ml

2. Diet : -

3. Obat :

- Tanggal 9 april 2022 : omeprazole 2x40 mg, ondansetron 3x4 g, ceftriaxone 1x3
g, Pct drip 3x1
- Tanggal 11, 12, 13 ondansetron 3x4 g

17
2. Analisa Data
Nama Klien/umur : Nn. Aida Kharisma Putri No. Register : 01227110
Ruangan/No. Kamar : Dahlia Barat/609
No Analisa data Etiologi Masalah
.
1. Ds: Proses penyakit Hipertermia
- Pasien mengatakan
demam naik turun
- Pasien mengtakan
demam sejak sebelum
masuk rumah sakit
Do:
- Pasien tampak menggigil
- Kulit pasien terasa
hangat
- Hasil TTV Ny. Aida:
TD: 12/90mmHg
S: 36,5 C
N : 85x/menit
Rr : 20x/menit
Saturasi O2: 98%
2. Ds: Ketidakmampuan Defisit Nutrisi
- Pasien mengatakan nafsu mencerna makanan
makan turun
- Pasien mengatakan perut
sakit
- Pasien mengatakan mual
Do:
- BB: 47 kg, TB: 161 cm, IMT:
18,3, status gizi kurang
- Pasien terlihat lemas
- Diare
- Makanan lunak 1700 Kkal,

18
Protein 62 gr, lemak 47 gr,
KH 255 gr
3. Ds: Hambatan lingkungan Gangguan pola tidur
- Pasien mengatakan sulit tidur
dari 2 hari yang lalu
- Pasien mengatakan tidur
tidak puas
- Pasien mengatakan sering
terbangun di malam hari
- Pasien mengatakan sejak
masuk RS tidur hanya 1-2
jam, lalu tiba-tiba terbangun
Do:
- Pasien tampak Lelah
- Pasien tampak menguap
- Jumlah tidur kurang dari
kebutuhan sesuai umur :
dewasa muda (8-9 jam)
- Pasien setiap 1-2 jam tidur,
lalu terbangun apabila tidur
malam

19
3. Diagnosa Keperawatan
Nama Klien/umur : Nn. Aida Kharisma Putri No. Register : 01227110
Ruangan/No. Kamar : Dahlia Barat/609
Tgl Tgl Paraf &
No
Diagnosa Keperawatan Ditemuka Teratasi Nama
.
n
1. Hipertermia b/d proses penyakit (mis. Infeksi) 11/04/22 13/04/22
2. Defisit Nutrisi b/d kurangnya asupan makanan, 11/04/22 13/04/22
ketidakmampuan mencerna makanan karena ada
mual dan muntah
3. Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan 11/04/22 13/04/22
(mis. peningkatan suhu tubuh)

20
4. Intervensi Keperawatan
Nama Klien/umur : Nn. Aida Kharisma Putri No. Register : 01227110
Ruangan/No. Kamar : Dahlia Barat/609
Paraf &
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
Nama
Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia a. Mengetahui
asuhan keperawatan 3 x 24 (I.15506) penyebab
jam diharapkan tanda dan Observasi hipertermia
gejala hipertermia dapat a. Identifikasi penyebab b. Pemantauan suhu
teratasi. (L.14134) hipertermia (Terpapar tubuh normal
lingkungan panas) c. Pemantauan kadar
Kriteria hasil: b. Monitor suhu tubuh elektrolit di dalam
a. Kejang menurun c. Monitor kadar elektrolit tubuh dan elektrolit
b. Pucat menurun yang dibutuhkan
c. Takikardi menurun Terapeutik klien
d. Suhu tubuh menurun a. Longgarkan atau d. Membantu
lepaskan pakaian penguapan panas
b. Berikan cairan oral e. Mencegah dehidrasi
dan membantu
Edukasi mempercepat
a. Anjurkan tirah baring penguapan panas
f. Membantu
Kolaborasi memulihkan kondisi
a. Kolaborasi pemberian tubuh klien
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

Setelah dilakukan tindakanManajemen Nutrisi a. Mengidentifikasi


asuhan keperawatan 3 x 24 (I.03119) dan mempengaruhi
jam diharapkan asupan Observasi pilihan beberapa
nutrisi pada klien dapat a. Identifikasi status nutrisi intervensi
teratasi. (L.03030) b. Identifikasi makanan b. Mengidentifikasi
yang disukai defisit dan
Kriteria hasil: c. Monitor asupan makanan penyimpangan dari
a. Porsi makan yang d. Monitor berat badan rencana terapeutik,
dihabiskan meningkat yang dapat
b. BB meningkat Terapeutik mencetuskan
c. IMT meningkat a. Lakukan oral hygiene glukosa tidak stabil
d. Diare menurun sebelum makan, jika dan hiperglikemia
e. Nafsu makan membaik perlu tidak terkontrol
b. Berikan makanan tinggi c. Mengkaji
kalori dan tinggi protein keadekuatan asupan
nutrisi baik absorpsi
Promosi berat badan maupun
(I.03136) penggunaanya

21
Observasi d. Membantu
a. Identifikasi kemungkinan memenuhi asupan
penyebab BB kurang kebutuhan gizi klien
b. Monitor adanya mual dan e. Mengetahui tindakan
muntah untuk membantu
meningkatkan BB
Terapeutik f. Pemantauan
a. Berikan pujian pada terhadap Output
pasien/keluarga untuk g. Memberikan support
peningkatan yang dicapai dan semangat
kepada
pasien/keluarga

Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur (I.05174) a. Menentukan rencana


asuhan keperawatan 3 x 24 Observasi yang akan dibuat
jam diharapkan Gangguan a. Identifikasi pola aktivitas untuk mengatasi
pola tidur klien dapat dan tidur kesulitan tidur
teratasi. (L.05045) b. Identifikasi penganggu b. Mengetahui
tidur penanganan faktor
Kriteria hasil: penggangu tidur
a. Keluhan sulit tidur Terapeutik c. Membuat
menurun a. Modifikasi lingkungan kenyamanan untuk
b. Keluhan istirahat tidak (Pencahayaan, kebisingan istirahat klien
cukup menurun dan tempat tidur) d. Membantu
b. Lakukan prosedur untuk merileksasikan dan
meningkatkan membuat klien
kenyamanan (pengaturan nyaman
posisi, pijat) e. Terapi relaksasi
membantu klien
Edukasi beristirahat dnegan
a. Ajarkan relaksasi otot nyaman
autogenic atau cara Non
farmakologis lainnya

22
5. Implementasi Keperawatan
Nama Klien/umur : Nn. Aida Kharisma Putri No. Register : 01227110
Ruangan/No. Kamar : Dahlia Barat/609

Hari/tanggal, No. Intervensi Paraf &


Jam Dx Nama
Senin, 1. - Mengobservasi TTV
11/04/22, TD : 110/80 MmHg S : 36,5°C SPO2 : 98%
10.00 N : 70x/menit RR : 20x/menit
- Memberikan posisi fowler
- Menganjurkan untuk memakai pakaian yang longgar
- Memberikan Cairan infus Asering 500 ml/8jam 20 tpm
- Memberikan obat inj. Omz 40 mg/2x, inj. Ondansetron 4
mg/3x, inj. Ceftriaxone 3 gr/1x, Pct drip 1 gr/1x

Selasa, - Mengobservasi TTV


12/04/22, TD : 140/90 MmHg S : 36°C SPO2 : 98%
10.00 N : 97x/menit RR : 20x/menit
- Memberikan Cairan infus Asering 500 ml/8jam 20 tpm
- Memberikan obat inj. Omz 40 mg/2x, inj. Ondansetron 4
mg/3x, inj. Ceftriaxone 3 gr/1x, Pct drip 1 gr/1x
- Menjelaskan tentang penyakit yang di derita

Rabu, - Mengobservasi TTV


13/04/22, - TD : 120/90 MmHg S : 36°C SPO2 : 99%
10.00 - N : 89x/menit RR : 20x/menit
- Memberikan Cairan infus Asering 500 ml/8jam 20 tpm
- Memberikan obat inj. Omz 40 mg/2x, inj. Ondansetron 4
mg/3x, inj. Ceftriaxone 3 gr/1x, Pct drip 1 gr/1x

Senin, 2. - Mengobservasi TTV P


11/04/22, TD : 131/75 S : 36,3 SPO2 : 98%
09.00 N : 110 RR : 20x/menit
- Makanan ½ porsi habis
- Memberikan obat new diatabs 3x2

Selasa, - Mengobservasi TTV


12/04/22, TD: 133/83 S: 36 SPO2: 96%
10.00 N: 97 RR: 20x/ menit
- Mengkaji intake dan output
Makanan ¾ porsi habis, minum 750 cc, BAB cair 1x ,
BAK 1x = ± 250cc

Rabu, - Mengobservasi TTV


13/04/22, TD: 137/77 S: 36,2 SPO2: 99%
10.00 N: 101 RR: 20x/ menit
- Makanan 1 porsi habis

23
- BAB padat 1x, BAK 1x= ±300cc
Senin, 3. - Mengobservasi TTV
11/04/22, TD: 140/90 S: 36, SPO2: 95%
09.00 N: 97 RR: 20
- Mengkaji pola tidur
- Memberikan lingkungan yang nyaman untuk tidur
-
Selasa,
12/04/22,
10.00

Rabu,
13/04/22,
10.00

24
6. Evaluasi Keperawatan
Nama Klien/umur : Nn. Aida Kharisma Putri No. Register : 01227110
Ruangan/No. Kamar : Dahlia Barat/609

Hari/Tanggal, No. SOAP Paraf &


Jam Dx Nama
Senin, 1. S: Klien mengatakan pusing, lemas
11/04/22, O: Pasien terlihat sangat lemas dan lesu
10.00 - TD : 171/75
- N : 110
- RR : 20
- S : 36,3 C
- SPO2 : 98 %
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Selasa, S: Klien mengatakan masih sedikit pusing


12/04/22, O: Pasien terlihat lemas
10.00 - TD : 140/90
- N : 97
- RR : 20
- S : 36 C
- SPO2 : 95 %
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan

Rabu, S: Klien mengatakan sudah segar dan tidak merasa pusing


13/04/22, O:
10.00 - TD : 138/87
- N : 93
- RR : 20
- S : 36 C
- SPO2 : 99 %
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Senin, 2. S : Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual, muntah dan
11/04/22, BAB mencret 2x

25
10.00 O : Klien terlihat lemas dan makanan klien tersisa setengah
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Selasa, S : Klien mengatakan mual, dan BAB mencret


12/04/22, O : Klien terlihat lemas dan makanan klien tersisa sedikit
10.00 A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Rabu, S : Klien mengatakan sudah tidak mual dan tidak muntah,


13/04/22, BAB normal
10.00 O : Klien terlihat ceria dan makanan klien habis
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Senin, 3. S : Klien mengatakan sulit tidur
11/04/22, O : Klien terlihat mengantuk dan sering menguap
10.00 A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Selasa, S : Klien mengatakan sudah bisa tidur tetapi masih sering


12/04/22, terbangun
10.00 O : Klien terlihat mengantuk
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Rabu, S : Klien mengatakan sudah bisa tidur dengan normal


13/04/22, O : Klien terlihat semangat dan ceria
10.00 A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

26
Ardiansyah, M.(2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta: EGC.
Inawati, (2017). Demam tifoid. Artikel Kesehatan Depatermen Patologi Anatomi
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Muttaqin, A. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan keperawatan
Medikal Bedah, Jakarta: Salemba Medika.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Jakarta: Nuha Medika
Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestimal
dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

27

Anda mungkin juga menyukai