Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PENYAKIT KRONIK DAN


TERMINAL: STROKE HEMOROGIK

Disusun Guna Melengkapi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Nurpratiwi, M. Kep

DISUSUN OLEH:

Nur Sakinah 821201015

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN YARSI PONTIANAK

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena de
ngan limpahan rahmat yang telah diberikan, saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tepat pada waktunya. Materi dari makalah yang telah saya buat berisikan p
enjelasan mengenai Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Kronik dan Terminal
Mata Kuliah Keperawatan Menjelanag Jal dan Paliatif yang dibimbing oleh dosen
yaitu ibu Ns. Nurpratiwi , M. Kep.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurang
an dan kelemahan, Saya juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terkait m
akalah yang telah dibuat, agar saya dapat mengembangkan makalah-makalah selanj
utnya menjadi lebih baik.

Pontianak, 18 Oktober 2022

Nur Sakinah

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................

B. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................

C. SISTEMATIKA PENULISAN..............................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................................................

A. Pengertian Stroke..................................................................................................................

B. Etiologi Stroke......................................................................................................................

C. Klasifikasi Stroke..................................................................................................................

D. Manifestasi Klinis Stroke.....................................................................................................

E. Upaya pencegahan Stroke.....................................................................................................

F. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................................................

G. Penatalaksaan Stroke (Sertakan Terapi)...............................................................................

H. Asuhan Keperawatan Teoritis Stroke...................................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................................

A. KESIMPULAN...................................................................................................................

B. SARAN...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang dapat berakibat fatal dan
merupakan penyebab utama kecacatan serta merupakan kedaruratan yang memerlukan
identifikasi dan ketepatan rencana dan implementasi yang lebih cepat untuk hasil
terbaik.Stroke diakui sebagai penyebab kematian ketiga dan penyebab utama kecacatan di
Amerika Serikat.Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua dan penyebab kecacatan
nomor tiga di dunia.Stroke diawali dengan gangguan serebrovaskular yang mengacu pada
kelainan fungsional sistem saraf pusat yang terjadi ketika suplai darah normal ke otak
terganggu sehingga menyebabkan gangguan pada sistem operasi otak.Stroke terjadi karena
terhentinya aliran darah ke otak yang ditandai dengan hilangnya kemampuan motorik dan
komunikasi, serta gangguan kognitif, sehingga penderita sering mengalami keputusasaan
dalam proses penyembuhan (Sari, 2022).
Stroke merupakan penyakit kematian kedua setelah penyakit jantung dan penyebab
disabilitas ketiga di dunia. Menurut Data World Stroke Organization bahwa setiap tahunnya
ada 13,7 kasus baru stroke dan sekitar 5,5 juta kematian akibat penyakit stroke. kitar 70%
kejadian penyakit stroke dan 87% disabilitas dan kematian karena stroke terjadi di Negara
berpendapatan rendah dan menengah. Sedangkan kejadian stroke di Indonesia menurut Data
Riskesdas 2013 prevalensi stroke nasional 12,1 per mil, sedangkan pada Riskesdas 2018
prevalensi stroke 10,9 per mil, tertinggi di Provinsi Kalimantan Timur (14,7 per mil),
terendah di Provinsi Papua (4,1 per mil) (Balgis et al., 2022).
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 prevalensi penyakit stroke sebesar 10,9% permil.
Dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013 prevalensi penderita penyakit stroke sebesar 7%
permil. Dari data tersebut terjadi kenaikan angka pengidap penyakit stroke di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
stroke di Indonesia (Sari, 2022)
Prevalensi stroke yang terus meningkat dapat mengancam perekonomian negara dan
juga individu itu sendiri. Karena biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan stroke cukup
besar. Serangan stroke lebih banyak dipicu karena hipertensi yang disebut silent killer,
diabetes melitus, obesitas dan berbagai gangguan aliran darah ke otak. Selain itu juga
dipengaruhi faktor gaya hidup seperti merokok, tingkat aktivitas rendah, diet tidak sehat dan
obesitas sentral (perut) (Balgis et al., 2022).

4
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu menjelaskan tentang Konsep Asuhan Keperawatan Stroke.
2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan tentang Pengertian Stroke
b. Menjelaskan tentang Etiologi Stroke
c. Menjelaskan Pengklasifikasian Stroke
d. Menjelaskan Manifestasi Klinis Stroke
e. Mampu menjelaskan tentang Upaya Pencegahan Stroke
f. Mampu menyebutkan Pemeriksaan Diagnostik Stroke
g. Mampu melakukan Penatalaksanaan Stroke
h. Mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan Stroke.

C. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang Latar belakang, Tujuan umum dan tujuan khusus, sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Bab ini berisi tentang Konsep Dasar Asuhan Keperawatan stroke, serta Asuhan
Keperaawatan Teoritis Stroke
BAB III Evidence Based Practice
Bab ini berisi tentang Evidence based practice.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari makalah yang kelompok kerjakan.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Stroke

Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun general secara akut,
lebih dari 24 jam kecuali pada intervensi bedah atau meninggal, berasal dari gangguan
sirkulasi serebral (Riyadina & Rahajeng, 2013). Misbach (2011) dalam (Amila et al., 2018).
Menjelaskan bahwa stroke merupakan kegawatdaruratan neurologi yang mendadak (akut)
karena oklusi atau hipoperfusi pada pembuluh darah otak, sehingga jika tidak segera diatasi
maka akan terjadi kematian sel dalam beberapa menit, kemudian menimbulkan defisit
neurologis dan menyebabkan kecacatan atau kematian.

Stroke merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan secara global karena
stroke atau kecelakaan serebrovaskular ini melibatkan cedera pada sistem saraf pusat
sebagai akibat dari penyebab vascular sehingga dikategorikan sebagai kecatatan seluruh
dunia. Dan masalah penyakit stroke di Indonesia memerlukan perhatian yang serius karena
jumlah kasus yang terus meningkat dan mempunyai angka kematian yang tinggi (Byna &
Basit, 2020).

B. Etiologi Stroke

Nastini (2012) dalam (Erawantini & Chairina, 2016). Menyebutkan bahwa faktor
penyebab stroke baik jenis iskemik maupun hemorogik dapat dimodifikasi dan bisa
disebabakan oleh beberapa hal, diantaranya:
1. Hipertensi
Burhanuddin (2012) dalam (Erawantini & Chairina, 2016). Menjelaksan bahawa
hipertensi merupakan salah satu penyebab utamanya individu terkena stroke
2. Kadar glukosa dan kolesterol darah yang tinggi (Diabetes Melitus)
3. Penyakit jantung
4. Faktor perilaku misalnya perilaku merokok dan gemar minum alcohol
Karena rokok dapat memicu kadar fibrinogen yang bisa memicu terjadinya proses
aterosklerosis
5. Stress
6. Dislipidemia
Dislipidemia merupakan suatu kondisi dimana terjadinya abnormalitas kadar lipid di
dalam darah, diantaranya peningkatan kadar kolesterol, LDL (Low Density

6
Lipoprotein), dan kadar trigliserida, serta penurunan kadar HDL (High Density
Lipoprotein) (R & L, 2014).
7. Obesitas
Selain beberapa faktor diatas, stroke juga bisa debabkan oleh faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi. Faktor resiko tersebut, antara lain (Mutiarasari, 2019).:
1. Usia
Penelitian yang telah dilakukan di Taiwan menunjukkan bahwa stroke paling banyak
terjadi pada usia 69,9 tahun dan diindonesia stroke terjadi paling banyak usia diatas 75
tahun. Untuk usis terendah stroke bisa menyerang pada usia 15-24 tahun.
2. Jenis Kelamin
(Watila, dkk., 2010)Jenis kelamin pria memiliki resiko stroke lebih tinggi
dibandingkan wanita hal ini dikarenakan laki-laki memiliki hormon testoteron yang bisa
meningkatkan kadar LDL darah, apabila kadar LDL tinggi akan meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah, jika kolesterol dalam darah meningkat akan meningkatkan
risiko penyakit degeneratif karena kolesterol darah tinggi merupakan salah satu faktor
risiko penyebab penyakit degenerate
3. Riwayat Keluarga

C. Klasifikasi Stroke

Stroke diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai beikut:

1. Stroke iskemik (Non Hemorogik)


Stroke iskemik merupakan jenis stroke yang lebih sering ditemukan daripada stroke
hemoragik. Stroke iskemik atau stroke non hemoragik adalah kematian jaringan otak
karena gangguan aliran darah ke daerah otak, yang disebabkan oleh tersumbatnya arteri
serebral atau servikal atau yang kurang (Mutiarasari, 2019). Gejala stroke iskemik ini
dapat bervariasi pada seseorang yang mengalaminya, tergantung pada lokasi arteri di
bagian otak yang terpengaruh. Adapun gejala tersebut meliputi (Kanggeraldo et al.,
2018).:
a. Kelemahan pada bagian wajah secara tiba-tiba.
b. Kelemahan di lengan atau tungkai secara tiba-tiba.
c. Kesemutan atau mati rasa pada wajah, lengan atau tungkai.
d. Kesulitan bicara atau memahami pembicaraan.

7
e. Kehilangan penglihatan, dimana penglihatan menjadi kabur, atau gangguan
lapangan penglihatan.
f. Kehilangan keseimbangan tubuh.
g. Sakit kepala hebat tiba-tiba
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang bocor atau pecah di dalam
atau di sekitar otak sehingga menghentikan suplai darah ke jaringan otak yang dituju.
Selain itu, darah membanjiri dan memampatkan jaringan otak sekitarnya sehingga
mengganggu atau mematikan fungsinya. Adapun gejala yang dapat ditimbulkan dari
stroke hemorogik, antara lain (Kanggeraldo et al., 2018):
a. Sakit kepala hebat tiba-tiba
b. Kejang tanpa riwayat kejang sebelumnya
c. Kelemahan di lengan atau di kaki.
d. Mual atau muntah
e. Penurunan kesadaran.
f. Gangguan penglihatan
g. Kesemutan atau mati rasa
h. Kesulitan bicara atau memahami pembicaraan.
i. Kesulitan menelan
j. Kesulitan menulis atau membaca.
k. Kehilangan keterempilan motorik (gerak) halus.
l. Kehilangan keseimbangan tubuh.
m. Kelainan pada rasa pengecapan.
n. Kehilangan kesadaran.

D. Manifestasi Klinis Stroke

WHO (2016) dalam (Erawantini & Chairina, 2016). Menyebutkan bahwa manifestasi
klinis dari penyakit stroke yang dapat dirasakan oleh penderita, antara lain:
1. Lemah mendadak atau mati rasa pada wajah, lengan atau kaki, paling sering pada satu
sisi tubuh (Hemiparesis) (Gejalan umum)
2. Kebingungan
3. Kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan
4. Kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata
5. Kesulitan berjalan (atoxia)

8
6. Pusing
7. Kehilangan keseimbangan atau koordinas
8. Sakit kepala parah tanpa diketahui penyebabnya
9. Pingsan atau tidak sadarkan diri

E. Upaya pencegahan Stroke

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif dan efisien untuk stroke karena
sifatnya yang multikausal (disebabkan banyak faktor). Upaya pencegahan merupakan salah
satu cara yang paling efektif dan efisien untuk mengurangi kejadian stroke. Upaya
pencegahan baru dapat dilakukan jika kita mengetahui faktor risiko apa saja yang
menyebabkan stroke. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stroke
diantaranya (Amila et al., 2018).:
1. Modifikasi gaya hidup yang beresiko menyebabkan stroke
Modifikasi gaya hidup yang dimaksud antara lain:
a. Mengkonsumsi gizi yang seimbang sepert perbanyak makan sayur, buah-buahan
segar, protein rendah lemak dan kaya serat yang sangat bermanfaat untuk pembuluh
darah
b. Olahraga teratur
Wahyuni (2012) dalam (Amila et al., 2018). Menjelaskan bahwa dengan
berolahraga teratur dapat mengontrol berat badan serta mengurangi resiko terjadinya
stroke.
c. Melakukan diet seimbang
d. Melakukan gerakan fisik yang teratur
e. Berhenti merokok
f. Melakukan pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan yang dapat dilakukan untuk untuk mengindentifikasi stroke,
antara lain:
1) Pemeriksaan tekanan darah
2) Pemeriksaan gula darah, kolesterol, berat badan/IMT
3) Pemberdayaan keluarga untuk mengenali tanda dan gejala strok

9
F. Pemeriksaan Diagnostik

Saat individu mengalami tanda-tanda stroke baik stroke iskemik maupun hemoragik,
maka dapat dilakukan beberapa jenis pemeriksaan untuk membuktikan apakah keluhan
yang dirasakan merupakan stroke atau bukan. Pemeriksaan tersebut, antara lain:
1. CT Scan Kepala (MRI)
Pemeriksaan CT Scan kepala dilakukan dalam 24 jam pertama sejak admisi pasien ke
rumah sakit. Diagnosis stroke akut dapat ditegakkan dengan lebih cepat dan akurat
dengan menggunakan MRI terkini (resolusinya lebih tinggi, munculnya gambaran
abnormal lebih cepat, dan dapat menilai lesi di batang otak). Jika penampakan tidak
khas atau tidak menunjukkan stroke, maka seorang klinisi harus tetap menganggap itu
adalah stroke dan dilanjutkan dengan penentuan apakah pasien adalah calon untuk
mendapatkan terapi akut (Mutiarasari, 2019).

G.Penatalaksaan Stroke (Sertakan Terapi)

Penatalaksaan stoke selain menggunakan farmakologi (obat) juga dapat menggunakan


terapi (nonfarmakologi). Tujuan terapi adalah memulihkan perfusi ke jaringan otak yang
mengalami infark dan mencegah serangan stroke berulang. Adapun terapi yang digunakan,
antara lain (Mutiarasari, 2019).:
1. Intravenous recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA)
Pemberian rt-PA intravena yaitu antara 3 dan 4,5 jam setelah onset serangan stroke
telah terbukti efektif pada uji coba klinis secara acak dan dimasukkan ke dalam
pedoman rekomendasi oleh Amerika Stroke Association (rekomendasi kelas I, bukti
ilmiah level B) dan European Stroke Organisation (rekomendasi kelas I, bukti ilmiah
level A). Dasar pemberian terapi rt-PA menyatakan pentingnya pemastian diagnosis
sehingga pasien tersebut benar–benar memerlukan terapi rt-PA, dengan prosedur CT
scan kepala dalam 24 jam pertama sejak masuk kerumah sakit dan membantu
mengeksklusikan stroke hemoragik.
2. Terapi antiplatelet
Pengobatan pasien stroke iskemik dengan penggunaan antiplatelet 48 jam sejak onset
serangan dapat menurunkan risiko kematian dan memperbaiki luaran pasien stroke
dengan cara mengurangi volume kerusakan otak yang diakibatkan iskemik dan
mengurangi terjadinya stroke iskemik ulangan sebesar 25%. Antiplatelet yang biasa
digunakan diantaranya aspirin, clopidogrel.

10
3. Terapi antikoagulan
Terapi antikoagulan sering menjadi pertimbangan dalam terapi akut stroke iskemik,
tetapi uji klinis secara acak menunjukkan bahwa antikoagulan tidak harus secara rutin
diberikan untuk stroke iskemik akut. Penggunaan antikoagulan harus sangat berhati-
hati. Antikoagulan sebagian besar digunakan untuk pencegahan sekunder jangka
panjang pada pasien dengan fibrilasi atrium dan stroke kardioemboli.
4. Terapi Infra Merah
Terapi dengan infra merah lebih banyak diberikan kepada pasien hemiparesis karena
terapi ini dapat meningkatkan proses metabolisme dengan adanya kenaikan suhu.
Proses metabolisme menjadi lebih baik karena terjadi vasodilatasi pembuluh darah,
sehingga sirkulasi darah meningkat. Jadi, pemberian nutrisi dan oksigen kepada
jaringan akan ditingkatkan, dan antibodi di dalam jaringan tersebut akan meningkat.
Dengan demikian pemeliharaan jaringan menjadi lebih baik, dan juga memengaruhi
jaringan otot karena kenaikan suhu selain membantu terjadinya relaksasi juga akan
meningkat- kan kemampuan otot untuk berkontraksi. Terapi ini dapat mengurangi
nyeri, relaksasi spasme otot superfisial, dan meningkatkan aliran darah di area
pemberian terapi (Halim et al., 2016).
5. Terapi Menggenggam Bola
Untuk membantu pemulihan bagian lengan atau bagian ekstremitas atas diperlukan
teknik untuk merangsang tangan seperti dengan latihan spherical grip yang
merupakan latihan fungsional tangan dengan cara menggenggam sebuah benda
berbentuk bulat seperti bola pada telapak tangan. Latihan menggenggam bola
merupakan suatu modalitas rangsang sensorik raba halus dan tekanan pada reseptor
ujung organ berkapsul pada ekstremitas atas. Respon akan disampaikan ke
kortekssensorik di otak jalur sensorik melalui badan sel pada saraf C7-T1 secara
langsung melaui sistem limbik. Pengolahan rangsang yang ada menimbulkan respon
cepat pada saraf untuk melakukan aksi atas rangsangan tersebut. Latihan
menggenggam akan merangsang serat-serat otot untuk berkonstraksi dengan
karakteristik latihan menggunakan bola karet bergerigi. Latihan pada jari-jari tangan
yang penting untuk aktivitas keseharian meliputi abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi,
oposisi (Nurartianti & Wahyuni, 2017).
6. Rehabilitasi
Terapi fisik, terapi okupasi, dan terapi bicara merupakan bagian dari rehabilitasi pada
pasien stroke yang harus dilakukan sesegera mungkin. Melibatkan pasien dengan
11
keluarga pasien dan profesional (dokter) akan mempercepat proses pemulihan dan
rehabilitasi, karena interaksi tersebut akan memberikan dukungan dan motivasi bagi
pasien stroke.

H.Asuhan Keperawatan Teoritis Stroke

1. Pengkajian
a. Amnanesa
Anamnesa merupakan dasar penegakan diagnosis, sehingga dengan anamnesa ini
dirasakan sudah cukup mewakili dalam menentukan diagnosis awal. Anamnesa dapat
dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik (DR et al., 2014). Adapun hasil
wawancara yang didapatkan pada penderita stroke, antara lain (Suparti, 2022).:
1) Pasien mengatakan bahwa ia merasa sangat pusing
2) Pasien mengatakan bahwa setiap pagi dia sering tidur dan siang sering
tidur/menutup mata secara mendadak tanpa sadar
3) Pasien mengatakan bahwa sekarang dia mengalami kesulitan berbicara dan
menelan
4) Keluarga pasien mengatakan bahwa penurunan kesadaran pasien telah terjadi 2
hari yang lalu, semenjak pasien jatuh dari kamar mandi dan tidak sadar
5) Pasien mengatakan bahwa ia merasakan nyeri pada dadanya
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Pasien sering mengonsumsi makanan tinggi lemak
2) Pasien terdiagnosis diabetes melitus
3) Pasien terdiagnosis hipertensi (tekanan darah tinggi)
c. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan, didapatkan hasil:
1) Kesadaran somnolen
2) GCS E4M5V1
3) Tekanan darah 180/104 mmhg
4) Nadi 119 x/menit
5) Suhu 35,60C
6) Pernapasan 25x/menit
7) Airway and Breathing:
a) Terdapat obstruksi jalan nafas berupa secret

12
b) Terdapat suara napas tambahan: gurgling ronkhi, dyspnea, irama napas tidak
teratur
8) Sirkulasi:
a) Nadi teraba kuat
b) Irama jantung reguler
c) Suara jantung normal
d) CRT < 2 detik
e) Akral teraba hangat
9) Disability:
a) Pupi isokor 3mm/3mm
b) Pergerakan sendi terbatas
c) Kekuatan otor ektremitas bawah sebelah kiri 3
d) Kekuatan otot ektremitas atas sebelah kiri 3
e) Tidak terdapat luka
10) Blader:
a) Terpasang DC
b) Warna utire kuning keruh
c) Bau khas
d) Tidak terdapat nyeri tekan
e) Intake cairan 250cc/8 jam
11) Bowel:
a) Terpasang selang NGT
b) Mukosa mulut kering
c) Tidak ada nyeri tekan dan jejas
d) Peristalktik usus 10x/menit
2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan(T. P. D. D. PPNI, 2017)
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Hipersekresi jalan napas
b. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d aneurisma serebri
c. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular
13
3. Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan,
pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas. Adapun
intervensi keperawatan pada penderita stroke (T. P. S. S. PPNI, 2018). Antara lain:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Tujuan: Mempertahankan kepatenan jalan napas
1) Anjurkan untuk memberikan posisi yang nyaman yaitu semifowler atau fowler
2) Berikan mimuman hangat
3) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
4) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep McGill
5) Lakukan penghisapan mulut dan orofaring
6) Berikan oksigen 100% selama 3-5 menit (sesuai kebutuhan)
7) Auskultasi dada setelah intubasi
b. Risiko perfusi serebral tidak efektif
Tujuan: Menganalisis data terkait regulasi tekanan didalam ruang intracranial dam
mengelola gerakan yang tidak terkendali
1) Pertahankan posisi kepala dan leher tetap
2) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
3) Pertahankan terilisasi sistem pemantauan
4) Pertahankan kepatenan jalan napas
5) Longgarkan pakaian, terutama dibagaian leher
6) Berikan oksigen (jika perlu)
c. Gangguan mobilitasi fisik
Tujuan: memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktvitas pergerakan fisik atau
berpindah
1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (misalnya pagar tempat tidur)
2) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakkan
3) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
4) Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (misalnya tongkat,kruk)
5) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
4. Implementasi
Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan perawat perlu memvalidasi apakah
rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini (here
14
and now).Perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan. Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bisa
diimplementasikan.Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, perawat
harus membuat kontrak dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan
dan peran serta pasien yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait
dengan standar tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu
mendokumentasikan apa yang telah dilaksanakan(Yusuf et al., 2015)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ada dua macam, yaitu (1) evaluasi proses atau
evaluasi formatif, yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, dan (2)
evaluasi hasil atau sumatif, yang dilakukan dengan membandingkan respons pasien
pada tujuan khusus dan umum yang telah ditetapkan(Yusuf et al., 2015)
Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, yaitu sebagai berikut.
S : respons subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : respons objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A : analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap ada, muncul masalah baru, atau ada data yang kontradiksi terhadap
masalah yang ada.
P : tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respons pasien.Rencana tindak lanjut dapat
berupa hal sebagai berikut. Rencana dilanjutkan (jika masalah tidak berubah).
Rencana dimodifikasi (jika masalah tetap, sudah dilaksanakan semua tindakan tetapi
hasil belum memuaskan). Rencana dibatalkan (jika ditemukan masalah baru dan
bertolak belakang dengan masalah yang ada).

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Stroke merupakan salah satu penyakit kematian atau kecacatan diseluruh dunia yang perlu
segera diatasi karena menyerang sistem saraf pusat dimana saraf pusat ini berfungsi untuk
mengatur segala hal/informasi tubuh. Dan jika saraf pusat ini mengalami masalah maka dapat

15
mengakibatkan pergerakan sistem tubuh yang lain menjadi terhambat dan stroke inilah
masalah terbesar dari kelainan saraf pusat
B. SARAN
Semua orang/individu harus diberikan penkes terkait cara menghindari gangguan stroke
atau mengatasi stroke yang berulang. Dan penkes ini tidak hanya diberikan kepada yang
terserang stroke saja melainkan juga seluruh keluarga. Serta diperlukan penjagaan pola hidup
yang sehat agar tidak terpapar stroke.

DAFTAR PUSTAKA

Amila, Sinaga, J., & Sembiring, E. (2018). Pencegahan Stroke Berulang Melalui
Pemberdayaan Keluarga Dan Modifikasi Gaya Hidup. Jurnal Abdimas, 22(2).

16
https://doi.org/https://doi.org/10.15294/abdimas.v22i2.15808
Balgis, B., Sumardiyono, S., & Handayani, S. (2022). HUBUNGAN ANTARA PREVALENSI
HIPERTENSI, PREVALENSI DM DENGAN PREVALENSI STROKE di INDONESIA
(ANALISIS DATA RISKESDAS DAN PROFIL KESEHATAN 2018). 10, 379–384.
Byna, A., & Basit, M. (2020). Penerapan Metode Adaboost Untuk Mengoptimasi Prediksi
Penyakit Stroke Dengan Algoritma Naïve Bayes. Jurnal Sisfokom (Sistem Informasi
Dan Komputer), 9(3). https://doi.org/10.32736/sisfokom.v9i3.1023
DR, M., SM, H., & R, W. (2014). Factors that Corelation to The Incidence of Occupational
Contact Dermatitis on the Workers of Car Washes in Sukarame Village Bandar
Lampung City `. Medical Journal Of Lamoung University, 3(3).
Erawantini, F., & Chairina, R. R. Li. (2016). Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke. Jurnal
Ilmiah Inovasi, 16(2). https://doi.org/10.25047/jii.v16i2.292
Halim, R., Gesal, J., & Sengkey, L. S. (2016). Gambaran pemberian terapi pada pasien stroke
dengan hemiparesis dekstra atau sinistra di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado periode Januari-Maret tahun 2016. Jurnal E-Clinic (ECI), 4(2).
https://doi.org/10.35790/ecl.4.2.2016.13734
Kanggeraldo, J., Sari, R. P., & Zul, M. I. (2018). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit
Stroke Hemoragik dan Iskemik Menggunakan Metode Dempster Shafer. Jurnal RESTI
(Rekayasa Sistem Dan Teknologi Informasi), 2(2).
https://doi.org/10.29207/resti.v2i2.268
Mutiarasari, D. (2019). Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, and Prevention. Jurnal
Ilmiah Kedokteran, 6(1).
Nurartianti, N., & Wahyuni, N. T. (2017). Pengaruh Terapi Genggam Bola Terhadap
Peningkatan Motorik Halus Pada Pasien Stroke. Jurnal Kesehatan, 8(1).
https://doi.org/10.38165/jk.v8i1.98
PPNI, T. P. D. D. (2017). standar diagnosis keperawatan indonesia (3rd ed.).
PPNI, T. P. S. S. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. In Standart Intervensi
Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat dan Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
R, M., & L, R. (2014). Hubungan Dislipidemia dan Kejadian Penyakit Jantung Koroner.
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia, 6(1).
https://doi.org/10.20885/jkki.vol6.iss1.art7
Riyadina, W., & Rahajeng, E. (2013). Determinan Penyakit Stroke. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 7(7). https://doi.org/10.21109/kesmas.v7i7.31
17
Sari, I. (2022). Analisis Ekologi : Hubungan Faktor Risiko dengan Prevalensi Stroke di
Indonesia 2018. 3(4), 132–138.
Suparti, S. (2022). Keperawatan Kegawatdaruratan dan Keperawatan Kritis (A. Munandar
(ed.)). Media Sains Indonesia.
Yusuf, Fitryasari, R., & Nihayati, H. endang. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa
Komprehensif. 1–208.

18

Anda mungkin juga menyukai