Dosen Ns.
OLEH :
NO NAMA NPM
1. Michellia Champhaka Putri 1926010078P
2. Rosyikhah Khilmi 1926010089P
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat
dan limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Kasus Stroke”.
penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak tentunya
karya tulis ilmiah tidak dapa diselesaikan. Penulis banyak mendapatkan bantuan
baik berupa informasi atau data maupun dalam bentuk lainnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan masih banyak
terdapat kekelirun dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun penyusunan
dan metodologi, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari
berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi dimasa
Penulis berharap semoga Laporan yang telah penulis susun ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan.............................................................................. 5
C. Batasan Masalah................................................................................ 5
D. Manfaat ............................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….. 7
A. Anatomi dan Fisiologi...........................................................................7
B. Konsep lansia
C. Konsep Stroke................................................................................... 16
1. Definisi.......................................................................................... 16
2. Klasifikasi................................................................................... 16
3. Etiologi....................................................................................... 19
4. Faktor Resiko.............................................................................. 21
5. Patofisiologi................................................................................ 21
6. WOC........................................................................................... 24
7. Manifestasi Klinis....................................................................... 25
8. Komplikasi.................................................................................. 26
9. Pemeriksaan Diagnostik.............................................................. 26
10.Penatalaksanaan.......................................................................... 28
11.Mekanisme Alur Perpindahan Pasien Stroke............................. 28
D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.................................................. 29
1. Pengkajian................................................................................... 29
2. Diagnosa Keperawatan............................................................... 36
3. Perencanaan................................................................................ 37
4. Implementasi keperawatan......................................................... 40
5. Evaluasi Keperawatan................................................................. 42
BAB III PENUTUP…………………………………........................................ 43
A. Kesimpulan…........……………………………............................. 43
B. Saran……………………........……………………..................…. 44
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular masih menjadi perhatian besar besar bagi
negara-negara di seluruh dunia. Kematian akibat penyakit tidak menular
mencapai 38 juta dari 56 juta kematian di dunia pada tahun 2012. Secara garis
besar 3 penyakit peyumbang kematian terbesar yaitu kanker, penyakit
cerebrovaskuler, dan penyakit respirasi kronik. Penyakit cerebrovaskuler
menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian dan peringkat ketiga
penyebab kecacatan di seluruh dunia. Salah satu penyakit kardiovaskuler yang
banyak terjadi adalah stroke (WHO, 2014).
The World Health Organization (WHO) mendefinisikan stroke
sebagai penyakit akibat terganggunya fungsi cerebral terutama gangguan
vaskuler yang terjadi secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian
apabila tidak ditangani dengan segera. Penyakit stroke di dunia telah
merenggut hampir 17,7 juta orang setiap tahunnya atau sekitar 30% dari
penyebab seluruh kematian di dunia. Jumlah penderita stroke mencapai 11 juta
setiap tahunnya di Asia. dan penyebab kematian hampir 4 juta orang setiap
tahun, sisanya sekitar 7 juta orang terdapat 30% mengalami kecacatan
permanen (WHO, 2016; Truelsen, 2017).
Secara regional wilayah Asia Tenggara merupakan penyumbang
penderita stroke terbesar dengan jumlah mencapai 5.101.370 orang dengan
angka kematian mencapai 1.399.737 penderita dan sebanyak 3.701.721
penderita mengalami kecacatan. Saat ini Indonesia menduduki posisi pertama
se-Asia Tenggara dengan jumlah penderita sebanyak 2.973.932 orang dengan
angka kematian mencapai 1.737.048 penderita dan angka kecacatan mencapai
1.236.884 penderita. Posisi kedua di tempati Vietnam dengan jumlah
penderita sebanyak 700.532 orang dengan angka kematian mencapai 58.308
penderita dan angka kecacatan mencapai 642.224 (WHO, 2016).
1
2
gejala tersebut terjadi pada salah satu sisi tubuh. Selain gejala kelumpuhan
penderita juga mengalami gejala umum lainnya seperti kesulitan berbicara
atau memahami pembicaraan, kesulitan melihat dengan satu mata atau kedua
mata, kesulitan berjalan, pusing, hilang keseimbangan, sakit kepala parah
tanpa penyebab jelas, dan hilang kesadaran atau pingsan (Kementrian
Kesehatan RI, 2014).
Gejala yang di alami penderita stroke umumnya dirumuskan dalam 3
diagnosa utama yaitu : (1) Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan
dengan perdarahan intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak;
(2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik
sekunder dan perubahan tingkat kesadaran; (3) Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan hemipearese atau hemiplagia, kelemahan neuromoskuler
pada ekstremitas (Muttaqin,2012; Purwanto, 2016).
Ketiga diagnosa keperawatan utama dalam stroke memiliki beberapa
intervensi. Intervensi keperawatan pada perubahan perfusi jaringan otak
dapat dilakukan tindakan seperti memberikan penjelasan kepada keluarga
klien tentang sebab peningkatan tekanan intrakranial dan akibatnya.
Menganjurkan klien bed rest total dengan posisi tidur telentang tanpa bantal.
Tindakan kolaborasi diantaranya pemberian terapi sesuai intruksi dokter,
seperti : steroid, aminofel, antibiotika (Muttaqin, 2012 dan ; Purwanto, 2016).
Diagnosa keperawatan selanjutnya yaitu ketidakefektifan bersihan
jalan nafas dengan tindakan keperawatan yaitu mengkaji keadaan jalan
nafas; melakukan pengisapan lendir jika diperlukan, ajarkan klien batuk
efektif, serta tindakan kolaborasi diantaranya pemberian oksigen. Diagnosa
ketiga hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau
hemiplagia, kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas dengan tindakan
seperti mengkaji kemampuan secara fungsional dengan cara yang teratur
klasifikasikan melalui skala 0-4, mengubah posisi klien setiap 2 jam,
melakukan gerakan Range Of Motion (ROM) aktif dan pasif pada semua
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Didiskripsikan proses asuhan keperawatan pada klien dengan Stroke
2. Tujuan khusus :
Melalui proses keperawatan diharapkan mahasiswa mampu :
a. Dideskripsikan pengkajian Asuhan Keperawatan secara holistik
pada klien dengan Stroke
b. Dideskripsikan diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan
sesuai dengan prioritas pada klien dengan stroke
c. Dideskripsikan perencanaan tindakan Asuhan Keperawatan sesuai
dengan prioritas yang dibutuhkan pada klien dengan stroke
d. Dideskripsikan implementasi Asuhan Keperawatan pada klien
dengan stroke.
e. Dideskripsikan Evaluasi Asuhan Keperawatan pada klien dengan
stroke.
f. Dideskripsikan pendokumentasian Asuhan Keperawatan pada klien
dengan stroke.
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai
pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam
rongga tengkorak. Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat
tubuh, mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah
jantung. Bagian utama otak adalah otak besar (Cerebrum), otak kecil
(Cerebellum), dan batang otak.
5
1) Otak Besar (Cerebrum)
Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh
yang disadari, yaitu berpikir, berbicara, melihat, bergerak,
mengingat, dan mendengar. Otak besar dibagi menjadi dua
belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri. Masing-masing
6
7
c) Lobus Oksipitalis
Terletak disebelah posterior dari lobus parietalis dan diatas
fisura parieto-oksipitalis, yang memisahkan dari serebelum.
Lobus ini adalah pusat asosiasi visual utama. Lobus ini
menerima informasi yang berasal dari retina mata
d) Lobus Temporalis
Mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan kebawah
dengan fisura parieto-oksipitalis. Lobus temporalis adalah
area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan
mencakup area wernicke sebagai tempat interprestasi
bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interprestasi bau dan
penyimpanan memori.
2) Otak kecil (cerebellum)
Menurut Tortora (2009), cerebellum merupakan otak
terbesar kedua setelah cerebrum, terletak di dalam fosa kranii.
Seperti cerebrum, cerebellum terdiri atas lipatan-lipatan dimana
sebagian besar lipatan berwarna abu-abu yang mencakup banyak
sekali sel saraf (neuron). Berat Cerebellum hanya 10% dari
massa otak, tetapi berisi hampir separuh sel saraf (neuron) dari
keseluruhan otak. Di belakang cerebellum terdapat medulla dan
pons dan di depan bagian atas terdapat cerebrum. Didalam
cerebellum terdapat lipatan yang biasa disebut transverse
fissure, beserta dengan tentorium cerebelli, yang mana sebagai
penyangga bagian belakang bagian dari cerebrum, yang
memisahkan cerebellum dengan cerebrum.
Di lihat dari bagian atas dan bawah bentuk cerebellum
menyerupai kupu-kupu. Dimana bagian tengahnya berbentuk
seperti vermis (cacing), dan bagian samping berbentuk
menyerupai sayap atau bagian ini di sebut lobus cereberal
hemisphere. Masing-masing hemisphere terdiri dari lobus yang
9
b) Pons
Pons terletak di bagian atas dari batang otak, antara
medula oblongata dan talamus, dan dalam banyak hal
bertindak sebagai penghubung antara kedua daerah. Pons
dibuat terutama dari “materi putih,” yang berbeda, baik
secara fungsional dan biologis, dari materi berwarna “abu-
abu” dari serebral otak, dan umumnya berukuran cukup
kecil, sekitar satu inci (2,5 cm) di kebanyakan orang
dewasa. Ukuran dan lokasi inilah yang membuatnya
berfungsi mengendalikan dan mengarahkan banyak sinyal
saraf, yang sebagian besar berhubungan dengan wajah dan
sistem pernapasan.
Tiga fungsi utama dari pons yaitu :
1) Sebagai jalur untuk mentransfer sinyal antara otak
besar dan otak kecil
2) Membantu mengirimkan sinyal saraf kranial keluar dari
otak dan ke wajah dan telinga
3) Mengendalikan fungsi yang tidak disadari seperti
respirasi dan kesadaran.
Meskipun pons adalah bagian kecil dari otak itu
adalah salah satu yang sangat penting. Lokasi pons di
batang otak, cocok untuk melakukan sinyal masuk dan
keluar, dan berfungsi sebagai titik asal bagi banyak saraf
kranial yang penting. Kegiatan yang diatur seperti
mengunyah, menelan, bernapas, dan tidur menggunakan
pons. Pons juga memainkan peran dalam pendengaran,
berfungsi sebagai titik asal untuk empat dari dua belas saraf
kranial utama yaitu: trigeminal yang abdusen, wajah, dan
vestibulokoklear. Karena berfungsi sebagai jalur untuk
saraf ini dan membawa sinyal mereka ke korteks utama.
11
2. Subtalamus
Merupakan neukleus ekstra piramidal diensefalon
yang penting, dimana mempunyai hubungan dengan
nukles ruber, substansia nigra, dan globus palidus dari
ganglia basalis. Fungsi belum diketahui sepenuhnya tetapi
lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskinesia
dramatis yang disebut hemibalismus
3. Epitalamus
Merupakan pita sempit jaringan saraf yang
membentuk atap diensefalon. Struktur utama area ini
adalah nukleus habenular dan komisura, komissura
posterio, striae medularis, dan epifisis. Epitalamus
berhubungan dengan sistem limbik dan berperan pada
beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi
olfaktorius. Epifisi mensekresikan melatonin dan
membantu mengatur irama sinkardian tubuh serta
menghambat hormon gonadotropin.
4. Hipotalamus
Terletak dibawah talamus, dan berkaitan dengan
pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom
perifer yang menyertai ekspresi tingkah laku dan emosi.
b. Meningen (Muttaqin, 2012)
Meningen adalah membran atau selaput yang mengelilingi otak
dan medula spinalis, di mana terdiri dari 3 lapisan yaitu :
a) Piameter
Berhubungan langsung dengan jaringan otak dan jaringan
spinal, dan mengikuti kontur ekternal otak dan jaringan spinal.
Piameter merupakan lapisan vaskuler yang memiliki pembuluh darah
yang berjalan menuju struktur interna SSP untuk memberi nutrisi pada
jaringan saraf.
13
b) Araknoid
Merupakan suatu membran fibrosa yang tipis, halus, dan
tidak mengandung pembuluh darah. Araknoid meliputi itak dan
medula spinalis, tetapi tidak mengikuti kontur luar seperti piameter.
Di daerah antara araknoid dan piameter terdapat ruang subarkhnoid,
tempat arteri, vena serebral, trabekula araknoid, dan cairan
serebrospinal yang membasahi sistem saraf pusat. Ruang subaraknoid
ini mempunyai pelebaran-pelebaran yang disebut sisterna. Salah satu
pelebaran yang terbesar adalah sisterna sakrumis di daerah sakrum
kolumna vertebralis. Bagian bawah sakrum (biasanya antara L3, L4
dan L5) merupakan tempat yang biasanya digunakan untuk
mendapatkan cairan serebrospinal untuk pemeriksaan sakrum pungsi.
c) Durameter
Merupakan suatu jaringan liat tidak elastis, dan mirip kulit
sapi yang terdiri atas 2 lapisan yaitu lapisan luar yang disebut dura
endostal yang menutupi bagian tengkorak atas (calvaria) dan bagian
dalam yang disebut durameningeal yang berfungsi menutupi otak.
c. Sirkulasi Otak (Daniel, 2009).
1) Circulus Arteriosus Cerebri (Willis)
Merupakan lingkaran pembuluh darah berbentuk pentagon pada
permukaan ventral otak. Circulus tersebut merupakan anastomosis
penting pada basis cranii antara empat arteri (dua carotis interna dan
dua arteri vertebralis) yang memperdarahi otak. Circulus arteriosus
berbentuk secara skuensial dengan arah dari anterior ke posterior oleh
dimulai dari arteria communicans anterior, menuju arteria cerebri
anterior, arteria carotis interna, arteria communicans posterior, da
berakhir di arteria cerebri posterior
Terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
a) Arteri Karotis Interna
Membentang dari tepi atas Kelenjar tiroid tulang rawan
sampai prosesus klinoid anterior, dimana ini terbagi menjadi 4
14
B. Konsep Lansia
1) Pengertian
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Proses penuaan
adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan menurunnya
berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian
misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh
pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Maryam, 2008).
Batasan-batasan usia lanjut Batasan umur pada usia lanjut dari waktu
ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO) lansia
meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
2) Perubahan Fisik
16
1) Definisi
Stroke adalah gangguan suplai darah ke otak yang biasanya di
sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau terdapatnya pembekuan
pada pembuluh darah (WHO, 2016).
Stroke atau gangguan peredaran darah (GPDO) merupakan
penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara
cepat dan tepat (Muttaqin, 2012).
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi
gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya
kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan atau kematian (Purwanto, 2016).
2) Klasifikasi
Menurut Purwanto (2016) dan Muttaqin (2012), berdasarkan
patologi serangan stroke diklasifikasikan :
a. Stroke Hemoragik :
Stroke Hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang
akut dan disebabkan oleh perdarahan primer subtansi otak yang
17
3) Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli
berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan
gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan yang
dapat menimbulkan emboli seperti katup-katup jantung yang
rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD), Infark Miokard,
Fibrilasi merupakan keadaan aritmia yang menyebabkan
berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah
terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama
sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil,
endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endokardium.
4) Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk
perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan
otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin
herniasi otak Penyebab perdarahan otak yang paling lazim
terjadi yaitu Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital,
Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis, Aneurisma myocotik
21
dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya cardiac arrest.
Selain kerusakan parenkim otak , akibat volume pendarahan
yang relatif banyak akan mengakibatkan peningkatan intra kranial dan
penurunan tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-
elemen vasoaktif darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat
menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf diarea yang tekanan
darah dan sekitarnya tertekan lagi.
24
Penumpukan Gangguan
sekret Mobilitas fisik
25
c. Angiografi Serebri
Membantu menemukan penyebab dari stroke secara
spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan
untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurimsa atau
malformasi vaskuler.
d. USG(Ultrasonografi) Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena
(masalah sistem karotis)
e. EEG (Elektroensefalografi)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya
impuls listrik dalam jaringan otak.
f. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah
yang berlawanan dari massa yang luas, kalsifikasi karotis interna
terdapat pada trombosis serebral; kalsifikasi parsial dinding
aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.
g. Pungsi Sakrum
28
c) Pemeriksaan Fisik
Menurut Purwanto (2016) dan Muttaqin (2012). Hal yang dilakukan
saat pengkajian pemeriksaan fisik meliputi :
1) Keadaan umum
Biasanya klien mengalami penurunan kesadaran dimana
tingkat kesadaran klien berkisar pada tingkat letargi, stuppor
semikomatosa, kadang mengalami gangguan bicara yang sulit
dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada tanda-tanda vital
: tekanan darah meningkat karena renjatan hipovolemik yang
sering terjadi pada klien stroke dengan tekanan darah terjadi
peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah
>200 mmHg) disertai denyut nadi bervariasi.
2) Kepala leher
a) Kepala
Klien pernah mengalami trauma kepala, adanya lesi,
hematom atau riwayat operasi.
b) Mata
33
7) Ekstremitas
Pada klien dengan stroke hemoragik biasanya ditemukan
hemiplegi paralisis atau hemiparase, serta gangguan pada
keseimbangan dan koordinasi akibat hemiparese dan
hemiplegia serta mengalami kelemahan otot dan perlu juga
di lakukan pengukuran kekuatan otot, dengan nilai normal : 5
f) Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah
yang berlawanan dari massa yang luas, kalsifikasi karotis
interna terdapat pada trombosis serebral; kalsifikasi parsial
dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.
g) Pungsi Sakrum
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada
cairan sakrum menunjukkan adanya hemoragik pada
subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial.
Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses
inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya di
jumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan
yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom)
sewaktu hari-hari pertama.
h) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan darah rutin, gula
darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah
(AGD), biokimia darah dan elektrolit
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan
pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan klien, dalam perumusan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan klien (Alimul, 2012).
Diagnosa Stroke (Purwanto, 2016, Muttaqin, 2012, dan
Smeltzer & Bare, 2010 ) :
a) Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan
perdarahan intrakranial, iskemia (embolisme/trombosis) dengan
faktor resiko seperti aterosklerosis aorta, diseksi arteri, aneurime
serebri, koagulasi intravaskuler diseminata, embolisme,cidera
37
3. intervensi keperawatan
Kolaborasi
1) kolaborasi penberian sedasi dan anti konvulsan
2) kolaborasi pemberian pelunak tinja
- mengeluh sulit 005 Gangguan L.0 Setelah dilakukan l.061 Dukungan ambulasi
menggerakkan 4 mobilitas fisik b.d 504 intervensi keperawatan 71 Tindakan
ekstremitas gangguan 2 selama 3x24 jam tingkat Observasi
- kekuatan otot muskuloskeletal perkusi perifer meningkat 1) identifikasi adanya nyeri atau keluhan
menurun dibuktikan dengan dengan kritria hasil : fisik lainnya
- rentang gerak - mengeluh sulit 1. pergerakan ekstremitas 2) identifikasi toleransi fisik melakukan
menurun menggerakkan meningkat ambulasi
- nyeri saat bergerak ekstremitas 2. kekuatan otot meningkat 3) monitor frekuensi jantung dan tekanan
- enggan melakukan - kekuatan otot 3. rentang gerak ROM darah sebelum melakukan ambulasi
pergerakan menurun meningkat
- merasa cemas saat - rentang gerak 4. nyeri menurun terapeutik
bergerak menurun 5. kaku sendi menurun 1) fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
- sendi kaku - nyeri saat 6. gerakan tidak bantu
- gerakan tidak bergerak terkoordinasi menurun 2) fasilitasi melakukan mobilitas fisik
terkoordinasi - enggan 7. gerakan terbatas 3) libatkan keluarga dalam kegiatan
- gerakan terbatas melakukan menurun
- fisik lemah pergerakan 8. kelemahan fisik edukasi
40
SOAP
Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal klien.
S : Subjective yang berisikan pernyataan atau keluhan dari klien
stroke berdasarkan keluhan yang hanya di rasakannya
O : Objective yang berisikan data yang diobservasi oleh perawat
atau keluarga dengan pengukuran yang valid
A : Analisys berisikan kesimpulan dari objektif dan subjektif
mengenai masalah yang di alami klien stroke apakah
perkembangan kesehatan klien meningkat atau tidak
P : Planning yang berisikan rencana tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya kepada klien stroke berdasarkan data dari
analisis...............
45
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian
jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan
atau kematian (Purwanto, 2016).
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan emboli seperti katup-
katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD), Infark
Miokard, Fibrilasi merupakan keadaan aritmia yang menyebabkan
berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk
gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan
mengeluarkan embolus-embolus kecil, endokarditis oleh bakteri dan
non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada
endokardium.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang
diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Pelayananan Kesehatan
Rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
terhadap klien dengan memberikan asuhan keperawatan yang
menggunakan tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian
sampai tahap evaluasi secara berkelanjutan dan berkesinambungan.
Rumah sakit diharapkan dapat mengawasi dan memberikan
motivasi pada perawat-perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan yan baik pada klien dengan Stroke. Rumah sakit
46
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Hidayat Aziz. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Jakarta : Salemba
Medika
Alimul, Hidayat Aziz. 2012. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Ed.2. Jakarta : Salemba
Medika
Bulecheck, Gloria M dan Butcher.2013. Nursing intervention classification (NIC) ed.5 USA :
Elsevier
Bulecheck, Gloria M dan Butcher.2013. Nursing Outcome classification (NOC) ed.6 USA :
Elsevier
Herdman,Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Diterjemahkan Budi Anna Keliath. Jakarta : EGC
Ismail.2010 . Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK UGM Di Unit Stroke. Diakses dari
http://clinicallupdates2010.files.wordpress.com/2010/03/microsoft-word-materi-dr-
ismail.pdf tanggal 13 November 2018 Jam 21.00 WIB
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014 . Diakses dari:
http://www.depkes.go.id tanggal 10 Oktober 2018 Jam 14.30 WIB
Lippincott Williams and Wilkin. 2010. Brunner dan Suddarth Textbook of medical surgical
Ed.12. USA : Wolters Kluwer
Marlyn E, Dooengoes. 2000 . Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika
Puji Wahyuningsih. Heni .2017. Anatomi Fisiologi. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Purwanto, Hadi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Hasil Riskesdas 2013. Diakses dari: http://www.depkes.go.id
tanggal 10 Oktober 2018 Jam 14.30 WIB
Satyanegara 2014. Ilmu Bedah saraf Edisi V. Jakarta : Gramedia
S Wibowo, Daniel. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Singapura: Elsevier
48
Smeltzer C.Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth
Vol.3. Jakarta : EGC