Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PELAKSANAAN PENYULUHAN

ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


STROKE

Pembimbing :
dr. Gde Ganjar Oka N., M.Ked. Klin., Sp. KFR

DISUSUN OLEH :

Kelompok DM 47 H

Erza Asror Rachman 20220420036


Liony Ivania Lauwis 20220420037
Rizaldy Darmawan 20220420038
Orchita Rosadila Haryono 20220420039
Gregorio Giantphalosa Bama Putra 20220420040

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH


BEKERJA SAMA DENGAN
INSTALASI PKRS RUMAH SAKIT RS ANWAR MEDIKA
TA 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dengan judul “Stroke” ini telah


dikonsulkan dan telah dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Jumat, 30 Juni 2023
Tempat : Ruang Tunggu Klinik Rehabilitasi Medika RS Citra Medika
Sidoarjo
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien

Sidoarjo, 30 Juni 2023

Menyetujui,
Penaksana, Dokter Penanggung Jawab

dr. Joko Sriwibowo dr., Gde Ganjar Oka N., M.Ked. Klin., Sp.KFR

Menyetujui,
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Hang Tuah

dr. Djati Widodo Edi P, M.Kes


DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………..ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………….……………iii
SATUAN ACARA PENYULUHAN ……………………………….……………1
1. Tujuan Umum…………………………………………….……………1
2. Tujuan Khusus…………………………………………………………1
3. Materi…………………………………………………….….…………1

1.1 Latar Belakang………………...………………………………2


1.2 Definisi Stroke…………...……………………………………4
1.3 Epidemiologi.…………….……………………...……………4
1.4 Klasifikasi…………………..…………………...……………5
1.5 Patofisiologi………………...……………………...…………7
1.6 Manifestasi Klinis…………………….…………....…………9
1.7 Faktor resiko……………………………….…...…….………9
1.8 Diagnosis………………………………………………….…11
1.9 Siriraj Stroke Score…………………….………...…….……13
1.10 Tatalaksana Stroke..………………….…………...…………14
1.11 Program Rehabilitasi Medis………………………………...17
1.12 Komplikasi…………………………………………..……...20
1.13 Prognosis……………………………………………………20
4. Metode………………………………………………………………..21
5. Media…………………………………………………………………21
6. Kegiatan Penyuluhan…………………………………………………21
7. Evaluasi………………………………………………………………22
8. Pengorganisasian……………………………………………………..23
9. Denah Ruangan………………………………………………………23

LAMPIRAN…..………………………………………………………………..25
1. Daftar Pustaka………………………………………………………..25
2. Lembar Observasi…………………………………………………....27
3. Poster dan Brosur…………………………………………………….29
4. Lampiran dan Dokumentasi……………….…………………………31
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“Stroke”

Topik : Stroke
Sub. Topik : Pengertian dan Tatalaksana Stroke
Hari/Tanggal : Jumat, 30 Juni 2023
Waktu/Jam : 30 menit/09.00-09.30 WIB
Tempat : Ruang Tunggu RS Citra Medika
Peserta : Pasien dan keluarga pasien

1. Tujuan umum
Setelah diberikan informasi dan edukasi baik pasien, keluarga pasien,
maupun pengunjung rumah sakit lainnya dapat memahami dan mengerti
tentang penyakit stroke

2. Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta
penyuluhan:
1. Memahami definisi stroke
2. Memahami klasifikasi stroke
3. Memahami etiologi stroke
4. Memahami patofisiologi stroke
5. Memahami gambaran klinis stroke

3. Materi
Topik/Judul : Stroke

1
BAB 1

LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang

Stroke menurut WHO merupakan sindroma klinis yang mempunyai


tanda-tanda klinis berupa defisit neurologik fokal yang berkembang secara
cepat, berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat semakin parah ataupun
dapat menimbulkan kematian (Naik, 2019).

Menurut data World Stroke Organization menunjukkan bahwa setiap


tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi
akibat penyakit stroke. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian dan
disabilitas akibat stroke terjadi pada negara berpendapatan rendah dan
menengah. Selama 15 tahun terakhir, rata-rata stroke terjadi dan
menyebabkan kematian lebih banyak pada negara berpendapatan rendah dan
menengah dibandingkan dengan negara berpendapatan tinggi. Prevalensi
stroke bervariasi di berbagai belahan dunia. Prevalensi stroke di Amerika
Serikat adalah sekitar 7 juta (3,0%), sedangkan di Cina prevalensi stroke 2
berkisar antara (1,8%) (pedesaan) dan (9,4%) (perkotaan). Di seluruh dunia,
Cina merupakan negara dengan tingkat kematian cukup tinggi akibat stroke
(19,9% dari seluruh kematian di Cina), bersama dengan Afrika dan Amerika
Utara (Mutiarasari, 2019).

Penyakit Stroke menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi di


Indonesia pada tahun 2014. Prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018
berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun pada tahun 2013
terdapat 7% atau diperkirakan 1.236.825 penduduk yang terkena stroke dan
pada tahun 2018 menungkat menjadi 10,9% atau diperkirakan sebanyak
2.120.362 orang. Jawa Timur menempati posisi kedelapan terbanyak penderita
stroke di Indonesia. Berdasarkan Data Riskesdas (2018), provinsi tertinggi
prevalensi stroke berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15
tahun menurut provinsi yaitu Kalimantan Timur (14,7‰), DIY Yogyakarta
(14,6‰), Sulawesi Utara (14,2‰), Kepulauan Riau (12,9‰), Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Utara (12,7). (Kemenkes RI, 2018)

2
Penyakit stroke dapat disebabkan oleh berbagai penyakit sistemik lain
seperti hipertensi, diabetes melitus, dan hiperkolesterol. Selain itu, stroke dapat
disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol,
terpapar berbagai polusi dan kurangnya aktivitas. (Pratiwi, 2017)

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Stroke

Stroke menurut WHO merupakan sindroma klinis yang mempunyai


tanda-tanda klinis berupa defisit neurologik fokal yang berkembang secara
cepat, berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat semakin parah ataupun
dapat menimbulkan kematian (Acute Ischemic Stroke: Management
Approach, 2019)
Stroke juga dapat disebabkan oleh menurunnya atau tidak adanya
aliran darah pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis, yang dapat
disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah arteri maupun
vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi (PPK
Neurologi, 2016).

2.2 Epidemiologi

Menurut data World Stroke Organization menunjukkan bahwa setiap


tahunnya ada 13,7 juta kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi
akibat penyakit stroke. Sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian dan
disabilitas akibat stroke terjadi pada negara berpendapatan rendah dan
menengah. Selama 15 tahun terakhir, rata-rata stroke terjadi dan menyebabkan
kematian lebih banyak pada negara berpendapatan rendah dan menengah
dibandingkan dengan negara berpendapatan tinggi. Prevalensi stroke
bervariasi di berbagai belahan dunia. Prevalensi stroke di Amerika Serikat
adalah sekitar 7 juta (3,0%), sedangkan di Cina prevalensi stroke 2 berkisar
antara (1,8%) (pedesaan) dan (9,4%) (perkotaan). Di seluruh dunia, Cina
merupakan negara dengan tingkat kematian cukup tinggi akibat stroke (19,9%
dari seluruh kematian di Cina), bersama dengan Afrika dan Amerika Utara
(Mutiarasari, 2019)

Penyakit Stroke menjadi penyakit penyebab kematian tertinggi di


Indonesia pada tahun 2014. Prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018
berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun pada tahun 2013
terdapat 7% atau diperkirakan 1.236.825 penduduk yang terkena stroke dan
4
pada tahun 2018 menungkat menjadi 10,9% atau diperkirakan sebanyak
2.120.362 orang. Jawa Timur menempati posisi kedelapan terbanyak penderita
stroke di Indonesia. Berdasarkan Data Riskesdas (2018), provinsi tertinggi
prevalensi stroke berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15
tahun menurut provinsi yaitu Kalimantan Timur (14,7‰), DIY Yogyakarta
(14,6‰), Sulawesi Utara (14,2‰), Kepulauan Riau (12,9‰), Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Utara (12,7‰), Bangka Belitung (12,6‰), dan
Jawa Timur (12,4‰) (Kemenkes RI, 2018)

2.3 Klasifikasi Stroke


1. Berdasarkan Waktu
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA atau serangan iskemia sementara merupakan stroke yang
terjadi karena adanya gangguan peredaran darah pada otak akibat
dari emboli maupun thrombosis dengan gejala neurologis dan
gejalanya akan menghilang dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
Gejala neurologis Pada RIND atau defisit neurologis iskemia
sementara akan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam sampai
21 hari.
c. Stroke in Evolution atau stroke progresif
Stroke yang sedang terjadi dan gejala neurologis yang timbul
semakin memberat.
d. Completed Stroke atau stroke komplit
Merupakan stroke dengan gejala neurologis yang menetap dan tidak
berkembang lagi. (Annisa, 2018)

2. Berdasarkan Etiologi

a. Stroke Iskemik
Stroke iskemik diakibatkan timbulnya hambatan pada
pembuluh yang mensuplai darah ke otak. Penyebab obstruksinya biasa
disebut sebagai ateroskelrosis yang merupakan adanya peningkatan
deposit lemak yang melapisi pembuluh darah. Kondisi ini
5
mengakibatkan adanya dua hambatan yaitu trombosis serebral dan
emboli serebral. Trombus terbentuk oleh adanya proses aterosklerosis
pada arkus aorta, arteri karotis maupun pembuluh darah serebral.
Proses ini diawali oleh cedera endotel dan inflamasi yang
mengakibatkan terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah. Plak
akan berkembang semakin lama semakin tebal dan sklerotik. Trombus
dapat lepas dan menjadi embolus menyebabkan oklusi dalam
pembuluh darah tersebut. Trombosis serebral mengacu pada trombus
(bekuan darah) yang berkembang di bagian pembuluh darah yang
tersumbat (American Stroke Assosiation, 2016).
Emboli serebral mengacu pada bekuan darah yang umumnya
terbentuk pada lokasi lain pada sistem peredaran darah, biasanya
jantung dan arteri besar di dada bagian atas dan leher. Sebagian dari
pecahan bekuan darah lepas, memasuki aliran darah dan berjalan
melalui pembuluh darah otak hingga mencapai pada pembuluh darah
yang lebih kecil untuk dimasuki oleh plak tersebut. Penyebab penting
kedua terjadinya emboli adalah denyut jantung yang tidak teratur,
yang dikenal sebagai fibrilasi atrium. Ini menyebabkan kondisi
dimana bekuan darah terbentuk di jantung kemudian lepas dan
berjalan ke otak. Lama kelamaan akan terjadi iskemia jaringan otak
yang menyebabkan kerusakan yang bersifat sementara atau menjadi
permanen yang disebut infark (Ulaan B., 2013, American Stroke
Assosiation, 2016).
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan akibat dari pembuluh darah yang
melemah kemudian pecah dan menyebabkan pendarahan di sekitar
otak. Darah yang keluar kemudian terakumulasi dan menekan jaringan
sekitar otak. Hal ini disebabkan karena dua hal, yaitu anuerisma dan
arteriovenous malformation. Anuerisma merupakan pembuluh darah
lemah yang membentuk balon yang jika dibiarkan akan menyebabkan
ruptur dan berdarah hingga ke otak. Sedangkan arteriovenous
malformation merupakan sekelompok pembuluh darah yang terbentuk
secara abnormal dan salah satu satu dari pembuluh darah itu dapat
6
mengalami ruptur dan meyebabkan darah masuk ke otak, biasanya
terjadi karena hipertensi, aterosklerosis, kebiasaan merokok dan faktor
usia. Ada dua tipe stroke hemoragik, yaitu intracerebral hemmorhage
dan subarachnoid hemorrhage (American Stroke Asociation, 2016;
Becske et al., 2016).
Intracerebral hemorrhage (ICH) biasanya disebabkan
hipertensi yang meyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah,
disfungsi autoregulatori dengan aliran otak yang berlebihan,
arteriopati, aneurisma intracranial (biasanya juga terjadi pada
pendarahan subarachnoid), arteriovenous malformation (penyebab
pada 60% kasus), trombosis vena sinus serebral dan infark vena, tumor
otak (<5% kasus ICH) dan tumor SSP primer, dan penyalahan
penggunaan obat (misalnya, kokain dan amfetamin) (de Oliveira
Manoel et al., 2016; Liebeskind et al., 2016). Subarachnoid
hemorrhage 80% disebabkan karena aneurisma intrakranial, kemudian
diikuti oleh arteriovenous malformation sebagai sebab kedua dengan
persentase 10%, sisanya disebabkan karena angioma, tumor, dan
trombosis kortikal (Becske et al., 2016).

2.4 Patofisiologi
Stroke didefinisikan sebagai serangan neurologis mendadak yang
disebabkan oleh gangguan perfusi melalui pembuluh darah ke otak.
Penting untuk memahami anatomi neurovaskular untuk mempelajari
manifestasi klinis stroke. Aliran darah ke otak diatur oleh dua arteri karotis
interna di anterior dan dua arteri vertebralis di posterior (lingkaran Willis).
Stroke iskemik disebabkan oleh kekurangan suplai darah dan oksigen ke
otak; stroke hemoragik disebabkan oleh pendarahan atau kebocoran
pembuluh darahh Oklusi iskemik berkontribusi sekitar 85% dari pasien
stroke, dengan sisanya karena perdarahan intraserebral. Oklusi iskemik
menghasilkan kondisi trombotik dan emboli di otak. Pada trombosis,
aliran darah dipengaruhi oleh penyempitan pembuluh akibat
aterosklerosis. Penumpukan plak pada akhirnya akan menyempitkan
ruang pembuluh darah dan membentuk gumpalan, menyebabkan stroke
7
trombotik Pada stroke emboli, penurunan aliran darah ke daerah otak
menyebabkan emboli; aliran darah ke otak berkurang, menyebabkan stres
berat dan kematian sel sebelum waktunya (nekrosis). Nekrosis diikuti
dengan disrupsi membran plasma, pembengkakan organel dan bocornya
isi seluler ke ruang ekstraseluler, dan hilangnya fungsi saraf. Peristiwa
penting lainnya yang berkontribusi terhadap patologi stroke adalah
peradangan, kegagalan energi, hilangnya homeostasis, asidosis,
peningkatan kadar kalsium intraseluler, eksitotoksisitas, toksisitas yang
dimediasi radikal bebas, sitotoksisitas yang dimediasi sitokin, aktivasi
komplemen, gangguan sawar darah-otak, aktivasi sel glial, stres oksidatif
dan infiltrasi leukosit.
Stroke hemoragik menyumbang sekitar 10-15% dari semua stroke
dan memiliki tingkat kematian yang tinggi. Pada kondisi ini, tekanan pada
jaringan otak dan luka dalam menyebabkan pembuluh darah pecah. Ini
menghasilkan efek toksik pada sistem vaskular, mengakibatkan infark. Ini
diklasifikasikan menjadi perdarahan intraserebral dan subarachnoid. Pada
ICH, pembuluh darah pecah dan menyebabkan akumulasi abnormal darah
di dalam otak. Alasan utama ICH adalah hipertensi, gangguan pembuluh
darah, penggunaan antikoagulan dan agen trombolitik yang berlebihan.
Pada perdarahan subarachnoid, darah menumpuk di ruang subarachnoid
otak akibat cedera kepala atau aneurisma serebral. (Kuriakose & Xiao,
2020)

2.5 Manifestasi Klinis

8
Tanda gejala umum stroke meliputi: Onset mendadak hemiparese,
monoparese, atau quadriparese
a. Defisit hemisensorik
b. Defisit lapang pandang monocular atau binocular
c. Diplopia
d. Disarthria
e. Kelemahan otot wajah unilateral
f. Ataksia
g. Vertigo (sangat jarang muncul sebagai gejala tunggal)
h. Nystagmus
i. Afasia
j. Penurunan kesadaran mendadak
Meskipun tanda-gejala diatas dapat terjadi sebagai gejala tunggal
(isolated), namun lebih sering terjadi sebagai kombinasi (Budianto et al.
2021).
Pada stroke hemoragik menimbulkan gejala neurologis mendadak
dan seringkali diikuti gejala nyeri kepala yang berat pada saat
melakukan aktivitas akibat efek desak ruang atau peningkatan tekanan
intrakranial (TIK). Gejala klinis atau keluhan yang biasanya mucul
meliputi penurunan tingkat kesadaran, muntah, sakit kepala, kejang dan
tekanan darah yang sangat tinggi mungkin menunjukkan adanya stroke
hemoragik. Sakit kepala merupakan gejala awal yang paling sering
dialami pasien seiring dengan perluasan hematom yang menyebabkan
peningkatan TIK dan efek desak ruang pada otak. Gejala lain yang dapat
muncul berupa kaku kuduk yang terjadi akibat perdarahan di talamus,
kaudatus, dan serebelum. (Setiawan, 2020)
2.6 Faktor Risiko

A. Faktor Risiko yang Tidak Dapat di Modifikasi


Dalam hal ini termasuk usia, jenis kelamin, etnis, dan genetik.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang berusia 20-54 tahun berisiko
lebih tinggi terkena stroke. Wanita memiliki risiko stroke yang sama atau
lebih besar daripada pria. Penelitian di AS menunjukkan bahwa populasi
Hispanik dan kulit hitam berisiko lebih tinggi terkena stroke dibandingkan
9
populasi kulit putih; terutama, kejadian stroke hemoragik secara signifikan
lebih tinggi pada orang kulit hitam daripada populasi kulit putih yang sesuai
usia
Risiko genetik sebanding dengan usia, jenis kelamin, dan ras
individu, tetapi banyak mekanisme genetik dapat meningkatkan risiko
stroke. Faktor risiko genetik meliputi :
a. Riwayat stroke keluarga meningkatkan kemungkinan seseorang
mengalami gangguan neurologis.
b. Mutasi gen tunggal yang langka dapat berkontribusi pada patofisiologi
di mana stroke merupakan manifestasi klinis utama, seperti pada
arteriopati autosomal dominan serebral.
c. Stroke dapat menjadi salah satu dari banyak efek samping dari berbagai
sindrom yang disebabkan oleh mutasi genetik, seperti anemia sel sabit.
d. Beberapa varian genetik yang umum dikaitkan dengan peningkatan
risiko stroke, seperti polimorfisme genetik

B. Faktor Risiko yang Dapat di Modifikasi


1) Hipertensi : Ini adalah salah satu faktor risiko utama untuk stroke.
Dalam sebuah penelitian, tekanan darah (TD) minimal 160/90 mmHg
dan riwayat hipertensi dianggap sebagai predisposisi yang sama
pentingnya untuk stroke.
2) Diabetes : Diabetes menggandakan risiko stroke iskemik dan
memberikan tingkat kematian sekitar 20% lebih tinggi. Selain itu,
prognosis untuk individu diabetes setelah stroke lebih buruk daripada
pasien non-diabetes, termasuk tingkat kecacatan parah yang lebih tinggi
dan pemulihan yang lebih lambat. Pengaturan ketat kadar glikemik saja
tidak efektif; intervensi medis ditambah modifikasi perilaku dapat
membantu mengurangi keparahan stroke bagi penderita diabetes.
3) Riwayat Stroke. Bila seseorang telah mengalami stroke, hal ini akan
meningkatkan terjadinya serangan stroke kembali. Dalam waktu 5
tahun, kemungkinan akan terjadi stroke kembali sebanyak 35-42%.

4) Hiperlipidemia : Merupakan kontributor utama penyakit jantung


koroner. Kolesterol total dikaitkan dengan risiko stroke, oleh karena itu
10
evaluasi profil lipid memungkinkan perkiraan risiko stroke. Dalam
sebuah penelitian, kadar HDL yang rendah (<0,90 mmol/L), kadar
trigliserida total yang tinggi (>2,30 mmol/L) dan hipertensi dikaitkan
dengan peningkatan dua kali lipat risiko kematian terkait stroke
5) Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan : Konsumsi alkohol dapat
meningkatkan risiko stroke begitu juga dengan penggunaan zat
terlarang seperti kokain, heroin, phencyclidine (PCP), lysergic acid
dietilamid (LSD), kanabis/ganja atau amfetamin. Penggunaan
obatobatan terlarang adalah faktor predisposisi umum untuk stroke di
antara individu berusia di bawah 35 tahun.
6) Merokok : Merokok tembakau secara langsung terkait dengan
peningkatan risiko stroke. Perokok rata-rata memiliki dua kali
kemungkinan menderita stroke dibandingkan dengan bukan perokok.
7) Kurangnya aktivitas fisik dan pola hidup yang buruk dikaitkan dengan
peningkatan risiko stroke. Aktivitas fisik yang tidak mencukupi terkait
dengan masalah kesehatan lainnya seperti tekanan darah tinggi, obesitas
dan diabetes. Pola makan yang buruk memengaruhi risiko stroke,
berkontribusi terhadap hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan
diabetes. Komponen makanan tertentu diketahui dapat meningkatkan
risiko; misalnya, asupan garam yang berlebihan dikaitkan dengan
hipertensi dan stroke. (Kuriakose & Xiao, 2020)
2.7 Diagnosis
Penegakan diagnosis stroke memerlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologis, serta pemeriksaan
penunjang. Hasil dari pemeriksaan sangat penting guna menentukan
tipe stroke yang akan berkaitan dengan tatalaksana yang diberikan.
a. Anamnesis
Gejala klinis atau keluhan yang biasanya muncul terdiri dari
defisit neurologis fokal dengan onset mendadak. Penurunan tingkat
kesadaran, muntah, sakit kepala, kejang dan tekanan darah yang
sangat tinggi mungkin menunjukkan adanya stroke hemoragik. Sakit
kepala merupakan gejala awal yang paling sering dialami pasien
seiring dengan perluasan hematom yang menyebabkan peningkatan
11
TIK dan efek desak ruang pada otak. Gejala lain yang dapat muncul
berupa kaku kuduk yang terjadi akibat perdarahan di talamus,
kaudatus, dan serebelum.
b. Pemeriksaan Fisik
Penilaian klinis yang dapat dilakukan dengan pengukuran tanda
vital, tingkat kesadaran, dan pemeriksaan fisik umum neurologis
harus dilakukan pada semua pasien stroke. Pada pemeriksaan fisik
juga dapat dilakukan pemeriksaan kepala, telinga, hidung dan
tenggorokan dan ekstremitas. Pemeriksaan ekstremitas digunakan
untuk mencari edema tungkai yang diakibatkan trombosis vena.
c. Pemeriksaan Neurologis
American Heart Association and American Stroke Association
(AHA/ASA) merekomendasikan penerapan rutin skor keparahan
dasar neurologis menggunakan Glasglow Coma Scale (GCS). Pada
pemeriksaan neurologis lainnya, dilakukan pemeriksaan refleks batang
otak, pemeriksaan nervus kranalis, serta pemeriksaan refleks fisilogis
dan patologis. Pemeriksaan neurologis dilakukan dengan
membandingkan sisi kanan dan kiri, serta sisi atas dan bawah untuk
menentukan luas dan lokasi lesi. (Setiawan, 2020)
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Computed tomography (CT) scan
CT scan merupakan pemeriksaan yang menggunakan radiasi sinar X
untuk mendapatkan gambaran tiga dimensi (3D) dari otak. Lama
pemeriksaan CT scan adalah sekitar 10 menit. CT scan digunakan untuk
menegakkan diagnosis stroke dan membedakan apakah disebabkan
oleh perdarahan atau sumbatan. Kondisi ini perlu dinilai secara cepat
untuk menentukan pengobatan yang tepat. Jika diperlukan, CT
angiografi (CTA) menggunakan kontras yang disuntikkan melalui
pembuluh darah vena dapat dilakukan untuk memperlihatkan pembuluh
darah dengan lebih jelas. Dengan CTA, pembuluh darah yang
mengalami penyempitan atau sumbatan total dapat diketahui.
2. Magnetic resonance imaging (MRI)

12
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan medan magnet
kuat. Pemeriksaan ini tidak menggunakan radiasi. Dibandingkan CT
scan, gambaran jaringan otak dan struktur lainnya di dalam kepala dapat
terlihat lebih detil. Penilaian pembuluh darah juga dapat dilakukan
dengan pemeriksaan MR angiografi (MRA). Selain itu, MRI dapat
memperkirakan berapa lama stroke sudah terjadi. Namun, pemeriksaan
ini membutuhkan waktu lebih lama, yaitu sekitar 45 menit – 1 jam.
3. Laboratorium

a. Glukosa darah

Hipoglikemi dan hiperglikemia dapat menunjukkan tanda


neurologis fokal dan terlihat sebagai stroke. Hipoglikemi
membutuhkan administrasi cepat glukosa untuk menghindari cedera
otak permanen.
b. CBC

CBC dapat mencari penyebab stroke (misal polisitemia, anemia


dari hemoglobonopathy), atau menunjukkan infeksi yang dapat
mempersulit. Platelet count kurang dari 100,000/mL merupakan
kontraindikasi terapi trombolisis untuk stroke.
c. Tes koagulasi

Adanya defek koagulasi karena obat anticoagulant atau disfungsi


liver dapat mempengaruhi kelayakan terapi trombolisis.

4. ECG (Electrocardiogram)

Untuk mendeteksi myocardial infarction atau cardiac arrhythmias


seperti atrial fibrillation yang merupakan predisposisi stroke (Simon,
Aminoff and Greenberg, 2018; Denny et al., 2020).

2.8 Siriraj Stroke Score


Siriraj Stroke Score (SSS) merupakan salah satu penilaian yang
dikembangkan oleh Poungvarin dan Viriyavejakul tahun 1991 untuk
menilai diagnosa klinis awal terkait dengan jenis penyebab stroke yaitu
iskemik dan hemoragik. SSS dikembangkan dengan alasan bahwa
13
pemeriksaan CT-Scan belum tentu dapat dilakukan pada daerah-daerah
terpencil dimana fasilitas kesehatannya masih sangat terbatas dan
transportasi yang masih sangat terbatas untuk dapat membawa pasien ke
rumah sakit dimana tersedia CT-Scan.

Gambar 3. Siriraj Stroke Score


Adapun interpretasi dari SSS adalah apabila skor SSS > 1 berarti pasien
mengalami stroke hemoragik (perdarahan), dan apabila skor SSS < 1 maka
pasien mengalami stroke iskemik. Apabila skor antara -1 dan 1 maka
hasilnya adalah samar-samar dan membutuhkan intervensi pemeriksaan CT-
Scan sesegera mungkin. (Pujiastuti & Azaria, 2018)

2.9 Tatalaksana Stroke

14
Gambar 4. Algoritma Tatalaksana Stroke

Gamma aminobutyric acid (GABA) agonis : Clomethiazole adalah agonis


GABA yang telah diuji kemampuannya untuk memperbaiki gejala stroke
pada pasien

Pemblokir saluran natrium (Na + ) : Pemblokir saluran Na + telah digunakan


sebagai agen pelindung saraf dengan mencegah kematian neuron dan
mengurangi kerusakan white matter. Mexiletine dan Lubeluzole adalah
neuroprotectant dan Na + channel blocker yang terbukti efektif pada stroke
iskemik.

Antioksidan : Pada stroke iskemik, kelebihan produksi radikal bebas dan


inaktivasi agen detoksifikasi menyebabkan ketidakseimbangan redoks.
Fenomena ini menyebabkan stres oksidatif, diikuti oleh cedera saraf. Oleh
karena itu, antioksidan digunakan dalam pengobatan stroke akut untuk
menghambat atau mengais produksi radikal bebas dan mendegradasi
radikal bebas dalam sistem.

Reperfusi

1. Trombolitik intravena (IVT) : Obat-obatan yang digunakan dalam


pengobatan IVT bertujuan untuk menginisasi pembentukan
fibrinolisin, yang mengkatalisis bekuan darah yang menyumbat
pembuluh darah otak. Obat IVT yang paling efektif, aktivator
plasminogen jaringan rekombinan (rt-PA, atau alteplase), diketahui
bahwa obat ini efektif mengurangi diameter bekuan darah pada pasien
stroke. Aktivator fibrin seperti alteplase, reteplase dan tenecteplase
mengubah plasminogen menjadi plasmin secara langsung, sedangkan
aktivator non-fibrin seperti obat streptokinase dan staphylokinase
melakukannya secara tidak langsung.
2. Trombolisis Intra-arteri (IAT) : Perawatan ini paling efektif dalam
enam jam pertama onset oklusi pada MCA (Middle Cerebral Artery),
dan membutuhkan dokter yang berpengalaman dan teknik angiografi.
(Kuriakose & Xiao, 2020)
15
Terapi Lain

1) Terapi antihipertensi :

a. Nicardipine 5 mg/jam sebagai dosis awal, lalu dinaikkan 2,5 mg/jam


setiap 5-15 menit sampai efek yang diinginkan. Dosis maksimumnya
adalah 15 mg/jam.
b. Labetalol diberikan dosis intermitten 10-20 mg IV dalam 1-2 menit,
boleh diulang satu kali.
c. Hydralazine dapat diberikan 10-20 mg IV setiap 4-6 jam. Hydralazine
sebaiknya tidak dijadikan pilihan utama karena walaupun waktu
paruhnya hanya 3 jam, tetapi efeknya pada tekanan darah dapat
bertahan hingga 100 jam sehingga efeknya tidak dapat diprediksi.
d. Enalaprilat dapat diberikan 0,625-1,2 mg IV setiap 6 jam.
e. Natrium nitroprusside seharusnya dihindari pada kasus kegawatan
neurologi karena dapat meningkatkan ICP. Tetapi jika dibutuhkan
penurunan tekanan darah segera dan obat lain tidak efektif, pasien dapat
diberikan natrium nitroprusside 0,25-10 μg/kg/menit. Dosis awal
sebaiknya lebih rendah. Pasien tidak boleh mendapat nitroprusside lebih
dari 24 jam dan dosis tertinggi yang dapat diberikan adalah 2
μg/kg/menit.
f. Diltiazem merupakan salah satu pilihan pada hipertensi emergensi dan
hipertensif ensefalopati, juga dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah pada stroke iskemik akut yang akan diberikan
trombolitik. Diltiazem juga dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah pada stroke perdarahan tanpa menimbulkan peningkatan
tekanan intrakranial. Obat ini secara spesifik dapat menurunkan tekanan
darah pada kasus stroke dengan komorbid takiaritmia, angina tidak
stabil, miokard infark, dan supra ventricular tachycardia.
g. Obat antihipertensi parenteral lainnya.

2) Manajemen glukosa :

16
Anti-diabetes untuk manajemen gula darah dengan insulin maupun
anti diabetes oral

3) Terapi antiplatelet dan antikoagulan :

a. Antikoagulan
Pemberian antikoagulan rutin terhadap pasien stroke iskemik akut
dengan tujuan untuk memperbaiki keluaran neurologik atau sebagai
pencegahan dini terjadinya stroke ulang tidak direkomendasi.
Pengobatan antikoagulan dalam 24 jam terhadap pasien yang mendapat
rtPA (Alteplase) intravena tidak direkomendasikan.
b. Antiplatelet
Pemberian aspirin dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut
dengan dosis awal 160-325 mg dalam 24-48 jam setelah onset.
Pemberian aspirin tidak menggantikan fungsi rtPA (Alteplase) atau
trombektomi pada pasien yang terindikasi. Pemberian aspirin umumnya
ditunda sampai 24 jam setelah terapi, kecuali jika diketahui penundaan
aspirin menimbulkan risiko. Ticagrelor tidak direkomendasikan
disbanding aspirin pada pasien stroke minor. Pemberian dual
antiplatelet (aspirin dan clopidogrel) dalam 24 jam selama 21 hari pada
pasien dengan stroke minor bermanfaat untuk mencegah risiko stroke
sekunder hingga 90 hari setelah stroke. (Moeloek, 2019).

2.10 Program Rehabilitasi Medis Pada Pasien Stroke

Perhatian utama rehabilitasi adalah evaluasi potensi perkembangan


pasien dengan rehabilitasi yang intensif. Tujuan dari rehabilitasi harus
realistis dan fleksibel sebab status neurologis dari pasien dan derajat
kelainan biasanya berubah seiring waktu. Hal terbaik didapatkan jika
pasien dan keluarga berpartisipasi dalam mencapai tujuan rehabilitasi
(Harvey et al, 2011).
1. Fase awal
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan
melindungi fungsi yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin
setelah keadaan umum memungkinkan dimulainya rehabilitasi.
17
Halhal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan
lingkup gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar
dimulai penanganan masalah emosional.
2. Fase lanjutan
Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional
dalam mobilisasi dan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Fase ini
dimulai pada waktu penderita secara medik telah stabil. Biasanya
penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya mobilisasi
dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan
subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program
pada fase ini meliputi: a) Fisioterapi

1) Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot


(kekuatan 2 ke bawah).
2) Diberikan terapi panas superficial (infrared) untuk melemaskan
otot.
3) Latihan lingkup gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif
tergantung dari kekuatan otot.
4) Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.
5) Latihan fasilitasi atau reedukasi otot.
6) Latihan mobilisasi.

b) Okupasi Terapi
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS), meskipun
pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena
belum tentu baik. Dengan alat bantu yang disesuaikan, AKS
dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat
dikerjakan. Kemandirian dapat dipermudah dengan pemakaian
alat-alat yang disesuaikan.
c) Terapi Bicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan
komunikasi. Ini dapat ditangani oleh speech therapist dengan
cara:

18
1) Latihan pernapasan (pre speech training) berupa latihan napas,
menelan, meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.
2) Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan
mengucapkan kata-kata.
3) Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi
mengucapkan kata-kata.
4) Pelaksana terapi adalah tim medic dan keluarga.
d) Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat
ganti dalam membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat
yang sering digunakan antara lain: arm sling, walker, wheel chair,
knee back slap, short leg brace, cock-up splint, ankle foot orthotic
(AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO).
e) Psikologi

Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut


akan melampaui serial fase psikologis, yaitu: fase syok, fase
penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan. Sebagian
penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan
sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu
fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus
berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima
rehabilitasi.
f) Sosial Medik dan Vokasional
Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan
wawancara keluarga, keterangan tentang pekerjaan, kegemaran,
sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta keadaan rumah
penderita.
2.11 Komplikasi
Sebagian besar komplikasi medis berkembang dalam beberapa
minggu pertama stroke. Seperti kelainan jantung, disfagia, dan
pneumonia, sering timbul lebih awal setelah serangan stroke
daripada yang lain. Timbulnya luka di tempat tidur, trombosis
vena, dan jatuh, dapat terjadi setelah beberapa hari. Banyak
19
komplikasi dapat dicegah atau, bila hal ini tidak memungkinkan,
pengobatan dini dapat efektif dalam memperbaiki kejadian ini saat
mulai timbul gejalanya (Kumar et al, 2013).
2.12 Prognosis
Prognosis dari cerebrovascular accident sangat tergantung pada
derajat, struktur yang terlibat, area yang terlibat, waktu identifikasi
dan diagnosis, waktu memulai pengobatan, lama, dan intensitas
terapi fisik dan okupasi, dan fungsi dasar. Usia yang lebih tua,
gangguan kesadaran, afasia, dan tanda-tanda terlibatnya batang
otak menunjukkan prognosis yang buruk. Sedangkan stroke infark
dengan perbaikan dini pada usia yang lebih muda menunjukkan
prognosis yang baik. Pemulihan neurologis lengkap terjadi pada
sekitar 10%. Pasien yang pernah mengalami stroke berisiko tinggi
mengalami stroke berikutnya dan masing-masing cenderung
memperburuk fungsi neurologis. Sekitar 25% pasien yang sembuh
dari stroke pertama mengalami stroke lagi dalam waktu 5 tahun
(Chong, 2020).

20
4. METODE
Pemaparan materi dan tanya jawab

5. MEDIA
Pemaparan dengan media poster dan brosur.

6. KEGIATAN PENYULUHAN
No Kegiatan Penyuluhan Peserta Waktu

1. Pembukaan Pengucapan salam Menjawab salam 5


Pembukaan menit
Memperkenalkan diri Memperhatikan
Mengkomunikasikan tujuan

2. Kegiatan inti Memperhatikan 10


penjelasan menit
Memahami dan menguraikan penyuluhan
materi tentang: dengan cermat
1. Definisi Stroke
2. Klasifikasi Stroke Memperhatikan
3. Etiologi Stroke jawaban penyuluh
4. Patofisiologi Stroke
5. Gambaran klinis Stroke

21
3. Sesi tanya 1. Tanya jawab 1. Peserta 10
jawab 2. Pembagian leaflet diperkenankan menit
untuk
memberikan
pertanyaan
atau tanggapan
kepada penyaji
2.Memperhatikan
jawaban
penyaji dan
fasilitator
3. Memberikan
kesimpulan
dari materi
penyuluhan
yang telah
disampaikan.

4. Penutup 1. Mengucapkan terima kasih Menjawab salam 5


2. Mengucapkan salam menit
penutup

7. EVALUASI
Diberikan setelah pemaparan materi dengan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan.
Kriteria Evaluasi
Evaluasi Struktur
1) Pasien dan keluarga hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan.
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang Tunggu Klinik Rehabilitasi
Medik RS Anwar Medika
3) Pengorganisasian penyuluhan dilakukan pada hari pelaksanaan.
Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
2) Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai.
3) Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.

22
4) Peserta mau sharing atau berbagi pendapat mengenai apa yang dipahami
mengenai penyakit skoliosis thoracal
Evaluasi Hasil
1) Prosedur
2) Bentuk: pertanyaan terbuka a) Memahami definisi Stroke
b) Memahami klasifikasi Stroke
c) Memahami epidemiologi Stroke
d) Memahami etiologi Stroke
e) Memahami gambaran klinis Stroke
f) Memahami diagnosa Stroke
g) Memahami tata laksana Stroke
h) Memahami prognosis Stroke
3) Presentasi
Hasil: Sasaran mampu menjawab pertanyaan
a. >80% = Berhasil
b. 50-80% = Cukup
c. <50% = Kurang berhasil

8. PENGORGANISASIAN

Penyaji :

1. Liony Ivania Lauwis


2. Orchita Rosadila Haryono

Moderator : Erza Asror Rachman


Fasilitator : Perawat
Notulen : Rizaldy Darmawan
Dokumentasi : Gregorio Giantphalosa Bama Putra
Observer : dr. Joko Sriwibowo
Peserta : Pasien dan keluarga pasien

9. DENAH RUANGAN

23
Notulen Pemateri Moderator

Peserta Peserta

Peserta Peserta

Peserta Peserta

Fasilitator Dokumentasi

Observer

Gambar Denah Ruangan

24
BAB 4
LAMPIRAN

1) DAFTAR PUSTAKA
Applegate, E. (2010) The Sectional Anatomy Learning System. 3 ed. St. Louis,
Missouri: Jeane Olson.
Annisa. (2018). Pathophysiology and treatment of stroke: Present status
and future perspectives. International Journal of Molecular
Sciences, 21(20), 1–24.
Budianto, Pepi, Prabaningtyas, and Hanindya. 2021. Stroke Iskemik Akut :
Dasar Dan Klinis.
Chong, J. Y. (2020) Ischemic Stroke, Weill Cornell Medical College. New
England Journal of Medicine (NEJM/MMS). doi:
10.1056/NEJMOA1506930.
Denny, M. C. . et al. (2020) „Acute Stroke Care, 3rd edition‟. Available at:
https://doi.org/10.33029/9704-5902-7-2021-voi-1-272 (Accessed:
12 March 2023).
Harvey, L. A. . et al.(2015). Family-led rehabilitation after stroke in India:
the ATTEND trial, study protocol for a randomized controlled trial.
Trials. 2016 Jan 7;17:13. doi: 10.1186/s13063-015-1129-8. PMID:
26739268; PMCID: PMC4704425.
Hisni, D., Evelianti Saputri, M., & Sujarni. (2022). Stroke Iskemik Di
Instalasi Fisioterapi Rumah Sakit Pluit Jakarta Utara Periode Tahun
2021. Penelitian Keperawatan Kontemporer, 2(1), 140–149.
Kumar S, Selim MH, Caplan LR. Medical complications after stroke.
Lancet Neurol. 2013 Jan;9(1):105-18. doi:
10.1016/S14744422(09)70266-2. PMID: 20083041.
Kuriakose, D., & Xiao, Z. (2020). Pathophysiology and treatment of
stroke: Present status and future perspectives. International Journal
of Molecular Sciences, 21(20), 1–24.
https://doi.org/10.3390/ijms21207609
Mutiarasari, D. (2019). Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, and
Prevention. Medika Tadulako, Jurnal Ilmiah Kedokteran, 1(2), 36–
44.
Naik, R. et al. (2019) ‘Acute Ischemic Stroke: Management Approach’,
IndianJournal of Critical Care Medicine. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers Ltd., 22(6).
PPK Neurologi (2016) PANDUAN PRAKTIK KLINIS NEUROLOGI.
PERDOSSI.
Pratiwi, H. et al. (2017). FAKTOR RESIKO STROKE PADA MASYARAKAT
DESA PANGANDARAN.
Pujiastuti, D., & Azaria, A. D. (2018). Pentingnya Siriraj Stroke Score Di
Area Keperawatan Gawat Darurat. Jurnal Kesehatan, 5(1).
https://doi.org/10.35913/jk.v5i1.75

25
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_ra
korpop_20 18/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
Rizzo DC. Fundamentals of Anatomy and Physiology. 4th ed. Boston, MA:
Cengage Learning; 2015.
Setiawan, P. A. (2020). Diagnosis Dan Tatalaksana Stroke Hemoragik.
Jurnal Medika Utama, 02(01), 402–406.
Sherwood, Laura Iee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
Simon, R. P., Aminoff, M. J. and Greenberg, D. A. (2018) Clinical
Neurology. 10th edn, Progress in neurology and psychiatry. 10th
edn. United States: McGraw-Hill Education.
White, S. (2008). Assessing the Nation’ s Health Literacy Key concepts and
findings of the National. Amerika Serikat.

26
2. LEMBAR OBSERVASI
PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT
Tema : Stroke
Hari/Tanggal : Jumat, 30 Juni 2023
Tempat : Ruang Tunggu Poli RS Citra Medika Sidoarjo
Persiapan : Mempersiapkan leaflet, poster, microphone
Pelaksanaan :
Organisasi Penyaji : Orchita Rosadila Haryono
Liony Ivania Lauwis
Moderator : Erza Asror Rachman
Fasilitator : Perawat
Notulen : Rizaldy Darmawan
Dokumentasi : Gregorio Giantphalosa Bama Putra
Observer : dr. Gde Ganjar Oka N., M.Ked. Klin.,
S Sp. KFR
Peserta : Pasien dan keluarga pasien
Waktu Mulai : 09.00
Penjelasan : 30 menit
Peserta Jumlah: 26 orang
Penyajian Penyampaian:
- menggunakan poster
- menjelaskan mengenai stroke Kendala:
- Microphone berdenging.
Solusi:
- Bersuara dengan lantang.

Diskusi Proses diskusi:


- Diskusi berjalan lancar dengan beberapa pertanyaan
setelah pemaparan materi.
- Peserta kurang antusias bertanya.

Daftar Pertanyaan 1. Apakah usia lanjut dapat menyebabkan stroke ?


2. Apakah kolestrol dapat menyebabkan stroke ?
3. Bagaimana cara pencegahan stroke pada seseorang
tanpa hipertensi ?

Jawaban Fasilitator

27
1. Stroke menyerang siapapun tanpa pandang usia,
namun usia dapat meningkatkan resiko stroke.
2. Kelebihan kolesterol di arteri dapat
menyebabkan stroke, yakni gangguan aliran
darah yang dapat merusak bagian otak,
menyebabkan hilangnya memori, gerakan,
kesulitan menelan, dan kesulitan berbicara
3. Mengonsumsi Makanan Sehat dan Bergizi,
Menghindari Makanan Tinggi Garam,
Berhenti Merokok, Rutin Berolahraga dan cek
kesehatan dan Melakukan diet teratur

Masukan/Tambaha n Penyuluhan ini sudah berjalan dengan baik dan sangat


bermanfaat bagi orang-orang awam untuk menambah
wawasan mereka mengenai pencegahan stroke yang
benar.
Namun penyuluhan terkesan sedikit terburu buru

Sidoarjo, 30 Juni 2023

Dokter Penanggung Jawab

dr. Gde Ganjar Oka N., M.Ked. Klin., Sp. KFR

28
3. POSTER DAN BROSUR

29
30
4. LAMPIRAN DOKUMENTASI

31
32
33

Anda mungkin juga menyukai