Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke menurut World Health Organization (2018) adalah suatu
keadaan tanda klinis yang berkembang dengan cepat berupa penurunan
neurologis focal (atau terkadang global) dengan onset mendakak dan
berlangsung lebih dari 24 jam (atau mengarah kepada kematian) yang
diduga penyebabnya adalah kelainan pembuluh darah. Menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019), penyakit stroke
merupakan penyebab kematian kedua dan penyebab disabilitas ketiga di
dunia. Selain itu, penyakit stroke juga merupakan faktor penyebab
demensia dan depresi.
Global Burden of Disease menunjukkan secara global, risiko
terkena penyakit stroke telah meningkat menjadi 1 dari 4 orang. Data
World Stroke Organization menunjukkan setiap tahun ada 13,7 juta kasus
baru stroke dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat penyakit stroke.
Secara nasional, prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018 berdasarkan
diagnosis dokter pada penduduk umur ≥15 tahun sebesar 10,9 %. Provinsi
Jawa Tengah memiliki prevalensi stroke sekitar 11,8 % (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2019).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Puwokerto menunjukkan jumlah kasus stroke
meningkat setiap tahunnya. Perhitungan jumlah kasus stroke pada tahun
2010, 2011 dan 2012 secara berturut-turut mencapai 924, 1019, dan 1061
untuk semua kasus stroke baik stroke hemoragik maupun stroke iskemik.
Banyaknya kasus stroke sejalan dengan banyaknya jumlah kunjungan di
poliklinik syaraf (Fadlulloh, et al., 2014)
Salah satu kunci penting dalam mengurangi kematian dan
meminimalkan kerusakan otak yang ditimbulkan oleh stroke iskemik
adalah memberikan penanganan yang cepat dan tepat sesuai golden period
(Arif, et al., 2018). Durasi waktu ketika pasien mengalami gejala sampai
dengan kedatangan pasien ke rumah sakit disebut prehospital delay
(Situmorang, et al., 2020).
Dari hasil penelitian Situmorang, et al., (2020) di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung, median waktu kedatangan pasien stroke adalah 16,5
jam (0,5- 336 jam) dimana 65,93 % pasien stroke datang ke rumah sakit
diats delapan jam setelah mengalami gejala. Sedangkan berdasarkan
penelitian Arif, et al. (2018) di RS Stroke Nasional Bukittinggi 661, 7 %
pasien stroke iskemik mengalami ketidaktepatan goldenperiod dengan
waktu lebih dari 3 jam sampai 4,5 jam. Hal ini menunjukkann bahwa
masih banyak kasus ketidaktepatan waktu prehospital delay sesuai yang
direkomendasikan.
Prehospital delay menjadi faktor yang menentukan penanganan
akut yang akan didapatkan. Pasien stroke iskemik akut dengan prehospital
delay ≤ 4,5 jam akan diberikan plasminogen activator tissue (tPA) dan
prehospital delay ≤ 6 jam akan diberikan terapi reperfusi endovaskular.
Namun hanya sebagian kecil pasien yang menerima terapi reperfusi
karena jendela waktu yang sempit.(Song, et al., 2015)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah : Apakah terdapat hubungan antara
prehospital delay dengan derajat kerusakan saraf pada pasien stroke
iskemik?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara prehospital delay dengan
derajat kerusakan saraf pada pasien stroke
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui rerata prehospital delay pada pasien stroke
2) Mengetahui tingkatan derajat kerusakan saraf pada penyakit
stroke
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi
dan menjadi sumber informasi ilmiah di bidang neurologi tentang
hubungan antara prehospital delay dengan derajat kerusakan saraf
pada pasien stroke.
b. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian dapat meningkatkan pengetahuan klinisi untuk
melakukan tata laksana penyakit stoke secara cepat dan tepat
2) Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang pentingnnya deteksi dini dan penanganan
penyakit stroke secara cepat
3) Hasil penelitian menjadi salah satu sumber ilmiah yang akan
diteliti oleh peneliti lain.
D. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian terkait adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Peneliti Persamaan Perbedaan
1 Hubungan Ketepatan “Golden Rancangan penelitian : Jenis penelitian : Analitik
Period” Dengan Derajat Kerusakan Cross sectional sedangkan pada penelitian ini
Neurologi Pada Pasien Stroke Analisis bivariat : chi deskriptif analitik
Iskemik Diruang Instalasi Gawat square Sampel : RSUD Margono Soekarjo
Darurat Rumah Sakit Stroke Instrumen penelitian : sedangkan penelitian ini RS Nasional
Nasional Bukittinggi Modified Rankim Scale Bukittinnggi
Tahun : 2018 Questionare
Penulis : Muhammad Arif, Nuria
Okraini, Aldo Yuliano Mas Putra
2 Waktu Kedatangan Pasien Stroke di Instrumen penelitian : Sampel : Pasien RSUD Margono
Bagian Penyakit Saraf Rumah Sakit Rekam medis Soekarjo sedangkan penelitian ini RS
Hasan Sadikin Metode : Total sampling Hasan Sadikin
Tahun : 2020 Jenis penelitian : Analisi bivariat : Chi square
Penulis : Rainaldo Y S Situmorang, Observasional deskriptif sedangkan penelitian ini uji Mann
Andi Basuki, Cep Juli analitik Whitney dan uji Kruskall Wallis
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Materi Pustaka

1) Stroke

a. Definisi
Stroke secara klasik ditandai sebagai penurunan persarafan
yang dikaitkan dengan cedera fokal akut pada saraf pusat karena
penyebab pembuluh darah. Yang termasuk Stroke antara lain : infark
serebral, perdarahan intra serebral, perdarahan sub-araknoid (Sacco, et
al., 2013).

American Heart Association (AHA) / American Stroke


Association (ASA) menerbitkan pernyataan ilmiah pada tahun 2009
untuk memperbarui dan mengklarifikasi definisi transient ischemic
attack (TIA) yang pada gilirannya memerlukan evaluasi ulang dari
definisi stroke yang lebih luas (Sacco, et al., 2013). TIA di ekslusi
karena didefinisikan sebagai gejala neurologis fokal tetapi berlangsung
≤ 24 jam. Selain itu perdarahan subdural, perdarahan epidural,
keracunan dan gejala yang disebabkan oleh trauma juga diekslusikan
(WHO, 2018)

Menurut WHO (2018) Stroke adalah suatu keadaan tanda klinis


yang berkembang dengan cepat berupa penurunan neurologis focal
(atau terkadang global) dengan onset mendakak dan berlangsung
lebih dari 24 jam (atau mengarah kepada kematian) yang diduga
penyebabnya adalah kelainan pembuluh darah.

b. Klasifikasi Stroke
Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama yaitu
iskemik yang disebabkan bekuan di pembuluh darah otak dan
hemoragik yang disebabkan perdarahan di otak (Parmar, 2018). Ada
tiga jenis pembagian sub-grup yaitu : stroke iskemik, perdarahan
intrakranial, perdarahan sub-araknoid. Masing –masing jenis dapat
menghasilkan gejala klinis yang memenuhi definisi stroke, namun
berbeda dalam hal kelangsungan hidup dan kecatatan jangka panjang
(WHO, 2018).

Stroke hemorrhagic (perdarahan) di bagi menjadi dua subtipe


yaitu perdarahan intraserebral dan subarachnoid. Perdarahan
intraserebral adalah perdarahan dari salah satu arteri otak ke jaringan
otak. Perdarahan subarachnoid ditandai dengan perdarahan arteri di
ruang antara dua meninges yaitu piamater dan arachnoideamater.
Gejala khasnya adalah sakit kepala yang sangat parah tiba-tiba dan
biasanya gangguan kesadaran (WHO, 2018).

c. Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah kumpulan gejala defisit neurologis
akibat gangguan fungsi otak akut baik fokal maupun global yang
mendakak, disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah
pada parenkim otak, retina, atau medulla spinalis, yang dapat
disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah arteri
maupun vena, yang diutktikan dengan pemeriksaan imaging dan/ atau
patologi (PERDOSSI, 2016). Penyumbatan dapat disebabkan oleh
trombus yang terbentuk langsung ditempat penyumbatannya, atau di
bagian lain dari sirkulasi yang mengikuti aliran darah sampai
mengalangi pembuluh darah di otak (WHO, 2018).

d. Faktor Risiko Stroke Iskemik


Faktor risiko untuk stroke diklasifikasikan sebagai yang dapat
dimodifikasi atau tidak dapat dimodifikasi. Faktor risiko umum yang
dapat dimodifikasi termasuk hipertensi, diabetes, dan merokok, yang
semuanya memengaruhi kesehatan dalam beberapa cara. Faktor risiko
spesifik lainnya yang jarang terjadi termasuk atrial fibrilasi dan TIA.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi termasuk usia, jenis
kelamin, dan faktor genetik. Risiko stroke berlipat ganda setiap dekade
kehidupan setelah usia 55 tahun. Lebih banyak pria yang terkena
stroke daripada wanita namun lebih banak wanita meninggal karena
stroke (Parmar, 2018)

e. Patofisiologi Stroke Iskemik


Mekanisme dasar kerusakan selalu adalah defisiensi enrgi
akibat iskemik misalnya aterosklerosis, trombosis, embolisme,
vaskulitis. Dengan menghambat Na+ / K+- ATPase, defisiensi energi
menyebabkan penimbunan Na+ dan Ca2+ di dalam sel serta peningkatan
konsentrasi K+ ekstrasel yang kemudian menyebabkan depolarisasi.
Hal ini menimbulkan penimbunan Cl- intrasel, pembengkak sel, dan
kematian sel. Keadaan ini juga mendorong pelepasan glutamat, yang
mempercepat kematian sel melalui masuknya Na+ dan Ca2+. Ca2+ dapat
merusak mitokondria. Kematian sel menyebabkan peradangan yang
juga merusak sel di tepi daerah iskemik atau penumbra (Silbernagl, et
al., 2016)

f. Manifestasi Klinik Stroke Iskemik


Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019)
gejala dan tanda stroke antara lain :

1. Senyum tidak simetris, tersedak, sulit menelan air minum secara


tiba-tiba
2. Gerakan separuh anggota tubuh melemah secara tiba-tiba
3. Bicara pelo atau tiba-tiba tidak dapat berbicara
4. Tidak mengerti kata-kata atau pembicaraan tidak berhubungan
5. Kebas atau baal atau kesemutan separuh tubuh
6. Pandangan satu mata kabur secara tiba-tiba
7. Sakit kepala hebat yang muncul secara tiba-tiba dan tidak pernah
dirasakan sebelumnya
8. Gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan
sulit dikoordinasi
Menurut Silbernagl, et al., (2016) gejala ditentukan oleh letak
gangguan perfusi, yaitu daerah yang diperdarahi oleh pembuluh yang
bersangkutan. Oklusi pada A. cerebri media, A. cerebri anterior, A.
cerebri posterior, A. karotis, A. basilaris, A. coroidea anterior, A.
communicans posterior bisa menghasilkan manifestasi klinik tertentu.

Gambar 2.1 Penyebab Iskemia & Manifestasi Klinik (Silbernagl, et al., 2016)

g. Penegakan Diagnosis
Diagnosis Stroke oleh tenaga kesehatan yaitu dengan
melakukan anamnesis secara terarah, kemudian tentukan progesifitas
stroke untuk mengklasifikasikan stroke (TIA, RIND, SIE, atau CS).
Petugas dapat menggunakan Cincinnati Prehospital Stroke Scale
(CPSS) atau mengggunakan sistem skor (Siriraj) untuk menentukan
jenis stroke hemoragik atau non hemoragik (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013)

Menurut PERDOSSI (2016), pada stroke iskemik dilakukan


anamnesis untuk melihat adanya gangguan global (berupa gangguan
kesadaran) atau gangguan fokal (berupa kelumpuhan, gangguan fungsi
keseimbangan, penghidu, penglihatan, pendengaran, somatik sensorik
dan neurobehavioral). Selanjutnnya dilakukan pemeriksaan fisik untuk
melihat adanya penurunan GCS, kelumpuhan saraf kranial,
kelemahan motorik, defisit sesorik, gangguan otonom, ganngguan
neurobehavior.

h. Derajat Keruskaan Saraf


Menurut Swieten, et al. (1988) untuk menilai tingkat derajat
kerusakan pasca stroke iskemik dapat digunakan beberapa sistem,
diantaranya menggunakan skala rankin yang dimodifikasi dari Rankin
(1957) atau The Modification Rankim Scale dengan skala sebagai
berikut :

1. Derajat kerusakan neurologi 0 tidak ada perubahan


2. Derajat kerusakan neurologi 1 yaitu penyembuhan akan sempurna
tanpa ada masalah motorik dan sensorik, hampir tidak ada
gangguan fungsi aktivitas sehari-hari, pasien mampu melakukan
tugas adan kewajibannya.
3. Derajat kerusakan neurologi 2 yaitu pasien tidak mampu
melakukan tugas seperti sebelumnya , tetapi tetap dapat melakukan
sendiri tanpa bantuann orang lain
4. Derajat kerusakan neurologi 3 yaitu pasien memerlukan bantuan
orang lain tetapi masih mampu berjalan tanpa bantuan orang lain,
walau mungkin menggunnakan tongkat.
5. Derajat kerusakan neurologi 4 yaitu pasien tidak dapat berjalan
tanpa bantuan orang lain, perlu bantuan orang lain untuk
menyelesaikan sebagian aktivitas diri seperti mandi, pergi ke toilet,
merias diri, dan lain-lain.
6. Derajat kerusakan neurologi 5 yaitu pasien terpaksa berbaring di
tempat tidur dan buang air besar dan kecil tidak terasa
(inkontinensia), selalu memerlukan perawatan dan perhatian.

i. Tata Laksana
Menurut PERDOSSI (2016) Tatalaksana Umum untuk stroke
yaitu:
1. Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
2. Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
3. Pengendalian tekanan intrakranial (manitol, jika diperlukan)
4. Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
5. Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan
6. Gastroprotektor, jika diperlukan
7. Manajemen nutrisi
8. Pencegahan DVT dan emboli paru (heparin atau LMWH)
Sedangkan tatalaksana spesifik, dibedakan berdasarkan
diagnosisnya menjadi tatalaksana stroke iskemik atau stroke
hemoragik.
1. Tatalaksana spesifik pada stroke iskemik antara lain :
a) Trombolisis intravena : alteplase dosis 0.6-0.9 mg/kgBB, pada
stroke iskemik onset <6 jam
b) Terapi endovascular : trombektomi mekanik, pada stroke
iskemik dengan oklusi karotis interna atau pembuluh darah
intrakranial, onset <8 jam
c) Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor,
Calcium Antagonist, Beta blocker, Diuretik)
d) Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral) 151
e) Pencegahan stroke sekunder (antiplatelet :aspirin, clopidogrel,
cilostazol atau antikoagulan : warfarin, dabigatran,
rivaroxaban)
f) Neroprotektor (citicholin, piracetam, pentoxyfiline, DLBS
1033)
g) Perawatan di Unit Stroke dan Neurorestorasi /
Neurorehabilitasi
2. Tatalaksana spesifik pada stroke hemoragik antara lain:
a) Koreksi koagulopati (PCC/Prothrombine Complex
Concentrate, jika perdarahan karena antikoagulan)
b) Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor,
Calcium Antagonist, Beta blocker, Diuretik)
c) Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
d) Pencegahan stroke hemoragik (manajemen factor risiko)
e) Neuroprotektor, Perawatan di Unit Stroke dan
Neurorestorasi / Neurorehabilitasi

2) Preshospital Delay pada Pasien Stroke


a.Rerata waktu kedatangan atau prehospital delay
Dari hasil penelitian Situmorang (2020) di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung, median waktu kedatangan pasien stroke adalah 16,5
jam (0,5- 336 jam) dimana 65,93 % pasien stroke datang ke rumah sakit
diats delapan jam setelah mengalami gejala. Sedangkan berdasarkan
penelitian Arif (2019) di RS Stroke Nasional Bukittinggi 661, 7 %
pasien stroke iskemik mengalami ketidaktepatan goldenperiod dengan
waktu lebih dari 3 jam sampai 4,5 jam. Hal ini menunjukkann bahwa
masih banyak kasus ketidaktepatan waktu prehospital delay sesuai yang
direkomendasikan.

b.Faktor penyebab prehospital delay


Berdasarkan penelitian Barahama, et al. (2019) salah satu faktor
penting yang berperan terhadap keterlambatan pasien stroke datang ke
rumah sakit adalah tingkat pendidikan. Sedangkan menurut Prasetyo
(2018), status tinggal, jarak dan ambulans juga mempengaruhi waktu
kedatangan pasien stroke. Selain itu penelitian oleh Song, et al. (2015)
di Korea dan Jepang menunjukkan ada faktor lain seperti atrial fibrilasi,
onset gejala selama waktu harian, dan skor awal NIHSS yang tinggi.
B. Kerangka Pemikiran Penelitian

Prehospital
Stroke Tatalaksana
Delay

Stroke Stroke Faktor


Umum
Iskemik Hemoragik Penyebab

Tingkat
Intracerebral Khusus
Pendidikan

Jarak rumah
Subarachnoid
dengan RS
Derajat
Ambulans, Kerusakan
dll Neurologis

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian

Keterangan :

Diteliti Faktor yang berpengaruh

Tidak diteliti
Berhubungan

C. Kerangka Konsep Penelitian

Prehospital Derajat
Stroke iskemik kerusakan
delay neurologi

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian


D. Hipotesis
Terdapat hubungan antara prehospital delay dengan derajat
kerusakan neurologis pada pasien stroke iskemik

III. METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu

dengan cara pengumpulan dan pengukuran data sekaligus pada suatu waktu

tanpa ada follow up terhadap pasien stroke iskemik

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

a. Populasi target

Populasi target penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosis

stroke iskemik.

b. Populasi terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien yang melakukan

pemeriksaan di Poliklinik Saraf dan memiliki data rekam medis di

RSUD .Prof. Dr. Margono Soekarjo

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability

sampling dengan pendekatan consecutive sampling yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi seperti :

a. Kriteria inklusi
1) Pasien Stroke Iskemik

2) Memilikidata rekam medis yang lengkap

3) Menyetujui formulir informed and consent

4) Melakukan pemeriksaan tahun 2019-2020

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini merupakan hal-hal

yang dapat mempengaruhi kevalidan penelitian

1) Pasien Stroke Hemoragik

2) Rekam medis tidak lengkap

3) TIA (Transient Ischemic Acute)

c. Besar sampel

Besar atau jumlah sampel penelitian dihitung dengan rumus


analisis numerik tidak berpasangan (Dahlan, 2014). Nilai α
(kebermaknaan) pada penelitian ini adalah 0,05, sehingga nilai
Zα=1,96. Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20 % maka Z β =
0,84
2
Z∝ √ 2 PQ+ Z β √ P1 Q1+ P2 Q2
n= ( P 1−P2 )
Keterangan :

Z∝ = deviat baku alfa


Z β = deviat baku beta +
P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
Q 2 = 1- P2
P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement
peneliti
Q 1= 1- P1
P1 −P 2= selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
P = proporsi total = ( P1 −P 2)/2
Q=l–P
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Arif, et al., (2018)
nilai responden yang mengalami ketidaktepatan goldenperiod
dengan waktu lebih dari 3 jam sampai 4,5 jam sejumlah 61, 7%
dengan jumlah sampel penelitian 60 sampel. Sehinga nilai P2
dinyatakan menjadi 0,617.
Nilai ( P1 −P 2) yang ditetapkan oleh peneliti sebesar 20 % atau 0,2.
Nilai P1=P2 +0,2=0,617+0,2=0,817
Nilai Q 2 = 1- P2 = 1- 0,617 = 0,383.
Nilai P = ( P1 + P 2)/2 = (0,817+0,617)/2 = 0,717
Nilai Q = 1-P = 1- 0,717 = 0,283
Dengan memasukkan nilai diataspada rumus, diperoleh :
2
Z∝ √ 2 PQ+ Z β √ P1 Q1+ P2 Q2
n= ( P 1−P2 )
2
1,96 √ 2× 0,7 ×0,28+ 0,84 √ 0,8× 0,18+0,2 ×0,38
n= ( 0,82−0,62 )
n=65,367 (dibulatkan menjadi 65)

C. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat : Derajat kerusakan neurologi pada pasien stroke iskemik

2. Variabel bebas :. prehospital delay pasien stroke iskemik

D. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Definisi Operasional Skala


Pengukuran
1. Prehospital Prehosiptal delay adalah durasi Kategorik
delay waktu ketika pasien mengalami ordinal
gejala sampai dengan kedatangan
pasien ke rumah sakit.
Dikategorikan menjadi < 3 jam, 3-
4,5 jam, 4,5 -6 jam, 6-8 jam dan >8
jam
2. Derajat Derajat kerusakan neurologi pasca Kategorik
Kerusakan kejadian stroke dikategorikan ordinal
Neurologi menjadi derajat1-5 (Swieten, et al.,
pasien Stroke 1988)
E. Pengumpulan Data

1. Jenis Pengumpulan Data

a. Data Primer : Mengukur derajat kerusakan saraf pada pasien

stroke dengan Simplified Modified Rankin Scale Questionnairs

b. Data Sekunder : Rekam medis untuk mendapatkan data riwayat

penyakit & prehospital delayed

2. Alat Pengumpulan Data

a. Lembar data diri responden

b. Lembar informed and consent

c. Simplified Modified Rankin Scale Questionnairs online (smRSq)

d. Surat izin mengambil rekam medis

3. Cara Pengumpulan Data

a. Meminta bantuan dari Poliklinik Saraf RSUD Margono Soekarjo

b. Meminta izin dan data rekam medis dari Bagian Rekam Medis RSUD

Margono Soekardjo

c. Menghubungi pasien dan melakukan inform consent penelitian

d. Meminta pasien untuk mengisi smRSq

F. Tata Urutan Kerja

1. Persiapan

a. Konsultasi dosen pembimbing


b. Studi pustaka acuan penelitian

c. Penyusunan proposal penelitian dan jadwal pelaksanaan penelitian

d. Presentasi proposal penelitian

e. Pengurusan ethical clearance

2. Pelaksanaan

a. Pengumpulan data rekam medis

b. Pengumpulan data primer dari pasien

3. Pengolahan dan analisis data penelitian

4. Pembuatan laporan penelitian

5. Presentasi hasil penelitian

Pasien Stroke Iskemik

Gambar
Lembar informed and consent dan perizinan sakit 3.1 Alur Penelitian

Data Rekam Medis

Kriteria eksklusi

Kriteria inklusi

Inform Consent

smRSq

Analisis data dengan software komputer

Hubungan prehospital delay dengan derajat


kerusakan saraf pasien stroke iskemik
G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat berfungsi untuk mendeskripsikan variable terikat

dan variabel bebas dalam suatu penelitian. Analisis univariat

menggunakan ukuran pemusatan dan penyebaran data. Analisis univariat

disampaikan dalam bentuk distribusi, frekuensi, dan persentase setiap

variabel penelitian.

2. Analisis Bivariat

Metode analitik yang digunakan untuk mengetahui normal atau

tidaknya suatu data adalah Shapiro-Wilk akibat jumlah sampel yang

digunakan sebanyak 65 sampel. Berdasarkan metode tersebut, diharapkan

nilai p>0,05, data terdistribusi normal dan dapat disajikan dalam bentuk

mean dan standar deviasi. Apabila nilai p<0,05, data terdistribusi tidak

normal dan perlu dilakukan transformasi data hingga mendapatkan data

terdistribusi normal. Uji analisis data yang digunakan pada penelitian ini

adalah uji parametrik asosiasi Chi- square tidak berpasangan untuk

mengetahui hubungan prehospital delay dengan derajat kerusakan saraf

pada pasien stroke iskemik, dengan ketentuan memenuhi syarat uji

parametrik, yaitu data terdistribusi normal. Apabila tidak memenuhi

syarat uji parametrik setelah dilakukan transformasi atau tidak memenuhi

syarat Chi- square, maka analisa data menggunakan uji non parametrik,

Fisher. Uji asosiasi dikatakan bermakna jika diperoleh nilai p<0,05.


H. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu : Februari- Agustus 2021

2. Tempat : RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo

I. Jadwal Penelitian

Tabel 2.2 Jadwal Penelitian


No. Nama Kegiatan Oktober- Februari Maret – Juli –
Desember 2021 Juni 2021 Agustus 2021
2020
1. Tahap Persiapan
dan Penyusunan
Proposal
2. Seminar Proposal
3. Tahap
Pelaksanaan
4. Pengelolaan dan
Analisis Data
5. Tahap Akhir :
Penyusunan Hasil
6. Seminar Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M., N. Okraini, & A. Y. M. Putra. 2018. Hubungan Ketepatan “Golden Period”
Dengan Derajat Kerusakan Neurologi Pada Pasien Stroke Iskemik Diruang Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Vol 1 (1): 1–8.

Barahama, D. V., G. Tangkudung, & M. A. H. N. Kembuan. 2019. Faktor-faktor yang


Berhubungan dengan Keterlambatan Kedatangan Pasien Stroke di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. e-CliniC. Vol 7 (1): 1–6.

Fadlulloh, S. F., A. S. Upoyo, & Y. D. Hartanto. 2014. HUBUNGAN TINGKAT


KETERGANTUNGAN DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI-
HARI (AKS) DENGAN HARGA DIRI PENDERITA STROKE DI POLIKLINIK
SYARAF RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO. Jurnal
Keperawatan Soedirman. Vol 9 (2): 134–145.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman-Pengendalian-Stroke.


Pedoman Pengendalian Stroke. 1–2.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. infodatin-stroke-dont-be-the-one.pdf


1–10.

Parmar, P. 2018. Stroke : classification and diagnosis. The Pharmaceutical Journal. 1–15.

PERDOSSI. 2016. Panduan praktik klinis neurologi 1–306.

Sacco, R. L., S. E. Kasner, J. P. Broderick, L. R. Caplan, J. J. B. Connors, A. Culebras, et


al. 2013. An Updated Definition of Stroke for the 21st Century. AHA / ASA Expert
Consensus Document. 2064–2089.

Silbernagl, S., & F. Lang. 2016. Color Atlas of Patophyysiology. 3 ed. EGC, Thieme.

Situmorang, R. Y. S., A. Basuki, & C. Juli. 2020. Waktu Kedatangan Pasien Stroke di
Bagian Penyakit Saraf Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Time to Hospital Admission
of Stroke Patients in Department of Neurology Hasan Sadikin General Hospital Bandung
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran , Bandung Vol 2 (6): 145–157.

Song, D., E. Tanaka, K. Lee, S. Sato, M. Koga, & D. Kim. 2015. Factors Associated with
Early Hospital Arrival in Patients with Acute Ischemic Stroke. Journal of Stroke. Vol 17
(2): 159–167.

Swieten, J. C. Van, P. J. Koudstaal, M. C. Visser, J. Van Gijn, T. Glas-, T. Glasgow, et


al. 1988. Interobserver Agreement for the Assessment of Handicap in Stroke Patients.
Stroke. Vol 19 (5): 604–607.

WHO. 2018. STEPS-Stroke The WHO STEPwise approach to stroke surveillance Vol 1
(2): 1–58.

Anda mungkin juga menyukai