Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah
Wawan Kurniawan
30190120040
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga saya dapat mengerjakan serta menyelesaikan laporan
kasus “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. A DENGAN
GANGGUAN SISTEM NEUROLOGY STROKE”. Dalam penyusunan laporan
kasus ini, banyak pihak yang telah membantu dengan memberikan dorongan dan
bimbingan secara langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima
kasih khususnya kepada:
1. Ns. Elizabeth Ari Setyarini, S.Kep., M.Kes.AIFO selaku ketua STIKes Santo
Borromeus Padalarang.
2. Ns. Ferdinan S, M.Kep selaku kepala program studi Profesi S-1 keperawatan
STIKes Santo Borromeus Padalarang.
3. Ns.Friska Sinaga, MNS selaku dosen koordinator mata ajar profesi keperawatan
medikal bedah, dan juga dosen pembimbing mata ajar profesi keperawatan
medikal bedah.
Saya menyadari bahwa didalam pembuatan laporan kasus ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun guna perbaikan. Akhir kata, saya mengucapkan
terimakasih dan berharap semoga bermanfaat bagi pembaca.
Padalarang, Agustus 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern
saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi
hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang
mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada
usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf local
dan/atau global, muncul mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi
syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik. Gangguan syaraf tersebut menimbulkan gejala antara lain:
kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas
(pelo), mungkin perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain
(Riskesdas, 2013).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di
Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah
pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke
berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) 2 dibandingkan dengan
perempuan (6,8%).
Stroke melibatkan onset mendadak defisit neurologis fokal yang
berlangsung setidaknya 24 jam dan diduga berasal dari pembuluh darah. Stroke
bisa berupa iskemik atau hemoragik (Dipiro et al., 2014).
Menurut World Health Organization, di seluruh dunia stroke menjadi
penyebab utama kematian nomor dua dan penyebab utama ketiga untuk
kecacatan. Selama dekade ini insiden stroke telah menurun sebesar 42% di
negara-negara berpenghasilan tinggi (WHO, 2016). Prevalensi estimasi stroke
menunjukkan sedikit variasi di negara-negara Asia Selatan. Sri Lanka, dengan
populasi sekitar 20 juta jiwa, diperkirakan memiliki prevalensi stroke 9 per 1.000
penduduk. Data yang terbatas yang tersedia dalam kaitannya dengan prevalensi
stroke pada Bangladesh: satu studi melaporkan prevalensi keseluruhan 3 per
1.000 penduduk, naik setinggi 10 per 1.000 pada orang di atas usia 70 tahun
(Wasay et al., 2014).
WHO (World Health Organization) tahun 2012 menyatakan kematian
akibat stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi.
Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya
kadar glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh
secara patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang
merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang
tinggi pada saat stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya area infark
karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik
yang merusak jaringan otak (Rico dkk, 2008).
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1
per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi
terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi
Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil (Riskesdas, 2013).).
Jumlah pasien penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%),
sedangkan berdasarkan diagnosis/gejala diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang
(12,1%). Berdasarkan diagnosis Nakes maupun diagnosis/gejala, provinsi Jawa
Barat memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu sebanyak 238.001
orang (7,4%) dan 533.895 orang (16,6%), sedangkan provinsi Papua Barat
memiliki jumlah penderita paling sedikit yaitu sebanyak 2.007 orang (3,6%) dan
2.955 orang (5,3%) (Litbangkes, 2013).
Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi
(8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%). Berdasarkan data 10 besar
penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013, prevalensi kasus stroke di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill
untuk yang terdiagnosis memiliki gejala stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi
terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di Provinsi Papua
(2,3%).
Berdasarkan data diatas maka penulis membuat Asuhan Keperawatan pada
system neurologi dengan klien penderita Stroke, semoga asuhan keperawatan ini
memberi gambaran dan penilain kepada masyarakat pentingnya penyakit Stroke
tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Memahami secara lebih mendalam tentang Stroke.
2. Mendapatkan pengalaman nyata dalam merawat pasien yang terkena
Stroke.
3. Memberikan asuhan keperawatan secara tepat terhadap pasien dengan
Stroke.
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
TINJAUAN TEORI
2. ANATOMI FISIOLOGI
a. Susunan Saraf Manusia
1) Susunan Saraf Pusat
a) Otak
Otak besar atau serebum (cerebrum)
Otak kecil atau serebelum (cerebellum)
Batang otak (brainstem)
b) Sumsum tulang belakang (medula sepinalis)
2) Susunan saraf perifer
a) Susunan saraf somatik
b) Susunan saraf otonom
Susunan saraf simpatis
Susunan saraf parasimpatis
e. Otak
Suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer
dari semua alat tubuh. Jaringan otak dibungkus oleh selaput otak dan
tulang tengkorak yang kuat yaitu terletak dalam kavum kranii. Berat otak
orang dewasa kir-kira 1400 gram. Jaringan otak dibungkus oleh tiga
selaput otak (meninges) yang dilindungi oleh tulang tengkorak dan
mengapung dalam suatu cairan yang berfungsi menunjang otak yang
lembek dan halus dan sebagai penyerap goncangan akibat pukulan dari
luar terhadap kepala. Otak terdiri atas otak besar atau serebrum
(cerebrum), otak kecil atau serebelum (cerebellum) dan batang otak
(trunkus serebri).
1) Otak Besar (Serebrum)
Mempunyai dua belahan yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan yang
dihubungkan oleh massa substansi alba (subtantia alba)yang disebut
korpus kalosum (corpus callosum). Tiap-tiap hemisfer meluas dari os
frontal sampai ke os oksipital. Di atas fossa kranii anterior, media, dan
posterior hemisfer dipisahkan oleh celah yang besar disebut fisura
longitudinalis serebri. Serebrum (telencepalon) terdiri atas: korteks
serebri, basal ganglia (korpora striate) dan sistem limbik
(rhinencephalon).
a) Korteks Serebri
Lapisan permukaaan hemisfer disusun oleh substansi grisea
(subtantia grisea). Korteks serebri yang berlipat-lipat disebut girus,
sedangkan celah diantara dua lekuk disebut sulkus (fisura). Pada
tahun 1909, brodmann seorang neuropsikiater bangsa jerman
membagi korteks serebri menjadi 47 area berdasarkan struktur
selular. Lapisan korteks terdiri atas bagian-bagian berikut ini.
Lamina molekularis: mengandung sedikit sel, berjalan secara
horizontal dengan percabagan akhir dendrit dari lapisan lebih
dalam yang terdapat pada permukaan korteks.
Lamina granularis eksterna: lapisan yang mengandung sel
neuron berbentuk segitiga yang jumlahnya memadati lapisan
ini.
Lamina piramidalis: lapisan ini mengandung sel berbentuk
piramid, di antara sel piramid terdapat sel-sel granular dengan
akson yang berjalan naik ke arah lapisan superfisial.
Lamina granularis interna: terdiri atas sel neuron berbentuk
bintang berukuran kecil dengan akson pendek yang mencapai
lapisan superfisial.
Lamina ganglionaris: sel neuron granular sel neuron yang naik
mencapai lamina molekularis akson dari sel ini memasuki
substansi alba.
Lamiana multiformis: sel-selnya berbentuk kumparan dengan
sumbu panjang tegak lurus terhadap permukaan korteks.
Aksonnya mencapai substansi alba sebagai serat proyeksi aferen
dan asosiasi.
Substansi nigra,
Tegmentum dengan nukleus bersama substansi nigra termasuk
dalam hal basal ganglia fungsional,
Terdapat nuklei saraf kranial yaitu: nukleus nervus III, nukleus
nervus IV, dan nukleus nervus V,
Formasi retikularis.
4. PROGNOSIS
Derajat kerusakan dan lokasi stroke akan menentukan hasil untuk pasien.
Stroke terjadi tiba tiba dan pasien harus segera mendapatkan tindakan untuk
kemungkinan hasil yang terbaik. Mayoritas stroke adalah iskemic. Kecepatan
penanganan dalam system kesehatan dan perawatan dengan agen trombolitik
(kecuali jika ada kontraindikasi pada perawatan ini) untuk kemghancurkan
bekuan penyebab ischemic memberi peluang terbaik untuk kesembuhan
pasien tanpa cacat permanen. Pasien dengan stroke hemoragic memerlukan
pembedahan untuk mengatasi tekanan intracranial atau menghentikan
perdarahan. Area kerusakan yang besar dapat menyebabkan cacat permanen
atau kematian.
5. ETIOLOGI
a. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur
atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis
dan penurunan tekenan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.
Tanda dan gejala neurologis sering kali memburuk pada 48 jam setelah
trombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak :
Aterosklerosis
Hiperkoagulasi pada polistemia
Arteritis (radang pada arteri)
Emboli
b. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
terjadi karena ateoskorosls dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh
darah otak menyebabkan pembesaran darah ke dalam parenkim otak yang
dapat mengakibatkan penekanan, sehingga otak akan membengkak,
jangan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin
herniasi otak.
c. Hipoksia umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah :
Hipertensi yang parah
Henti jantung –paru
Curah jantung turun akibat aritmia.
d. Hipoksia setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah :
Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid
Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.
6. FAKTOR RESIKO
a. Usia
Usia merupakan faktor utama risiko stroke. Semakin tua usia seseorang,
semakin tinggi risiko orang tersebut terkena stroke. Risiko stroke
meningkat hampir dua kali lipat pada seseorang yang berusia diatas 55
tahun.
b. Jenis Kelamin
Pria lebih breisiko terkena stroke dibanding wanita. Namun, tidak
menutup kemungkinan para wanita juga bisa terkena stroke.
c. Riwayat Keluarga
Risiko stroke meningkat jika ada riwayat dalam keluarga seperti saudara,
kakek nenek atau orangtua yang memiliki hubungan darah yang pernah
mengalami stroke.
d. Hipertensi
Meningkatnya tekanan darah melebihi batas normal merupakan faktor
risiko utama untuk stroke. Hipertensi erat kaitannya dengan kasus stroke
iskemik maupun stroke perdarahan. Hampir 40% kejadian stroke
disebabkan oleh tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg.
e. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terkena stroke 4 kali lipat. Merokok
menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh
(termasuk yang ada di otak, jantung dan tungkai), Hal ini berlaku bagi
semua jenis rokok dan untuk semua tipe stroke. Merokok mendorong
terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran darah dan menyebabkan
darah menjadi mudah menggumpal.
f. Obesitas
Orang yang kelebihan berat badan umumnya memiliki kandungan lemak
yang lebih banyak. Hal tersebut membuat kerja jantung menjadi lebih berat
sehingga orang yang obesitas berisiko terkena stroke atau gangguan
jantung.
g. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus menyebabkan gangguan pembuluh darah sehingga
menimbulkan plak-plak yang mengarah ke penyumbatan aliran darah. Jika
penyumbatan aliran darah sampai ke otak, hal tersebut bisa menjadi stroke.
h. Kolesterol
Kolesterol jahat merupakan faktor risiko terbesar untuk penyakit stroke.
Tingginya kadar kolestrol jahat yang menumpuk pada lapisan dinding
pembuluh darah mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
gen yang membawa oksigen ke otak terhambat dan mengakibatkan
gangguan sensorik. Hal tersebut mempengaruhi anggota gerak tubuh dan
membuat seseorang terkena stroke.
i. Pola Makan Tidak Sehat
Meningkatnya konsumsi garam erat kaitannya dengan peningkatan
tekanan darah sehingga berakibat hipertensi. Kira-kira setiap peningkatan
100 mmol konsumsi garam akan meningkatkan tekanan darah hampir
10mmHg sehingga meningkatkan risiko stroke sekitar 34%. Pada usia
produktif, stroke dapat menyerang terutama mereka yang gemar
mengkonsumsi makanan berlemak dan narkoba (walau belum memiliki
angka yang pasti). Mereka umumnya terbiasa dengan pola makan yang
tidak sehat sehingga sering mengkonsumsi makanan siap saji yang sarat
dengan lemak dan kolesterol tapi rendah serat.
7. PATOFISIOLOGI
c. Pungsi lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis, emboli
serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan
11. KOMPLIKASI
h. Gagal pernafasan.
i. Herniasi otak.
j. Kontraktur.
k. Peningkatan TIK.
l. Kejang.
m. Aspirasi.
n. Kematian, bagi individu yang mengalami stroke berat pada bagian otak
yang mengontrol respon pernafasan dan kardiovaskuler.
f. Pungsi lumbal
Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombosis,
emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau serangan
iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung
darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau perdarahan intra
kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan
dengan adanya proses inflamasi.
g. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan malformasi
arteriovena.
g. Pengaturan suhu
1) Peningkatan suhu dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra
kranial karena terjadi peningkatan metabolism di otak
2) Jaga suhu tubuh < 37.50 C dengan cara pemberian obat: paracetamol,
ibuprofen
h. Terapi farmakologi
1) Terapi trombolitik
Boleh dilakukan bila onset < 3 - 4,5 jam.
IV t-PA (0,9 mg/kgBB), 10% diberikan bolus, diikuti infus
dalam 60 menit.
Lakukan penilaian neurologi setiap 15 menit selama
pemberian infus dan 30 menit setelahnya selama 6 jam
berikutnya, kemudian tiap jam hingga 24 jam setelah terapi
Bila terdapat nyeri kepala berat, hipertensi akut, mual, muntah,
hentikan infus dan lakukan CT scan cito
Ukur tekanan darah setiap 15 menit selama 2 jam pertama, lalu
setiap 30 menit selama 6 jam berikutnya dan kemudian setiap
jam hingga 24 jam setelah terapi
Tunda pemasangan tube nasogastric, kateter urin atau kateter
tekanan intra arterial
Lakukan CT scan follow up dalam 24 jam sebelum pemberian
antikoagulan atau antiplatelet.
2) Antiplatelet
Aspirin
Pemakaian aspirin (dosis 100-300 mg) untuk pencegahan
kejadian kardiovaskuler, termasuk stroke, direkomendasikan
pada seseorang dengan resiko cukup tinggi dibanding dengan
resiko pengobatan.
Clopidogrel
Pasien dengan riwayat stroke atau TIA (dalam 30 hari) disertai
stenosis embuluh darah intracranial disarankan ditambah
clopidogrel 75 mg/hari selama 90 hari
3) Antikoagulan (heparin)
Biasanya diberikan pada pasien dengan stroke emboli, untuk
mencegah terjadinya embolus.
4) Statin
Pemberian statin dapat menurunkan resiko terjadinya stroke
5) Nimodipin
Pemakaian nimodipine oral (60 mg setiap 6 jam selama 21 hari)
terbukti memperbaiki deficit neurologi yang ditimbulkan oleh
vasospasme
i. Penatalaksanaan bedah
1) Clipping aneurisma
Menjepit aneurisma serebral yang rupture agar tidak terjadi
perdarahan berlanjut
2) Endarterektomi karotis dan pengangkatan plak
Dilakukan jikan pasien memperlihatkan gejala penurunan aliran
darah dan stenosis lebih dari 70% atau pada kasus asimptomatik
jika terdapat stenosis yang melebihi 50%.
3) Pengangkatan hematoma intraserebral, hematoma subdural dan
epidural
Dapat dilakukan pada kasus yang lesinya dapat diakses dan
berbadan tegas.
Kriteria pembedahan
Perdarahan serebelar > 3 cm dengan perburukan klinis atau
kompresi batang otak dan hidrocepalus
Perdarahan intraserebral dengan lesi structural seperti
aneurisma, AVM, atau angioma kavernosa dan lesi
strukturnya terjangkau
Usia muda dengan perdarahan lobar sedang sampai dengan
besar ( ≥ 50 cc) yang memburuk
GCS > 8
Kriteria bukan pembedahan
Perdarahan kecil < 10 cc atau deficit neurologis minimal
GCS ≤ 8
j. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1) Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi fisik terapi yang diberikan untuk membantu
proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan
yaitu:
Fisioterapi
Untuk mengatasi masalah motorik dan sensoris seperti
masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi
dan keseimbangan serta mobilitas di tempat tidur.
3) Rehabilitasi Sosial
Untuk membantu pasien menghadapi masalah sosial seperti
mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan interpersonal,
pekerjaan, dan aktivitas.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan
intraserebral, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi
secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik,
perubahan tingkat kesadaran
c. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kerusakan neurologis,
hipoksia akut
d. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial
e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol
tonus otot fasial atau oral dan kelemahan secara umum
f. Gangguan Menelan berhubungan dengan aspirasi pneumonia, penurunan
berat badan, gangguan oral hygiene, penurunan intake makanan dan
cairan
g. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan ketidaknyamanan,
gangguan sensori persepsi, gangguan musculoskeletal, gangguan
neuromuskuler, intoleransi aktivitas
2. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO. NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Penurunan kapasitas Hasil yang diharapkan: Cerebral Perfusion Promotion
adaptif intrakranial TIK ≤ 15-20 mmHg Monitor status neurologi dan
berhubungan dengan TIK tetap stabil setelah tanda-tanda vital
peningkatan tekanan aktivitas keperawatan Hitung dan monitor tekanan
intrakranial ataupun stimulus perfusi serebral
lingkungan Monitor tekanan intrakranial
Tetap dapat berorientasi pasien dan respon neurologi
pada waktu, tempat, orang terhadap aktivitas perawatan
dan situasi Monitor tekanan vena sentral
Tingkat kesadaran stabil apabila akses ke vena sentral
Tidak ditemukan tanda tersedia. Lakukan
bahaya neurologi pemeriksaan fisik secara
teratur untuk menilai
keseimbangan cairan seperti
distensi vena jugularis
Monitor Pulmonary Artery
Wedge Pressure (PAWP) dan
Pulmonary Artery Pressure
(PAP)
Monitor status respirasi
Pertahankan kadar PCO2
pada 35 mm Hg untuk
menghindari hiperkarbia
Monitor PaCO2, SaO2, kadar
hemoglobin dan Cardiac
Output
Atur koloid, produk darah,
dan kristaloid
Atur obat-obatan vasoaktif
seperti yang diresepkan.
Pertahankan kadar glukosa
serum dalam rentang normal.
Konsultasikan ke dokter
untuk menentukan
penempatan kepala tempat
tidur (misalnya 0, 15, atau 30
derajat), dan monitor respon
pasien terhadap posisi
kepala.
Hindari fleksi leher atau
fleksi lutut/pinggang secara
ekstrim.
Atur dan monitor efek dari
diuresis osmotik dan
kortikosteroid.
Atur pengobatan nyeri
dengan tepat
Intracranial Pressure
Monitoring
Pertahankan sistem
monitoring tekanan
intrakranial, perhatikan
bentuk gelombang.
Periksa nuchal rigidity pada
pasien atau tanda-tanda
meningeal yang lain.
Berikan antibiotik.
Catat hasil tekanan
intrakranial dan analisa
bentuk gelombang.
Berikan penjelasan yang
sederhana dan jelas.
Berikan lingkungan yang
setenang mungkin.
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Data Umum
1) Identitas Klien
a) Nama Pasien: Tn. A
b) Tempat/tanggal lahir: Bandung /11 Agustus 1965
c) Usia: 55 tahun
d) Agama: Islam
e) Suku: Minang
f) Pendidikan: SLTA
g) Pekerjaan: TNI POLRI
h) Jenis kelamin: Laki-laki
i) Status: Kawin
2) Identitas Keluarga/Penanggung Jawab
a) Nama : Tn.A
b) Usia: 55 Tahun
c) Alamat: Jl. Kebun Rumput, Asrama Yonif
d) Rt/Rw: 003/005
e) Desa:
f) Kecamatan:
g) Kota: Cimahi
h) Provinsi: Jawa Barat
i) Telepon: 08123456789
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Klien
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
Tanggal 22 april 2020 klien mengalami jatuh dan tiba-tiba
pingsan, sehingga ekstremitas kiri bagian atas dan bawah
melemah sehingga tidak bisa digerakan dan terjadi
penurunan kesadaran.
2) Keluhan utama saat pengkajian
Penurunan kesadaran
3) Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST)
Klien mengeluh batuk secara terus, batuk bertambah jika
klien tidur berbaring, batuk berkurang saat duduk dan setelah
minum obat.
4) Riwayat operasi
Klien mengatakan belum pernah dioperasi
5) Riwayat mendapat transfuse
Klien mengatakan belum pernah mendapat transfusi darah
6) Riwayat pengobatan yang rutin dikonsumsi
Klien mengatakan tidak ada obat yang rutin dikonsumsi.
3) Masalah Keperawatan
Ada ganggua imobilitas fisik/kelamahan fisik
h) Sistem Integumen
1) Anamnesa
Tidak ada keluhan pada kulit
2) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Rambut warna hitam, distribusi merata, tidak rontok,
kuku pendek bersih, lesi tidak ada, wajah tampak
kemerahan
Palpasi
Tekstur kulit kasar, kelembaban sedikit kering, turgor
kulit elastis, dan kulit teraba panas.
Perkusi: -
Auskultasi: -
3) Masalah Keperawatan
Tidak ada masalh keperawatan
i) Sistem Imun dan Hematologi
1) Anamnesa
Klien mengatakan tidak ada keluhan
2) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: -
Palpasi: -
Perkusi: -
Auskultasi: -
3) Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
j) Sistem Reproduksi
1) Anamnesa
Klien mengatakan tidak ada keluhan
2) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi:
Palpasi:
Tidak ada pembengkakan pada mamae
Perkusi: -
Auskultasi: -
3) Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
d. Data PsikoSosioSpiritual
1. Status emosi: baik, stabil
2. Gaya komunikasi: artikulasi tidak jelas, intonasi terdengar, irama
bicara
3. Kegiatan agama yang diikuti: Klien rajin beribadah
4. Pandangan klien tentang: peran Tuhan dalam kehidupannya, peran
doa dalam kehidupannya, kematian, dan relasi dengan Tuhan
Menurut klien peran Tuhan sangat penting dalam kehidupannya,
menurut klien relasi dengan tuhan baik karena sering berdoa dan
bersyukur, klien tidak takut dengan kematian.
e. Data Penunjang
1. Laboratorium
Hasil laboratorium tanggal 22 april 2020:
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hematologi
Hemoglobin L.11 g/dl 14-17 g/dl
Hematocrit L. 3.21 % 40-50 %
Eritrosit L. 3.82 juta/µL 4.50-4.50 juta/µL
Leukosit H.15.41 10³/µL 4.50-11.00 10³/µL
Trombosit L.121 150;450
Hitung jenis
Kalium (Potasium) L .32 3.5-3
SGOT H.58
SGPT H.69
3. EKG
Tidak ada data EKG
4. Terapi
a) Citicoline 1 x 250 mg
Citicolin adalah obat yang bekerja dengan cara meningkatkan
senyawa kimia di otak
bernama phospholipid phosphatidylcholine. Senyawa ini
memiliki efek untuk melindungi otak, mempertahankan fungsi
otak secara normal, serta mengurangi jaringan otak yang rusak
akibat cedera. Selain itu, citicolin mampu meningkatkan aliran
darah dan konsumsi oksigen di otak. Sebenarnya, citicolin
merupakan senyawa kimia otak yang secara alami ada di dalam
tubuh manusia. Penggunaannya sebagai obat diduga bermanfaat
dalam:
Meningkatkan daya ingat.
Mempercepat masa pemulihan akibat stroke.
Merek dagang: Brainact, Bralin, Cetivar, Cibren, Citicolin
Sodium, Neurolin 500, Neuciti-250,
Protecline, Nucoline, Takelin.
b) Meropenem 1 x 1gr
Meropenem adalah antibiotik yang digunakan untuk menangani
berbagai kondisi yang diderita akibat adanya infeksi bakteri.
Obat ini bekerja dengan cara mencegah pertumbuhan bakteri
dan membunuh penyebab infeksi tersebut.
Morepenem tidak bisa digunakan untuk mengatasi infeksi
akibat virus, seperti flu. Maka dari itu, diskusikan dengan dokter
sebelum menggunakan obat.
Merek dagang: Caprenem, Granem, Merotik, Eradix, Lanmer,
Merofen, Merosan, Meronem, Meroxi
f) Omeprazole 4mg 1 x 1
Omeprazole adalah obat untuk mengatasi gangguan lambung,
seperti penyakit asam lambung dan tukak lambung. Obat
ini dapat mengurangi produksi asam di dalam lambung.
Omeprazole bermanfaat untuk meringankan gejala sakit maag
dan heartburn yang ditimbulkan oleh penyakit asam lambung
atau tukak lambung. Obat ini juga membantu penyembuhan
kerusakan pada jaringan lambung dan kerongkongan.
g) Irbesartan 150 mg 1x 1
Irbesartan adalah obat penghambat reseptor angiotensin II
(ARB) yang digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi
dan nefropati diabetik. Pembuluh darah bisa menyempit akibat
pengaruh angiotensin II, dan irbesartan berfungsi menghambat
efek tersebut, sehingga melebarkan pembuluh darah dan
mengurangi tekanan pada pembuluh darah.
5. Diit
Diit Cair
6. Acara infus
RL 500ml 10tpm
7. Mobilisasi
Bedrest
2. Pengelompokkan Data (data subyektif dan data obyektif)
Pengelompokkan data
Data subjektif Data objektif
Keluarga klien mengatakan klien TTV: TD: 110/70 mmHg, N:
tiba-tiba jatuh dan pingsan 80x/menit, S: 390C, RR:
28x/menit. Kesadaran
somnolen . Tb 165 cm, BB 60
kg, napas cepat dan dalam
Keluarga mengatakan klien muntah- Klien lemas, klien munth-
muntah muntah
C.Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1 Gangguan perfusi Dalam a. Kaji tingkat a. Tingkat
jaringan serebral b.d waktu 3x24 kesadaran dengan kesadaran
kerusakan aliran jam GCS merupakan
darah ke otak diharapkan indikator
tidak terbaik
mengalami adanya
gangguan perubahan
perfusi neurologi
jaringan b. Kaji pupil, ukuran, b. Mengetahui
serebral respon terhadap nervus I, II
cahaya, gerakan dan III.
mata
c. Kaji refleks kornea c. Menurunya
dan refleks gag refleks
kornea dan
refleks gag
indikasi
kerusakan
pada batang
otak
d. Evaluasi keadaan d. Gangguan
motorik dan motorik dan
sensorik pasien sensorik
dapat terjadi
edema otak
e. Monitor tanda- e. Mengetahui
tanda vital tanda-tanda
vital seperti
respirasi
menunjukan
kerusakan
pada otak.
f. Pertahankan kepala f. Memfasilita
tempat tidur 30-450 si drainase
dengan posisi leher vena dari
menekuk otak
2 Ketidakseimbangan Dalam a. Menganjurkan a. Menambah
nutrisi kurang dari waktu 3x24 keluarga memberi napsu
kebutuhan tubuh b.d jam makan sedikit tapi makan klien
ketidakmampuan perawatan seringi
untuk makan sendiri diharapkan b. Melakukan oral b. Menambah
napsu hyegene napsu
makan makan klien
meningkat, c. Pantau dan c. Mengetahui
dapat mencatat asupan jumlah porsi
menghabisk klien. yang
an porsi dihabiskan
makan yang
diberikan.
3 Hambatan mobilitas Dalam a. Kaji kemampuan a. Mengidentif
fisik b.d hemiplagia waktu 3x24 dan keaadaan ikasi
jam secara fungsional masalah
perawatan pada kerusakan utama
diharapkan yang terjadi terjadinya
klien bisa gangguan
menggerak mobilitas
kan sendi fisik
secara b. Monitor fungsi b. Menentukan
bebas. motorik dan kemampuan
sensorik setiap hari mobilisasi
c. Lakukan latihan c. Mencegah
ROM terjadinya
kontraktur
d. Ganti posisi setiap d. Terhindar
2 jam sekali dari
dekubitus
e. Observasi keadaan e. Mencegah
kulit seperti adanya secara dini
kemerahan, lecet terjadinya
pada saat merubah dekubitus.
posisi atau
memandikan
3. Resiko Infeksi Tujuan: 1. Ukur tanda-tanda 1. Deman
berhubungan vital mengindikasika
Tidak terjadi infeksi
dengan insisi n adanaya
pada insisi
pembedahan infeksi
pembedahan
Kriteria hasil:
2. Lakukan cuci
2, Mengurangi
a. Mencapai tangan sebelum dan
resiko
pemulihan luka sesudah ke pasien
kontaminasimi
sesuai waktunya
croorganisme
b.Luka insisi bebas
3. Observasi luka 3. Memberikan
dari tanda-tanda
deteksi dini
infeksi
luka apakah
c.Tidak terdapat ada tanda-tanda
drainage pruluren infeksi
atau eritema pada
luka insisi
4. Mencegah
4. Lakukan
infeksi dan
perawatan luka
mencegah
dengan teknik steril
kontaminasi
microorganise
5. Menghambat
microorganism
5. Koolaborasi
e tumbuh dan
pemberian
penyebaran.
Antibiotik
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
PARAF
HARI/TANGGAL WAKTU IMPLEMENTASI
DAN NAMA
Rabu,agustus 06.30 Membantu memandikan pasien, wawan
2020 membereskan tempat tidur pasien,
mengkaji pasien
Respon :
Keluhan klien mengatakan luka
sangat sakit, dan kedua kaki masih
lemas krn spinal ansthesi
Hasil :
Kedua ekstremitas kiri kaki dan
tangan kaki klien masih lemas
dan kebas
O:
Pasien sering menutup mata dan memegang kepala
Klien masih terpasang NGT
TD = 120/70 mmHg
Nadi = 74 x / menit
Acara Infus : RL 20 tetes/menit
Klien tampak somnolen
Klien lemas
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan di rumah
S;
Keluarga klien menanyakan kenapa klien tidur terus
Keluarga klien menanyakan keaadaannya
O:
Kesadaran somnolen
Terpasang infus RL
Klien diberikan obat sesuai advice dokter
a.Citicoline 250mg per IV
b.Meropenem 1 gr per IV
c.Omeprazole 40 mg per IV
d.Sanmol 100mg per IV
Hasil : obat diberikan secara IV sesuai prinsip 7 B
Klien posisi tidur fowler
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. SIMPULAN
Stroke atau cedera cerebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Stroke di
sebabkan oleh, trombosis, embolisme serebral. Faktor resiko pada stroke
adalah hipertensi, penyakit kardiovaskuler, kolesterol, obesitas, dan diabetes.
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern
saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi
hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang
mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik
pada usia produktif maupun usia lanjut.
Jadi, stroke adalah kelainan fungsi otak yang disebabkan adanya gangguan
suplai darah otak akibat oklusi pembuluh darah parsial atau total yang ditandai
timbulnya deficit neurologis fokal secara mendadak yang menetap setidaknya
24 jam.
Pada saat dilakukan pengkajian terhadap klien didapatkan hasil anamneses
bahwa Tn.A 55 tahun didiagnosa dengan stroke non hemoragik. Dirawat di
ruang bedah rumah sakit swasta Bandung.
Pengkajian dilakukan pada agustus 2020, dan diapatkan masalah yang perlu di
berikan asuhan keperawatan tersebut. Diagnosa yang timbul dan perlu ditangani
asuhan keperawatan yaitu :
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d kerusakan aliran darah ke otak
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan untuk makan sendiri
3. Hambatan mobilitas fisik b.d hemiplegia
Dalam asuhan keperawatan pada Tn A ini , klien juga mendapatkan tindakan
kolaborasi dengan diberikan therapi medis anatara lain:
Citicoline amp 250 mg 1x1, Meropenem 1 gram 1x1, sanmaol forte tab 100 mg
3x1, flixotide 0,5 mg Nebule 2 ml, combivent nebule 2,5 ml, omeprazole 1x4
mg (IV), 1x150 mg irbesartan, Heparin 10.000 unit/24 jam, Manitol 4x150 cc,
Clopidogrel 1x75 mg 1x1
Asuhan keperawatan pada TN. A sudah di lakukan sesuai prosedur dan
ketentuan asuhan keperawatan yang berlaku, Dalam melakukan askep hanya 2
hari ini sudah ada peningkatan keadaan umum dari Tn.A tersebut, karena
didukung oleh tim tenaga kesehatan lainnya, akan tetapi dalam asuhan
keperawatan 2 hari ini evaluasi hasil sudah sedikit membuat pasien lebih baik,
dan selanjutnya asuhan keperawatan akan dilanjutkan sesuai masalah yang ada
didalam pasien tersebut.
2. SARAN
Bagi mahasiswa: mempersiapkan konsep terori tentang asuhan
keperawatan dengan penyakit stroke dan meningkatkan keterampilan dalam
pemberian asuhan keperawatan dan lebih banyak mencari informasi, membaca
serta mempelajari tentang stroke baik dari buku-buku sumber maupun media
lain agar menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien dengan stroke.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa
Edisi 8. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pesyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Potter dan Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktek Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC
Smeltzer dan Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth Volume 1. Jakarta: EGC
Taylor, C. M dan Sheila S.R.2010. Diagmosis Keperawatan Dengan Rencana
Asuhan. Jakarta: EGC.