Anda di halaman 1dari 11

Latar Belakang

Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli
keperawatan, dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk
memandang, menilai situasi kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam
mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi dan
apa yang harus dia lakukan. Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik,
penelitian dan proses belajar-mengajar dalam bidang keperawatan sehingga perlu
diperkenalkan, dikaji dan dikembangkan untuk memperkuat profesi keperawatan.

Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik secara teoritis maupun
empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada sehingga perawat dapat memahami
dan mengaplikasikan teori-teori tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada klien sesuai keadaannya.

A. Sejarah Teori Culture Care


Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan
seorang pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan
keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional
pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan
budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya
setelah tamat dari program diploma di “St. Anthony’s School of Nursing” di
Denver.
1. Madeleine lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di sebuah lahan
pertanian hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang saudari.
2. Tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi kadet di korps perawat dan
mengambil program diploma di sekolah perawat St. Anthony, Denver.
Hal yang juga mendorong dia menjadi seorang perawat di karenakan
salah satu bibinya menderita penyakit jantung bawaan, dia ingin
membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia, khususnya di
bidang perawatan.
3. Tahun 1948, menyelesaikan diploma keperawatan.
4. Tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu filsafat
dan humaniora dariBenedictine College di Atchison, Kansas. Membuka
pelayanan keperawatan dan program pendidikan jiwa di Creighton
University di Omaha , Nebraska.
5. Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari
University chatolik of America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati
dan memulai program pendidikan jiwa pertama di Amerika.
6. Tahun antara 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur
program pasca sarjana di Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku
tentang keperawatan psikiatrik, di sebut Konsep Dasar Keperawatan
Jiwa, dalam sebelas bahasa dan digunakan di seluruh dunia.
7. Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama mendapat gelar Ph.D
dalam antropologi, di Washington University. sebagai bagian dari proses
beliau mencari penyelesaian masalah tidak cukup adekuat intervensi
kejiwaan tradisional menjawab kebutuhan anak-anak dengan latar
belakang budaya yang berbeda-beda.
8. Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi di
University of Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan
transkultural di perkenalakan di dunia keperawatan.
9. Tahun 1969-1974, sebagai dekan,professor keperawatan dan dosen
antropologi di University Of Washington school of Nursing.
10. Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah University
dan membuka program pertama untuk master dan doktoral transkultural
keperawatan.
11. Tahun 1981, professor dan direktur pusat penelitian kesehatan di Wayne
State University. Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa
penghargaan, antara lain :
a. Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam
mengajar.
b. The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.
c. Gershenson’s Research Fellowship Award.
d. Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award”
oleh California State University.
12. Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau menerbitkan
teorinya tentang perawatan keanekaragaman budaya dan universal dan
menciptakan istilah “culturally congruent care’ sebagai tujuan dari
teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku keanekaragaman budaya
perawatan dan universal. Mengembangkan metode Ethnonursing dan
melakukan penelitian di lapangan dengan membaur hidup bersama suku
Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea tentang perawatn
transkultural.

B. Teori dan model konsep keperawatan Transkultural


1. Pengertian teori Transkultural
Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M.
leininger dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini
menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana
perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan
kepercayaan.
Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan,
ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan
budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan
kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
Transkultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan
budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus
memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah
esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan
sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada
individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada
manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa
pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara
umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan
dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya
bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.

2. Konsep dalam Transkultural Nursing


a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota
kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk
dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih
diinginkanatau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu
waktu tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk
yangoptimal dari pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya
individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap
lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin
kembali lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris, diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang
lain. adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang
menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik.
e. Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok
budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang
lazim.
f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.
g. Etnografi, adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan
metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat
untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan
budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk
mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan
timbal balik diantara keduanya.
h. Care, adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan,
bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok
dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual
maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.
i. Caring, adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga
atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j. Cultural Care, berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk
mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan
untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan
individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam
keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Culturtal imposition, berkenaan dengan kecenderungan tenaga
kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai
diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki
oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

3. Paradigma Transkultural Nursing


Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan
transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep
dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan, yaitu :
a. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang
memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna
untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut
Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia
berada.
b. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien
dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan
sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan
memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi
dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan
yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam
rentang sehat-sakit yang adaptif.
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena
yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku
klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas
kehidupandimana klien dengan budayanya saling berinteraksi.
Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh
manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman
padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir
tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok
ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial
individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku
di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan
bentuk dan simbol yangmenyebabkan individu atau kelompok
merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan
atribut yang digunakan.
d. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai
dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan(Leininger,
1991) adalah :
1) Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien
tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan
implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien
dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolah raga setiap pagi
2) Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya.
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini
dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan
dapat diganti dengan sumber protein hewani.
3) Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang
dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya
merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya
merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang
dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.

4. The Sunrise Model (Model Matahari Terbit).


Matahari terbit sebagai lambang/ symbol perawatan. Suatu
kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini dengan pandangan
dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah
yang membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan
dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki berfokus pada
keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum.
Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau
garis hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan
sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak
terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka.
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi
keperawatan tidak tampak pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak
dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut
dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi
keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai
yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah
keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi pandangan
klien. Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk memberikan
panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan
kebudayan serta penelitian ilmiah.
Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari konseptual
model asuhan keperawatan transkultural. Terdapat 7 (tujuh) komponen
dalam sunrise model tersebut, yaitu :
a. Faktor Teknologi ( Technological Factors )
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan
individu untuk memilih atau mendapat penawaran untuk
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan
dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat perlu
mengkaji berupa persepsi individu tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
saat ini, alasan mencari kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan.
b. Faktor keagamaan dan falsafah hidup ( Religous and Philosofical
Factors)
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan
pandangan dan motivasi yang realistis bagi para pemeluknya.
Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk menempatkan
kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama
yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa,
mempunyai konsep diri yang utuh.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social
Factors)
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh
perawat : nama lengkap dan nama panggilan dalam keluarga,
umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga,
hubungan klien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang
dilakukan rutin oleh keluarga.
d. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and
Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri
manusia mengenai apa yang dianggap baik dan buruk. Hal-hal
yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya
hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan,
kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang
berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan
dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
e. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga
yang menunggu.
f. Faktor ekonomi ( Economical Faktor )
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya dimanfaatkan
klien antara lain asurannsi, biaya kantor, tabungan. Faktor
ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti
pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan.
g. Faktor pendidikan (Educational Factor)
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman
individu dalam menmpuh jalur pendidikan formal tertinggi saat
ini. Semakin tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya
harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan
meliputi tingkat pendidikan, jenis pendidikan, serta kemampuan
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali.
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Transkultural dari Leininger
1. Kelebihan :
a. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat
memberikan pengetahuan kepada perawat dalam pemberian
asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
b. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori
Orem, King, Roy, dll).
c. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya
yang akan berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan
terhadap rumah sakit.
d. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk
membuat keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan
keperawatan.
e. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan .
2. Kelemahan :
a. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri
sendiri dan hanya digunakan sebagai pendamping dari berbagai
macam konseptual model lainnya.
b. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam
mengatasi masalah keperawatan sehingga perlu dipadukan
dengan model teori lainnya.

http://rahmaniarjasan.blogspot.com/2017/02/teori-keperawatan-madeleine-
leininger_41.html
http://macrofag.blogspot.com/2013/03/model-konsep-madeline-leiningger.html

Anda mungkin juga menyukai