Anda di halaman 1dari 35

EVIDENCE BASED PRACTICE

PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP KADAR GLUKOSA


PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI
RS AL-ISLAM BANDUNG

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3

1. Wielyana Nabila R S.Kep


2. Mega Shilviana R S.Kep
3. Lilis Anisa Solihat S.Kep
4. Siti Laelatul Qodariah S.Kep
5. Nuri Nurpadillah S.Kep
6. Imas Nurjanah S.Kep
7. Ica Purnamasari S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…..
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Evidence Based
Practice yang berjudul : PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP
KADAR GLUKOSA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI RS
AL-ISLAM BANDUNG. Shalawat beserta salam kami tunjukan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan para sahabatnya.
Dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, kelompok
kami berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Akhirnya
dengan mengucapkan syukur alhamdulilah akhirnya kami dapat menyelesaikan
pembuatan Evidence Based Practice ini sesuai waktu yang diharapkan. Begitu
pula dalam Evidence Based Practice ini masih banyak kekurangan, untuk itu
kelompok kami mengharapkan masukan baik kritik maupun saran yang sifatnya
membangun. Akhir kata semoga Alloh SWT membalas semua budi baik yang
telah diberikan kepada kita semua.
Dalam pembuatan laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yth :

1. A Mulyana, SH., M.Pd., MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana.

2. Dr. Entris Sutrisno, MH.Kes., Apt selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana

Bandung.

3. Rd. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung.

4. Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung.

i
5. Sumbara, S. Kep., Ners., M. Kep selaku koordinator stase Keperawatan

Medikal Bedah Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas

Bhakti Kencana.

6. Rizki Muliani, S. Kep., Ners., MM selaku pembimbing akademik stase

Keperawatan Medikal Bedah Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana.

7. Nur Intan, S. Kep., Ners., M. Kep selaku pembimbing akademik stase

Keperawatan Medikal Bedah Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana.

8. Tuti S, S. Kep., Ners., M. Kep selaku pembimbing akademik stase

Keperawatan Medikal Bedah Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana.

9. Sri Wulan, S. Kep., Ners., M. Kep selaku pembimbing akademik stase

Keperawatan Medikal Bedah Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana.

10. Seluruh Clinical Instructor (CI) Rumah Sakit Al-Islam Bandung yang telah

membimbing dan banyak memberikan wawasan dan segala bentuk bantuan.

11. Seluruh karyawan di ruang Darussalam 3. Ruang Darussalam 5, ruang

Hemodialisa, dan ruang Instalansi Bedah Sentral Rumah Sakit Al-Islam yang

telah membimbing dan banyak memberikan wawasan dan segala bentuk

bantuan.

12. Kepada semua sahabat, teman-teman seperjuangan Program Studi Profesi Ners

Angkatan 2019 yang telah memberikan support dan motivasi.

ii
13. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

membantu dan memberikan motivasi pada penulis.

Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih

terdapat kekurangan mengingat keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki,

demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak dalam rangka penyempurnaan Skripsi ini. Akhir kata semoga Skripsi ini

dapat bermanfaat bagi seluruh para pembacanya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandung, 3 November 2019

Kelompok 3

DAFTAR ISI

iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................ 7
2.1 Konsep Diabetes Mellitus ................................................................................. 8
2.2 Konsep Diabetes Melitus Tipe 2 ...................................................................... 11
2.3 Konsep Akupresure .......................................................................................... 15
BAB III ANALISIS JURNAL ................................................................................... 19
3.1 STEP 0 ........................................................................................................... 19
3.2 STEP 1 ............................................................................................................ 19
3.3 STEP 2 ............................................................................................................ 19
3.4 STEP 3 ............................................................................................................. 20
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 27
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 27
4.2 Saran ................................................................................................................ 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik akibat


pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak dapat
memanfaatkan insulin yang diprodukasi secara efektif, dan menimbulkan
konsentrasi glukosa dalam meningkat (American Diabetes Association,
2009).
Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein, mengarah ke hipoglikemia (kadar glukosa darah tinggi). Diabetes
melitus adalah penyakit yang memiliki tanda-tanda yaitu peningkatan kadar
gula di dalam darah dengan karakteristik terdapat resistensi insulin dan
kurangnya insulin yang relatif dan bisa terjadi komplikasi akut maupun
kronis. Diabetes melitus adalah merupakan suatu penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) yang terjadi
karena adanya gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin maupun kedua
duanya (American Diabetes Association, 2013)
Pravalensi dan insidensi penderita DM tipe 2 meningkat secara signifikan
dari tahun ke tahun, penyakit ini menjadi sebuah ancaman kesehatan global
(PERKENI, 2015). Studi populasi Diabetes Mellitus tipe 2 di berbagai negara
melaporkan bahwa jumlah penderita DM di dunia telah mencapai 425 juta
jiwa, dimana prevalensi diabetes cenderung lebih tinggi pada pria (221 juta
jiwa)dibanding wanita (204 juta jiwa). Angka kematian akibat dari DM yang
dilaporkan adalah sebesar 4 juta jiwa, diprediksi jumlah penderita DM Pada
tahun 2045 mengalami peningkatan yang mencapai 629 juta jiwa.
Amerika Serikat menempati urutan ke tiga dunia dengan pravalensi
penderita diabetes melitus 30,2 juta jiwa. Tahun 2045 diperkirakan terjadi
peningkatan 35,6 juta jiwa. Di Asia timur negara cina menempati posisi

1
tertinggi pertama dunia dengan jumlah penderita diabetes melitus sebanyak
114,4 juta jiwa. Pada tahun 2045 diperkirakan meningkat 134,3 juta jiwa
(IDF, 2017). Indonesia menempati urutan ke 6 sebagai negara dengan jumlah
penderita DM terbanyak didunia setelah China, India, United States, Brazil
dan Mexico.
Data Kementerian Kesehatan tahun 2013 diperoleh informasi 6,7%
kematian disebabkan oleh komplikasi penyakit DM yang menjadikan
penyakit ini sebagai pembunuh nomor 3 di negara ini. Karena kebanyakan
penderita diabetes tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit ini
sampai terjadi komplikasi fatal. Pengelolaan diabetes melitus menjadi hal
yang penting karena penyakit ini merupakan penyakit yang diderita seumur
hidup, untuk itu diperlukan pencegahan agar memperlambat timbulnya
komplikasi sedini mungkin (PERKENI, 2015).
Mengendalikan kadar glukosa darah yang tinggi merupakan salah satu
cara terbaik untuk menghindari komplikasi diabetes melitus. Jika diabetes
melitus tidak ditangani dengan tepat dapat mengakibatkan terjadinya
komplikasi penyakit penyerta seperti neuropati, hipertensi, jantung koroner,
retinopati, nefropati, dan gangren (Mihardja, 2009). Kesadaran dan disiplin
dalam melakukan pengobatan penyakit diperlukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
Penanganan konservatif DM menurut PERKENI (2011) adalah adanya
pendidikan kesehatan, perencanaan makan, latihan jasmani, intervensi
farmakologi/pengobatan dan monitor kadar gula darah. Kelima hal tersebut
merupakan satu kesatuan penanganan klien dengan DM.
Pengendalian diabetes melitus melalui peran maupun kolaborasi tim,
mempunyai tujuan untuk menurunkan insiden, mencegah resiko penyakit dan
komplikasi lainnya, serta mempertahankan kadar gula darah dalam rentang
normal bagi klien diabetes melitus. Pengendalian ini dengan menggunakan
terapi farmakologi dan non farmakologi (Smeltzer et al, 2002)

2
Pengendalian kadar glukosa darah dapat berupa pemberian obat
antihiperglikemia oral (OHO) maupun obat antihiperglikemia suntik, terapi
ini diberikan tergantung pada tingkat keparahan penyakit yang diderita
pasien. Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat) (PERKENI, 2015). Terdapat beberapa
terapi komplementer yang telah terbukti dalam mengendalikan kadar gula
darah seperti refleksi dan bekam basah. Penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari (2015) menunjukkan bahwa kegiatan pengobatan alternatif terapi
bekam basah efektif menurunkan kadar glukosa darah. Pengobatan tradisional
Cina berusia ribuan tahun dan melibatkan praktek-praktek seperti akupunktur,
akupresur, herbal, pijat, dan qi gong.
Pengobatan Cina melibatkan diagnosis dan pengobatan gangguan qi
(diucapkan "chee"), atau energi vital (Williams & Hopper, 2015). Terapi
komplementer adalah cara yang mudah ditemukan, aman, efektif, murah dan
efisien untuk memperbaiki kadar glukosa darah salah satunya akupunktur
(Dunning, 2014). Terapi akupunktur pada dasarnya dilakukan dengan
memberikan rangsangan pada titik di permukaan tubuh atau yang dikenal
dengan titik meridian sebagai usaha dalam menjaga keseimbangan fungsi-
fungsi organ. Akupunktur lebih dikenali sebagai terapi yang menggunakan
media jarum, pada titik akupunktur dipermukaan tubuh ini terbukti sebagai
reseptor yang dapat dirangsang dengan berbagai macam cara asalkan berupa
energy (Tang et al., 2014). Salah satunya tekanan menggunakan jari yang
dikenal sebagai terapi akupresur, terapi akupresur dan akupunktur didasarkan
pada teori dan titik akupuntur yang sama (K. Saputra, 2014).
Akupresur bisa mengaktifkan glucose-6-phosphate (salah satu enzim
metabolisme karbohidrat) dan bisa berefek pada hipotalamus. Akupresur
bekerja pada pankreas untuk meningkatkan sintesis insulin, meningkatkan
salah satu reseptor pada sel target, dan mempercepat penggunaan glukosa
didalam sel, sehingga hasilnya adalah menurunkan kadar gula yang ada di
darah. Titik-titik akupresur yang sering digunakan adalah pada Pishu (BL 20),
Feishu (BL 23), Shenshu (BL 23), Zusanli (ST 36), Sanyinjiao (SP 6), Hegu

3
(LI 4) (Ingle et al, 2011). Sensitifitas insulin akan baik ditambah dengan
meningkatnya GLUT 4 sehingga menyebabkan kapasitas untuk membawa
glukosa serta pemakaian glukosa dalam sel juga akan semakin meningkat
(Patil dan Pardhesi, 2011).
Penelitian-penelitian terapi komplementer, intervensi dengan terapi
akupresur menjadi pilihan yang disarankan diantara terapi komplementer
lainnya, karena bersifat sederhana dan mudah diterapkan bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara mandiri. Selain itu, akupresur adalah
tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat dan merupakan salah satu
tindakan yang telah diakui sebagai salah satu tindakan keperawatan dalam
Nursing Intervention Classification (Dochterment & Bulecheck, 2004).
Bahkan menurut Dupler (2005), akupresur merupakan suatu terapi yang
efektif baik untuk mencegah maupun untuk terapi. Selain itu, tehnik
akupresur mudah dipelajari dan dapat diberikan dengan cepat, biaya murah
dan efektif untuk mengatasi berbagai gejala.
Menurut Black dan Hawks (2014) mengemukakan bahwa akupresur
merupakan metode non invasive. Akupresur nyaman dilakukan pada diabetesi
karena tidak ada ketakutan penusukan jarum (E. V. Saputra, 2017).
Akupresur merupakan salah satu bentuk terapi yang dapat dilakukan untuk
membantu menstabilkan glukosa darah penderita diabetes melitus. Akupresur
merupakan pengobatan yang termasuk kategori Manipulative and body-based
modalities didasarkan pada teori Meridian dengan teori Ying/Yang dalam
ilmu filsafat timur (Williams & Hopper, 2015).
Organisasi kesehatan dunia mengakui akupresur sebagai pengobatan
untuk mengaktifkan neuron di sistem saraf, dimana ia merangsang kelenjar
endokrin dan dapat menghidupkan organ bermasalah (Dupler, 2016).
Roohallah dan Fatemeh (2011) menggabungkan terapi akupresur,
hipnoterapi, dan meditasi transendental yang menyimpulkan bahwa gabungan
intervensi tersebut efektif menurunkan glukosa darah pasien diabetes tipe 2.
Berdasarkan data dilapangan selama 46 hari kelompok berdinas di ruang
Darussalam 3 didapatkan data 48 orang yang datang dengan riwayat Diabetes

4
Mellitus, dimana terdapat 33 orang diantaranya datang dengan kadar gula
darah sewaktu yang cukup tinggi yaitu >170 gr/dL, dan 15 orang diantaranya
sudah terdapat komplikasi yaitu ulkus diabetikum yang sudah mengalami
gangren. Dari 15 orang tersebut, 6 diantaranya direncanakan untuk di
amputasi pada bagian digiti karena sudah mengalami nekrotik. Hasil
wawancara kepada 7 orang pasien dengan DM, 2 orang mengatakan memiliki
riwayat DM sejak 12 tahun yang lalu, 5 orang diantaranya mengatakan bahwa
penyakitnya diturunkan dari keluarganya. Tanda gejala yang disebutkan dari
masing-masing orang berbeda, ada yang mengatakan sering lemas, mengeluh
pegal di daerah kaki, dan yang lainnya. Upaya yang dilakukan adalah dengan
berobat ke puskesmas, terapi herbal, dan jenis terapi lainnya. Namun untuk
jenis terapi akupresur belum ada satupun yang tahu bahkan belum pernah
menerapkannya. Maka dari itu, kelompok kami tertarik untuk mengambil
kasus yang berjudul “EVIDENCE BASED PRACTICE PENGARUH
TERAPI AKUPRESUR TERHADAP KADAR GLUKOSA PADA
PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI RS AL-ISLAM
BANDUNG”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah Dalam Penelitian Ini Adalah “Adakah Pengaruh


Terapi Akupresure Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Mellitus Di Rumah Sakit Al-Islam Bandung?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum :

Mengetahui Pengaruh Pengaruh Terapi Akupresure Terhadap kadar


gula darah Pada Pasien diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Al-Islam
Bandung.

5
1.3.2 Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi Kadar Gula Darah Sebelum Dilakukan Terapi


Akupresure Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Mellitus Di Rumah Sakit Al-Islam Bandung.
2. Mengidentifikasi Kadar Gula Darah Sesudah Dilakukan Terapi
Akupresure Terhadap kadar gula darah Pada Pasien diabetes Mellitus
Di Rumah Sakit Al-Islam Bandung.
3. Mengidentifikasi Pengaruh Terapi Akupresure Terhadap kadar gula
darah Pada Pasien diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Al-Islam
Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

1. Bagi Ilmu Keperawatan


Penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumbangan ilmu berupa
standar operasional mengenali intervensi keperawatan yang dapat di
gunakan dalam penanganan kadar gula yang tinggi dan dapat
menjadi bahan referensi berupan evidence based practice mengenai
Pengaruh Terapi Akupresure Terhadap Kadar Gula Darah Pada
Pasien diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Al-Islam Bandung.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini di harapkan bisa menjadi data dasar untuk
melakukakan penelitan mengenai terapi non farmakologi untuk
mengatasi peningkatan kadar gula darah pada klien DM

1.4.2 Praktis

1. Bagi Rumah sakit


Penelitian ini di harapkan dapat menjadi rekomendasi bagi Rumah
Sakit dalam memberikan pedoman asuhan keperawatan dan dapat

6
menggunakan sebagai salah satu teknik dalam penanganan pada
klien DM yang mengalami peningkatan kadar gula darah.

7
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Mellitus


2.1.1 Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan, (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin,2009).
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerjainsulin yang tidak adekuat (Smeltzer,2008).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron
(Mansjoer dkk,2007).
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang
dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama penyakit kencing manis. DM
adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi secara kronis atau menahun
karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin yang cukup akibat gangguan
pada sekresi insulin, hormon insulin yang tidak bekerja sebagaimana
mestinya atau keduanya (Kemenkes RI, 2014).
Diabetes mellitus adalah merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperrglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin dan Diabetes mellitus adalah penyakit yang

8
ditandai oleh tingginya kadaar glukosa dalam darah, pada dasarnya hal ini
karena tubuh kekurangan hormone insulin yang diproduksi oleh kelenjar
pankreas ( Sri Hartini, 2009).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropati (Yuliana elin, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes
Mellitus merupakan suatu penyakit pada gangguan sistem endrokrin yang
mempunyai tanda gejala yang khas diikuti oleh peningkatan glukosa
dalam darah dikarenakan organ pancreas tidak dapat atau hanya mampu
mengeluarkan sedikit insulin.

2.1.2 Epidemiologi
Prevalensi penderita DM di seluruh dunia sangat tinggi dan cenderung
meningkat setiap tahun. Jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 422
juta penderita pada tahun 2014. Jumlah penderita tersebut jauh meningkat
dari tahun 1980 yang hanya 180 juta penderita. Jumlah penderita DM yang
tinggi terdapat di wilayah South-East Asia dan Western Pacific yang
jumlahnya mencapai setengah dari jumlah seluruh penderita DM di seluruh
dunia. Satu dari sebelas penduduk adalah penderita DM dan 3,7 juta kematian
disebabkan oleh DM maupun komplikasi dari DM (WHO, 2016).
Penderita DM di Indonesia berdasarkan data dari IDF pada tahun 2014
berjumlah 9,1 juta atau 5,7 % dari total penduduk. Jumlah tersebut hanya
untuk penderita DM yang telah terdiagnosis dan masih banyak penderita DM
yang belum terdiagnosis. Indonesia merupakan negara peringkat ke-5 dengan
jumlah penderita DM terbanyak pada tahun 2014. Indonesia pada tahun 2013
berada diperingkat ke- 7 penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah
penderita 7,6 juta (Perkeni, 2015).

9
2.1.3 Klasifikasi
Organisasi profesi yang berhubungan dengan DM seperti American
Diabetes Association (ADA) telah membagi jenis DM berdasarkan
penyebabnya. PERKENI dan IDAI sebagai organisasi yang sama di Indonesia
menggunakan klasifikasi dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang
dibuat oleh organisasi yang lainnya (Perkeni, 2015). Klasifikasi DM
berdasarkan etiologi menurut Perkeni (2015) adalah sebagai berikut :
1. Diabetes melitus (DM) tipe 1
DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di pankreas.
kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi
secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun
dan idiopatik. Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM)/Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) Lima persen
sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe 1. Sel-sel betadari
pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun.Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula
darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun
(Corwin,2009)
2. Diabetes melitus (DM) tipe 2
Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi insulin.
Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara
optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh.
Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe
2 dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi insulin absolut.
Tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) Sembilan puluh persen sampai
95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olahraga Jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan

10
Jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling
sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka
yang obesitas.
3. Diabetes melitus (DM ) tipe lain
Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat
disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat
kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM.
4. Diabetes melitus Gestasional.
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.

2.2 Konsep Diabettes Tipe 2


2.2.1 Pengertian
Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia, terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan
penyakit hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin
mungkin sedikitmenurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin
tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II
dianggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus.
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di
tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas dan atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin).
2.2.2 Patofisiologi
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu :

1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas

11
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon
insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”.
Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas
fisik serta penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi
produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan
sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2.
Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat
relatif dan tidak absolut.
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas.
Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan
menyebabkan defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan
insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya
ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi
insulin.
2.2.3 Faktor Resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah,
faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American
DiabetesAssociation (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang
tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan DM (first degree
relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayatmelahirkan bayi dengan berat badan
lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan
riwayat lahir dengan beratbadan rendah (<2,5 kg).1,9 Faktor risiko yang
dapatdiubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut
≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik,
hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.

12
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita
polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolic memiliki
riwatyat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler
seperti stroke, PJK, atau peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi
alkohol, faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin, konsumsi kopi dan
kafein.
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah,
pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan
tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan
dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen
diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya
orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang
menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien
Diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun.
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
4000 gram

13
7. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.
Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua
sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami
penyakitini.
8. Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan
peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini
dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak
aktifan fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari
lingkungan tradisional kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi
perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan
dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu metabolisme
gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit
regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan
meningkat tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari
60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720
ml.

2.2.4 Gejala Klinis


Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut
diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan), polidipsia (banyak
minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu
makan bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam
waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada

14
ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan
atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.

2.3 Konsep Akupresure


2.3.1 Pengertian
Akupresur merupakan suatu metode tusuk jari yang didasarkan pada
pengetahuan bahwa semua organ tubuh manusia dihubungkan satu sama
lain oleh suatu saluran (meridian) yang menjelajahi seluruh permukaan
tubuh untuk menghantarkan energi ke seluruh tubuh (Sunetra, 2004).
Akupresur adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan tradisional jenis
keterampilan dengan cara merangsang titik tertentu melalui penekanan
pada permukaan tubuh dengan menggunakan jari maupun benda tumpul
untuk tujuan kebugaran atau membantu mengatasi masalah kesehatan
(Kemenkes, 2011).
Menurut Wong (2011), menjelaskan perbedaan akupresur dengan
akupunktur, akupresur dilakukan dengan menggunakan jari tangan
sedangkan akupunktur dengan menggunakan jarum, namun menggunakan
titik tekan yang sama pada meridian organnya. Meridian merupakan jalur-
jalur aliran energi vital yang ada pada tubuh manusia yang
menghubungkan masing-masing bagian tubuh membentuk sebuah
kesatuan yang utuh dalam tubuh (Kemenkes, 2015).
2.3.2 Klasifikasi Akurpresur
Akurpresur berkembang dari naluri manusia untuk memegang,
menekan, atau memijat-mijat bagian tubuh ketika terluka atau cedera. Para
pendeta Tao dari zaman China Kuno memformulasikan pengematan
mereka akan naluri pengobatan sendiri (self jealing) ini menjadi suatu
sistem yang dinamakan “Tao Yin” (‘Tao’ berarti ‘jalan’, sedang ‘Yin’
berarti keluhan-keluhan yang spesifik sekaligus suatu sistem untuk
memelihara kesehatan secara umum. Tao-Yin berkembang menjadi “Do-
in”, seni mempertahankan keremajaan melalui pemijatan diri sendiri.
Selanjutnya, tabib-tabib China menambahkan serangkaian sistem

15
diagnosis dan penanganan penyakit untuk merangkai suatu pendekatan
medis yang lebih lengkap.
Akuperesur kini mewakili serangkaian teknik pijat, yang
menggunakan tekanan secara manual untuk menstimulasi titik-titik energi
ditubuh. Sang terapis melakukan tekanan dalam bobot ringan sampai
sedang dengan jari-jari tangannya, dan kadang-kadang juga dengan siku,
lutut, atau kaki ke titik-titik yang sama yang digunakan dalam Akupuntur.
Banyak ragam Akurpresur telah berkembang seiring dengan waktu.
1. Shiatsu
Secara harfiah kata shiat-su berarti jari (shi) dan tekanan (atsu),
serangkaian penekanan menggunakan jari secara berirama, keseluruh
bagian tubuh sepanjang meridian energi. Terapi ini juga termasuk
peregangan dan tepukan. Titik-titik tekan hanya disentuh antara 3-5
detik. Penanganan ini bisa merangsang sekaligus menenangkan.
Shiatsu adalah versi Jepang dari Akurpresur, dan kini menjadi
semakin populer di dunia barat.
2. Jin Shin
Suatu pola penekanan yang lembut dan berkepanjangan pada
titik-titik Akupuntur yang penting pada meridian dan jalur-jalur yang
terpilih, setiap titik ditekan selama 1-5 menit. Terapi ini dilakukan
dalam keadaan meditatif untuk menyeimbangkan chi, sang energi
vital.
3. Do-in
Suatu bentuk pemijatan terhadap diri sendiri pada otot dan titik-
titik meridian. Do-in juga mencakup gerakan, peregangan, dan latihan
pernafasan.
4. Tui-Na
Ini adalah versi China untuk pijat yang merangsang titik-titik
akurpresur dengan menggunakan berbagai ragam gerakan tangan.

16
2.3.3 Cara Penekanan
Penekanan atau pemijatan pada titik akupresur dilakukan dengan
mempertimbangkan reaksi “yang“ yaitu reaksi yang menguatkan energi
(qi) sedang yang melemahkan energi (qi) disebut reaksi “yin”. Reaksi
“yang dan yin” dipengaruhi oleh lamanya penekanan atau arah penekanan.
Penekanan yang bereaksi menguatkan “yang”, dilakukan sebanyak 30 kali
tekanan dengan putaran mengikuti arah jarum jam atau searah dengan
jalannya meridian. Sedangkan penekanan untuk melemahkan atau
menguatkan “yin” dilakukan sebanyak 50 kali, putaran yang berlawanan
dengan jarum jam, berlawanan arah dengan meridiannya (Sunetra, 2004).
2.3.4 Manfaat
Akupresur dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit,
penyembuhan, rehabilitasi, menghilangkan rasa sakit, serta mencegah
kekambuhan penyakit (Sunetra, 2004). Di dalam tubuh manusia terdapat
12 (dua belas) meridian umum dan 2 (dua) meridian istimewa yang
mewakili organ-organ dalam tubuh, yang dapat dimanipulasi untuk
melancarkan energi (qi), sehingga tubuh menjadi seimbang/sehat (Wong,
2011).
Menurut Kemenkes, (2015) menjelaskan bahwa akupresur dapat
digunakan untuk meningkatkan stamina tubuh, melancarkan peredaran
darah, mengurangi rasa sakit, serta mengurangi stres/menenangkan
pikiran.
2.3.5 Larangan Pemijatan
Akupresur sebaiknya tidak dilakukan pada daerah yang terasa nyeri,
suhu badan meningkat, influenza berat, nyeri rematik, tidak sadar, daerah
kemaluan, serta tidak dilakukan pada kamar yang lembab (Sunetra, 2004).
Pemanfaatan akupresur sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dalam
keadaan terlalu lapar, kenyang, capai, emosi, setelah donor darah, serta
setelah berolahraga (Kemenkes, 2011). Menurut Kemenkes, (2015)
menjelaskan bahwa tindakan akupresur perlu dilakukan secara hati-hati
atau dikonsultasikan dengan dokter sebelum melakukan akupresur

17
mandiri, seperti pada pasien yang mengalami gangguan pembekuan darah,
kasus gawat darurat, memerlukan tindakan operasi, menggunakan obat
pengencer darah, tumor ganas, serta dalam keadaan hamil.

18
BAB III

ANALISA JURNAL

3.1 STEP 0

Pengangkatan topik PICOT

1. Apakah Akupresur berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah?


2. Bagaimana proses Akupresur dapat menurunkan kadar gula darah?
3. Apa alasan memilih Akupresur untuk dijadikan intervensi?
4. Berapa lama Akupresur dapat menurunkan kadar gula darah?

3.2 STEP 1

Pertanyaan Klinik dengan PICOT, rumusan PICOT yang diambil


adalah :
P : Populasi dalam penelitian yaitu seluruh responden yang memiliki
penyakit Diabetes Mellitus Tipe II di ruang Darussalam 3 Rumah Sakit
Al-Islam Bandung dengan jumlah 48 orang.
I : Intervensi dalam penelitian ini dimana responden diberikan terapi
Akupresur dengan pemijatan di titik-titik tertentu.
C : Membandingkan nilai kadar gula darah pasien yang berikan intervensi
terapi akupresur dengan pasien yang tidak diberikan intervensi terapi
akupresur.
O : Diharapkan setelah diberikan terapi akupresur ini kadar gula darah
pasien DM Tipe II mengalami penurunan.
T : Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2019.

3.3. STEP 2

Sumber jurnal yang di dapat :


1. https://www.google.co.id/url?q=https://media.neliti.com/media/publicati
ons/282066
2. https://www.google.co.id/url?q=https://ejournal.warmadewa.ac.id/indeks.
php/warmadewa_medical_journal/article/view/804

19
3. https://www.google.co.id/url?q=https://media.neliti.com/media/publicati
ons/91696
4. https://www.google.co.id/url?q=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
es/PMC6122868/

3.4 STEP 3

Critical Apparaisal PICOT


Terdapat beberapa sumber yang berisi mengenai keefektifan pemberian terapi
akupresur terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus
Tipe. Jurnal – jurnal yang di dapatkan sebagai berikut :
No Judul Jurnal Peneliti Tahun

Pengaruh Akupresur Jumari, Agung Waluyo,


1. Terhadap Kadar Glukosa Wati Jumaiyah, Dhea 2019
Darah Pasien DM Tipe II Natashia

The Influence of Acupresure


Therapy Against Blood
Musmuliadin, Sri Endang
2. Glucose Levels in Patients of 2018
Puji Astuti, Hotma
Type 2 Diabetes Mellitus in
Rumohorbo
the Prolanis Program (A
Study on Health in Ambalawi)

Pengaruh Terapi Akupresur Robiul Fitri Masithoh,


Terhadap Kadar Gula Darah Helwiyah Ropi, dan Titis
3. Pada Pasien Diabetes Melitus Kurniawan 2016
Tipe II di Poloklinik Penyakit
Dalam

The Effect of Intervention Asieh Zarvasi1, Ali


4. with Acupressure Therapy on Ansari Jaberi, Tayebeh 2019
Improving Overall Male Negahban Bonabi,
Sexual Performance Mahnaz Tashakori.

20
Analisis Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3 Jurnal 4

Judul Pengaruh Akupresur The Influence of Acupresure Pengaruh Terapi Akupresur The Effect of Intervention with
Terhadap Kadar Glukosa Therapy Against Blood Terhadap Kadar Gula Darah Acupressure Therapy on
Darah Pasien DM Tipe II Glucose Levels in Patients of Pada Pasien Diabetes Melitus Improving Overall Male Sexual
Type 2 Diabetes Mellitus in the Tipe II di Poloklinik Penyakit Performance
Prolanis Program (A Study on Dalam
Health in Ambalawi)

P Populasi dalam penelitian Populasi dalam penelitian ini Populasi dalam penelitian ini Populasi dalam penelitian ini
ini berjumlah 32 pasien DM berjumlah 34 pasien DM tipe II berjumlah 48 pasien DM tipe II berjumlah 60 pasien yang
tipe II yang dibagi menjadi
yang dibagi menjadi kelompok yang dibagi menjadi kelompok kemudian ditugaskan untuk 2
kelompok intervensi dan
kelompok konrtol. intervensi dan kelompok intervensi dan kelompok konrtol kelompok akupresur dan
konrtol. kelompok kontrol

I  Kelompok intervensi  Kelompok intervensi terapi  Kelompok intervensi Kedua kelompok dilakukan
terapi akupresure salama akupresur diberikan 3 kali mendapatkan terapi standar intervensi terapi akupresur
6 kali (2x dalam satu
selama 3 minggu. dari rumah sakit dan dengan tiga langkah sebelum,
minggu dilakukan
selama 3 minggu dalam  Kelompok kontrol hanya mendapatkan enam kali sesudah dan follow up.
waktu 10 menit) diberikan prolanis akupresur selama 3 minggu
 Kelompok kontrol tidak
Masing-masing kelompok dengan pengukuran gula
diberikan intervensi
diukur pada kadar glukosa darah setiap sebelum dan

21
darah pada hari ke-6, hari ke-12 sesudah dilakukan akupresur.
dan hari ke-18  Kelompok kontrol menerima
terapi standar dari rumah
sakit tanpa dilakukan terapi
akupresur, gula darah diukur
pada minggu pertama dan
minggu ketiga.

C  16 kelompok  17 kelompok intervensi  24 orang le;ompok intervensi  30 orang kelompok


interversi  17 kelompok kontrol  24 orang menjadi kelompok intervensi
 16 kelompok kontrol
kontrol  30 orang kelompok control

O Kelompok intervensi Kadar glukosa darah dalam Gula darah setelah dilakukan Setelah dilakukan terapi
mengalami penurunan kadar kelompok intervensi lebih akupresur (150,50) secara akupresur tidak ada perbedaan
glukosa darah (229,69 ± rendah dari kelompok kontrol. signifikan lebih rendah yang signifikan antara kelompok
87,90) yang secara statistik Hasilnya menunjukan bahwa dibandingkan sebelum akupresur kontrol akupresur dan mengenai
lebih rendah dari kelompok terapi akupresur dalam (181 mg/dl). Adapun gula darah usia, jenis kelamin dan tingkat
kontrol (248,75±108,45). Prolanis ini dapat menurunkan pada kelompok kontrol pada pendidikan. Tingkat insulin
Dan rata-rata glukosa darah kadar glukosa darah dengan minggu ketiga pada post test meningkat secara signifikan
sebelum dengan setelah nilai 139,53 (p=0.002). (188 mg/dl) secara sigifikan setelah pengobatan dalam

22
pada kelompok yang Penurunan kadar glukosa darah lebih tinggi daripada kelompok kelompok akupresur (p = 0.001).
dilakukan akupresur atau terlihat hari ke 6 dengan mean intervensi. Sedangkan tidak ada perbedaan
dengan kata lain secara 151,71, kemudian hari ke 12 yang signifikan antara tingkat
signifikan bahwa akupresur dengan nilai 145,41 dan pada insulin dalam studi atau
dapat menurunkan rata-rata hari ke 18 dengan niali 139,53 kelompok kontrol. Tingkat FBS
glukosa darah 29,19 mg/dL (<140 mg/dL). serum menurun secara signifikan
(p< 0,05). setelah intervensi dalam
kelompok akupresur
dibandingkan dengan kelompok
kontrol (p = 0.02).

T Tahun 2019 Tahun 2018 12 Mei-12 Juni 2016 September 2016-Februari 2017

Kelebihan Dalam jurnal ini penjelasan Dalam jurnal ini, peneliti lebih Dalam jurnal ini, peneliti lebih Penelitian ini lebih menekankan
tahapan-tahapan dan lokasi menekankan pada suatu yang rinci dalam memilih calon dan membandingkan efektivitas
titik penekanan pada dinamakan Prolanis (Program responden agar intervensi yang setiap titik dan efek keseluruhan
akupresure tergambarkan Penatalaksanaan Penyakit dilakukan lebih terlihat ada atau poin pada FBS dan tingkat
dengan jelas, di lengkapi Kronis) sehingga terapi tifdak efeknya. Karena dalam insulin dan lebih

23
dengan adanya gambar akupresur ini tepat diterapkan penelitian ini, tidak memberikan membandingkan
sehingga lebih mudah untuk pada kelompok tersebut yang kesempatan pada calon
di pahami memang sudah kronis responden yang pernah
menderita penyakit DM Tipe 2 melakukan akupresure
sebelumnya, dalam kurun waktu
3-4 kali dalam seminggu.

Kekurangan Peneliti selama melakukan Dalam penelitian ini, tidak Pada jurnal ini, peneliti tidak Dalam penelitian ini tidak
penelitian hanya berfokus dijelaskan kenapa tindakan mencantumkan lamanya dijelaskan kenapa harus lima
pada perubahan kadar terapi akupresur dilakukan 3 intervensi bisa dilakukan untuk menit untuk setiap titik dalam
glukosa darah tanpa melihat kali di hari ke 6, ke 12, dan ke memunculkan hasil tekanan 10 detik dan 2 detik
perubahan HbA1c yang 18. waktu istirahat.
kemungkinan besar muncul
dan berpengaruh tidak
dinilai dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini tidak
meneliti tentang efektifitas
waktu efektif penurunan
kadar glukosa pada

24
kelompok yang diberikan
terapi akupresur. Tidak
dilakukan Analisa data lebih
lanjut terhadap hubungan
variabel perancu dengan
kadar glukosa darah.

Analisis Akupresur efektif untuk Studi ini telah menunjukkan Hasil analisis menunjukan Hasil dari studi ini menunjukkan
menurunkan kadar glukosa bahwa kadar glukosa darah bahwa pada kelompok intervensi bahwa terapi akupresur dapat
darah, sehingga dapat menurun dalam kelompok terdapat adanya perbedaan yang dianggap efektif, cocok, dan
dijadikan rekomendasi intervensi pasien diabetes signifikan nilai kadar gula darah bermotivasi dengan
untuk dilakukan sebagai mellitus dengan tipe 2 setelah sebelum dan sesudah dilakukan menggunakan obat pelengkap
alternatif intervensi diberikan terapi akupresur terpai akupresur. Namun, dalam untuk mengontrol kadar glukosa
keperawatan dalam terintegrasi dalam program penelitian ini menyatakan tidak darah pada pasien dengan
menurunkan kadar glukosa prolanis. Mean penurunan ada hubungan yang bermakna diabetes mellitus tipe 2, dan
darah pasien DM Tipe II. kadar glukosa darah dalam antara status gizi kadar gula dapat mudah di implementasikan
Namun, intervensi kelompok eksperimen lebih darah sesudah dilakukan terapi oleh pasien tanpa perlu merujuk
akupresur pada hasil kadar baik daripda dalam kelompok akupresur. ke pusat perawatan kesehatan.
glukosa darah masih terlihat kontrol dengan nilai rata-rata

25
tinggi, faktor lain juga harus 140,00. Ini berarti mampu
diperhatikan dan perlu di mencapai batas tingkat glukosa
eksplorasi lebih lanjut. darah normal.

26
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hasil analisis dari pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya pada


makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa Terapi akupresur terhadap
penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dapat dijadikan
rekomendasi untuk dilakukan sebagai alternatif intervensi keperawatan dalam
menurunkan kadar glukosa darah pasien DM Tipe II.

Terapi akupresur pada suzanli (ST 36) yaitu cara yang efektif untuk
mengobati diabetes mellitus, terapi akupresur pada titik suzanli dapat
meningkatkan fungsi sekresi insulin dan dapat menurunkan kadar gula darah.

4.2 Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan data awal
bagi RS Al-islam Bandung untuk melanjutkan penelitian untuk mengetahui
apakah terapi akupresur dapat menurunkan kadar glukosa pada diabetes mellitus
tipe 2.

27
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association.(2009). Standart Of Medikal Care In Diabetes.


Diabetes Care: Jan 2009: Akademic Re Search Library Pg. S 13.

American Diabetes Association.(2011).Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus. Diakses pada 27 Oktober 2019 dari:
www.care.diabetesjournals.org/content/34/Supplement_1/S62.full

American Diabetes association.(2013).Diagnosis and classification of diabetes


mellitus. Diabetes care, 34(1), S62-S69.

Andyagreeni. (2010). Tanda Klinis Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: CV.Trans


Info Media.

Black, J. M,. & Hawks, H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan Ed.8. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Corwin, E. J., (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. s.l.:EGC.

Dunning, T. (2014). Care of People with Diabetes. UK: Wiley Blackwell.

Dunning, T. (2014). Overview of Complementary and Alternative Medicine and


Diabetes. Practical Diabetes, 31(9), 381–386. https://doi.org/10.1002/pdi.1908

Dupler,D.(2016). Acupressure. Retrieved from


http://www.encyclopedia.com/medicine/encyclopedias-almanacstranscripts- and-
maps/acupressure

Fitrullah, & Rousdy, A. (2017). Effectiveness of Acupressure at the Zusanli (ST-36)


Acupoint as a Comfortable Treatment for Diabetes Mellitus: A Pilot Study in
Indonesia. JAMS Journal of Acupuncture and Meridian Studies, 10(2): 96–103.
https://doi.org/10.1016/j.jams.2016.12.003
Focks, C. (2008). Atlas of Acupuncture. Atlas of Acupuncture.
https://doi.org/10.1016/B978-0-443-10028-4.X5001-2
Hartini,Sri.(2009). Diabetes? Siapa Takut. Bandung : Qonita PT niza

Ingle, P. V, Samdani, N. R., Patil, P. H., Pardeshi, M. S., & Surana, S. J. (2011).
Application of Acupuncture Therapy in Type 2 Diabetes Mellitus Patients.
Pharma Sci Monit, 2(1). Retrieved from www.pharmasm.com

International Diabetes Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition 2015.
Dunia : IDF

Kementerian Kesehatan RI.(2014). Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI; 2014.

Mihardja, L. (2009). Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah


pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia. Majalah Kedokteran
Indonesia. 59(9):418-24

PERKENI, (2015) Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia, PERKENI, Jakarta.

Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Saputra, K. & Sudirman, S. (2009). Akupunktur untuk nyeri dengan pendekatan


neurosain. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Vol.
2). Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G., 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth. 8 ed. Jakarta: EGC.

WHO. Global Report On Diabetes. France: World Health Organization; 2016.

Wulandari, A.F. (2011). Kejadian dan Tingkat Depresi pada Lanjut Usia Diabetes
Mellitus: Studi Perbandingan di Panti Wredha dan Komunitas. Jurnal Penelitian.
Semarang:Universitas Diponegoro.

Yuliana Elin, Andrajat Retnosari, (2009). ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI


Sumber jurnal yang di dapat :

https://www.google.co.id/url?q=https://media.neliti.com/media/publications/282066

https://www.google.co.id/url?q=https://ejournal.warmadewa.ac.id/indeks.php/warma
dewa_medical_journal/article/view/804

https://www.google.co.id/url?q=https://media.neliti.com/media/publications/91696

https://www.google.co.id/url?q=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC612
2868/

Anda mungkin juga menyukai