DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…..
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Evidence Based
Practice yang berjudul : PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP
KADAR GLUKOSA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI RS
AL-ISLAM BANDUNG. Shalawat beserta salam kami tunjukan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan para sahabatnya.
Dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, kelompok
kami berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Akhirnya
dengan mengucapkan syukur alhamdulilah akhirnya kami dapat menyelesaikan
pembuatan Evidence Based Practice ini sesuai waktu yang diharapkan. Begitu
pula dalam Evidence Based Practice ini masih banyak kekurangan, untuk itu
kelompok kami mengharapkan masukan baik kritik maupun saran yang sifatnya
membangun. Akhir kata semoga Alloh SWT membalas semua budi baik yang
telah diberikan kepada kita semua.
Dalam pembuatan laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
1. A Mulyana, SH., M.Pd., MH.Kes selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana.
2. Dr. Entris Sutrisno, MH.Kes., Apt selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana
Bandung.
4. Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
i
5. Sumbara, S. Kep., Ners., M. Kep selaku koordinator stase Keperawatan
Bhakti Kencana.
10. Seluruh Clinical Instructor (CI) Rumah Sakit Al-Islam Bandung yang telah
Hemodialisa, dan ruang Instalansi Bedah Sentral Rumah Sakit Al-Islam yang
bantuan.
12. Kepada semua sahabat, teman-teman seperjuangan Program Studi Profesi Ners
ii
13. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih
demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak dalam rangka penyempurnaan Skripsi ini. Akhir kata semoga Skripsi ini
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Kelompok 3
DAFTAR ISI
iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................ 7
2.1 Konsep Diabetes Mellitus ................................................................................. 8
2.2 Konsep Diabetes Melitus Tipe 2 ...................................................................... 11
2.3 Konsep Akupresure .......................................................................................... 15
BAB III ANALISIS JURNAL ................................................................................... 19
3.1 STEP 0 ........................................................................................................... 19
3.2 STEP 1 ............................................................................................................ 19
3.3 STEP 2 ............................................................................................................ 19
3.4 STEP 3 ............................................................................................................. 20
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 27
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 27
4.2 Saran ................................................................................................................ 27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
tertinggi pertama dunia dengan jumlah penderita diabetes melitus sebanyak
114,4 juta jiwa. Pada tahun 2045 diperkirakan meningkat 134,3 juta jiwa
(IDF, 2017). Indonesia menempati urutan ke 6 sebagai negara dengan jumlah
penderita DM terbanyak didunia setelah China, India, United States, Brazil
dan Mexico.
Data Kementerian Kesehatan tahun 2013 diperoleh informasi 6,7%
kematian disebabkan oleh komplikasi penyakit DM yang menjadikan
penyakit ini sebagai pembunuh nomor 3 di negara ini. Karena kebanyakan
penderita diabetes tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit ini
sampai terjadi komplikasi fatal. Pengelolaan diabetes melitus menjadi hal
yang penting karena penyakit ini merupakan penyakit yang diderita seumur
hidup, untuk itu diperlukan pencegahan agar memperlambat timbulnya
komplikasi sedini mungkin (PERKENI, 2015).
Mengendalikan kadar glukosa darah yang tinggi merupakan salah satu
cara terbaik untuk menghindari komplikasi diabetes melitus. Jika diabetes
melitus tidak ditangani dengan tepat dapat mengakibatkan terjadinya
komplikasi penyakit penyerta seperti neuropati, hipertensi, jantung koroner,
retinopati, nefropati, dan gangren (Mihardja, 2009). Kesadaran dan disiplin
dalam melakukan pengobatan penyakit diperlukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
Penanganan konservatif DM menurut PERKENI (2011) adalah adanya
pendidikan kesehatan, perencanaan makan, latihan jasmani, intervensi
farmakologi/pengobatan dan monitor kadar gula darah. Kelima hal tersebut
merupakan satu kesatuan penanganan klien dengan DM.
Pengendalian diabetes melitus melalui peran maupun kolaborasi tim,
mempunyai tujuan untuk menurunkan insiden, mencegah resiko penyakit dan
komplikasi lainnya, serta mempertahankan kadar gula darah dalam rentang
normal bagi klien diabetes melitus. Pengendalian ini dengan menggunakan
terapi farmakologi dan non farmakologi (Smeltzer et al, 2002)
2
Pengendalian kadar glukosa darah dapat berupa pemberian obat
antihiperglikemia oral (OHO) maupun obat antihiperglikemia suntik, terapi
ini diberikan tergantung pada tingkat keparahan penyakit yang diderita
pasien. Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat) (PERKENI, 2015). Terdapat beberapa
terapi komplementer yang telah terbukti dalam mengendalikan kadar gula
darah seperti refleksi dan bekam basah. Penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari (2015) menunjukkan bahwa kegiatan pengobatan alternatif terapi
bekam basah efektif menurunkan kadar glukosa darah. Pengobatan tradisional
Cina berusia ribuan tahun dan melibatkan praktek-praktek seperti akupunktur,
akupresur, herbal, pijat, dan qi gong.
Pengobatan Cina melibatkan diagnosis dan pengobatan gangguan qi
(diucapkan "chee"), atau energi vital (Williams & Hopper, 2015). Terapi
komplementer adalah cara yang mudah ditemukan, aman, efektif, murah dan
efisien untuk memperbaiki kadar glukosa darah salah satunya akupunktur
(Dunning, 2014). Terapi akupunktur pada dasarnya dilakukan dengan
memberikan rangsangan pada titik di permukaan tubuh atau yang dikenal
dengan titik meridian sebagai usaha dalam menjaga keseimbangan fungsi-
fungsi organ. Akupunktur lebih dikenali sebagai terapi yang menggunakan
media jarum, pada titik akupunktur dipermukaan tubuh ini terbukti sebagai
reseptor yang dapat dirangsang dengan berbagai macam cara asalkan berupa
energy (Tang et al., 2014). Salah satunya tekanan menggunakan jari yang
dikenal sebagai terapi akupresur, terapi akupresur dan akupunktur didasarkan
pada teori dan titik akupuntur yang sama (K. Saputra, 2014).
Akupresur bisa mengaktifkan glucose-6-phosphate (salah satu enzim
metabolisme karbohidrat) dan bisa berefek pada hipotalamus. Akupresur
bekerja pada pankreas untuk meningkatkan sintesis insulin, meningkatkan
salah satu reseptor pada sel target, dan mempercepat penggunaan glukosa
didalam sel, sehingga hasilnya adalah menurunkan kadar gula yang ada di
darah. Titik-titik akupresur yang sering digunakan adalah pada Pishu (BL 20),
Feishu (BL 23), Shenshu (BL 23), Zusanli (ST 36), Sanyinjiao (SP 6), Hegu
3
(LI 4) (Ingle et al, 2011). Sensitifitas insulin akan baik ditambah dengan
meningkatnya GLUT 4 sehingga menyebabkan kapasitas untuk membawa
glukosa serta pemakaian glukosa dalam sel juga akan semakin meningkat
(Patil dan Pardhesi, 2011).
Penelitian-penelitian terapi komplementer, intervensi dengan terapi
akupresur menjadi pilihan yang disarankan diantara terapi komplementer
lainnya, karena bersifat sederhana dan mudah diterapkan bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan secara mandiri. Selain itu, akupresur adalah
tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat dan merupakan salah satu
tindakan yang telah diakui sebagai salah satu tindakan keperawatan dalam
Nursing Intervention Classification (Dochterment & Bulecheck, 2004).
Bahkan menurut Dupler (2005), akupresur merupakan suatu terapi yang
efektif baik untuk mencegah maupun untuk terapi. Selain itu, tehnik
akupresur mudah dipelajari dan dapat diberikan dengan cepat, biaya murah
dan efektif untuk mengatasi berbagai gejala.
Menurut Black dan Hawks (2014) mengemukakan bahwa akupresur
merupakan metode non invasive. Akupresur nyaman dilakukan pada diabetesi
karena tidak ada ketakutan penusukan jarum (E. V. Saputra, 2017).
Akupresur merupakan salah satu bentuk terapi yang dapat dilakukan untuk
membantu menstabilkan glukosa darah penderita diabetes melitus. Akupresur
merupakan pengobatan yang termasuk kategori Manipulative and body-based
modalities didasarkan pada teori Meridian dengan teori Ying/Yang dalam
ilmu filsafat timur (Williams & Hopper, 2015).
Organisasi kesehatan dunia mengakui akupresur sebagai pengobatan
untuk mengaktifkan neuron di sistem saraf, dimana ia merangsang kelenjar
endokrin dan dapat menghidupkan organ bermasalah (Dupler, 2016).
Roohallah dan Fatemeh (2011) menggabungkan terapi akupresur,
hipnoterapi, dan meditasi transendental yang menyimpulkan bahwa gabungan
intervensi tersebut efektif menurunkan glukosa darah pasien diabetes tipe 2.
Berdasarkan data dilapangan selama 46 hari kelompok berdinas di ruang
Darussalam 3 didapatkan data 48 orang yang datang dengan riwayat Diabetes
4
Mellitus, dimana terdapat 33 orang diantaranya datang dengan kadar gula
darah sewaktu yang cukup tinggi yaitu >170 gr/dL, dan 15 orang diantaranya
sudah terdapat komplikasi yaitu ulkus diabetikum yang sudah mengalami
gangren. Dari 15 orang tersebut, 6 diantaranya direncanakan untuk di
amputasi pada bagian digiti karena sudah mengalami nekrotik. Hasil
wawancara kepada 7 orang pasien dengan DM, 2 orang mengatakan memiliki
riwayat DM sejak 12 tahun yang lalu, 5 orang diantaranya mengatakan bahwa
penyakitnya diturunkan dari keluarganya. Tanda gejala yang disebutkan dari
masing-masing orang berbeda, ada yang mengatakan sering lemas, mengeluh
pegal di daerah kaki, dan yang lainnya. Upaya yang dilakukan adalah dengan
berobat ke puskesmas, terapi herbal, dan jenis terapi lainnya. Namun untuk
jenis terapi akupresur belum ada satupun yang tahu bahkan belum pernah
menerapkannya. Maka dari itu, kelompok kami tertarik untuk mengambil
kasus yang berjudul “EVIDENCE BASED PRACTICE PENGARUH
TERAPI AKUPRESUR TERHADAP KADAR GLUKOSA PADA
PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI RS AL-ISLAM
BANDUNG”
5
1.3.2 Tujuan Khusus :
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
6
menggunakan sebagai salah satu teknik dalam penanganan pada
klien DM yang mengalami peningkatan kadar gula darah.
7
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
8
ditandai oleh tingginya kadaar glukosa dalam darah, pada dasarnya hal ini
karena tubuh kekurangan hormone insulin yang diproduksi oleh kelenjar
pankreas ( Sri Hartini, 2009).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropati (Yuliana elin, 2009).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes
Mellitus merupakan suatu penyakit pada gangguan sistem endrokrin yang
mempunyai tanda gejala yang khas diikuti oleh peningkatan glukosa
dalam darah dikarenakan organ pancreas tidak dapat atau hanya mampu
mengeluarkan sedikit insulin.
2.1.2 Epidemiologi
Prevalensi penderita DM di seluruh dunia sangat tinggi dan cenderung
meningkat setiap tahun. Jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 422
juta penderita pada tahun 2014. Jumlah penderita tersebut jauh meningkat
dari tahun 1980 yang hanya 180 juta penderita. Jumlah penderita DM yang
tinggi terdapat di wilayah South-East Asia dan Western Pacific yang
jumlahnya mencapai setengah dari jumlah seluruh penderita DM di seluruh
dunia. Satu dari sebelas penduduk adalah penderita DM dan 3,7 juta kematian
disebabkan oleh DM maupun komplikasi dari DM (WHO, 2016).
Penderita DM di Indonesia berdasarkan data dari IDF pada tahun 2014
berjumlah 9,1 juta atau 5,7 % dari total penduduk. Jumlah tersebut hanya
untuk penderita DM yang telah terdiagnosis dan masih banyak penderita DM
yang belum terdiagnosis. Indonesia merupakan negara peringkat ke-5 dengan
jumlah penderita DM terbanyak pada tahun 2014. Indonesia pada tahun 2013
berada diperingkat ke- 7 penderita DM terbanyak di dunia dengan jumlah
penderita 7,6 juta (Perkeni, 2015).
9
2.1.3 Klasifikasi
Organisasi profesi yang berhubungan dengan DM seperti American
Diabetes Association (ADA) telah membagi jenis DM berdasarkan
penyebabnya. PERKENI dan IDAI sebagai organisasi yang sama di Indonesia
menggunakan klasifikasi dengan dasar yang sama seperti klasifikasi yang
dibuat oleh organisasi yang lainnya (Perkeni, 2015). Klasifikasi DM
berdasarkan etiologi menurut Perkeni (2015) adalah sebagai berikut :
1. Diabetes melitus (DM) tipe 1
DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di pankreas.
kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi
secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun
dan idiopatik. Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM)/Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) Lima persen
sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe 1. Sel-sel betadari
pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun.Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula
darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun
(Corwin,2009)
2. Diabetes melitus (DM) tipe 2
Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi insulin.
Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara
optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh.
Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe
2 dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi insulin absolut.
Tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) Sembilan puluh persen sampai
95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini diakibatkan oleh
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olahraga Jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan
10
Jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling
sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka
yang obesitas.
3. Diabetes melitus (DM ) tipe lain
Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat
disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat
kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM.
4. Diabetes melitus Gestasional.
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas
11
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin,
namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon
insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”.
Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas
fisik serta penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi
produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan
sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2.
Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat
relatif dan tidak absolut.
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas.
Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan
menyebabkan defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan
insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya
ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi
insulin.
2.2.3 Faktor Resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah,
faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American
DiabetesAssociation (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang
tidak dapat diubah meliputiriwayat keluarga dengan DM (first degree
relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayatmelahirkan bayi dengan berat badan
lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan
riwayat lahir dengan beratbadan rendah (<2,5 kg).1,9 Faktor risiko yang
dapatdiubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut
≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik,
hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.
12
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita
polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolic memiliki
riwatyat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler
seperti stroke, PJK, atau peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi
alkohol, faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin, konsumsi kopi dan
kafein.
1. Obesitas (kegemukan)
Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar glukosa darah,
pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan
tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan
dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus
Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga mempunyai gen
diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya
orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang
menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipedimia
Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak darah
(Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien
Diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun.
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >
4000 gram
13
7. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental
Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.
Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua
sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami
penyakitini.
8. Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan
peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini
dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak
aktifan fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari
lingkungan tradisional kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi
perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan
dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu metabolisme
gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit
regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan
meningkat tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari
60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720
ml.
14
ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan
atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
15
diagnosis dan penanganan penyakit untuk merangkai suatu pendekatan
medis yang lebih lengkap.
Akuperesur kini mewakili serangkaian teknik pijat, yang
menggunakan tekanan secara manual untuk menstimulasi titik-titik energi
ditubuh. Sang terapis melakukan tekanan dalam bobot ringan sampai
sedang dengan jari-jari tangannya, dan kadang-kadang juga dengan siku,
lutut, atau kaki ke titik-titik yang sama yang digunakan dalam Akupuntur.
Banyak ragam Akurpresur telah berkembang seiring dengan waktu.
1. Shiatsu
Secara harfiah kata shiat-su berarti jari (shi) dan tekanan (atsu),
serangkaian penekanan menggunakan jari secara berirama, keseluruh
bagian tubuh sepanjang meridian energi. Terapi ini juga termasuk
peregangan dan tepukan. Titik-titik tekan hanya disentuh antara 3-5
detik. Penanganan ini bisa merangsang sekaligus menenangkan.
Shiatsu adalah versi Jepang dari Akurpresur, dan kini menjadi
semakin populer di dunia barat.
2. Jin Shin
Suatu pola penekanan yang lembut dan berkepanjangan pada
titik-titik Akupuntur yang penting pada meridian dan jalur-jalur yang
terpilih, setiap titik ditekan selama 1-5 menit. Terapi ini dilakukan
dalam keadaan meditatif untuk menyeimbangkan chi, sang energi
vital.
3. Do-in
Suatu bentuk pemijatan terhadap diri sendiri pada otot dan titik-
titik meridian. Do-in juga mencakup gerakan, peregangan, dan latihan
pernafasan.
4. Tui-Na
Ini adalah versi China untuk pijat yang merangsang titik-titik
akurpresur dengan menggunakan berbagai ragam gerakan tangan.
16
2.3.3 Cara Penekanan
Penekanan atau pemijatan pada titik akupresur dilakukan dengan
mempertimbangkan reaksi “yang“ yaitu reaksi yang menguatkan energi
(qi) sedang yang melemahkan energi (qi) disebut reaksi “yin”. Reaksi
“yang dan yin” dipengaruhi oleh lamanya penekanan atau arah penekanan.
Penekanan yang bereaksi menguatkan “yang”, dilakukan sebanyak 30 kali
tekanan dengan putaran mengikuti arah jarum jam atau searah dengan
jalannya meridian. Sedangkan penekanan untuk melemahkan atau
menguatkan “yin” dilakukan sebanyak 50 kali, putaran yang berlawanan
dengan jarum jam, berlawanan arah dengan meridiannya (Sunetra, 2004).
2.3.4 Manfaat
Akupresur dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit,
penyembuhan, rehabilitasi, menghilangkan rasa sakit, serta mencegah
kekambuhan penyakit (Sunetra, 2004). Di dalam tubuh manusia terdapat
12 (dua belas) meridian umum dan 2 (dua) meridian istimewa yang
mewakili organ-organ dalam tubuh, yang dapat dimanipulasi untuk
melancarkan energi (qi), sehingga tubuh menjadi seimbang/sehat (Wong,
2011).
Menurut Kemenkes, (2015) menjelaskan bahwa akupresur dapat
digunakan untuk meningkatkan stamina tubuh, melancarkan peredaran
darah, mengurangi rasa sakit, serta mengurangi stres/menenangkan
pikiran.
2.3.5 Larangan Pemijatan
Akupresur sebaiknya tidak dilakukan pada daerah yang terasa nyeri,
suhu badan meningkat, influenza berat, nyeri rematik, tidak sadar, daerah
kemaluan, serta tidak dilakukan pada kamar yang lembab (Sunetra, 2004).
Pemanfaatan akupresur sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dalam
keadaan terlalu lapar, kenyang, capai, emosi, setelah donor darah, serta
setelah berolahraga (Kemenkes, 2011). Menurut Kemenkes, (2015)
menjelaskan bahwa tindakan akupresur perlu dilakukan secara hati-hati
atau dikonsultasikan dengan dokter sebelum melakukan akupresur
17
mandiri, seperti pada pasien yang mengalami gangguan pembekuan darah,
kasus gawat darurat, memerlukan tindakan operasi, menggunakan obat
pengencer darah, tumor ganas, serta dalam keadaan hamil.
18
BAB III
ANALISA JURNAL
3.1 STEP 0
3.2 STEP 1
3.3. STEP 2
19
3. https://www.google.co.id/url?q=https://media.neliti.com/media/publicati
ons/91696
4. https://www.google.co.id/url?q=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
es/PMC6122868/
3.4 STEP 3
20
Analisis Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3 Jurnal 4
Judul Pengaruh Akupresur The Influence of Acupresure Pengaruh Terapi Akupresur The Effect of Intervention with
Terhadap Kadar Glukosa Therapy Against Blood Terhadap Kadar Gula Darah Acupressure Therapy on
Darah Pasien DM Tipe II Glucose Levels in Patients of Pada Pasien Diabetes Melitus Improving Overall Male Sexual
Type 2 Diabetes Mellitus in the Tipe II di Poloklinik Penyakit Performance
Prolanis Program (A Study on Dalam
Health in Ambalawi)
P Populasi dalam penelitian Populasi dalam penelitian ini Populasi dalam penelitian ini Populasi dalam penelitian ini
ini berjumlah 32 pasien DM berjumlah 34 pasien DM tipe II berjumlah 48 pasien DM tipe II berjumlah 60 pasien yang
tipe II yang dibagi menjadi
yang dibagi menjadi kelompok yang dibagi menjadi kelompok kemudian ditugaskan untuk 2
kelompok intervensi dan
kelompok konrtol. intervensi dan kelompok intervensi dan kelompok konrtol kelompok akupresur dan
konrtol. kelompok kontrol
I Kelompok intervensi Kelompok intervensi terapi Kelompok intervensi Kedua kelompok dilakukan
terapi akupresure salama akupresur diberikan 3 kali mendapatkan terapi standar intervensi terapi akupresur
6 kali (2x dalam satu
selama 3 minggu. dari rumah sakit dan dengan tiga langkah sebelum,
minggu dilakukan
selama 3 minggu dalam Kelompok kontrol hanya mendapatkan enam kali sesudah dan follow up.
waktu 10 menit) diberikan prolanis akupresur selama 3 minggu
Kelompok kontrol tidak
Masing-masing kelompok dengan pengukuran gula
diberikan intervensi
diukur pada kadar glukosa darah setiap sebelum dan
21
darah pada hari ke-6, hari ke-12 sesudah dilakukan akupresur.
dan hari ke-18 Kelompok kontrol menerima
terapi standar dari rumah
sakit tanpa dilakukan terapi
akupresur, gula darah diukur
pada minggu pertama dan
minggu ketiga.
O Kelompok intervensi Kadar glukosa darah dalam Gula darah setelah dilakukan Setelah dilakukan terapi
mengalami penurunan kadar kelompok intervensi lebih akupresur (150,50) secara akupresur tidak ada perbedaan
glukosa darah (229,69 ± rendah dari kelompok kontrol. signifikan lebih rendah yang signifikan antara kelompok
87,90) yang secara statistik Hasilnya menunjukan bahwa dibandingkan sebelum akupresur kontrol akupresur dan mengenai
lebih rendah dari kelompok terapi akupresur dalam (181 mg/dl). Adapun gula darah usia, jenis kelamin dan tingkat
kontrol (248,75±108,45). Prolanis ini dapat menurunkan pada kelompok kontrol pada pendidikan. Tingkat insulin
Dan rata-rata glukosa darah kadar glukosa darah dengan minggu ketiga pada post test meningkat secara signifikan
sebelum dengan setelah nilai 139,53 (p=0.002). (188 mg/dl) secara sigifikan setelah pengobatan dalam
22
pada kelompok yang Penurunan kadar glukosa darah lebih tinggi daripada kelompok kelompok akupresur (p = 0.001).
dilakukan akupresur atau terlihat hari ke 6 dengan mean intervensi. Sedangkan tidak ada perbedaan
dengan kata lain secara 151,71, kemudian hari ke 12 yang signifikan antara tingkat
signifikan bahwa akupresur dengan nilai 145,41 dan pada insulin dalam studi atau
dapat menurunkan rata-rata hari ke 18 dengan niali 139,53 kelompok kontrol. Tingkat FBS
glukosa darah 29,19 mg/dL (<140 mg/dL). serum menurun secara signifikan
(p< 0,05). setelah intervensi dalam
kelompok akupresur
dibandingkan dengan kelompok
kontrol (p = 0.02).
T Tahun 2019 Tahun 2018 12 Mei-12 Juni 2016 September 2016-Februari 2017
Kelebihan Dalam jurnal ini penjelasan Dalam jurnal ini, peneliti lebih Dalam jurnal ini, peneliti lebih Penelitian ini lebih menekankan
tahapan-tahapan dan lokasi menekankan pada suatu yang rinci dalam memilih calon dan membandingkan efektivitas
titik penekanan pada dinamakan Prolanis (Program responden agar intervensi yang setiap titik dan efek keseluruhan
akupresure tergambarkan Penatalaksanaan Penyakit dilakukan lebih terlihat ada atau poin pada FBS dan tingkat
dengan jelas, di lengkapi Kronis) sehingga terapi tifdak efeknya. Karena dalam insulin dan lebih
23
dengan adanya gambar akupresur ini tepat diterapkan penelitian ini, tidak memberikan membandingkan
sehingga lebih mudah untuk pada kelompok tersebut yang kesempatan pada calon
di pahami memang sudah kronis responden yang pernah
menderita penyakit DM Tipe 2 melakukan akupresure
sebelumnya, dalam kurun waktu
3-4 kali dalam seminggu.
Kekurangan Peneliti selama melakukan Dalam penelitian ini, tidak Pada jurnal ini, peneliti tidak Dalam penelitian ini tidak
penelitian hanya berfokus dijelaskan kenapa tindakan mencantumkan lamanya dijelaskan kenapa harus lima
pada perubahan kadar terapi akupresur dilakukan 3 intervensi bisa dilakukan untuk menit untuk setiap titik dalam
glukosa darah tanpa melihat kali di hari ke 6, ke 12, dan ke memunculkan hasil tekanan 10 detik dan 2 detik
perubahan HbA1c yang 18. waktu istirahat.
kemungkinan besar muncul
dan berpengaruh tidak
dinilai dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini tidak
meneliti tentang efektifitas
waktu efektif penurunan
kadar glukosa pada
24
kelompok yang diberikan
terapi akupresur. Tidak
dilakukan Analisa data lebih
lanjut terhadap hubungan
variabel perancu dengan
kadar glukosa darah.
Analisis Akupresur efektif untuk Studi ini telah menunjukkan Hasil analisis menunjukan Hasil dari studi ini menunjukkan
menurunkan kadar glukosa bahwa kadar glukosa darah bahwa pada kelompok intervensi bahwa terapi akupresur dapat
darah, sehingga dapat menurun dalam kelompok terdapat adanya perbedaan yang dianggap efektif, cocok, dan
dijadikan rekomendasi intervensi pasien diabetes signifikan nilai kadar gula darah bermotivasi dengan
untuk dilakukan sebagai mellitus dengan tipe 2 setelah sebelum dan sesudah dilakukan menggunakan obat pelengkap
alternatif intervensi diberikan terapi akupresur terpai akupresur. Namun, dalam untuk mengontrol kadar glukosa
keperawatan dalam terintegrasi dalam program penelitian ini menyatakan tidak darah pada pasien dengan
menurunkan kadar glukosa prolanis. Mean penurunan ada hubungan yang bermakna diabetes mellitus tipe 2, dan
darah pasien DM Tipe II. kadar glukosa darah dalam antara status gizi kadar gula dapat mudah di implementasikan
Namun, intervensi kelompok eksperimen lebih darah sesudah dilakukan terapi oleh pasien tanpa perlu merujuk
akupresur pada hasil kadar baik daripda dalam kelompok akupresur. ke pusat perawatan kesehatan.
glukosa darah masih terlihat kontrol dengan nilai rata-rata
25
tinggi, faktor lain juga harus 140,00. Ini berarti mampu
diperhatikan dan perlu di mencapai batas tingkat glukosa
eksplorasi lebih lanjut. darah normal.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terapi akupresur pada suzanli (ST 36) yaitu cara yang efektif untuk
mengobati diabetes mellitus, terapi akupresur pada titik suzanli dapat
meningkatkan fungsi sekresi insulin dan dapat menurunkan kadar gula darah.
4.2 Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan data awal
bagi RS Al-islam Bandung untuk melanjutkan penelitian untuk mengetahui
apakah terapi akupresur dapat menurunkan kadar glukosa pada diabetes mellitus
tipe 2.
27
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M,. & Hawks, H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan Ed.8. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Ingle, P. V, Samdani, N. R., Patil, P. H., Pardeshi, M. S., & Surana, S. J. (2011).
Application of Acupuncture Therapy in Type 2 Diabetes Mellitus Patients.
Pharma Sci Monit, 2(1). Retrieved from www.pharmasm.com
International Diabetes Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition 2015.
Dunia : IDF
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Vol.
2). Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G., 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth. 8 ed. Jakarta: EGC.
Wulandari, A.F. (2011). Kejadian dan Tingkat Depresi pada Lanjut Usia Diabetes
Mellitus: Studi Perbandingan di Panti Wredha dan Komunitas. Jurnal Penelitian.
Semarang:Universitas Diponegoro.
https://www.google.co.id/url?q=https://media.neliti.com/media/publications/282066
https://www.google.co.id/url?q=https://ejournal.warmadewa.ac.id/indeks.php/warma
dewa_medical_journal/article/view/804
https://www.google.co.id/url?q=https://media.neliti.com/media/publications/91696
https://www.google.co.id/url?q=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC612
2868/