5
LHO LUKA DITANGANI KOK BERNANAH ...
KELOMPOK 6
Anggota:
1. CRISTA YULIA ARDYANTI
(15767)
(15779)
(15788)
(15773)
5. LILIN KRISNANI
(15782)
(15790)
(15775)
8. SRI RAHAYU
(15784)
9. NURLAILI CAHYANI
(15792)
(15777)
(15786)
(15794)
(16148)
SKENARIO
Tn. Heri 23 tahun mengalami luka ditangannya karena tergores duri tanaman. Luka
Tn. Heri hanya dicuci dengan air dan dibalut dengan kain. Setelah 6 hari luka Tn. Heri yang
seharusnya mulai mengering malah kemerahan dan bengkak serta bernanah. Tn. Heri
akhirnya berobat ke rumah sakit. Ners Dodo adalah perawat yang bertugas di klinik. Luka Tn.
Heri segera ditangani dengan melakukan debridement dan dilakukan perawatan. Ners Dodo
juga menjelaskan cara perawatan yang tepat agar luka Tn Heri cepat sembuh.
STEP 1
Debridement: pengangkatan jaringan avital atau mati pada suatu luka, salah satu tujuannya
untuk mencegah infeksi.
STEP 2
1. Bagaimana cara perawatan luka yang tepat?
2. Bagaimana cara atau prosedur dalam melakukan debridement?
3. Apa sajakah jenis-jenis debridement?
4. Apa indikasi dilakukan debridement?
5. Bagaimana cara mengatasi komplikasi luka?
6. Mengapa luka pada kasus bisa kemerahan dan bernanah?
7. Bagaimana perbedaan modern dressing dan konvensional?
8. Apa perbedaan nekrotomi dan debridement?
9. Apa saja pengobatan farmakologi dan nonfarmakologi untuk luka?
10. Faktor apa saja yang mempengaruhi penyembuhan luka?
11. ASKEP sesuai kasus?
STEP 3
1. a. Bersihkan luka dengan air bersih
b. menjaga kebersihan dan kesterilan luka
c. perhatikan keparahan luka tersebut
d. konsisten sampai akhir perawatannya
e. mengontrol faktor penyebab luka
f. berikan support
2. Manual
i. Membuka dressing/balutan dengan bantuan alkohol
ii. observasi tanda2 infeksi
iii. debridement, lakukan dengan hati2
iv. bersihkan
v. balut kembali luka
Mesin
i. Membuka dressing/balutan dengan bantuan alkohol
ii. observasi tanda2 infeksi
iii. semprot air, ambil jar. nekrotik
iv. pijat tepi luka
v. beri cream
vi. balut kembali luka
3. Jenis debridement:
a. Biosurgical (dengan larva steril, penyembuhannya lama, mempertahankan
kandungan O2 dan pH yang stabil)
b. Alami (mengelupas sendiri)
c. Mekanik (tanpa pembedahan)
d. Bedah
4. Indikasi dilakukan debridement:
- adanya benda asing
- adanya jar. Nekrotik pada luka
Indikasi diberhentikan debridement:
- luka sudah kemerahan
5. a. Pembersihan luka
b. pembalutan yang benar
c. kondidtensi perawatannya
d. ada tidaknya infeksi
6. karena adanya infeksi
- karena penyakit penyerta, misalnya DM
- karena faktor internal, seperti udara, substansi, dll
- bernanah karena bakteri masuk dalam tubuh sel leukosit meningkat bakteri
semakin banyak leukosit mati nanah
7. Konvensional:
- dengan kasa kering + rivanol
- cepat kering karena menguap
- perawatannya ada 2 tipe yaitu basah, kering
Modern:
- kasa sudah terkandung rivanol atau antiseptik
- mampu bertahan lama, tidak gonta ganti balutan
- baluta mudah digunakan
- perawatannya lembab
8. Debridement pengangkatan jaringan mati dan benda asing lainnya.
Nekrotomi pengangkatan jaringan mati saja.
9. Farmakologi:
NaCl, rivanol
Nonfarmakologi:
- Tanaman2 seperti daun binahong
- kopi
- lidah buaya
- madu
10. Internal:
- status imunologi
- nutrisi
- hidrasi
- usia
- penyakit penyerta
Eksternal:
- gaya hidup
- trauma lain
- cara perawatan
- tipe dan luas lukanya
- adanya infeksi
11. Dx: Kerusakan Integritas Jaringan
NOC: Time Integrity: Skin and mucous membrane
NIC: Nutrition Management, Infection Protection, Wound Care
STEP 4 (Mindmapping)
akut
WOUND
derajat
kronis
prinsip
WOUND MANAGEMENT
Fase penyembuhan
faktor yg mempengaruhi
jenis perawatan luka
debridement
indikasi
jenis debridement
teknik
STEP 5
KONSEP LUKA !!
STEP 6
Belajar mandiri
STEP 7
A. DEFINISI
Luka adalah rusak atau terputusnya keutuhan jaringan yang disebabkan cara fisik
atau mekanik.
Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan
banyak hal atau berbagai faktor.
Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kulit, mukosa membran dan
tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
Mekanik
c. Agen termal : suhu tinggi atau rendah dapat menimbulkan luka, mengakibatkan
nekrosis sel.
d. Radiasi : sinar UV atau sinar x mempengaruhi epitel atau mukosa, dosis yang tinggi
dapat menimbulkan perubahan pada sistem saraf pusat, sistem hemopoietik, dan
sistem gastrointestinal.
(sumber: Patofisiologi Oleh Dr. Jan Tambayong)
Jenis luka dibedakan berdasarkan derajat kontaminasi:
a. Luka bersih : luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang merupakan luka
sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk terinfeksi. Luka tidak ada
kontak dengan orofaring, traktus respiratorius maupun traktus genitourinarius sehingga
luka tetap dalam kondisi bersih. Kemungkinan terjadinya infeksi sekitar 1%-5%.
b. Luka bersih terkontaminasi : luka pembedahan dimana sal. perncernaan , sal.
pernafasan dan sal. perkemihan dalam kondisi terkontrol. Penyembuhan lebih lama
namun tidak menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi sekitar 3%11%.
c. Luka terkontaminasi : luka yang berpotensi terinfeksi spillage sal. perncernaan , sal.
pernafasan dan sal. Perkemihan. Luka menunjukkan tanda infeksi karena dapat
ditemukan pada luka terbuka seperti trauma, fraktur terbuka. Kemungkinan terjadinya
infeksi sekitar 10%-17%.
d. Luka kotor : luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan luka
dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka dapat diakibatkan karena luka
pembedahan yang sangat terkontaminasi. Bentuk luka seperti abses, trauma lama.
(sumber: repository.usu.ac.id)
Jenis drainage luka
Drainage merupakan pengaliran kotoran dari luka. Mengandung protein, h=jaringan yang
mati, dan merupakan prosuk infeksi seperti eksudat. Berikut jenisnya:
a. Serosa : cairan berisi plasma, jernih, tipis, dan berair
b. Sanguinosa : merah terang, mengindikasikan perdarahan aktif
c. Serosanguinosa : campuran serosa dan sanguinosa
d. Purulent : mengandung nanah, tebal, kuning, coklat kemerahan
(sumber: Buku Ajar Keperawatan Edisi 4, Konsep Luka by Dewi Baririet Baroroh, S.Kep.
Ns. Basic Nursing Departement PSIK FIKES UMM 2011)
Tipe luka
a. Akut : penyembuhan mengikuti fase penyembuhan.
biasanya terjadi kira-kira 20 hari setelah cidera, walaupun waktu tersebut bervariasi
bergantung pada kondisi individu.
5. Parut : Remodelling jaringan granulasi mungkin menjadi faktor kontributor yang
paling penting dalam berkembangnya masalah parut. Selama remodelling, densitas
fibroblast menurun dan matang menjadi parut.
(sumber: Tesis pengaruh terapi kompres madu terhadap kecepatan penyembuhan luka
jahitan perinium oleh Maria Veronika Widiatrilupi Universitas Brawijaya, Jurnal hub.
Antara sikap ibu terhadap makanan gizi seimbang dengan penyembuhan luka
perinium di klinik bersalin Khairunnisa th 2012 by Venny R & Yulizawati Akademi
Kebidanan Indragiri)
Macam penyembuhan luka
1. Penyembuhan luka secara intensi primer
Dimana terdapat sedikit jaringan yang hilang, seperti pada luka bersih yang dibuat
akibat tindakan bedah. Penyembuhan terjadi secara intensi primer yaitu dengan
menyatukan kedua tepi luka berdekatan dan saling berhadapan. Dalam waktu 10-14
hari, reepitelisasi secara normal sudah sempurna, dan biasanya hanya menyisakan
jaringan parut tipis., yang dengan cepat dapat memudar dari warna merah muda
menjadi putih. Namun tetap diperlukan waktu beberapa bulan bagi jaringan untuk
memperoleh kembali segala sesuatunya, seperti kekuatan regangan mereka
sebelumnya.
dan lebih pucat dibanding kulit sekitarnya. Namun ada juga yang lapisan dermisnya
menjadi hipertrofi, berwarna merah dan menonjol. Reaksi yang lebih kemerahan
adalah pembentukan jaringan parut keloid.
yang menyebabkan kasa lengket pada luka. Kekurangan kasa dalam menjaga kelembaban
lingkungan luka juga menyebabkan masa perawatan luka yang memanjang.
(sumber: modern dressing improve the healing procces in Diabetic Wound oleh Dina
Dewi Sartika, dkk, FIK, UI ,
F. DEBRIDEMENT
Debridement adalah suatu proses menghilangkan jaringan nekrotik atau jaringan
nonavital dan jaringan yang sangat terkontaminasi dengan mempertahankan struktur
anatomi yang penting seperti syaraf, pembuluh darah, tendon dan tulang. Debridement
dilakukan pada luka akut maupun luka kronis. Timbunan jaringan nekrotik biasanya
terjadi akibat buruknya suplai darah pada luka atau dari peningkatan tekanan interstitial.
Tujuan dasar debridement adalah mengurangi kontaminasi pada luka untuk
mengontrol mencegah infeksi, perbaikan sirkulasi dan terpenuhinya pengangkutan oksigen
yang adekuat ke luka.
Dari hasil studi The Role Of Surgery In Debridement Oleh David S Perdanakusuma
Unair didapatkan bahwa ada peningkatan penyembuhan luka setelah debridement
dibandingkan penyembuhan luka tanpa debridement pada kasus luka kronis.
Dalam jurnal Debridement Sebagai Tatalaksana Ulkus Kaki Diabetik Oleh Made
Agustya Darmaputra Wesnawa, S.Ked disebutkan bahwa bau adalah indikator yang baik
untuk menilai keberhasilan debridement, jika luka tidak berbau, bisa menjadi tanda bahwa
tindakan debridement berhasil. Debridement dilakukan dengan melalui pembuangan dasar
luka abnormal dan jaringan tepi luka seperti epidermis hiperkeratosis (kalus) dan jaringan
dermal nekrotik, debris, dan element bakteri yang dapat menghambat penyembuhan luka.
Dari beberapa uji klinis didapatkan bahwa debridement berperan dalam membantu
penyembuhan luka melalui produksi jaringan granulasi.
Macam-macam debridement:
a. Ultrasound Assites Wound Therapy (UAWT)
UAWT yaitu debridement dengan menggunakan suatu alat yang memiliki
teknologi perpaduan ultrasound dengan air yang disemprotkan sedemikian rupa
sehingga dapat mengiris jaringan mati untuk tujuan debridement. Cara kerjanya adlaah
dengan membuang jaringan mati disertai efek antibakterial dengan menghancurkan
lapisan fibrin dan membunuh bakteri yang dikombinasikan dengan air. Gelombang
ultrasiund pada alat UAWT dihasilkan dari gelombang listrik yang diubah menjadi
gelombang ultrasonik oleh piezo ceramic element dengan konversi 90% sehingga
keunggulannya bisa dipakai dalam jangka waktu yang lebih lama.
Indikasi: luka terinfeksi, luka dengan gangguan sirkulasi, luka yang perlu debridement
dan irigasi.
b. Debridement bedah
Merupakan tindakan operasi dengan melibatkan eksisi primer seluruh tebal
kulit sampai fasia (eksisi tangensial) atau dengan mengupas lapisan kulit yang terbakar
secara bertahap hingga mengenai jaringan yang masih berdarah. Tindakan ini dapat
dimulai beberapa hari atau segera setelah kondisi hemodinamik pasien stabil dan
edemanya berkurang. Kemudian lukanya segera ditutup dengan graf kulit atau balutan.
c. Debridement mekanis
Meliputi penggunaan gunting dan forcep untuk memisahkan dan mengangkat
skar. Biasanya debridemene mekanis dilakukan setiap hari pada saat penggantian
balutan serta pembersihan luka. Debridemen mekanis ini dilakukan sampai tempat
yang masih merasa sakit dan mengeluarkan darah. Preparat dan balutan tekan dpaat
digunakan untuk menghentikan perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil.
d. Debridement alami
Pada debridement alami jaringan mati akan memisahkan diri secara spontan
dari jaringan viable yang ada dibawahnya.
#TAMBAHAN tentang manfaat air ludah
Dalam The Journal of Federation of American Societies for Experimental Biology
(FASEB) Peneliti Belanda by Menno Oudhof dijelaskan bahwa air ludah mengandung
histatin, yaitu protein kecil dalam air ludah yang sebelumnya hanya dipercaya membunuh
bakteri yang bertanggungjawab atas penyembuhan luka. Selain itu, karena zat tersebut dapat
diproduksi secara massal, maka zat itu memiliki potensi untuk menjadi sama dengan krim
antibiotik dan alkohol gosok. Studi ini menjawab pertanyaan biologi mengenai mengapa
hewan menjilati luka mereka, kata Geral Weissmann, pemimpin redaksi FASEB. Hal ini
juga menjelaskan mengapa luka dimulut seperti pencabutan gigi jauh lebh cepat sembuh
dibanding dengan luka pada kulit dan tulang.