Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 3 BLOK 2.

5
LHO LUKA DITANGANI KOK BERNANAH ...

KELOMPOK 6
Anggota:
1. CRISTA YULIA ARDYANTI

(15767)

2. SRI ARMILIYA FITRIA NENGSIH

(15779)

3. HANIF MIFTAHUL IZA

(15788)

4. PITA PUJI LESTARI

(15773)

5. LILIN KRISNANI

(15782)

6. NELLA SRI PUJIRAHAYU

(15790)

7. ALFI NURFITA CHASANAH

(15775)

8. SRI RAHAYU

(15784)

9. NURLAILI CAHYANI

(15792)

10. ARDIA APRILIANI

(15777)

11. RISKY AYU APRILIANDI

(15786)

12. FINE ISMAYANI

(15794)

13. LINDA RIZKI RAHMASARI

(16148)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014 / 2015

SKENARIO
Tn. Heri 23 tahun mengalami luka ditangannya karena tergores duri tanaman. Luka
Tn. Heri hanya dicuci dengan air dan dibalut dengan kain. Setelah 6 hari luka Tn. Heri yang
seharusnya mulai mengering malah kemerahan dan bengkak serta bernanah. Tn. Heri
akhirnya berobat ke rumah sakit. Ners Dodo adalah perawat yang bertugas di klinik. Luka Tn.
Heri segera ditangani dengan melakukan debridement dan dilakukan perawatan. Ners Dodo
juga menjelaskan cara perawatan yang tepat agar luka Tn Heri cepat sembuh.
STEP 1
Debridement: pengangkatan jaringan avital atau mati pada suatu luka, salah satu tujuannya
untuk mencegah infeksi.
STEP 2
1. Bagaimana cara perawatan luka yang tepat?
2. Bagaimana cara atau prosedur dalam melakukan debridement?
3. Apa sajakah jenis-jenis debridement?
4. Apa indikasi dilakukan debridement?
5. Bagaimana cara mengatasi komplikasi luka?
6. Mengapa luka pada kasus bisa kemerahan dan bernanah?
7. Bagaimana perbedaan modern dressing dan konvensional?
8. Apa perbedaan nekrotomi dan debridement?
9. Apa saja pengobatan farmakologi dan nonfarmakologi untuk luka?
10. Faktor apa saja yang mempengaruhi penyembuhan luka?
11. ASKEP sesuai kasus?
STEP 3
1. a. Bersihkan luka dengan air bersih
b. menjaga kebersihan dan kesterilan luka
c. perhatikan keparahan luka tersebut
d. konsisten sampai akhir perawatannya
e. mengontrol faktor penyebab luka
f. berikan support
2. Manual
i. Membuka dressing/balutan dengan bantuan alkohol
ii. observasi tanda2 infeksi
iii. debridement, lakukan dengan hati2
iv. bersihkan
v. balut kembali luka
Mesin
i. Membuka dressing/balutan dengan bantuan alkohol
ii. observasi tanda2 infeksi
iii. semprot air, ambil jar. nekrotik
iv. pijat tepi luka
v. beri cream
vi. balut kembali luka
3. Jenis debridement:
a. Biosurgical (dengan larva steril, penyembuhannya lama, mempertahankan
kandungan O2 dan pH yang stabil)
b. Alami (mengelupas sendiri)
c. Mekanik (tanpa pembedahan)

d. Bedah
4. Indikasi dilakukan debridement:
- adanya benda asing
- adanya jar. Nekrotik pada luka
Indikasi diberhentikan debridement:
- luka sudah kemerahan
5. a. Pembersihan luka
b. pembalutan yang benar
c. kondidtensi perawatannya
d. ada tidaknya infeksi
6. karena adanya infeksi
- karena penyakit penyerta, misalnya DM
- karena faktor internal, seperti udara, substansi, dll
- bernanah karena bakteri masuk dalam tubuh sel leukosit meningkat bakteri
semakin banyak leukosit mati nanah
7. Konvensional:
- dengan kasa kering + rivanol
- cepat kering karena menguap
- perawatannya ada 2 tipe yaitu basah, kering
Modern:
- kasa sudah terkandung rivanol atau antiseptik
- mampu bertahan lama, tidak gonta ganti balutan
- baluta mudah digunakan
- perawatannya lembab
8. Debridement pengangkatan jaringan mati dan benda asing lainnya.
Nekrotomi pengangkatan jaringan mati saja.
9. Farmakologi:
NaCl, rivanol
Nonfarmakologi:
- Tanaman2 seperti daun binahong
- kopi
- lidah buaya
- madu
10. Internal:
- status imunologi
- nutrisi
- hidrasi
- usia
- penyakit penyerta
Eksternal:
- gaya hidup
- trauma lain
- cara perawatan
- tipe dan luas lukanya
- adanya infeksi
11. Dx: Kerusakan Integritas Jaringan
NOC: Time Integrity: Skin and mucous membrane
NIC: Nutrition Management, Infection Protection, Wound Care

STEP 4 (Mindmapping)
akut
WOUND

derajat
kronis
prinsip

WOUND MANAGEMENT
Fase penyembuhan

faktor yg mempengaruhi
jenis perawatan luka
debridement
indikasi

jenis debridement
teknik

STEP 5
KONSEP LUKA !!
STEP 6
Belajar mandiri
STEP 7
A. DEFINISI

Luka adalah rusak atau terputusnya keutuhan jaringan yang disebabkan cara fisik
atau mekanik.

Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan yang disebabkan
banyak hal atau berbagai faktor.

Luka adalah kerusakan kontinuitas jaringan atau kulit, mukosa membran dan
tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).

Luka adalah gangguan dari kondisi normal kulit (Taylor, 1997).

(sumber: repository.usu.ac.id, Patofisiologi Oleh Dr. Jan Tambayong)


B. JENIS LUKA
Jenis luka dibedakan berdasarkan penyebab:
I.

Mekanik

a. Vulnus ekskoriasi (luka lecet) adalah cedera pd permukaan epidermis bersentuhan dg


benda berpemukaan kasar atau runcing. Banyak dijumpai pd kejadian traumatik
seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh mauoun benturan benda tajam atau tumpul/
b. Vulnus Scissum (luka sayat) adalah luka yang ditandai dengan tepi luka berupa garis
lurus dan beraturan. Banyak dijumpai pd aktifitas sehari-hari seperti terkena pisau
dapur, sayatan benda tajam (seng , kaca).
c. Vulnus Laseratum (luka robek) adalah luka dg tepi yang tidak beraturan atau
compang camping biasanya terkena tarikan atau goresan benda tumpul. Dapat
dijumpai pd kejadian kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka tidak beraturan dan
kotor, kedalaman luka bisa menembus lapisan mukosa hingga lapisan otot.
d. Vulnus Punctum (luka tusuk) adalah luka akibat tusukan benda runcing yang
biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya. Misalnya tertusuk paku atau
benda tajam lainnya, tusukannya dalam namun permukaan luka tidak begitu lebar.
e. Vulnus Morsum (luka krn gigitan binatang) adalah luka yang bentuknya mengikuti
gigi hewan dan kedalamannya mengikuti gigitan hewan tersebut. Misalnya, gigitan
kucing lebih dalam dibanding gigitan hewan lainnya. Selain itu, gigitan manusia
ternyata memiliki tingkat infeksi yang tinggi.
f. Vulnus Combutio (luka bakar) adalah luka karena terbakar oleh api atau cairan panas
maupun aliran listrik. Bentuk lukanya tidak beraturan dan permukaan lukanya lebar
serta warna kulit yang menghitam. Biasanya juga disertai bula karena kerusakan
epital dan mukosa.
g. Vulnus Seloveradum (luka tembak) adalah luka karena tembakan peluru, biasanya
tepi lukanya tampak kehitaman.
h. Luka tekan atau dekubitus adalah luka keran proses tertekan yang lama di area
tulang yang menonjol.
i. Luka abrasio adalah luka terkikis, tidak sampai ke pembuluh darah.
(sumber: repository.usu.ac.id, Konsep Luka by Dewi Baririet Baroroh, S.Kep. Ns. Basic
Nursing Departement PSIK FIKES UMM 2011, Tesis pengaruh terapi kompres madu
terhadap kecepatan penyembuhan luka jahitan perinium oleh Maria Veronika
Widiatrilupi Universitas Brawijaya)
II.

Nonmekanik atau fisik


a. Agen mikroba : organisme hidup dapat mempengaruhi kulit, membran mukosa,
organ, dan aliran darah.
b. Agen kimia : agen yang toksik untuk sel-sel tertentu, termasuk agen farmasi.

c. Agen termal : suhu tinggi atau rendah dapat menimbulkan luka, mengakibatkan
nekrosis sel.
d. Radiasi : sinar UV atau sinar x mempengaruhi epitel atau mukosa, dosis yang tinggi
dapat menimbulkan perubahan pada sistem saraf pusat, sistem hemopoietik, dan
sistem gastrointestinal.
(sumber: Patofisiologi Oleh Dr. Jan Tambayong)
Jenis luka dibedakan berdasarkan derajat kontaminasi:
a. Luka bersih : luka yang tidak terdapat inflamasi dan infeksi, yang merupakan luka
sayat elektif dan steril dimana luka tersebut berpotensi untuk terinfeksi. Luka tidak ada
kontak dengan orofaring, traktus respiratorius maupun traktus genitourinarius sehingga
luka tetap dalam kondisi bersih. Kemungkinan terjadinya infeksi sekitar 1%-5%.
b. Luka bersih terkontaminasi : luka pembedahan dimana sal. perncernaan , sal.
pernafasan dan sal. perkemihan dalam kondisi terkontrol. Penyembuhan lebih lama
namun tidak menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi sekitar 3%11%.
c. Luka terkontaminasi : luka yang berpotensi terinfeksi spillage sal. perncernaan , sal.
pernafasan dan sal. Perkemihan. Luka menunjukkan tanda infeksi karena dapat
ditemukan pada luka terbuka seperti trauma, fraktur terbuka. Kemungkinan terjadinya
infeksi sekitar 10%-17%.
d. Luka kotor : luka lama, luka kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan luka
dengan tanda infeksi seperti cairan purulen. Luka dapat diakibatkan karena luka
pembedahan yang sangat terkontaminasi. Bentuk luka seperti abses, trauma lama.
(sumber: repository.usu.ac.id)
Jenis drainage luka
Drainage merupakan pengaliran kotoran dari luka. Mengandung protein, h=jaringan yang
mati, dan merupakan prosuk infeksi seperti eksudat. Berikut jenisnya:
a. Serosa : cairan berisi plasma, jernih, tipis, dan berair
b. Sanguinosa : merah terang, mengindikasikan perdarahan aktif
c. Serosanguinosa : campuran serosa dan sanguinosa
d. Purulent : mengandung nanah, tebal, kuning, coklat kemerahan
(sumber: Buku Ajar Keperawatan Edisi 4, Konsep Luka by Dewi Baririet Baroroh, S.Kep.
Ns. Basic Nursing Departement PSIK FIKES UMM 2011)
Tipe luka
a. Akut : penyembuhan mengikuti fase penyembuhan.

b. Kronis : penyembuhan tidak mengikuti fase penyembuhan.


(sumber: Buku Ajar Keperawatan Edisi 4)
C. PENYEMBUHAN LUKA (WOUND HEALING)
Tahapan penyembuhan luka:
1. Reaksi segera/Vaskular respon : beberapa detik setelah terjadinya luka pada tipe
apapun, respon tubuh terhadap luka yaitu reaksi segera dengan penyempitan pembuluh
darah atau berkontriksi di area luka. Tujuannya untuk mengurangi perdarahn dan
mengurangi pajanan luka terhadap bakteri. Kerusakan seluler menyebabkan keluarnya
darah dan hal ini membantu mengaktivasi proses koagulasi
2. Inflamasi : respon inflamasi akut terjadi beberapa jam setelah cidera, dan efeknya
bertahan hingga 5-7 hari. Kerusakan jaringan dan teraktivasinya faktor pembekuan
menyebabkan pelepasan berbagai substansi vasoaktif, seperti prostaglandin dan
histamin yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah serta
stimulasi serat-serat nyeri. Bagian luka akan menjadi hangat dan merah.
3. Proliferasi: Rekonstruksi/granulasi ( angiogenesis/ produksi kolagen/ epitelialisasi/
kontraksi ) Proses ini sangat penting, karena tidak ada jaringan baru yang dapat
dibentuk tanpa suplai oksigen dan nutrien yang dibawa oleh pembuluh darah yang
baru. Pembuluh darah baru yang menyebar di sepanjang luka dan memperbanyak diri.
Makrofag membutuhkan oksigen lebih sedikit daripada sel lainnya, dan oleh karena
itu, makrofag dapat bergerak lebih jauh ke dalam luka. Karena makrofag membelah
diri di dalam sisi yang luka untuk membunuh mikroba dan membersihkan jaringan
yang mati, peningkatan jumlah makrofag juga menarik fibroblast (sel yang
memproduksi kolagen-kolagen protein utama dari jaringan penghubung yang
memberikan kekuatan). Fibroblast berproliferasi kira-kira 2-4 hari setelah cidera dan
memproduksi matriks (struktur seperti tangga) kolagen disekitar pembuluh darah.
Fibroblast distimulasi untuk memproduksi kolagen oleh laktat dan askorbat (dalam
bentuk asam askorbat), yang ada pada dasar luka yang hipoksia. Fibroblast bergerak
disepanjang matriks, jaringan granulasi (termasuk fibroblast, kolagen, pembuluh darah
yang baru, dan makrofag) berproliferasi, dan epitelialisasi (migrasi sel epidermal ke
permukaan) terjadi, yang memulai pemulihan fungsi epitel kulit sebagai pelindung.
4. Maturasi/Remodelling : Bekuan fibrin awal digantikan oleh jaringan granulasi yang
setelah jaringan granulasi meluas hingga memenuhi defek dan defek tertutupi oleh
permukaan epidermal yang dapat bekerja dengan baik, mengalami remodelling. Hal ini

biasanya terjadi kira-kira 20 hari setelah cidera, walaupun waktu tersebut bervariasi
bergantung pada kondisi individu.
5. Parut : Remodelling jaringan granulasi mungkin menjadi faktor kontributor yang
paling penting dalam berkembangnya masalah parut. Selama remodelling, densitas
fibroblast menurun dan matang menjadi parut.
(sumber: Tesis pengaruh terapi kompres madu terhadap kecepatan penyembuhan luka
jahitan perinium oleh Maria Veronika Widiatrilupi Universitas Brawijaya, Jurnal hub.
Antara sikap ibu terhadap makanan gizi seimbang dengan penyembuhan luka
perinium di klinik bersalin Khairunnisa th 2012 by Venny R & Yulizawati Akademi
Kebidanan Indragiri)
Macam penyembuhan luka
1. Penyembuhan luka secara intensi primer
Dimana terdapat sedikit jaringan yang hilang, seperti pada luka bersih yang dibuat
akibat tindakan bedah. Penyembuhan terjadi secara intensi primer yaitu dengan
menyatukan kedua tepi luka berdekatan dan saling berhadapan. Dalam waktu 10-14
hari, reepitelisasi secara normal sudah sempurna, dan biasanya hanya menyisakan
jaringan parut tipis., yang dengan cepat dapat memudar dari warna merah muda
menjadi putih. Namun tetap diperlukan waktu beberapa bulan bagi jaringan untuk
memperoleh kembali segala sesuatunya, seperti kekuatan regangan mereka
sebelumnya.

2. Penyembuhan luka secara intensi sekunder


Dimana terdapat kehilangan jaringan yang signifikan, seperti luka terbuka kronis yaitu
dekubitus dan ulkus tungkai. Selain itu, beberapa luka akibat operasi yang dengan
sengaja dibiarkan terbuka.
Jaringan granulasi yang terdiri dari kapiler-kapiler darah baru disokong oleh jaringan
ikat, yang terbentuk di dasar luka dan sel-sel epitel bermigrasi ke permukaan luka.
Daerah permukaan luka menjadi lebih kecil akibat suatu proses yang dikenal sebagai
kontraksi dan jaringan ikat disusun kembali sehingga membentuk jaringan yang
bertambah kuat sejalan dengan bertambahnya waktu. Pada mulanya, jaringan parut
berwarna merah dan menonjol. Pada saatnya, tonjolan dan warna kemerahan itu
berkurang dan akhirnya menghilang sehingga meninggalkan jaringan parut yang lunak

dan lebih pucat dibanding kulit sekitarnya. Namun ada juga yang lapisan dermisnya
menjadi hipertrofi, berwarna merah dan menonjol. Reaksi yang lebih kemerahan
adalah pembentukan jaringan parut keloid.

(sumber: Manajemen Luka Oleh Moya J. Morison)


D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA
a. Usia. Penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga proses
penyembuhan luka lebih lambat.
b. infeksi, karena tejadi respon inflamatori lama sehingga penyembuhan luka menjadi
lambat. Ada beberapa jenis infeksi pada luka yaitu: infeksi kontaminasi (keadaan
dimana munculnya organisme non-replikasi pada luka), infeksi kolonisasi
(munculnya mikroorganisme replikasi pada luka tanpa kerusakan jaringan), infeksi
lokal/kolonisasi kritis (tahap intermediet replikasi mikroorganisme dan dimulainya
respon lokal terhadap jaringan), dan infeksi invasif (munculnya mikrorganisme
replikasi dalam luka dengan injury host setelahnya)
c. hipoksia, terjadi gangguan pada aliran oksigen dan nutrisi pada luka
d. nutrisi, vit A (mempercepat proses epitelisasi/penutupan luka), vit C (mencegah
terjadinya infeksi), vit K (membantu dalam proses pembekuan darah)

e. malnutrisi, karena kekurangan protein (menyebabkan penurunan sintesis kolagen)


dan kekurangan lemak dan karbohidrat (menyebabkan fase penyembuhan menjadi
lambat). Menurut Bruno, dkk, 2004 malnutrisi berhubungan dengan menurunnya
fungsi otot, fungsi respirasi, fungsi imun, kualitas hidup, dan gangguan pada
proses penyembuhan luka.
f. penyakit penyerta. Misalnya pada penderita diabetes melitus. Menurut Thomas,
2001 luka pada pendertita DM penanganannya dengan menstabilkan terlebih dulu
kadar gula darahnya dan baru penanganan infeksinya dengan antibiotik.
(sumber: repository.usu.ac.id, modern dressing improve the healing procces in Diabetic
Wound oleh Dina Dewi Sartika, dkk, FIK, UI, Tesis pengaruh terapi kompres madu
terhadap kecepatan penyembuhan luka jahitan perinium oleh Maria Veronika
Widiatrilupi Universitas Brawijaya)
E. MODERN DRESSING vs KONVENSIONAL DRESSING
Modern Dressing:
Prinsip modern dressing adalah menjaga kelembaban dan kehangatan area luka. Balutan
yang bersifat lembab dapat memberi lingkungan yang mendukung sel untuk penyembuhan
luka dan mencegah kerusakan.
Biaya perawataanya lebih mahal dan lebih cepat penyembuhannya dari pada konvensional.
Jenis balutan lukanya:
a. Alginet : regenerasi pembuluh darah, meningkatkan daya absorpsi, menutup luka,
menjaga kelembaban, elastis, dan antibakteri. Biasanya untuk luka dengan eksudat
sedang sampai tinggi dan luka basah dengan terowongan.
b. Hidrogel : menyerap air, dingin, menjaga kelembaban. Biasanya untuk luka dengan
sedikit cairan yang keluar atau luka basah dan luka yang cenderung kering.
c. Foam silikon lunak: menjaga dari trauma. Biasanya untuk luka dengan drainage dan
luas.
d. Hidrokoloid: elastis dan mengandung gel, membuat lembab.
e. dll
Konvensional dressing:
Balutan konvensional merupakan balutan luka yang menggunakan kasa sebagai
balutan utama. Balutan ini berfungsi sebagai pelindung, menjaga kehangatan, dan
menutupi penampilan luka, mencegah kontaminasi bakteri.
Prinsip utamanya kurang lebih sama dengan modern dressing yaitu menjaga
kelembaban, kehangatan dan mencegah dari trauma. Namun, balutan tradisional kurang
dapat menjaga kelembaban karena NaCl akan menguap sehingga kasa menjadi kering

yang menyebabkan kasa lengket pada luka. Kekurangan kasa dalam menjaga kelembaban
lingkungan luka juga menyebabkan masa perawatan luka yang memanjang.
(sumber: modern dressing improve the healing procces in Diabetic Wound oleh Dina
Dewi Sartika, dkk, FIK, UI ,
F. DEBRIDEMENT
Debridement adalah suatu proses menghilangkan jaringan nekrotik atau jaringan
nonavital dan jaringan yang sangat terkontaminasi dengan mempertahankan struktur
anatomi yang penting seperti syaraf, pembuluh darah, tendon dan tulang. Debridement
dilakukan pada luka akut maupun luka kronis. Timbunan jaringan nekrotik biasanya
terjadi akibat buruknya suplai darah pada luka atau dari peningkatan tekanan interstitial.
Tujuan dasar debridement adalah mengurangi kontaminasi pada luka untuk
mengontrol mencegah infeksi, perbaikan sirkulasi dan terpenuhinya pengangkutan oksigen
yang adekuat ke luka.
Dari hasil studi The Role Of Surgery In Debridement Oleh David S Perdanakusuma
Unair didapatkan bahwa ada peningkatan penyembuhan luka setelah debridement
dibandingkan penyembuhan luka tanpa debridement pada kasus luka kronis.
Dalam jurnal Debridement Sebagai Tatalaksana Ulkus Kaki Diabetik Oleh Made
Agustya Darmaputra Wesnawa, S.Ked disebutkan bahwa bau adalah indikator yang baik
untuk menilai keberhasilan debridement, jika luka tidak berbau, bisa menjadi tanda bahwa
tindakan debridement berhasil. Debridement dilakukan dengan melalui pembuangan dasar
luka abnormal dan jaringan tepi luka seperti epidermis hiperkeratosis (kalus) dan jaringan
dermal nekrotik, debris, dan element bakteri yang dapat menghambat penyembuhan luka.
Dari beberapa uji klinis didapatkan bahwa debridement berperan dalam membantu
penyembuhan luka melalui produksi jaringan granulasi.
Macam-macam debridement:
a. Ultrasound Assites Wound Therapy (UAWT)
UAWT yaitu debridement dengan menggunakan suatu alat yang memiliki
teknologi perpaduan ultrasound dengan air yang disemprotkan sedemikian rupa
sehingga dapat mengiris jaringan mati untuk tujuan debridement. Cara kerjanya adlaah
dengan membuang jaringan mati disertai efek antibakterial dengan menghancurkan
lapisan fibrin dan membunuh bakteri yang dikombinasikan dengan air. Gelombang
ultrasiund pada alat UAWT dihasilkan dari gelombang listrik yang diubah menjadi

gelombang ultrasonik oleh piezo ceramic element dengan konversi 90% sehingga
keunggulannya bisa dipakai dalam jangka waktu yang lebih lama.
Indikasi: luka terinfeksi, luka dengan gangguan sirkulasi, luka yang perlu debridement
dan irigasi.
b. Debridement bedah
Merupakan tindakan operasi dengan melibatkan eksisi primer seluruh tebal
kulit sampai fasia (eksisi tangensial) atau dengan mengupas lapisan kulit yang terbakar
secara bertahap hingga mengenai jaringan yang masih berdarah. Tindakan ini dapat
dimulai beberapa hari atau segera setelah kondisi hemodinamik pasien stabil dan
edemanya berkurang. Kemudian lukanya segera ditutup dengan graf kulit atau balutan.
c. Debridement mekanis
Meliputi penggunaan gunting dan forcep untuk memisahkan dan mengangkat
skar. Biasanya debridemene mekanis dilakukan setiap hari pada saat penggantian
balutan serta pembersihan luka. Debridemen mekanis ini dilakukan sampai tempat
yang masih merasa sakit dan mengeluarkan darah. Preparat dan balutan tekan dpaat
digunakan untuk menghentikan perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil.
d. Debridement alami
Pada debridement alami jaringan mati akan memisahkan diri secara spontan
dari jaringan viable yang ada dibawahnya.
#TAMBAHAN tentang manfaat air ludah
Dalam The Journal of Federation of American Societies for Experimental Biology
(FASEB) Peneliti Belanda by Menno Oudhof dijelaskan bahwa air ludah mengandung
histatin, yaitu protein kecil dalam air ludah yang sebelumnya hanya dipercaya membunuh
bakteri yang bertanggungjawab atas penyembuhan luka. Selain itu, karena zat tersebut dapat
diproduksi secara massal, maka zat itu memiliki potensi untuk menjadi sama dengan krim
antibiotik dan alkohol gosok. Studi ini menjawab pertanyaan biologi mengenai mengapa
hewan menjilati luka mereka, kata Geral Weissmann, pemimpin redaksi FASEB. Hal ini
juga menjelaskan mengapa luka dimulut seperti pencabutan gigi jauh lebh cepat sembuh
dibanding dengan luka pada kulit dan tulang.

Anda mungkin juga menyukai