PEMFIGUS VULGARIS
OLEH
21607082
( ) ( )
MAKASSAR
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
Indera pendengaran merupakan bagian dari organ sensori khusus yang mampu
STRUKTUR TELINGA:
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna / aurikula) dan saluran telinga luar
(meatus auditorius eksternus). Daun telinga terletak di dua sisi kepala setinggi
mata. Tersusun oleh tulang rawan atau kartilago dan otot kecil yang di lapisi oleh
kulit sehingga menjadi tinggi keras dan lentur. Daun telinga di persarafi oleh saraf
fasialis. Fungsi dari daun telinga adalah mengumpulkan gelombang suara untuk di
dari dauun telinga ke membran timpani. Saluran ini tidak beraturan dan di lapisi
bakteri, menangkap benda asing yang masuk ke telinga. Serumen juga dapat
mengganggu pendengaran jika terlalu banyak. Batas telinga luar dengan telinga
tiga lapisan, yaitu bagian luar adalah lapisan epitel, bagian tengah lapisan fibrosa
dan lapisan dalam adalah mukosa. Fungsi dari membran timpani adalah
melindungi organ telinga tengah dan menghantarkan fibrilasi suara dari telinga
tulang temporal. Rongga tersebut di lalui oleh tiga tulang kecil yaitu meleus,
inkus, dan stapes yang membentang dari membran timpani keforamen ovale.
Sesuai dengan namanya tulang meleus bentuknya seperti palu dan menempel pada
membran timpani. Tulang inkus mehubungkan meleus dengan stapes dan tulang
stapes melekat pada jendela oval di pintu masuk telinga dalam. Tulang stapes di
sokong oleh otot stapedius yang berperan menstabilkan hubungan antara stapes
dengan jendela oval dan mengatur hantaran suara. Jika telinga menerima suara
yang keras, maka otot stapedius akan berkontraksi sehingga rangkaian tulang akan
kaku , sehingga hanya sedikit suara yang di hantarkan. Fungsi dari tulang-tulang
vestibuli yang merupakan pemisah antara telinga tengah dengan telinga dalam.
Rongga telinga tengah berhubungan dengan tuba eustachius yang
untuk keseimbangan tekana antara sisi timpani dengan cara membuka atau
menutup. Pada keadaan biasa tuba menutup, tetapi dapat membuka pada saat
cairan dan berada pada petrosa tulang temporal. Telinga dalam tersusun atas dua
serebrospinalis yang di sebut cairn perilimf. Labirin tulang tersusun atas vestibula,
Cairan tersebut bergerak di salah satu saluran sesuai arah gerakan kepala. Saluran
ini mengandung sel-sel rambut yang memberikan respon terhadap gerakan cairan
berbentuk seperti rumah siput, didalamnya terdapat duktus koklearis yang berisi
cairan endolimf dan banyak reseptor pendengaran. Koklea bagian labirin di bagi
atas tiga ruangan (skala) yaitu bagian atas disebut skala vestibuli, bagian tengah
disebut skala media, dan pada bagian dasar disebut skala timpani. Antara skala
vestibuli dengan skala media dipisahkan oleh membran reisier dan antara skala
endolimf. Kedua cairan tersebut terdapat keseimbangan yang tepat dalam telinga
tersusun atas utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan
terhubung dengan duktus koklearis dalam koklea. Organ korti terletak pada
pendengaran. Ada dua tipe sel rambut yaitu sel rambut baris tunggal interna dan
tiga baris sel rambut eksterna. Pada bagian samping dan dasar sel rambut bersinap
Mekanisme Pendengaran :
Gelombang suara dari luar dikumpulkan oleh daun telinga (pinna), masuk
meleus, inkus, dan stapes ikut bergerak dan selanjutnya stapes menggerakkan
foramen ovale serta menggerakkan cairan perilimf pada skala vestibule. Getaran
basiler ke arah bawah dan selanjutnya menggerak perilimf pada skala timpani.
Pergerakan cairan dalam skala timpani menimbulkan potensial aksi pada sel
rambut yang selanjuttnya diubah menjadi inpuls listrik. Inpuls listrik selanjutnya
dihantarkan ke nukleus koklearis, thalamus kemudian korteks pendengaran untuk
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau
82).
Jadi, menurut saya Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa
disebut dengan istilah sehari-hari congek. Dalam perjalanannya penyakit ini dapat
berasal dari OMA stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar dari telinga
tengah dalam bentuk encer, bening ataupun mukopurulen. Proses hilang timbul
atau terus menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap terjadi perforasi pada
membran timpani. Perforasi yaitu membran timpani tidak intake / terdapat lubang
3. ETIOLOGI
dari Otitis Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan.
Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi tidak adekuat,
virulensi kuman tinggi, dan daya tahan tubuh rendah. Bila kurang dari 2 bulan
terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman penyebab biasanya kuman gram
positif aerob, pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat
kuman gram negatif dan kuman anaerob. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%),
positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien
mendapat infeksi telinga ini setelah menderita saluran napas atas misalnya
hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran napas atas yang tidak
tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif juga
dikenal tipe aktif dan tipe tenang. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai
subtotal, atau di atik. Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau fatal.
besar.
PATHWAY OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)
Invasi bakteri
Infeksi telinga tengah
Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga atau gangguan
Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya ringan dan seperti merasakan adanya
tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi secara terus menerus atau
intermiten dan dapat terjadi pada salah satu atau pada kedua telinga. (www.health
central.com, 2004).
Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer)
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan
yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.
disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar
setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya
sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi
berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu
2. Gangguan pendengaran
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif
ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20
db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan
dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya
rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai
jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis
supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu
tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya
drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh
4. Vertigo
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat
perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif
keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang
Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan
yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan
mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin
berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK
dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif
pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga
tengah.
6. TANDA KLINIS
konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus,
maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.
Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes
bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini mengandung antibiotika
yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu penulis menganjurkan agar obat tetes
telinga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada
OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan
ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum tes
resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin
Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi,
bila terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus
adantrum. Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung
lama biasanya disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid
komplikasi OMSK.
Jenis pembedahan pada OMSK.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain
ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan
telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
2. Mastoidektomi Radikal.
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang
sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan
dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya.
Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi
serta membuat meatal plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering
permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi
lebar.
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding
Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga
4. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga
timpani.
Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada
berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan
medikamentosa.
Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
dan infeksi. Antibiotik mungkin dikesepkan untuk infeksi bakteri, terapi antibiotik
biasanya untuk jangka panjang, yaitu melalui pemberian per oral atau tetes telinga
pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan
patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilalakukan dua tahap dengan
Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus
OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang
luas.
Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran
melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga
mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK
tipe maligna belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering terjadi
sebagaiberikut :
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.
Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung
besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim
penghantaran suara ditelinga tengah. Paparela, Brady dan Hoel (1970) melaporkan
difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum,
temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal kohlea tapi
dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam
ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil
percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen dengan skala ANSI 1969.
Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI
1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.
Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang
bias membantu :
a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20
dB
b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif
dengan maskingadalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli
campur.
2. Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis
mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik
adalah :
a. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid
dariarah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena
memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang
skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari
dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau
atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada
berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila
mastoid.
9. PROGNOSIS
Biasanya OMC berespon terhadap terapi dapat terjadi dalam beberapa bulan.
ketulian.
Mastuiditis
Cholesteatoma
Abses apidural (peradangan disekitar otak)
Paralisis wajah
Labirin titis.
Menurut Arief Mansjoer, dkk. 2001 halaman 82 :
Paralisis nervus fasialis, fistula labirin, labirinitis, labirinitis supuratif,
labirin : vertigo
Tujuan : Pasien tidak mengalami injuri / trauma dengan :
- Mengurangi / menghilangkan vertigo / pusing
- Mengembalikan keseimbangan tubuh
- Mengurangi terjadinya trauma
Intervensi :
a. Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien
b. Observasi tanda vital
c. Beri lingkungan yang aman dan nyaman
d. Anjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi pusing
e. Penuhi kebutuhan pasien
f. Libatkan keluarga untuk menemani saat pasien bepergian
g. Kolaborasi pemberian analgetik
h. Evaluasi :
- Pusing berkurang
- Pasien tidak mengalami injuri
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
mengajarkan prosedur
j. Beri pujian atau reinforcement positif pada klien
k. Evaluasi :
- Pasien menyatakan pemahaman tentang pemberian informasi
- Pasien mampu mendemonstrasikan prosedur dengan tepat.
c. Cemas berhubungan dengan prosedur tindakan pembedahan
Tujuan : Kecemasan pasien berkurang / hilang
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecemasan pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan
pembedahan
b. Jelaskan pada pasien tentang apa yang harus dilakukan sebelum dan sesudah
tindakan pembedahan
c. Berikan reinforcement positif atas kemampuan pasien
d. Libatkan keluarga untuk memberikan semangat pada pasien
e. Evaluasi :
- Pasien tidak cemas
- Keluarga mau menemani pasien
Post Operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi
Tujuan : Nyeri pasien berkurang
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri pasien
b. Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi untuk menghilangkan nyeri
d. Anjarkan pada pasien untuk banyak istirahat baring
e. Beri posisi yang nyaman
f. Kolaborasi pemberian analgetik
g. Evaluasi : Nyeri hilang
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan post operasi mastoidektomi
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi
Intervensi :
a. Kaji kemungkinan terjadi infeksi / tanda-tanda infeksi
b. Observasi pasien
c. Lakukan perawatan ganti balutan dengan teknik steril setelah 24 jam dari
operasi
d. Kaji keadaan daerah poerasi
e. Ganti tampon setiap hari
f. Pasang pembalut tekan bila dilakukan insisi mastoid
g. Bersihkan daerah operasi setelah 2 3 minggu
h. Anjurkan pasien untuk kontrol
i. Kolaborasi pemberian antibiotic
j. Evaluasi :
- Infeksi tidak terjadi
- Luka operasi dalam kondisi baik
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An.Y DENGAN DIAGNOSA OTITIS MEDIA SUPERATIF AKUT
OLEH
21607082
( ) ( )
MAKASSAR
2016