Anda di halaman 1dari 24

PREKLINIK ; KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

LAPORAN PENDAHULUAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK


(OMSK)
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas preklinik
Keperawatan Medikal Bedah III

DISUSUN OLEH :
Radha Vestika Utama
1911312061

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Boby Febri Krisdianto, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga
tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau
kental, bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran
(Mansjoer, 2001).
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut dengan
istilah sehari-hari congek. Dalam perjalanannya penyakit ini dapat berasal dari
OMA stadium perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar dari telinga tengah
dalam bentuk encer, bening ataupun mukopurulen. Proses hilang timbul atau
terus menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap terjadi perforasi pada
membran timpani. Perforasi yaitu membran timpani tidak intake atu terdapat
lubang pada membran timpani itu sendiri.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

Indera pendengaran merupakan bagian dari organ sensori khusus yang


mampu mendeteksi sebagai stimulus bunyi. Indera pendengaran sangat penting
dalam percakapan dan komunikasi sehari-hari. Organ yang berperan dalam
indera pendengaran adalah telinga.
1. Struktur telinga:
a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna / aurikula) dan saluran
telinga luar (meatus auditorius eksternus). Daun telinga terletak di dua
sisi kepala setinggi mata. Tersusun oleh tulang rawan atau kartilago
dan otot kecil yang di lapisi oleh kulit sehingga menjadi tinggi keras
dan lentur. Daun telinga di persarafi oleh saraf fasialis. Fungsi dari
daun telinga adalah mengumpulkan gelombang suara untuk di
teruskan kesaluran telinga luar yang selanjutnya ke gendang telinga
Saluran telinga luar merupakan lintasan yang sempit, panjangnya
sekitar 2,5 cm dari dauun telinga ke membran timpani. Saluran ini
tidak beraturan dan di lapisi oleh kulit yang mengandung kelenjar
khusus, glandula seruminosa yang menghasilkan serumen. Serumen
ini berfungsi untuk melindungi kulit dari bakteri, menangkap benda
asing yang masuk ke telinga. Serumen juga dapat mengganggu
pendengaran jika terlalu banyak. Batas telinga luar dengan telinga
tengah adalah membran timpani atau gendang telinga.
Membran timpani berbentuk kerucut dengan diameter sekitar 1
cm. Tersusun atas tiga lapisan, yaitu bagian luar adalah lapisan epitel,
bagian tengah lapisan fibrosa dan lapisan dalam adalah mukosa.
Fungsi dari membran timpani adalah melindungi organ telinga tengah
dan menghantarkan fibrilasi suara dari telinga luar ke tulang
pendengaran (osikel). Kekuatan getaran suara mempengaruhi
tegangan, ukuran, dan ketebalan membran timpani.

b. Telinga Tengah
Telingga tengah merupakan rongga yang berisi udara dalam
bagian petrosus tulang temporal. Rongga tersebut di lalui oleh tiga
tulang kecil yaitu meleus, inkus, dan stapes yang membentang dari
membran timpani keforamen ovale. Sesuai dengan namanya tulang
meleus bentuknya seperti palu dan menempel pada membran timpani.
Tulang inkus mehubungkan meleus dengan stapes dan tulang stapes
melekat pada jendela oval di pintu masuk telinga dalam. Tulang stapes
di sokong oleh otot stapedius yang berperan menstabilkan hubungan
antara stapes dengan jendela oval dan mengatur hantaran suara. Jika
telinga menerima suara yang keras, maka otot stapedius akan
berkontraksi sehingga rangkaian tulang akan kaku , sehingga hanya
sedikit suara yang di hantarkan. Fungsi dari tulang-tulang
pendengaran adalah mengarahkan getaran dari membran timpani ke
fenesta vestibuli yang merupakan pemisah antara telinga tengah
dengan telinga dalam.
Rongga telinga tengah berhubungan dengan tuba eustachius yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring. Fungsi tuba eustachius
adalah untuk keseimbangan tekana antara sisi timpani dengan cara
membuka atau menutup. Pada keadaan biasa tuba menutup, tetapi
dapat membuka pada saat menguap, menelan atau mengunyah.

c. Telinga Dalam atau Labirin.


Telinga dalam atau labirin mengandung organ-organ yang sensitif
untuk pendengaran, keseimbangan dan saraf kranial ke delapan.
Telinga dalam berisi cairan dan berada pada petrosa tulang temporal.
Telinga dalam tersusun atas dua bagian yaitu labirin tulangg dan
labiriin membranosa.
1) Labirin Tulang
Labirin tulang merupakan ruang berisikan cairan menyerupai
cairan serebrospinalis yang di sebut cairn perilimf. Labirin tulang
tersusun atas vestibula, kanalis semisirkularis dan
koklea. Vestibula menghubungkan koklea dengan kanalis
semisirkularis. Saluran semisirkularis merupakan tiga saluran
yang berisi cairan yang berfungsi menjaga keseimbangan pada
saat kepala di gerakkan. Cairan tersebut bergerak di salah satu
saluran sesuai arah gerakan kepala. Saluran ini mengandung sel-
sel rambut yang memberikan respon terhadap gerakan cairan
untuk disampaikan pesan ke otak sehingga terjadi proses
keseimbangan. Koklea berbentuk seperti rumah siput,
didalamnya terdapat duktus koklearis yang berisi cairan endolimf
dan banyak reseptor pendengaran. Koklea bagian labirin di bagi
atas tiga ruangan (skala) yaitu bagian atas disebut skala vestibuli,
bagian tengah disebut skala media, dan pada bagian dasar disebut
skala timpani. Antara skala vestibuli dengan skala media
dipisahkan oleh membran reisier dan antara skala media dengan
skala timpani dipisahkan oleh membran basiler.

2) Labirin Membranosa.
Labirin membranosa terendam dalam cairan perilimf dan
mengandung cairan endolimf. Kedua cairan tersebut terdapat
keseimbangan yang tepat dalam telinga dalam sehingga
pengaturan keseimbangan tetap terjaga. Labirin membranosa
tersusun atas utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis,
duktus koklearis, dan organ korti. Utrikulus terhubung dengan
duktus semisirkularis, sedangkan sakulus terhubung dengan
duktus koklearis dalam koklea. Organ korti terletak pada
membrane basiler, tersusun atas sel-sel rambut yang merupakan
reseptor pendengaran. Ada dua tipe sel rambut yaitu sel rambut
baris tunggal interna dan tiga baris sel rambut eksterna. Pada
bagian samping dan dasar sel rambut bersinap dengan jaringan
ujung saraf koklearis.

2. Mekanisme Pendengaran :
Gelombang suara dari luar dikumpulkan oleh daun telinga (pinna), masuk
ke saluran eksterna pendengaran (meatus dan kanalis auditorius eksterna)
yang selanjutnya masuk ke membrane timpani. Adanya gelombang suara
yang masuk ke membrane timpani menyebabkan membrane timpani
bergetar dan bergerak maju mundur. Gerakan ini juga mengakibatkan
tulang-tulang pendengaran seperti meleus, inkus, dan stapes ikut bergerak
dan selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale serta menggerakkan
cairan perilimf pada skala vestibule. Getaran selanjutnya melalui
membrane reisner yang mendorong endolimf dan membrane basiler ke
arah bawah dan selanjutnya menggerak perilimf pada skala timpani.
Pergerakan cairan dalam skala timpani menimbulkan potensial aksi pada
sel rambut yang selanjuttnya diubah menjadi inpuls listrik. Inpuls listrik
selanjutnya dihantarkan ke nukleus koklearis, thalamus kemudian korteks
pendengaran untuk diasosiasikan. (Tarwoto, 2009).

C. KLASIFIKASI
OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)
Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe
benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK
tipe benigna tidak terdapat kolesteatom.
2. OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe bahaya)
OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.
Perforasi terletak pada marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga
kolesteatoma dengan perforasi subtotal. Sebagian komplikasi yang
berbahaya atau total timbul pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe
maligna.

D. ETIOLOGI
Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan
kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih
dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi
tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya tahan tubuh rendah. Bila
kurang dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil disebabkan oleh perforasi
membran timpani terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman penyebab
biasanya kuman gram positif aerob, pada infeksi yang sudah berlangsung lama
sering juga terdapat kuman gram negatif dan kuman anaerob (Mansjoer, 2001).
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus
(26%), Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis
(10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%).
Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita saluran napas
atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui saluran yang
menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran
napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai
telinga.

E. PATOFISIOLOGI
OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan maligna
atau tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif juga dikenal tipe aktif dan tipe tenang (Mansjoer, 2001).
Pada OMSK benigna, peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi
berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom (Mansjoer, 2001).
OMSK tipe maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak
marginal, subtotal, atau di atik. Sering menimbulkan komplikasi yang
berbahaya atau fatal (Mansjoer, 2001).
Kolesteotoma yaitu suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus, lalu menumpuk. Sehingga kolesteotoma
bertambah besar.

F. PATHWAY OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)


G. TANDA DAN GEJALA
Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga atau
gangguan pendengaran (Mansjoer, 2001).
Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya ringan dan seperti merasakan
adanya tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi secara terus
menerus atau intermiten dan dapat terjadi pada salah satu atau pada kedua
telinga (Fung, 2004).
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh
aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe
jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali
sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani
dan infeksi. Keluarnya sekretbiasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah
sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari
liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif
tidak dijumpai adanya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna
kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan
produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,
mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret
yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.
Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan
tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Biasanyadijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat
hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat
bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom,
tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang
pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang
pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga
tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat
karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga
kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang
pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan
berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen
rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila
terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang
dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.

3. Otalgia (nyeri telinga)


Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan
suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman
komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga
mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,
subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhanvertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya
akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang
sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran
timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh
perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan
keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.
Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat
berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul
labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula
perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini
memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani,
dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.

H. TANDA KLINIS
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
1. Adanya abses atau fistel retroaurikular
2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum
timpani.
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

I. PENATALAKSANAAN
Menurut Arief Mansjoer, dkk. (2001) terapi OMSK sering lama dan harus
berulang-ulang karena :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal,
3. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
4. Gizi dan kebersihan yang kurang.
Menurut Arief Mansjoer, dkk. (2001), prinsip terapi OMSK tipe benigna
dan maligna berbeda, yaitu :
1. Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan
obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah
sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotika dan kartikosteroid. Banyak ahli
berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini
mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu penulis
menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan secara terus
menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang.
Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin,
(bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum tes resistensi diterima. Pada
infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap
ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi
selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen,
memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya
komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau
terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih
dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya
adenoidektomi dan tonsilektomi.

2. Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu


mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi yang
tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanopplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya
dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Infeksi telinga tengah dan mastoid.Rongga telinga tengah dan rongga
mastoid berhubungan langsung melalui aditus adantrum. Oleh karena itu
infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya
disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal
dengan mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoiditis ke dalam
komplikasi OMSK.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, Jenis
operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau
koleasteatom, sarana yang tersedia serta pengalaman operator. Sesuai dengan
luasnya infeksi atau luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang
dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya. Jenis
pembedahannya yaitu :
1. Mastoidektomi sederhana.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan
pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini
dilakukan permbersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.
Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

2. Mastoidektomi Radikal.
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau
kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan
kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding
batas antara liang telinga luar dan telinga tengah tengah dengan rongga
mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi
suatu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak
diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur
hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya
tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga
dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada
rongga operasi serta membuat meatal plasty yang lebar, sehingga
rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu
meatus luar liang telinga menjadi lebar.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik,
tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid
dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan.
Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari
rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

4. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal
juga dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan
pada membran timpani.
Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga
tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang
dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran
timpani.

5. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan
yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan
dengan pengobatan medikamentosa.
Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran. Menurut Fung (2004), terapi difokuskan kepada
penghilangan gejala dan infeksi. Antibiotik mungkin dikesepkan untuk
infeksi bakteri, terapi antibiotik biasanya untuk jangka panjang, yaitu
melalui pemberian per oral atau tetes telinga jika ada perforasi
membran tympani. Pembedahan untuk mengangkat adenoid mungkin
cocok untuk membuka tuba eustachius. Pembedahan dengan membuka
membrana tymponi (miringotomi) dengan maksud untuk mengalirkan
atau mengeluarkan cairan dari daerah ditelinga dalam. Decangestan
atau antibismin dapat digunakan untuk membantu mengeluarkan cairan
dari tuba eustachius. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran
timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang
pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran
yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi
kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan
jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilalakukan
dua tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.

6. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach


Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan
pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan
jaringan granulasi yang luas.
Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa
meruntuhkan dinding posterior ling telinga).
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani,
dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang
telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior.
Teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para
ahli, oleh karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati
tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural,
beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani
serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah.
Para peneliti melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli
sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam
skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga
menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang secara
temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal
kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran
dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian
total, tergantung dari hasil pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik).
Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan
intensitas pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO
1964 yang ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai
ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran
a. Normal : -10 dB sampai 26 dB
b. Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
c. Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
d. Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
e. Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
f. Tuli total : lebih dari 90 dB.
Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif
dan fungsi kohlea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada
hantaran udara dan tulang serta penilaian tutur, biasanya kerusakan
tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan
manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan
pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bias
membantu :
a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih
dari 15-20 dB
b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli
konduktif30-50 dB apabila disertai perforasi.
c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran
yang masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli
bagaimanapun keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan
kohlea parah.
Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian
pendengarandengan menggunakan garpu tala dan test Barani.
Audiometri tutur dengan maskingadalah dianjurkan, terutama pada tuli
konduktif bilateral dan tuli campur.

2. Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis
nilai diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan
audiometri. Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid
yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit
dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang,
terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom. Proyeksi
radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :
a. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi
mastoid dariarah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk
pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.
Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat
membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.
b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga
tengah. Akantampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik
sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai
struktur-struktur.
c. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid
petrosusdan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius
interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini
menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran akibatkolesteatom.
d. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal
sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik.
Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan
tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang
pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis
semisirkularis horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi
jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan
tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior
menunjukan adanya penyakit mastoid.

K. PROGNOSIS
Biasanya OMC berespon terhadap terapi dapat terjadi dalam beberapa
bulan. Biasanya kerusakan bukan merupakan suatu ancaman bagi kehidupan
penderita tetapi dapat menyebabkan ketidak nyamanan dan dapat berakhir
dengan komplikasi yang serius (Fung, 2004).

L. KOMPLIKASI
Menurut Adam dkk, komplikasi OMSK diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Komplikasi di telinga tengah :
a. Perforasi persisten
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
2. Komplikasi di telinga dalam :
a. Fistel labirin
b. Labirinitis supuratif
c. Tuli saraf
3. Komplikasi di ekstrasdural :
a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Petrositis
4. Komplikasi ke susunan saraf pusat :
a. Meningitis
b. Abses otak
c. Hidrosefalus otitis.
5. Kerusakan yang permanen dari telinga dengan berkurangnya pandangan
atau ketulian.
6. Mastuiditis
7. Cholesteatoma
8. Abses apidural (peradangan disekitar otak)
9. Paralisis wajah
10. Labirin titis.

Menurut Arief Mansjoer, dkk. (2001), komplikasi yang dapat terjadi pada
pasien OMSK anatara lain paralisis nervus fasialis, fistula labirin, labirinitis,
labirinitis supuratif, petrositis, tromboflebitis sinus lateral, abses ekstra dural,
abses subdural, meningitis, abses otak, dan hidrosefalus otitis.

M. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Fokus Pengkajian :
a. Data Subyektif :
Tanda-tanda dan gejala utama infeksi ekstrena dan media adalah
nyeri serta hilangnya pendengaran. Data harus disertai pernyataan
mengenai mulai serangan, lamanya, tingakt nyerinya. Rasa nyeri timbul
karena adanya tekanan kepada kulit dinding saluran yang sangat sensitif
dan kepada membran timpani oleh cairan getah radang yang terbentuk
didalam telinga tengah. Saluran eksterna yang penuh dan cairan di telinga
tengah mengganggu lewatnya gelombang suara, hal ini menyebabkan
pendengaran berkurang. Penderita dengan infeksi telinga perlu ditanya
apakah ia mengerti tentang cara pencegahannya.
b. Data Obyektif :
Telinga eksterna dilihat apakah ada cairan yang keluar dan bila ada
harus diterangkan. Palpasi pada telinga luar menimbulkan nyeri pada otitis
eksterna dan media. Pengkajian dari saluran luar dan gedang telinga
(membran timpani). Gendang telinga sangat penting dalam pengkajian
telinga, karena merupakan jendela untuk melihat proses penyakit pada
telinga tengah. Membran timpani yang normal memperlihatkan warna
yang sangat jelas, terlihat ke abu-abuan. Terletak pada membran atau
terlihat batas-batasnya. Untuk visulaisasi telinga luar dan gendang telinga
harus digunakan otoskop.
Bagian yang masuk ke telinga disebut speculum (corong) dan dengan ini
gendang telinga dapat terlihat, untuk pengkajian yang lebih cermat perlu
dipakai kaca pembesar. Otoskop dipakai oleh orang yang terlatih,
termasuk para perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran.
Tujuan : Gangguan komunikasi berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
- Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
- Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi
tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang
baik.
Intervensi Keperawatan :
1) Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada
rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien,
seperti :Tulisan, berbicara, bahasa isyarat.
2) Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.Jika ia dapat
mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan
jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada
berbicara dengan keras)
3) Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan
pintu.
4) Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
5) Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
6) Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien
tidak dapat membaca bibir
7) Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
8) Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan
komunikasi tertulis.
9) Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
10) Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah.
Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada
penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung
berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan
penerjemah.
11) Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan
pemahaman.
12) Bicara dengan jelas, menghadap individu.
13) Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
14) Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
15) Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan
yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
1) Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh
klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan
kemampuan dan keterbatasan klien.
2) Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat
diterima dengan baik oleh klien.
3) Memungkinkan komunikasi dua arah antara perawat dengan klien
dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan
perawat secara tepat.

b. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di


telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil. : Klien akan mengalami peningkatan persepsi sensori
pendengaran sampai pada tingkat fungsional.
Intervensi Keperawatan :
1) Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran
secara tepat.
2) Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman
sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
3) Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
4) Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik
yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
1) Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe
gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
2) Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka
pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi
sehingga harus dilindungi.
3) Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah-
masalah pendengaran rusak secara permanen.
4) Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat
menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi
akan berlanjut.
c. Cemas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis,
anestesi, nyeri, hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan
pendengaran lebih besar setelah operasi.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
- Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
- Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi Keperawatan :
1) Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan
kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan
harapan klien dalam berkomunikasi.
2) Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah
mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk
memberikan dukungan kepada klien.
3) Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang
tersedia yang dapat membantu klien
Rasional :
1) Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi
dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat
mengurangi rasa cemasnya.
2) Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi
kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien
terhadap perawat.
3) Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang
paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan
tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas
dan frustasinya.
4) Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang
sama akan sangat membantu klien.
5) Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada
disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.

Anda mungkin juga menyukai