Anda di halaman 1dari 29

Nama : Saskia Putri Maharani

NIM : 1911312052

Praktikum Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

Lembaran Kerja 2

Komunikasi efektif pada pasien palliatif dan keluarga

Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu melakukan roleplay komunikasi pada pasien palliatif dan keluarga: menyampaikan
berita buruk.

Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu mensimulasikan/ roleplay komunikasi kepada pasien
atau keluarga dalam konteks palliatif care dengan baik: menyampaikan berita buruk.
Kegiatan sebelum praktikum
1. Coba saudara jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif pada pasien palliatif?

Perawatan Paliatif merupakan perawatan yang dilakukan kepada pasien yang menderita
penyakit terminal dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga.
Komunikasi efektif pada pasien paliatif diperlukan dalam memberikan informasi dan
membantu klien dalam membuat keputusan keputusan mengenai kesehatannya dan
komunikasi efektif terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga sehingga
membantu pasien meninggal dengan penuh martabat, dan keluarga yang ditinggalkan
dapat menerima kematian tersebut sebagai proses dari kehidupan dengan memberikan
pendekatan secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

2. Menurut saudara apa saja yang harus diperhatikan dan dipersiapkan saat memberitahu berita
buruk pada pasien dan keluarga?

Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam menyampaikan berita buruk pada pasien dan
keluarga yaitu dapat mempersiapan waktu dan tempat yang tepat, Mencari tahu seberapa
banyak informasi yang sudah diketahui oleh pasien, Mencari tahu seberapa banyak informasi
yang ingin diketahui pasien, Berbagi informasi, Menanggapi perasaan pasien. Yang tentunya
disampaikan dengan komunikasi terapeutik dan efektif agar keluarga dan pasien dapat
menerima beritanya dengan baik.
Kegiatan selama praktikum

Menyampaikan Berita Buruk:


Berita buruk adalah berita (informasi) yang secara drastis dan negatif mengubah pandangan hidup pasien
tentang masa depannya. Berita buruk sering diasosiasikan dengan suatu diagnosis terminal, namun
seorang dokter keluarga mungkin akan menghadapi banyak situasi yang termasuk dalam bagian berita
buruk, seperti hasil USG seorang ibu hamil yang menunjukkan bahwa janinnya telah meninggal, pasien di
diagnosa menderita kanker stadium empat, kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan anorgan tubuh
atau pasien menderita penyakit kronik lainnya.

Menyampaikan berita buruk pada pasien adalah salah satu tanggung jawab seorang petugas medis yang
harus dikerjakan dalam praktek pelayanan kesehatan. Menyampaikan berita buruk merupakan
keterampilan komunikasi yang penting dan menantang. Terdapat kewajiban secara sosial dan moral bagi
petugas medis untuk bersikap sensitif dan tepat dalam menyampaikan berita buruk. Secara medikolegal
petugas medis berkewajiban menyampaikan atau menginformasikan diganosis yang secara potensial
berakibat fatal. Jika petugas medis tidak menyampaikan dengan tepat, komunikasi tentang berita buruk
akan berakibat pada munculnya perasaan ketidak percayaan, kemarahan, ketakutan, kesedihan atau pun
rasa bersalah pada diri pasien. Hal-hal tersebut dapat berefek konsekuensi emosional jangka panjang pada
keluarga pasien.

Tujuan melakukan komunikasi efektif:


1. Memberikan informasi yang dimengerti sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasien
2. Mendukung pasien dengan ketrampilan untuk mengurangi dampak emosional
3. Mengembangkan strategi dalam bentuk rencana pengobatan dengan masukan dan kerjasama
pasien.

Strategi penyampaian berita buruk:


Menurut Buckman’s 6-step guide dalam menyampaikan berita buruk yang dikenal dengan singkatan
“S.P.I.K.E.S.”
S – etting, listening Skills
P – atient’s Perception
I – nvite patient to share Information
K – nowledge transmission
E - xplore Emotions and Empathize
S – ummarize & Strategize

Setting, Listening Skills


Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, perlu adanya persiapan untuk menjamin kelancaran
penyampaian informasi kepada pasien, sebagai berikut:
a. Persiapkan diri sendiri
Dokter/ perawat sebagai penyampai ‘bad news’ mempersiapkan mental terlebih dahulu agar tidak
ikut larut dalam emosi pasien nantinya, namun tetap berempati sebagaimana mestinya.
b. Perkenalkan diri
Yang harus dihindari: tampak nervous di hadapan pasien, bahkan sebelum menyampaikan kabar
buruk. Tips: siapkan tissue di saku, untuk diberikan pada pasien bila pasien menangis.
c. Privasi pasien
Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan di tempat yang ramai atau banyak orang.
Hendaknya dilakukan di tempat tenang yang tertutup seperti kamar praktek ataupun dengan
menutup tirai di sekeliling tempat tidur pasien.
d. Libatkan pendamping
Untuk menghindari kesan kurang baik yang dapat muncul bila pasien dan dokter berada di tempat
tertutup (untuk menjaga privasi), diperlukan satu pendamping. Yang dapat menjadi pendamping:
- Keluarga terdekat pasien satu saja, apabila terlalu banyak dapat menyulitkan dokter untuk
menangani emosi dan persepsi banyak orang sekaligus.
- Perawat atau ko ass yang ikut terlibat dalam perawatan pasien.
e. Posisi duduk
Posisi pasien dan dokter sebaiknya setara. Dokter menyampaikan kabar buruk dalam posisi duduk.
Tujuan: untuk menghilangkan kesan bahwa dokter berkuasa atas pasien dan memojokkan pasien
Sebaiknya penghalang fisik seperti meja, dihindari. Duduk di sofa jika ada lebih baik.

Listening mode: ON
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya persiapkan kemampuan ‘mendengar’, secara prinsip
meliputi:
- Silence: Jangan memotong kata-kata pasien ataupun berbicara tumpang tindih dengan pasien
- Repetition: Ulangi kata-kata pasien atau berikan tanggapan, untuk menunjukkan pemahaman
terhadap apa yang ingin disampaikan pasien.
- Availability: Dokter harus ada di tempat mulai awal hingga akhir penyampaian kabar buruk.
Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, seperti ada sms, telepon, , atau aktifkan mode
silent, jika ada tamu minta bantuan pada perawat untuk mengatasi tamu yang mungkin datang.

2. Patient’s Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya dokter/perawat mengetahui persepsi pasien terhadap:
- Kondisi medis dirinya sendiri: Tanyakan sejauh mana informasi yang pasien ketahui tentang
penyakitnya beserta kemungkinan terburuk yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
- Harapannya terhadap hasil medikasi yang ia tempuh: Tanyakan perkiraan pasien terhadap hasil
medikasi. Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut bukan semata-mata untuk mengubah persepsi
pasien agar sesuai dengan kenyataan, melainkan sebagai jalan untuk menilai kesenjangan antara
persepsi dan harapan pasien dengan kenyataan sebagai pertimbangan penyampaian kabar buruk
agar tidak terlalu membuat pasien terguncang.

3. Invitation to share Information


- Tanyakan apakah pasien ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya atau tidak. Apabila
pasien menyatakan diri belum siap, pertimbangkan untuk menyampaikan di waktu lain yang lebih
tepat dan minta pasien untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu.
- Apabila pasien menyatakan ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya, tanyakan sejauh
mana ia ingin tahu, secara umum ataukah mendetail.

4. Knowledge transmission “Penyampaian ‘bad news’”


Sebelum menyampaikan kabar buruk, lakukan ‘warning shot’ sebagai pembukaan katakan pada pasien
bahwa ada ‘kabar buruk’ yang akan disampaikan pada pasien agar pasien tidak kaget.
Cara penyampaian:
- Gunakan bahasa yang sama dan hindari jargon medis.
- Sampaikan informasi sedikit demi sedikit (bertahap)
- Setiap menyampaikan sepenggal informasi, nilai ekspresi dan tanggapan pasien, beri waktu pasien
untuk bertanya ataupun sekedar mengekspresikan emosinya. Bila kondisi pasien tampak
memungkinkan untuk menerima informasi tahap selanjutnya, teruskan penyampaian informasi.
Bila pasien tampak sangat tergunjang hingga tidak memungkinkan untuk menerima lebih banyak
informasi lagi, pertimbangkan penyampaian ulang kabar buruk di lain waktu sambil
mempersiapkan pasien.
- Sampaikan dengan intonasi yang jelas namun lembut, tempo yang tidak terlalu cepat dengan jeda
untuk member kesempatan pada pasien dalam mencerna kalimat yang ia terima.

5. Explore Emotions and Empathize


- Amati selalu ekspresi dan emosi pasien serta apa yang mendasari perubahan emosinya (informasi
mana yang merubah emosinya), nilai sejauh mana kondisi emosi pasien.
- Tunjukkan pengertian atas kondisi emosi pasien. Dalam hal ini, menunjukkan pengertian tidak
diartikan sebagai ‘mengerti apa yang dirasakan pasien’, namun lebih pada ‘dapat memahami bahwa
apa yang dirasakan pasien saat ini adalah sesuatu yang dapat dimaklumi’.

6. Summarize and Strategize


- Di akhir percakapan, review kembali percakapan secara keseluruhan: simpulkan ‘kabar buruk’
yang tadinya disampaikan secara bertahap (sedikit demi sedikit).
- Simpulkan juga tanggapan yang diberikan pasien selama kabar buruk disampaikan, tunjukkan
bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa yang disampaikan pasien.
- Berikan pasien kesempatan bertanya
- Berikan feed back
- Diskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah disampaikan pada pasien

Berikut Protokol enam langkah untuk menyampaikan berita buruk:

1.Persiapan  Pilih ruangan yang menjamin privacy, dan usahakan baik dokter, perawat
maupun pasien bisa duduk dalam posisi yang nyaman.
 Tanyakan pada pasien apakah dia menghendaki ada orang lain yang
menemaninya, apakah suami / istri, anak, atau keluarga lainnya. Biarlah
pasien sendiri yang memutuskan.
 Mulailah dengan memberikan pertanyaan seperti: “Bagaimana perasaan
anda sekarang ?“.
(Pertanyaan ini untuk mulai melibatkan pasien dan menunjukkan pada pasien
bahwa percakapan selanjutnya adalah percakapan dua arah. Pasien tidak
hanya mendengarkan dokter bicara).
2 Mencari Tahu Mulailah mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi dari pasien
Sebanyak Apa supaya anda dapat mulai memahami.
Informasi Yang  Apakah pasien sudah tahu mengenai penyakitnya/ situasinya. Contoh :
Sudah Dimiliki "Saya menderita kanker paru-paru, dan saya memerlukan pembedahan".
Pasien  Seberapa banyak dia tahu ? Darimana dia tahu ? ("dokter A mengatakan
ada sesuatu kelainan yang ditemukan di foto roentgen dada saya")
 Tingkat pengetahuan pasien ("Dok, saya terkena Adenocarcinoma T2N0 ")
 Situasi emosional pasien ("Saya takut jangan – jangan saya terkena
kanker, Dok … sampai – sampai seminggu ini saya jadi susah tidur").
 Terkadang pasien atau keluarga pasien (orang tua pada pasien anak)
mungkin tidak bisa menjawab atau merespon pertanyaan anda, dan
mungkin memang tidak mengetahui sama sekali mengenai penyakit
mereka.
 Pada kasus–kasus seperti itu, teknik yang bisa digunakan untuk
menstimulasi diskusi adalah dengan menanyakan kembali tentang hal –
hal yang sudah mereka ketahui seperti riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan atau hasil test yang telah dilakukan sebelumnya.

3 Mencari Tahu  Penting untuk menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang
Seberapa ingin didengarnya. Apakah sangat detil, atau hanya gambaran besarnya
Banyakkah saja ?
Informasi Yang  Perlu diperhatikan bagaimana cara bertanya, dan kemungkinan reaksi
Ingin Diketahui pasien. (Setiap pasien tidak akan sama , bahkan pada pasien yang sama
Pasien kemungkinan akan berubah permintaannya selama dalam satu sesi
percakapan).
 Beberapa pertanyaan yang sering digunakan pada tahap ini misalnya:
“Bapak/ibu, bila nanti situasi atau kondisi/hasil test menunjukkan
sesuatu yang serius, apakah saya bisa memberitahukan pada anda
mengenai masalah tersebut ?”
“Apakah bapak / ibu ingin saya menjelaskan secara rinci atau hanya garis
besar dari kondisi bapak / ibu sekarang ?”
“Bapak / Ibu, hasil test anda sudah keluar. Apakah saya bisa menjelaskan
pada bapak / ibu, atau bapak / ibu ingin agar saya menjelaskan kondisi
anda pada keluarga ?”

4 BERBAGI  Penting untuk mempersiapkan segala data sebelum anda bertemu dengan
INFORMASI pasien.
 Topik pada tahap ini biasanya adalah mengenai diagnosis, terapi /
penanganan, prognosis, serta dukungan / fasilitas apa saja yang bisa
diperoleh oleh pasien dan keluarganya.
 Berikan informasi dalam potongan kecil, dan pastikan untuk berhenti
menjelaskan (beri jeda di antara potongan – potongan informasi itu)
untuk memastikan bahwa pasien paham dengan yang kita jelaskan.
 Ingatlah untuk menerjemahkan istilah medis ke dalam bahasa Indonesia,
dan jangan mencoba untuk mengajar patofisiologi (jelaskan dengan lebih
sederhana).
 Beberapa contoh bahasa yang bisa digunakan untuk menyampaikan
berita buruk :
“ Pak Harun, saya khawatir bahwa kabar yang akan saya sampaikan ini
adalah kabar yang kurang baik. Hasil test anda ternyata menunjukkan
bahwa anda positif terkena HIV.”
“Bu Siti, mohon maaf saya terpaksa menyampaikan kabar ini. Hasil biopsi
benjolan pada payudara ibu menunjukkan bahwa ibu terkena kanker
payudara.”
“Bu Dinar, hasil test putri anda sudah keluar, dan ternyata hasilnya tidak
seperti yang kita harapkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa putri anda
terkena leukemia.”
5 Menanggapi  Jika anda tidak memberikan tanggapan terhadap emosi yang muncul pada
Perasaan Pasien pasien, anda sama saja seperti “meninggalkan urusan sebelum urusan
tersebut selesai ..”. Selain itu Anda juga bisa dianggap sebagai seorang
dokter/perawat yang tidak memiliki kepedulian pada pasien.
Kalimat – kalimat yang bisa digunakan pada tahap ini :
“Saya tahu bahwa hasil ini adalah hasil yang tidak kita harapkan….”
“Saya tahu bahwa kabar ini adalah kabar yang tidak
mengenakkan….”
“Setelah mengetahui hasilnya, kira –kira hal apakah yang bisa saya bantu ?”

6 Perencanaan  Pada titik ini Anda perlu mensintesis rasa kekhawatiran pasien dan isu-isu
Dan Tindak
medis ke dalam rencana konkret yang dapat dilakukan dalam rencana
Lanjut
perawatan pasien.
 Buatlah rencana langkah – demi langkah dan berikan penjelasan yang
lengkap pada pasien tentang apa saja yang harus dilakukannya pada tiap
langkah, dan apa saja yang mungkin terjadi, dan apa saja yang bisa
membantu mengatasinya bila ternyata muncul hal yang tidak diinginkan.
 Ada baiknya dokter/perawat mencari tahu tentang harapan pasien,
ataupun alasan pertanyaan mereka.
 Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan.
Berikut adalah contoh – contoh kalimat ataupun pertanyaan yang biasa
digunakan :
‘jadi, apa sebenarnya yang menjadi kekhawatiran bapak mengenai
pengobatan ?”
“Jadi situasinya memang demikian, Ibu... Tetapi mungkin masih ada sesuatu
yang bisa saya bantu untuk ibu ?...”
“Jadi ibu ingin mengetahui tentang berapapersen kemungkinan putra ibu
bisa bertahan ?”
CEKLIST MENYAMPAIKAN BERITA BURUK

SKOR BOBOT
No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
1 Perawat bersikap ramah pada pasien (memperlihatkan bahasa 1
tubuh yang baik).
2 Perawat mempersilahkan pasien masuk dalam ruang yang 1
memberikan privacy yang cukup (sesuai kondisi).
3 Perawat menawarkan pada pasien apakah dia ingin ditemani 1
oleh keluarganya atau siapa pun yang diinginkannya(sesuai
kondisi).
4 Perawat membuka percakapan dan berusaha melibatkan pasien 1
5 Perawat mengajukan pertanyaan pada pasien untuk mengetahui/ 2
mengeksplorasi sampai di mana pasien telah mengetahui
keaadaan dirinya.
(termasuk seberapa tingkat pengetahuan pasien dan situasi atau
keadaan emosi pasien).
6 Perawat menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang 1
ingin didengarnya
7 Perawat memberikan informasi dengan cara yang tepat sesuai 3
diagnosis dan penatalaksanaan, serta sesuai dengan situasi
dan latar belakang pasien beserta keluarganya.
8 Perawat memastikan bahwa pasien paham dengan 1
penjelasannya.
9 Perawat memberikan tanggapan terhadap emosi yang muncul 2
pada pasien
10 Perawat menjelaskan perencanaan terapi dan penanganan sesuai 3
diagnosis.
11 Perawat memastikan apakah pasien (dan keluarganya) paham 1
dengan penjelasan mengenai terapi dan penanganan.
12 Perawat melibatkan pasien dalam merencanakan terapi dan 2
penatalaksanaan selanjutnya.
13 Perawat menjawab pertanyaan tentang prognosis sesuai dengan 3
diagnosis dengan cara yang tepat
14 Perawat memberikan kesempatan pada pasien dan keluarganya 1
untuk mengajukan pertanyaan (di sepanjang wawancara)
15 Perawat menjawab pertanyaan dari pasien (dan keluarganya) 2
dengan perhatian dan sopan (di sepanjang wawancara)
16 Perawat mengakhiri wawancara dengan tepat. 1
Aspek profesionalisme 1 2 3 4
JUMLAH SKOR

Keterangan :
1 Bila tidak dilakukan mahasiswa, atau sudah dilakukan tetapi keliru
2 Bila sudah dilakukan mahasiswa tapi belum tepat (meliputi diagnosis, prognosis, dan
penatalaksanaan)
3 Bila sudah dilakukan mahasiswa dan dianggap tepat (minimal 75% tepat), meliputi
diagnosis, prognosis, dan penatalaksanaan
Nilai akhir = Jumlah Skor x 100
Catatan :
Urutan tindakan (teknik komunikasi) dalam check list bisa berubah (fleksibel), tergantung jalannya
komunikasi antara dokter dan pasien.
Tugas Role play:
Lakukan role play bergantian dengan rekan anda, dan gunakan ceklis yang ada.
Kasus untuk role play :
1. Penyampaian diagnosis Ca Mammae pada seorang ibu rumah tangga berumur 36 tahun.
2. Penyampaian diagnosis Hemiplegia pada pasien cedera tulang punggung(akibat
kecelakaan lalu lintas), laki-laki usia 40 tahun.
3. Penyampaian diagnosis Leukemia pada anak umur 6 tahun (berita disampaikan pada
orang tuanya).
4. Penyampaian diagnosis Gagal Ginjal pada pasien penderita Diabetes kronis umur 60
tahun.
5. Penyampaian diagnosis Ca Pulmo pada seorang laki-laki, perokok berat umur 54 tahun.

Kegiatan setelah praktikum


1. Tuliskan lah skenario komunikasi efektif penyampaian beritaburuk pada salah satu kasus
dibawah ini:
a. Penyampaian keputusan terapi amputasi jari pada pemain piano profesional
b. Penyampaian hasil pemeriksaan pap smear dengan hasil neoplasia cervix uteri
c. penyampaian hasil pemeriksaan anak perempuan usia SMP yang positif hamil
(ditemani oleh orang tua).

Perawat : “Selamat pagi Bu”


Klien : “Selamat pagi sus”
Perawat : “Perkenalkan saya perawat Saskia, sebelumnya apa benar ini dengan Ibu Radha orangtua
dari adik Aldi?”
Klien : “ Iya benar sus, bagaimana keadaan anak saya sus?”
Perawat : ”Kebetulan sekali bu, saya di sini ingin menyampaikan informasi terkait dengan
kondisi kesehatan adik Aldi. Sebelumnya saya ingin bertanya, apa saja yang ibu ketahui tentang
kondisi kesehatan adik Aldi bu?”
Klien : “Anak saya sering sekali mengeluh sakit kepala, lelah dan murung. Dia jadi jarang bermain
dengan teman-temannya lagi. Dan beberapa waktu ini sering mimisan sus. Melihat kondisi ini saya
merasa sudah sangat mengkhawatirkan maka dari itu saya bawa ke sini sus. ”
Perawat : “Baiklah saya mengerti kekhawatiran dan kecemasan ibu. Namun andaikata hal ini
mengarah ke suatu hal yang serius, apakah ibu siap untuk mendengarnya? ”
Klien : “Siap tidak siap saya harus siap sus”
Perawat : “Baiklah bu nofa, mohon maaf saya terpaksa menyampaikan kabar ini. Hasil pemeriksaan
kondisi kesehatan adik Aldi menunjukkan bahwa adik Aldi menderita Leukemia atau kanker darah
bu.”
(Seketika klien menangis, perawat pun diam sejenak untuk memberi jeda pada klien untuk
meluapkan perasaannya)
(Perawat sambil memegang tangan klien)
Perawat : “Luapkan saja perasaan ibu tentang apa yang baru saya sampaikan.”
Klien : “ saya ga mengerti sus. Saya selalu memberikan yang terbaik untuk anak saya. Di keluarga
saya juga tidak ada yang menderita kanker.”
Perawat : “Saya dapat merasakan bahwa ini merupakan situasi yang sulit bagi ibu tapi ini
merupakan kenyataan yang harus ibu ketahui, supaya kita bisa segera merencanakan apa
tindakan yang harus dilakukan selanjutnya”
Klien : “ Saya serahkan semua ke dokter dan suster yang lebih tau”
Perawat : “ Iya bu, kami akan membantu dengan semaksimal mungkin”
Klien : “ Apa yang harus saya lakukan sus?”
Perawat : “untuk saat ini ibu tenangkan diri ibu dulu. Ibu harus kuat juga supaya adik Aldi juga
kuat ya bu. Kita nanti akan konsultasi dengan dokter. Untuk pengobatannya ada yang dinamakan
kemoterapi dan terapi imun bu. Kemudian kita akan lakukan tata laksana untuk membuat adik Aldi
merasa ringan dan nyaman serta meningkatkan kualitas hidupnya, misalnya mengurangi gejala,
kontrol nyeri atau transfusi darah.”
Klien : “baik sus nanti akan saya bicarakan juga dengan suami saya. Saya siap menemani anak saya
menjalani pengobatan selanjutnya guna kondisi yang lebih baik sus”
Perawat : “Baik, apa itu artinya ibu setuju untuk mengikuti pengobatan tahap selanjutnya?”
Klien : “Iya sus setuju”
Perawat : “ Alhamdulillah, untuk saat ini kita harus banyak bersabar ya bu, banyak berdoa kepada
Allah dan usaha juga dengan ikhtiar untuk kesembuhan adik Aldi.”
Klien : “iya terima kasih sus”
Perawat : “Baik ibu cukup sampai di sini pembicaraan kita pada hari ini, selanjutnya dokter yang
akan menyampaikan apa saja pengobatan yang akan bapak dan ibu lakukan”
Suami : “ Iya sus terimakasih banyak”
Perawat : “ iya kalau begitu ibu saya permisi dulu”

Link Video :

https://drive.google.com/file/d/1aCOccthab5L_jg1NdPtSTkjm146seOgC/view?usp=drivesdk
Referensi
1. Baile WF, Buckman R, Lenzi R, Glober G, Beale EA, Kudelka AP. SPIKES- A six step
protocol for Delivering Bad News: Application to the Patient with Cancer. The
Oncologist. 2000; 5:302-311.
2. Fallowfield L,Jenkins V. Communicating sad, bad, and difficult news in medicine.
The Lancet. 2004; 363: 312-319.
3. Buckman, R. (2001). Communication skills in palliative care: a practical guide. Neurologic
clinics, 19(4), 989-1004.
NAMA : SASKIA PUTRI MAHARANI

NIM : 1911312052

Lembaran Kerja 3

Pengkajian Nyeri Pasien Paliatif

Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian nyeri pada pasien paliatif

Tujuan pembelajaran:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan pengkajian nyeri pada pasien paliatif
dengan tepat.
Kegiatan sebelum praktikum
1. Coba saudara jelaskan jenis-jenis nyeri yang saudara ketahui!

Nyeri akut, nyeri yang biasanya berhubungan dengan kejadian atau kondisi yang dapat
dideteksi dengan mudah, berlangsung sementara, kemudian akan mereda bila terjadi
penurunan intensitas stimulus pada nosiseptor dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
Nyeri kronik, nyeri yang dapat berhubungan ataupun tidak dengan fenomena patofisiologik
yang dapat diidentifikasi dengan mudah, berlangsung dalam periode yang lama dan
merupakan proses dari suatu penyakit.
Nyeri nosiseptif, disebabkan oleh aktivasi ataupun sensitisasi dari nosiseptor perifer yang
berespon terhadap stimulus nyeri (seperti trauma, penyakit, dan inflamasi). Rasa nyeri berasal
dari organ viseral dinamakan nyeri viseral, sebaliknya nyeri yang berasal dari jaringan seperti
kulit, otot, kapsul sendi, dan tulang dinamakan nyeri somatik. Nyeri somatik dibagi menjadi
nyeri somatik superfisial dan nyeri somatik dalam.
Nyeri neuropatik, disebabkan oleh proses sinyal tambahan dari sistem saraf perifer atau sistem
saraf pusat.
Nyeri superfisial: nyeri pada kulit, subkutan, bersifat tajam, terlokasi.
Nyeri somatik dalam: nyeri berasal dari otot, tendo, tumpul, kurang terlokasi.
Nyeri visceral: nyeri berasal dari organ internal atau organ pembungkusnya, seperti nyeri kolik
gastrointestinal dan kolik ureter.
Nyeri alih/referensi: masukan dari organ dalam pada tingkat spinal disalahartikan oleh
penderita sebagai masukan dari daerah kulit pada segmen spinal yang sama.
Nyeri proyeksi: misalnya pada herpes zooster, kerusakan saraf menyebabkan nyeri yang
dialihkan ke sepanjang bagian tubuh yang diinervasi oleh saraf yang rusak tersebut sesuai
dermatom tubuh.
Nyeri phantom: persepsi nyeri dihubungkan dengan bagian tubuh yang hilang seperti pada
amputasi ekstremitas.

2. Sebutkan instrument yang bisa digunakan untuk menilai nyeri yang dirasakan pasien!

 numerical rating scale (NRS)


 verbal rating scale (VRS)
 visual analog scale (VAS) dan faces rating scale

Beberapa instrumen yang dapat dipergunakan dalam penilaian nyeri kronis, seperti:

 The Brief Inventory Pain (BIP)


 The McGill Pain Questionnaire (MPQ) dan Short-Form McGill Pain Questionnaire
(SMQ)
 The Massachusetts General Hospital Pain Center's Assessment Form
 Neuropathic pain screening tools
 The Initiative, Measurement, adan Pain Assessment in Clinical Trials

Pasien dengan perawatan paliatif dapat mempergunakan beberapa pilihan instrumen, seperti;
 Memorial Pain Assessment Card
 Memorial Symptom Assessment Scale (MSAS) and a Short Form (MSAS-SF)
 M.D. Anderson Symptom Inventory (MDASI)
 the Rotterdam Symptom Checklist
 the Symptom Distress Scale

3. Jelaskan dengan ringkas bagaimana proses ternyadinya nyeri!

 Tranduksi
adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan
jarum) ke dalam impuls nosiseptif.
 Transmisi
adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medula spinalis,
kemudian sepanjang traktus sensorik menujuotak. Neuron aferen primer merupakan pengirim
dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis
medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron spinal.
 Modulasi
adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural signals). Proses
ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level
lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu
dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis,
hipotalamus, dan area otak lainnya keotak tengah (midbrain) dan medula oblongata,
selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah
penguatan, atau bahkan penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
 Persepsi
nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari interaksi
proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri
disebut juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin
dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen.

Kegiatan selama praktikum

Nyeri Pasien Paliatif


Pasien paliatif terminal menderita nyeri akibat dari penyakitnya, efek dari pengobatannya, faktor psikis,
dan factor-faktor lain yang memerlukan penilaian individual serta pendekatan yang detail dan
menyeluruh. Untuk dapat memberikan tatalaksana nyeri yang baik dan memadai, selain pemahaman
tentang layanan paliatif, perlu juga pemahaman tentang nyeri berkaitan dengan definisi, psikofisiologi
dan patofisiologi nyeri serta pedoman tatalaksana nyeri baik terapi nyeri farmakologis maupun terapi
nyeri non farmakologis.

Penilaian Gejala Nyeri


PQRST:

- P : Paliatif ; penyebab nyeri ,


- Q : Quality;kualitas nyeri,
- R : Regio; lokasi dan penyebaran nyeri,
- S : Subyektif; deskripsi oleh pasien mengenai tingkat nyerinya,
- T : Temporal : periode/waktu yang berkaitan dengan nyeri

OPQRS:

- Onset: tentukan kapan terjadinya nyeri


- Provocation: apa yang memperburuk nyeri. Apakah posisi? Apakah memburuk dengan menarik
napas dalam atau palpasi pada dada? Apakah nyeri menetap
- Quality (kualitas): Tanyakan bagaimana jenis nyerinya. Biarkan pasien menjelaskan dengan
bahasanya sendiri.
- Radiation (radiasi): Apakah nyeri berjalan (menjalar) ke bagian tubuh yang lain? Di mana?
- Severity (keparahan): Gunakan perangkan penilaian nyeri (sesuai untuk pasien) untuk
pengukuran keparahan nyeri yang konsisten. Gunakan skala nyeri yang sama untuk menilai
kembali keparahan nyeri dan apakah nyeri berkurang atau memburuk

COLDERRA:

- Characteristic (karakteristik): Apakah nyeri bersifat tumpul, sakit, tajam, menusuk atau
menekan.
- Onset : Kapan nyeri mulai terasa
- Location: lokasi nyeri
- Duration: durasi, berapa lama nyeri berlangsung; terus menerus atau hilang timbul
- Exacerbation (eksaserbasi): Apa yang memperburuk nyeri
- Radiation (radiasi): penyebaran
- Relief (pereda) Apa yang meredakan nyeri
- Associated sign/symptom (tanda-tanda dan gejala yang berhubungan) Mual, cemas, perasaan
lainnya.
Penilaian Intensitas Nyeri:
Berikut ini Lembar Pengkajian Nyeri yang bisa digunakan:

1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Durasi:
6. Seberapa derajat nyeri anda saat ini?(beri lingkaran)

7. Berapa derajat nyeri yang terhebat selama 4 minggu terakhir? (beri lingkaran)

8. Berapakah rerata derajat nyeri anda dalam 4 minggu terakhir?

9. Deskripsikan nyeri anda (pilih salah satu)


a. Nyeri persisten tanpa fluktuasi
b. Nyeri menyerang dengan periode bebas nyeri diantaranya
c. Nyeri persisten dengan serangan nyeri hebat mendadak
d. Nyeri sedang menyerang dengan periode nyeri ringan diantaranya
10. Apakah nyeri anda menjalar ? YA/ TIDAK
11. Tandai daerah nyeri anda

12. Jawablah pertanyaan berikut dengan memberi tanda silang (X) pada kolom yang tersedia
Nilai minimal 0 dan nilai maksimal 35, tambahkan skor 2 bila nyeri menjalar

- Skor 0-12 : nyeri murni nosiseptif


- Skor 13-18 : meragukan adanya komponen nyeri neuropatik
- Skor > 19 : jelas ada komponen neuropatik

13. Adakah penyakit penyerta ?


14. Riwayat pengobatan sebelumnya ?
15. Kapan nyeri anda memburuk ? (pagi, siang, malam)
16. Hal-hal yang memprovokasi munculnya nyeri anda ?
17. Seberapa besar pengobatan anda sebelumnya menolong anda ?
18. Apakah mengganggu tidur ?
19. Adakah riwayat trauma sebelumnya ?

Kesimpulan
1. Nyeri akut / kronik
2. Derajat nyeri saat ini ringan/ sedang/ berat
3. Tipe nyeri nosiseptif/ campuran/ neuropatik
4. Rencana tindak lanjut :

Pemeriksa (Nama terang dan paraf) ............................................


Tanggal...............................

Pengkajian Nyeri Populasi Khusus


Critical Care Pain Obserbvation Tool (CPOT) merupakan instrument asesmen nyeri yang digunakan pada
pasien yang tidak sadar (tidak bisa mengungkapkan keluhan nyeri secara verbal) dengan melakukan
penilaian pada 4 kategori yaitu ekspresi wajah, gerakan tubuh, ketegangan otot dan kepatuhan terhadap
pemakaian ventilator atau vokalisasi. Indikasi CPOT adalah untuk digunakan di ruang perawatan
intensive baik untuk orang dewasa maupun anak-anak, dimana terjadi penurunan kesadaran dan atau
pemasangan alat pernafasan (adanya intubasi maupun telah dilakukan ekstubasi).

Silahkan dilengkapi tabel dibawah ini:


Perangkat pengkajian nyeri Critical Care Pain Obserbvation Tool

Indikator Kondisi Skor Keterangan

Ekspresi wajah Rileks 0 Tidak ada ketegangan otot

Kaku 1 Mengerutkan kening,


mengangkat alis

Meringis 2 Menggigit selang ETT.

Gerakan tubuh Tidak ada gerakan abnormal 0 Tidak bergerak (tidak


kesakit-an) atau posisi
normal (tidak ada gerakan
lokalisasi nyeri)

Lokalisasi nyeri 1 Gerakan hati-hati, meyentuh


lokasi nyeri, mencari
perhatian melalui gerakan

Gelisah 2 Mencabut ETT, mencoba


untuk duduk, tidak
mengikuti perintah,
mengamuk, mencoba keluar
dari tempat tidur.

Aktivasi alarm Pasien kooperatif 0 Alarm tidak berbunyi


ventilator mekanik terhadap kerja
ventilator
mekanik

Alarm aktif tapi mati sendiri 1 Batuk, alarm berbunyi tetapi


berhenti secara spontan.

Alarm selalu aktif 2 Alarm sering berbunyi

Berbicara jika pasien Berbicara dalam 0 Bicara dengan nada pelan


nada normal atau
diekstubasi. tidak ada suara

Mendesah, 1 Mendesah, mengerang


mengeran
Menangis 2 Menangis, berteriak

Ketegangan otot Tidak ada ketegangan otot 0 Tidak ada ketegangan otot

Tegang, kaku 1 Gerakan otot pasif

Sangat tegang dan kaku 2 Gerakan sangat kuat.

Interpretasi:

Esesmen pasien untuk menilai derajat dan intensitas nyeri dengan menggunakan CPOT akan didapat
kesimpulan data:
0-2 : nyeri ringan/ tidak nyeri
3-4: nyeri sedang
5-6: nyeri berat
7-8: nyeri sangat berat.

Kegiatan Setelah Praktikum


1. Selain Critical Care Pain Obserbvation Tool (CPOT), coba saudara sebutkan instrument lain yang
bisa digunakan pada populasi khusus!
Referensi
Bervik H, Borchgrevink PC, Allen SM< et al, 2008, Assessment of Pain, British Journal of Anaesthesia,
101(1): 17-24.

Gregory J, Richardson C, 2014, The Use of Pain Assessment Tools in Clinical Practice: A Pilot Survey, J Pain
Relief, 3:140.

Hauget A, Stinson JN, McGrath PJ, 2010, Measurement of Self Reported Pain Intensity in Childrens and
Adolescents, J of Psychosomatic Res, 68:329-336.

Herr K, Coyne PJ, McCaffery M, 2011, Pain Assessment in The Patient Unable to Self Report: Position
Statement with Clinical Practice Recommendations, Pain Manag Nurs, 12(4).
Nama : Saskia Putri Maharani
NIM : 1911312052
Kelompok D Kelas 1A 2019

Lembaran Kerja 4

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Paliatif dengan Masalah Psikologis

Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien paliatif dengan masalah psikologis

Tujuan pembelajaran:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien paliatif
dengan masalah psikologis
Kegiatan sebelum praktikum
4. Coba saudara sebutkan masalah psikologis apa saja yang mungkin muncul pada pasien paliatif?
1. Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal yang
menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnose penyakit yang membuat pasien takut
sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga (Misgiyanto &
Susilawati, 2014).
Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana hati yang
ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang
mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan
datang dengan perasaan khawatir.Menurut Carpenito (2000) kecemasan merupakan
keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan
aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasanatau ancaman tidak
spesifik.
NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom, perasaan takut yang disebabkan
olehantisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda waspada yang member tanda
individu akan adanya bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya
2. Kurang lebih sepertiga pasien dengan kanker dilaporkan menderita anxietas atau depresi
yang membutuhkan penatalaksanaan psikiatrik (AAHPM, 2010). Depresi jelas
merupakan gejala psikiatri yang paling sering pada pasien kanker. Depresi pada pasien
kanker (terminal) disebabkan oleh :
a. Stres yang berhubungan dengan diagnosis dan penatalaksanaan.
b. Pengobatan
c. Keadaan umum pasien
d. Berulangnya depresi.
3. Delirium biasa diakibatkan oleh keterlibatan tumor pada sistem saraf pusat, dan efek
tidak langsung dari sekuele toksik metabolik dari penyakit dan pengobatan. Delirium
ditandai oleh gangguan kesadaran, seringkali disertai oleh gangguan kognitif global,
abnormalitas mood, tingkah laku dan persepsi. Prevalensi delirium pada pasien kanker
sekitar 5% sampai 25% pada berbagai penelitian. Beberapa zat antineoplastik dan
imunoterapi dapat menyebabkan delirium dan perubahan pada status mental.
Penatalaksanaan delirium termasuk identifikasi dan koreksi penyebabnya sambil
mengobati gejala dan pemberian terapi suportif.

5. Sebagai perawat apa yang harus dilakukan untuk membantu mengatasi masalah psikologis pasien
paliatif?
Peran perawat dalam membantu mengatasi masalah psikologis pasien paliatif yaitu :
 Bimbingan psikologis, social dan spiritual
 Membantu kesiapan akhir hayat dengan tenang dalam iman
 Membantu dukungan masa duka cita

Kegiatan selama praktikum


Beberapa gangguan psikiatri yang bisa dilami pada pasien paliatif adalah:

1. DELIRIUM
Delirium adalah kondisi bingung yang terjadi secara akut dan perubahan kesadaran yang muncul dengan
perilaku yang fluktuatif. Gangguan kemampuan kognitif mungkin merupakan gejala awal dari delirium.
Delirium sangat mengganggu keluarga karena adanya disorientasi, penurunan perhatian dan konsentrasi,
tingkah laku dan kemampuan berfikir yang tidak terorganisir, ingatan yang terganggu dan kadang muncul
halusinasi. Kadang muncul dalam bentuk hiperaktif atau hipoaktif dan perubahan motorik seperti
mioklonus. Penyebab delirium bermacam macam, seperti:
a. Gangguan biokimia: hiperkalsemia, hiponatremia, hipoglikemia, dehidrasi
b. Obat: opioid, kortikosteroid, sedative, antikolinergik, benzodiazeepin
c. Infeksi
d. Gangguan fungsi organ: gagal ginjal, gagal hati
e. Anemia, hipoksia
f. Gangguan SSP: tomor, perdarahan
Pada pasien dengan fase terminal, sering agitasi diartikan sebagai tanda nyeri, sehingga dosis opioid
ditingkatkan, sehingga bisa meyebabkan delirium. Dalam hal ini mungkin cara pemberian opioid perlu
dirubah. Precipitator: nyeri, fatik, retensi urin, konstipasi, perubahan lingkungan dan stimuli yang
berlebihan.
Tata laksana pasien dengan delirium:
a. Koreksi penyebab yang dapat segera diatasi : penyebab yang mendasari atau pencetusnya
b. Non Medikamentosa :
- Pastikan berada di tempat yang tenang, dan pasien merasa aman, nyaman dan familier
- Singkirkan barang yang dapat membahayakan.
- Jangan sering mengganti petugas
- Hadirkan keluarga, dan barang barang yang dikenal
- Dukungan emosional
c. Medikamentosa : Haloperidol, Risperidone, Olanzepine, Benzodiazepine, Loarazepam, Midazolam.

2. DEPRESI
Harus dibedakan antara depresi dan sedih. Sedih adalah reaksi normal pada saat seseorang kehilangan
sesuatu. Lebih sulit mendiagnosa depresi. Kadang diekspresikan sebagai gangguan somatik. Kadang
bercampur dengan kecemasan. Kemampuan bersosialisasi sering menutupi adanya depresi. Depresi
adalah penyebab penderitaan yang reversibel. Gejala psikologis pada depresi mayor`adalah:
a. Rasa tidak ada harapan/putus asa
b. Anhedonia
c. Rasa bersalah dan malu
d. Rendah diri dan tak berguna
e. Ide untuk bunuh diri yang terus menerus
f. Ambang nyeri menurun
g. Perhatian dan konsentrasi menurun
h. Gangguan memori dan kognitif
i. Pikiran negatif
j. Perasaan yang tidak realistik
Tata laksana depresi:
a. Depresi ringan dan sedang: dukungan, empati, penjelasan, terapi kognitif, simptomatis
b. Depresi berat: Terapi suportif Obat: SSRI selama 4 – 6 minggu. Bila gagal berikan TCA
Psikostimulan: methylpenidate 5 – 20 mg pagi hari

3. KECEMASAN
Cemas dan takut banyak dijumpai pada pasien stadium lanjut. Cemas dapat muncul sebagai respon
normal terhadap keadaan yang dialami. Mungkin gejala dari kondisi medis, efek samping obat seperti
bronkodilator, steroid atau metilfenidat atau reaksi fobia dari kejadian yang tidak menyenangkan seperti
kemoterapi. Kecemasan pada pasien terminal biasanya kecemasan terhadap terpisahnya dari orang
yangdicintai, rumah, pekerjaan, cemas karena ke tidakpastian, menjadi beban keluarga, kehilangan
control terhadap keadaan fisik, gagal menyelesaikan tugas, gejala fisik yang tidak tertangani dengan baik,
karena ditinggalkan, tidak tahu bagaimana kematian akan terjadi, dan hal yang berhubungan dengan
spiritual.
Cemas ditandai oleh perasaan takut atau ketakutan yang sangat dan dapat muncul dengan bentuk gejala
fisik seperti palpitasi, mual, pusing, perasaan sesak nafas, tremor, berkeringat atau diare.

Tata laksana kecemasan:


a. Non Medikamentosa :
- Dukungan termasuk mencari dan mengerti kebutuhan dan apa yang menjadi kecemasannya
dengan mendengarkan dengan seksama dan memberikan perhatian pada hal- hal yang
khusus.
- Memberikan informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa akan terus memberikan dukungan
untuk mencapai harapan yang realistik.
- Intervensi psikologi: distraksi untuk menghilangkan kejenuhan dan pikiran yang terpusat
pada diri sendiri.
- Perawatan spiritual
b. Medikamentosa:
- Benzodiazepin: diazepam, alprazolam, lorazepam
- Penghambat Beta untuk mengatasi gejala perifer

Buatlah asuhan keperawatan pada kasus berikut ini:


Kasus 1:
Ny. A usia 55 tahun menderita kanker payudara stadium 4a dan sudah melakukan mastektomi total. Ny. A
juga sudah mengikuti rangkaian pengobatan untuk menyembuhkan kanker nya yaitu, kemoterapi,
radioterapi. Hasil pemeriksaan terakhir, sel kanker pada tubuh Ny.A sudah menyebar ke paru dan hepar.
Saat ini Ny.A sering mengeluh nyeri dan sesak. Lokasi nyeri di daerah dada dan perut, deskripsi: panas,
sakit. Durasi : Berlangsung 1-5 jam. Skala : Besar nyeri 9, dengan rata-rata 5. Ny. A juga mengeluhkan
gejala-gejala berupa kesedihan, gangguan tidur, gangguan vegetatif yang berupa penurunan nafsu makan
yang bermakna. Tidak bisa merasakan kesenangan sebagaimana biasanya. Menyerah pada keadaan, tidak
melakukan tindakan apapun untuk mengurangi keluhan, menunggu serangan nyeri berulang. Tidak
mampu bekerja tetapi dapat tinggal di rumah, memerlukan berbagai tingkat bantuan. Ia mampu merawat
diri sendiri namun tak mampu melakukan kegiatan kerja/normal. Pada kasus diatas coba analisa masalah
psikis apa yang dialami oleh Ny.A, dan buatkan asuhan keperawatan nya.

Kasus 2:
Tn. B usia 60 tahun menderita kanker paru dan hasil pemeriksaan terakhir kanker sudah metastase ke
hepar dan usus. Tn. B sangat terpukul dengan kondisi nya saat ini, Tn. B saat ini sedang menjalani
kemoterapi yang kedua, saat ini Tn B mengeluh nyeri dada dan sesak. Lokasi nyeri di daerah dada
deskripsi: panas, sakit. Durasi : Berlangsung 4-8 jam. Skala : Besar nyeri 10, dengan rata-rata 8. Tn B juga
mengeluhkan gangguan tidur, gangguan vegetatif yang berupa penurunan nafsu makan yang bermakna.
Tidak bisa merasakan kesenangan sebagaimana biasanya. Menyerah pada keadaan, tidak melakukan
tindakan apapun untuk mengurangi keluhan, dan beberapa kali mengatakan keinginan untuk bunuh diri.
Tn. B tidak mampu bekerja tetapi dapat tinggal di rumah, memerlukan berbagai tingkat bantuan. Ia tidak
mampu merawat diri sendiri. Pada kasus diatas coba analisa masalah psikis apa yang dialami oleh Tn.B,
dan buatkan asuhan keperawatan nya.

Pengkajian

Nama : Ny. A

Usia : 55 tahun

Dx medis : kanker payudara stadium 4a

Pengobatan : kemoterapi, radioterapi

Analisa Data Etiologi Diagnosa (SDKI)


DS Penurunan 1. Keputusasaan
-. Ny A juga mengeluhkan gejala-gejala berupa kondisi fisiologis
kesedihan, gangguan tidur, gangguan vegetatif
yang berupa penurunan nafsu makan yang
bermakna.
-. Saat ini Ny.A sering mengeluh nyeri dan sesak.
Lokasi nyeri di daerah dada dan perut, deskripsi:
panas, sakit. Skala : Besar nyeri 9, dengan rata-
rata 5.
DO
-. Tidak bisa merasakan kesenangan sebagaimana
biasanya. Menyerah pada keadaan, tidak
melakukan tindakan apapun untuk mengurangi
keluhan, menunggu serangan nyeri berulang
-. Tidak mampu bekerja tetapi dapat tinggal di
rumah, memerlukan berbagai tingkat bantuan. Ia
mampu merawat diri sendiri namun tak mampu
melakukan kegiatan kerja/normal. Berlangsung
1-5 jam.

Dx. Intervensi
1. Keputusasaan 1. Dukungan emosional
 Observasi
-. Identifikasi hal yang telah memicu emosi
-. Identifikasi fungsi frustasi
 Terapeutik
-. Fasilitasi pengungkapan perasaan cemas atau sedih
-. Buat pernyataan suportif atau empati selama fase
berduka
-. Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis.
Rangkulan)
-. Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama
ansietas
-. Kurangi tuntutan berpikir saat sakit atau lelah.
 Edukasi
-. Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa
bersalah dan malu
-. Anjurkan mengungkapkan perasaan yang
dialami seperti ansietas, marah, sedih
 Kolaborasi
-. Rujuk ke konseling , jika pelu

KASUS 2

Tn. B usia 60 tahun menderita kanker paru dan hasil pemeriksaan terakhir kanker sudah metastase ke
hepar dan usus. Tn. B sangat terpukul dengan kondisi nya saat ini, Tn. B saat ini sedang menjalani
kemoterapi yang kedua, saat ini Tn B mengeluh nyeri dada dan sesak. Lokasi nyeri di daerah dada
deskripsi: panas, sakit. Durasi : Berlangsung 4-8 jam. Skala : Besar nyeri 10, dengan rata-rata 8. Tn B juga
mengeluhkan gangguan tidur, gangguan vegetatif yang berupa penurunan nafsu makan yang bermakna.
Tidak bisa merasakan kesenangan sebagaimana biasanya. Menyerah pada keadaan, tidak melakukan
tindakan apapun untuk mengurangi keluhan, dan beberapa kali mengatakan keinginan untuk bunuh diri.
Tn. B tidak mampu bekerja tetapi dapat tinggal di rumah, memerlukan berbagai tingkat bantuan. Ia tidak
mampu merawat diri sendiri. Pada kasus diatas coba analisa masalah psikis apa yang dialami oleh Tn.B,
dan buatkan asuhan keperawatan nya.

1. Masalah keperawatan apa yang dialami oleh pasien pada kasus 1 dan 2m

 Resiko Bunuh Diri b.d penyakit terminal dibuktikan dengan dengan pasien mengalami
gangguan fisik dan psikologis

Data objektif :
Nyeri dada dan sesak
Data subjektif :
Pasien mengatakan Menyerah pada keadaan, tidak melakukan tindakan apapun untuk
mengurangi keluhan, dan beberapa kali mengatakan keinginan untuk bunuh diri.
Tidak bisa merasakan kesenangan sebagaimana biasanya.

2. Buatkan Asuhan Keperawatan pada pasien tersebut.


SLKI:
Kontrol diri
Defenisi : kemapuan untuk mengendalikan atau mengatur emosi , pikiran, dan perilaku dalam
menghadapi masalah
Kriteria hasil:
 Verbalisasi keinginan bunuh diri diturunkan dari 4 ke 2
 Isyarat bunuh diri diturunkan dari 4 ke 2
 Rencana bunuh diri diturunkan dari 4 ke 2

SIKI :
Manajemen Mood
Defenisi: menidentifikasi dan mengeloa keselamatan stabilisasi, melihat, dan perawatan gangguan
mood(keadaan emosional yang bersifat sementara)
Observasi :
 Identifikasi mood
 Identifikasi resiko keselamatan diri dan orang lain

Terapeutik
 Berikan kesempatan untuk menyampaikan perasaan dengan cara yang tepat
Edukasi
 Ajarkan keterampilan koping
 Jelaskan tentang gangguan mood
 Ajarkan monitor mood secara mandiri
 Ajarkan mengajari pemicu gangguan mood

Kolaborasi
 Rujuk dengan psikoterapi

Referensi
Butcher, H.K., Bulecheck, G.M., Dochterman, J.M., Wagner, C.M. Ed. Nurjannah, I. (2018). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Ketujuh bahasa Indonesia. Yogyakarta :Mocco Media
Moorhead, S., Swanson, E., Johnson, M., Maas, M.L. Ed. Nurjannah, I. (2018). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi keenam bahasa Indonesia. Yogyakarta :Mocco Media
PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Ed. Herdman, T.H., Kamitsuru, S.
2018. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai