Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN OTITIS MEDIA

SUPURATIF KRONIK
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Radang telinga tengah (otitis media) adalah peradangan telinga bagian tengah,
peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel
mastoid yang biasanya disebabkan oleh penjalaran infeksi daritenggorokan (faringitis).
Pada semua jenis otitis media juga dikeluhkan gangguan dengar (tuli) konduktif (Brunner
and Suddart : 2000).
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah radang kronis mukosa telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluar sekret dari telinga tengah lebih dari
2 bulan baik terus menerus maupun hilang timbul, sifat sekretnya mungkin serous, mukus
atau mukopurulen (Soepardi, 2001). Pada orang awam, penyakit ini lebih dikenal dengan
istilah congekan. Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien
OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di Poliklinik THT rumah sakit di
Indonesia (Aboet, 2007). Jumlah penderita ini kecil kemungkinan untuk berkurang bahkan
mungkin bertambah setiap tahunnya mengingat kondisi ekonomi yang masih buruk serta
kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih rendah. Akibatnya, banyak penderita
yang tidak tuntas dalam menjalani pengobatan bahkan ada yang menganggap bahwa
penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi OMSK
2. Untuk mengetahui etiologi OMSK
3. Untuk mengetahui patofisiologi OMSK
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis OMSK
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan OMSK
6. Untuk mengetahui komplikasi OMSK
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan OMSK

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA


Indera pendengaran merupakan bagian dari organ sensori khusus yang mampu
mendeteksi sebagai stimulus bunyi. Indera pendengaran sangat penting dalam percakapan
dan komunikasi sehari-hari. Organ yang berperan dalam indera pendengaran adalah
telinga.
1. STRUKTUR TELINGA:
a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna / aurikula) dan saluran telinga
luar mata. Tersusun oleh tulang rawan atau kartilago dan otot kecil yang di lapisi oleh kulit
sehingga menjadi tinggi keras dan lentur. Daun telinga di persarafi oleh saraf fasialis.
Fungsi dari daun telinga adalah mengumpulkan gelombang suara untuk di teruskan
kesaluran telinga luar yang selanjutnya ke gendang telinga.
Saluran telinga luar merupakan lintasan yang sempit, panjangnya sekitar 2,5 cm
dari dauun telinga ke membran timpani. Saluran ini tidak beraturan dan di lapisi oleh kulit
yang mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa yang menghasilkan serumen.
Serumen ini berfungsi untuk melindungi kulit dari bakteri, menangkap benda asing yang
masuk ke telinga. Serumen juga dapat mengganggu pendengaran jika terlalu banyak. Batas
telinga luar dengan telinga tengah adalah membran timpani atau gendang telinga.
Membran timpani berbentuk kerucut dengan diameter sekitar 1 cm. Tersusun atas
tiga lapisan, yaitu bagian luar adalah lapisan epitel, bagian tengah lapisan fibrosa dan
lapisan dalam adalah mukosa. Fungsi dari membran timpani adalah melindungi organ
telinga tengah dan menghantarkan fibrilasi suara dari telinga luar ke tulang
pendengaran (osikel). Kekuatan getaran suara mempengaruhi tegangan, ukuran, dan
ketebalan membran timpani.
b. Telinga Tengah
Telingga tengah merupakan rongga yang berisi udara dalam bagian petrosus tulang
temporal. Rongga tersebut di lalui oleh tiga tulang kecil yaitu meleus, inkus, dan stapes yang
membentang dari membran timpani keforamen ovale. Sesuai dengan namanya tulang
meleus bentuknya seperti palu dan menempel pada membran timpani. Tulang inkus
mehubungkan meleus dengan stapes dan tulang stapes melekat pada jendela oval di pintu
masuk telinga dalam. Tulang stapes di sokong oleh otot stapedius yang berperan
menstabilkan hubungan antara stapes dengan jendela oval dan mengatur hantaran suara.
Jika telinga menerima suara yang keras, maka otot stapedius akan berkontraksi sehingga
rangkaian tulang akan kaku , sehingga hanya sedikit suara yang di hantarkan. Fungsi dari
tulang-tulang pendengaran adalah mengarahkan getaran dari membran timpani ke fenesta
vestibuli yang merupakan pemisah antara telinga tengah dengan telinga dalam.
Rongga telinga tengah berhubungan dengan tuba eustachiusyang menghubungkan
telinga tengah dengan faring. Fungsi tuba eustachius adalah untuk keseimbangan tekana
antara sisi timpani dengan cara membuka atau menutup. Pada keadaan biasa tuba
menutup, tetapi dapat membuka pada saat menguap, menelan atau mengunyah.
c. Telinga Dalam atau Labirin.
Telinga dalam atau labirin mengandung organ-organ yang sensitif untuk
pendengaran, keseimbangan dan saraf kranial ke delapan. Telinga dalam berisi cairan dan
berada pada petrosa tulang temporal. Telinga dalam tersusun atas dua bagian yaitu labirin
tulangg dan labiriin membranosa.
Labirin Tulang
Labirin tulang merupakan ruang berisikan cairan menyerupai cairan
serebrospinalis yang di sebut cairnperilimf. Labirin tulang tersusun atas vestibula, kanalis
semisirkularis dan koklea. Vestibula menghubungkan koklea dengan kanalis semisirkularis.
Saluran semisirkularis merupakan tiga saluran yang berisi cairan yang berfungsi menjaga
keseimbangan pada saat kepala di gerakkan. Cairan tersebut bergerak di salah satu saluran
sesuai arah gerakan kepala. Saluran ini mengandung sel-sel rambut yang memberikan
respon terhadap gerakan cairan untuk disampaikan pesan ke otak sehingga terjadi proses
keseimbangan. Koklea berbentuk seperti rumah siput, didalamnya terdapat duktus
koklearis yang berisi cairanendolimf dan banyak reseptor pendengaran. Koklea bagian
labirin di bagi atas tiga ruangan (skala) yaitu bagian atas disebut skala vestibuli, bagian
tengah disebut skala media, dan pada bagian dasar disebut skala timpani. Antara skala
vestibuli dengan skala media dipisahkan oleh membran reisierdan antara skala media
dengan skala timpani dipisahkan olehmembran basiler.
Labirin Membranosa.
Labirin membranosa terendam dalam cairan perilimf dan mengandung cairan
endolimf. Kedua cairan tersebut terdapat keseimbangan yang tepat dalam telinga dalam
sehingga pengaturan keseimbangan tetap terjaga. Labirin membranosa tersusun atas
utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organ korti. Utrikulus
terhubung dengan duktus semisirkularis, sedangkan sakulus terhubung dengan duktus
koklearis dalam koklea. Organ korti terletak pada membrane basiler, tersusun atas sel-sel
rambut yang merupakan reseptor pendengaran. Ada dua tipe sel rambut yaitu sel rambut
baris tunggal interna dan tiga baris sel rambut eksterna. Pada bagian samping dan dasar sel
rambut bersinap dengan jaringan ujung saraf koklearis.
Mekanisme Pendengaran :
Gelombang suara dari luar dikumpulkan oleh daun telinga (pinna), masuk ke
saluran eksterna pendengaran (meatus dan kanalis auditorius eksterna) yang selanjutnya
masuk ke membrane timpani. Adanya gelombang suara yang masuk ke membrane timpani
menyebabkan membrane timpani bergetar dan bergerak maju mundur. Gerakan ini juga
mengakibatkan tulang-tulang pendengaran seperti meleus, inkus, dan stapes ikut bergerak
dan selanjutnya stapes menggerakkan foramen ovale serta menggerakkan cairan perilimf
pada skala vestibule. Getaran selanjutnya melalui membrane reisner yang mendorong
endolimf dan membrane basiler ke arah bawah dan selanjutnya menggerak perilimf pada
skala timpani. Pergerakan cairan dalam skala timpani menimbulkan potensial aksi pada sel
rambut yang selanjuttnya diubah menjadi inpuls listrik. Inpuls listrik selanjutnya
dihantarkan ke nukleus koklearis, thalamus kemudian korteks pendengaran untuk
diasosiasikan. (Tarwoto, 2009 : 234-253).

BAB 2
PEMBAHASAN
KONSEP MEDIS
1. DEFENISI
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus
atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau berupa nanah. Biasanya
disertai gangguan pendengaran. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut dengan istilah sehari-
hari congek. Dalam perjalanannya penyakit ini dapat berasal dari OMA stadium perforasi
yang berlanjut, sekret tetap keluar dari telinga tengah dalam bentuk encer, bening ataupun
mukopurulen. Proses hilang timbul atau terus menerus lebih dari 2 minggu berturut-turut.
Tetap terjadi perforasi pada membran timpani. Perforasi yaitu membran timpani tidak
intake / terdapat lubang pada membran timpani itu sendiri.
2. ETIOLOGI
Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari
Otitis Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor
penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, dan
daya tahan tubuh rendah. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil
disebabkan oleh perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman
penyebab biasanya kuman gram positif aerob, pada infeksi yang sudah berlangsung lama
sering juga terdapat kuman gram negatif dan kuman anaerob. (Arif Mansjoer, 2001 : 82).
Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%),
Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis (10,3%), gram positif lain
(18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini
setelah menderita saluran napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui
saluran yang menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran
napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga.

3. PATOFISIOLOGI
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada
menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman
gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang
menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan
pembentukan jaringan parut (Brunner and Suddart, 2000).
Otitis media akut dengan perforasi membran tympani menjadi otitis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan bila proses infeksi kurang dari
2 bulan disebut otitis media supuratif sub akut, beberapa faktor yan menyebabkan OMA
menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi
kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang), letak higiene buruk.
(Soepardi, Arsyad, E., 2005)

OMP terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat
menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu
gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran atropi kemudian kolps ke
dalam telinga tengah memberi gambaran optitis media atelektasis.
4. MANIFESTASI KLINIK
a. Perforasi pada marginal atau pada titik atau sentral yaitu perforasi yang terletak di pers
flaksida pada membran timpany.
b. Abses / fistel netro-aurikuler (belakang telinga)
c. Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah.
d. Adanya sekret berbentuk nanah dan berbau khas.
e. Telinga Berair (Otorrhoe)
f. Gangguan Pendengaran
g. Otalgia (Nyeri Kepala)
h. Vertigo

5. ETIOLOGI
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba
Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan
cleft palate dan Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring
yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi
kronis antara lain:
a. Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat:
Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang
Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total
b. Perforasi membran timpani yang menetap.
c. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga
tengah.
d. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat
disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpano-
sklerosis.
e. Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.
f. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Audiometri
b. Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat
pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak
perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara
ditelinga tengah.
c. Pemeriksaan radiologi
d. Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai diagnostiknya
terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan radiologi
biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi
leb ih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama
pada daerah atik memberi kesan kolesteatom Proyeksi radiografi yang sekarang biasa
digunakan adalah:
Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan
atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan
tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu
ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.
Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan
tulang telah mengenai struktur-struktur.
Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih
jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan
adanya pembesaran akibat kolesteatom.
Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang
pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.
Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja.
Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior
menunjukan adanya penyakit mastoid.
e. Bakteriologi
Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi akut,
bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan
pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah
Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA
Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai
pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp. Infeksi
telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal, adenoid atau
faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus, streptokokus, atau
hemofilius influenza. Tetapi pada OMSK keadaan ini agak berbeda. Karena adanya perforasi
membran timpani, infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi
(Ballenger JJ, 1997).
f. Otoskop
Untuk melihat perforasi membran timpani.

7. PENATALAKSANAAN
Menurut Arief Mansjoer, dkk. 2001 halaman 82 - 83 :
Terapinya sering lama dan harus berulang-ulang karena :
a. Adanya perforasi membran timpani yang permanen
b. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal,
c. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
d. Gizi dan kebersihan yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila
sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan
H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kartikosteroid. Banyak
ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini mengandung
antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu penulis menganjurkan agar obat tetes
telinga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK
yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau
eritromisin, (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum tes resistensi diterima. Pada
infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat
diberikan ampisilin asam klavulanat.
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2
bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan
untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang
perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat,
serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga
perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila
terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanopplasti. Terapi konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.
Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan
tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Infeksi telinga tengah dan mastoid. Rongga telinga tengah dan rongga mastoid
berhubungan langsung melalui aditus adantrum. Oleh karena itu infeksi kronis telinga
tengah yang sudah berlangsung lama biasanya disertai infeksi kronis di rongga mastoid.
Infeksi rongga mastoid dikenal dengan mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan
mastoiditis ke dalam komplikasi OMSK.

Jenis pembedahan pada OMSK.


Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK
dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain adalah sebagai
berikut :
a. mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy),
b. mastoidektomi radikal,
c. mastoidektomi radikal dengan modifikasi,
d. miringoplasti,
e. timpanoplasti,
f. pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty).
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau koleasteatom,
sarana yang tersedia serta pengalaman operator. Sesuai dengan luasnya infeksi atau
luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis
operasi itu atau modifikasinya.
a. Mastoidektomi sederhana.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif
tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan permbersihan ruang mastoid dari
jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
b. Mastoidektomi Radikal.
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah
meluas.
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah tengah dengan rongga
mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi suatu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah
komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya.
Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali.
Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta
membuat meatal plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi
terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar.
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum
merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang
telinga direndahkan.
Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid,
dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
d. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan
nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani.
Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK
tipe benigna dengan perforasi yang menetap.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian
ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.
e. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau
OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.
Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Menurut Fung 2004, terapi difokuskan kepada penghilangan gejala dan infeksi. Antibiotik
mungkin dikesepkan untuk infeksi bakteri, terapi antibiotik biasanya untuk jangka
panjang, yaitu melalui pemberian per oral atau tetes telinga jika ada perforasi membran
tympani. Pembedahan untuk mengangkat adenoid mungkin cocok untuk membuka tuba
eustachius. Pembedahan dengan membuka membrana tymponi (miringotomi) dengan
maksud untuk mengalirkan atau mengeluarkan cairan dari daerah ditelinga dalam.
Decangestan atau antibismin dapat digunakan untuk membantu mengeluarkan cairan
dari tuba eustachius.
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga
rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran
yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani
dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang
pula operasi ini terpaksa dilalakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.
f. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK
tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas.
Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa
melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior ling
telinga).
Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan
melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid
dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna
belum disepakati oleh para ahli, oleh aaaa
f. Labirin titis.
9. KLASIFIKASI
Otitis media dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :
a. Otitis media akut
b. Otitis media kronis
c. Otitis media sekretori.

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat
bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan
transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih
akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah (Brunner and Suddart : 2000).

Anda mungkin juga menyukai