Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”
adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada
gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari
telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin serous, mukous, atau purulen.

Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak
ditemukan di negara sedang berkembang. OMSK dapat terbagi atas 2, yaitu otitis
media supuratif kronik tubotimpani dan otitis media supuratif kronik atikoantral.
OMSK atikoantral merupakan bentuk yang paling berbahaya karena sifatnya yang
dapat mendestruksi jaringan sekitar sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang
lebih berat. OMSK merupakan salah satu penyakit yang sering ditemukan di
poliklinik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan makalah dari makalah ini adalah :
1) Apa anatomi dan fisiologi dari telinga?
2) Apa pengertian dari OMSK?
3) Apa klasifikasi dari OMSK?
4) Apa etiologi dari OMSK?
5) Apa manefestasi klinis OMSK?
6) Bagaimana penatalaksanaan OMSK?
7) Bagaimana komplikasi dari OMSK?
8) Bagaimana pemeriksaan penunjang OMSK?
9) Bagaimana pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dengan
OMSK?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


Tujuan Khusus :

1) Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari telinga


2) Untuk mengetahui pengertian dari OMSK
3) Untuk mengetahui klasifikasi dari OMSK
4) Untuk mengetahui etiologi dari OMSK
5) Untuk mengetahui tanda dan gejala OMSK
6) Untuk mengetahui penatalaksanaan OMSK
7) Untuk mengetahui komplikasi dari OMSK
8) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang OMSK
9) Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dengan
OMSK

2
BAB II
ISI

2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga

Telinga adalah organ pendengar. Syaraf yang melayani indera ini


adalah syaraf cranial ke delapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari 3
bagian, yaitu : telinga luar, telinga tengah, dan rongga telinga dalam.

1. Telinga luar
Telinga luar, yang teridiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang
dinamakan membran timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada
kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi
kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan
jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu
pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis
auditorius eksternus. Tepat didepan meatus auditorius eksternus adalah
sendi temporal mandibular.

2. Telinga tengah

3
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus
stapes. Asikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan
ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil jendela
oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah
dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di
mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke
getaran suara. Jendala bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan
dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk
cincin. Anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami
robekan. Bila terjadi robekan, cairan dari dalam dapat mengalami
kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba
berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyimbangkan tekanan
dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

3. Telinga dalam
Telinga dalam tertanam jauh didalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengar (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga
kranial VII (nervus Fasialis) dan VIII nervus koklea vestibularis semuanya
merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semi
posterior, superior dan lateral terletak membentuk sudut 90˚ satu sama lain
dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ
akhir reseptor ini distimulus oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan
seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar
3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir
untuk pendengaran, dinamakan organ corti. Labirin membranosa tersusun
atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan
organ corti.

2.2 Konsep Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)


a. Pengertian
Otitis media supratif kronik (OMSK) ialah infeksi kronik di telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga

4
tengah secara terus menerus dan hilang timbul. Sekret ungkin encer atau
kental, bening, dan berupa nanah. Biasanya disetai gangguan pendengaran.
(arif mansjoer, 2001 ; 82)

Otitis media supratif kronik (OMSK) atau yang biasa disebut dengan
istilah congek, dalam perjalanan penyakit ini berasal dari OMA stadium
perforasi yang berlanjut, sekret tetap keluar dari telinga tengah dalam bentuk
encer, bening, ataupun mikopurulen. Proses hilang timbul atau terus menerus
lebih dari 2 minggu berturut-turut. Tetap terjadi perforasi membran timpani.
Perforasi yaitu membran timpati tidak intake/terdapat lubang pada membran
timpani itu sendiri.

b. Klasifikasi
OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) OMSK tipe benigna (tipe mukosa = tipe aman)
Proses peradangan terbatas pada mukosa saja dan biasnaya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK
jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Tidak terdapat
kolesteaton.
2) OMSK tipe maligna (tipe tulang = tipe berbahaya)
Disertai dengan kolesteaton. Perforasi terletak pada maligna atau di
atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteaton dengan perforasi sub
total. Sebagian komplikasi yang berbahaya/total timbul pada atau
fatal, timbul OMSK tipe maligna.

c. Etiologi
Sebagian besar OMSK merupakan lanjutan dari OMA yang prosesnya
sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Bebrapa faktor penyebabnya adalah terapi
yang lambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya tahan
tubuh rendah. Bila kurang dari 2 bulan disebut sub akut. Sebagian kecil
disebabkan oelh perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga
tengah. Kuman penyebabnya biasanya kuman gram positif aerob, pada infeksi

5
yang sudah berlansung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan
kuman anaerob. (arief masjoer, 2001).

Kuman penyebab OMSK antara lain kuman stapilococcus aureus,


pneudomonas aeruginosa, streptococcus epidemidimis, gram positif lain, dan
kuman gram negatif lain. Bisanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah
menderita saluran napas atas misalnya influenza/sakit tenggorok. Melalui
salurang yang menghubungkan antara hidung dan telinga (saluran tuba
eustasius), infeksi di saluran napas atas yang tidak dibagi dengan baik dapat
menjalar sampai mengenai telinga.

d. Manifestasi Klinis
a) Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh pada telinga atau
gangguan pendengaran.
b) Nyeri telinga/tidak nyaman biasanya ringan dan seperti merasakan adanya
tekanan di telinga. Gejala-gejala tersebut dapat secara terus menerus atau
intermiten dan dapat terjadi pad salah satu atau pada kedua telinga.

e. Penatalaksanaan
Menurut arif mansjoer, dkk. 2001 :
Terapinya sering lama dan harus berulang karena :
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranosal
3. Telah terbentuk jaringan patologik yang irreversible dalam rongga mastoid
4. Gizi an kebersihan yang kurang
Disamping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan
miringotomi, bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-
gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari. Paa stadium ini bila
terjadi perforasi sering terlihat adanya secret berupa purulen dan kadang terlihat
keluarnya sekret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah
obat cuci telinga H2O2 selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya
sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.

6
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan mastoiditis kornik, baik tipe bengna maupun maligna ialah
sebagai berikut :
1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
2. Mastoidektomi radikal
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4. Miringoplastik
5. Timpanoplasti
6. Pendekatan ganda timpanoplasti

f. Komplikasi
a) Kerusakan permanen dari telinga dengan berkurangnya pendengaran atau
ketulian.
b) Mastoiditis, colesteaton, labirinitis, peradangan di sekitar otak, paralilsia
wajah.
c) Paralisis nervus parsial, fistula labirin, labirinitis, labirinits supratif,
tromboflebitis sinus lateral, abses eksito durat, abses subdural, meningitis,
abses otak, hidrosefalus otitis.

g. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan audiometri
Biasanya didapatkan tuli konduktif. Tetapi dapat pula sensorineural.
Beratnya ketulian tergantung besar dan letaknya perforasi membran
timpani serta keluhan dan mobiltas sistem penghantar suara di telinga
tengah. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan,
sedang, berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan
(audiometri/test berisik).

Derajat ketulian niai ambang pendengaran :


Normal – 10 Db sampai 26 db
Ringan – 27 db sampai 40 db
Sedang – 41 db sampai 55 db

7
Sedang berat – 56 db sampai 70 db
Berat – 71 db sampai 90 db
Total – lebih dari 90 db

 Pemeriksaan radiologi
Biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil
dengan pneumatisosi leb ini sedikit dibandingkan mastoid yang satunya
atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan
kolesteaton.

2.3 Pengkajian
1) Sakit telinga/nyeri
2) Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua
telinga
3) Tinitus
4) Perasaan penuh pada telinga
5) Suara bergema dari suara sendiri
6) Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
7) Vertigo, pusing, gatal pada telinga
8) Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
9) Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
10) Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40o C), demam
11) Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat
12) Reflek kejut
13) Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
14) Tipe warna 2 jumlah cairan
15) Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih, kuning
16) Alergi
17) Dengan otoskop tuba eustacius bengkak, merah, suram
18) Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan atas, infeksi telinga
sebelumnya, alergi
19) Fokus Intervensi

8
2.4 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori auditorius b.d obstruksi dan infeksi telinga
2. Nyeri b.d terbentungnya drainase puss
3. Ansietas b.d prosedur pembedahan
4. Resko injury b.d ketidakseimbangan labirin : vertigo

2.5 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC Rasional


. Tujuan dan Intervensi
kriteria hasil
1. Gangguan Setelah - Dorong klien - Membantu
persepsi dilakukan menggunakan alat mengurang
sensori tindakan bantu dengar depresi
pendengaran asuhan - Atur lingkungan sensorik
b.d ostruksi keperawatan, untuk - Menguragi
dan infeksi diharapkan menyeimbangi depresi
telinga gangguan defisit klien sensorik
persepsi - Bicara dengan - aStimulus
sensori klien ketika verbal dapat
pendengaran memberikan meningkatkan
dapat teratasi perawatan dan orientasi
dengan atur waktu realitas
kriteria hasil : bersama klien
Pendengaran
klien baik,
klien
berespon
terhadap
stimulus
lingkungan.
2. Nyeri b.d Tujuan : nyeri - Kaji skala - Dapat
terbendungny dapat teratasi nyeri dan mengetahui

9
a drainase Kriteria dranase puss tingkat
puss hasil : nyeri keparahan dan
hilang, skala besar
nyeri 0, TTV terbentungnya
dalam rentang puss
normal, puss - Monitor TTV - Nyeri dapat
dapat dikethui dari
dikeluarkan. peningkatan
TTV
- Atur periode - Untuk
istirahat tanpa meningkatkan
terganggu kesejahteraan
dan
mengurangi
rasa nyeri
- Kolaborasi - Analgetik
dalam dapat
pemberian mengurangi
analgetik nyeri
sesuai
indikasi
3. Ansietad b.d Tujuan : - Pantau tanda - Mengetahu
prosedur ansietas dan gejala i tingkat
pembedahan teratasi ansietas ansietas
Kriteria - Pantau TTV - Perubahan
hasil : TTV dapat
ekspresi menunjukan
tenang, tingkat
mengatakan ansietas
dan - Beri - Dukungan
menunjukan dukungan spiritual dapat
ansietas spiritual membuat klien

10
berkurang, tenang
TTV normal, - Libatkan - Menjamin
menunjukkan orang adanya sistem
kping terdekat pendukung bgi
positif/adaptif sebagai klien dan
. petunjuk dala memberikan
pengambilan kesempatan
keputusan. orang terdekat
untuk
berpatisipasi.

BAB III
TINJAUAN KASUS

11
3.1 Pengkajian Keperawatan
Identitas diri klien

Nama klien : Tiara Dewi Harahap


Tempat tanggal lahir : Tanjung Balai, 12 Mei 1993
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : menikah
Pekerjaan : pegawai swasta
Keluarga terdekat : suami
Alamat : Baruas Kec. Padang Sidimpuan
Tanggal masuk RS : 14 September 2019
Sumber informasi : Klien
Diagnose medic : OMSK (otitis media supratif kronik)

3.2 Riwayat Keperawatan


a. Keluhan utama :
- Klien mengeluh telinga kanannya keluar cairan berwarna putih kental
dan mempengaruhi pendengaran klien.
- Klien mengeluh nyeri hilang timbul pada telinga kanan (skala nyeri 2).
- Klien mengeluh seperti ada bunyi kritik-kritik pada telinga kanan.

b. Riwayat perjalanan penyakit :


Klien mengatakan sudah 6 bulan pendengarannya berkurang dan telinga
kanannya keluar cairan yang berbau tidak sedap.

c. Riwayat penyakit yang lalu :


Klien mengatakan sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama dan
dia berobat, tetapi tidak di tindak lanjuti.

d. Riwayat keluarga :

12
Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit yang
sama seperti klien.

e. Kondisi lingkungan :
Klien tinggal di tempat yang padat penduduk dan ramai

f. Aspek Psikososial, Mekanisme Koping, dan Aspek Spiritual :


 Psikososial : klien mengatakan malu dengan keadaanya skarang (akan
sakitnya).
 Mekanisme koping : klien bersikap kooperatif dengan dokter maupun
perawat saat dilakukan pengkajian dan tindakan.
 Spiritual : klien mengatakan selalu berdoa untuk cepat sembuh.

3.3 Pemeriksaan Fisik


a. Kesadaran : kompos mentis
TB : 156 cm
BB : 55 kg
b. Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg,
N : 78x/menit,
S : 36oC,
RR :20x/menit,
Skala nyeri : 2
c. Kepala : bentuk bulat, kepala simetris, tidak ada lesi, kulit kepala dan
rambut bersih.
d. Wajah : warna kulit putih, bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan pada
dahi, tidak ada edema.
e. Mata : Bentuk : normal, Kesimetrisan : Simetris, Warna konjungtiva :
konjungtiva ananemis, Sclera : anikterik, Penggunaan kacamata : tidak
ada, Gerakan bola mata : simetris, Respon terhadap cahaya : normal.
f. Telinga : setelah dilakukan pemeriksaan otoskop tampak terdapat cairan
berupa nanah dan juga terjadi perforasi pada membrane timpani di

13
telinga kanan. Klien juga mengeluh nyeri pada telinga kanannya tersebut.
Sedangkan pada telinga kiri terdapat tumpukan serumen namun tidak ada
perforasi pada membrane timpani (telinga kiri tampak normal).
g. Hidung : warna putih, hidung simetris, tidak ada lesi, sumbatan dan
pendarahan.
h. Mulut dan Bibir : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada lesi dan
stomatitis, gigi lengkap, tidak ada penggunaan gigi palsu.

3.4 Penatalaksanaan atau Terapi


Obat tetes telinga H2O2

3.5 Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan otoskopi
b) Pemeriksaan ekstraksi serumen

3.6 Analisa data

14
Data (S/O) Masalah keperawatan
DS :
- Klien mengeluh telinga
kanannya keluar cairan
- Klien mengeluh
pendengarannya
berkurang sejak 2 bulan
yang lalu
- Klien mengatakan ada
bunyi kritik-kritik dalam
telinga kanannya Gangguan persepsi sensori
DO : pendengaran
- Tampak ada cairan
berwarna putih kental
pada telinga kanan
- Pemeriksaan otoskopi :
terdapat cairan berupa
nanah dan juga perforasi
membrane timpani pada
telinga kanan
DS :
- Klien megeluh nyeri
pada telinga kanannya
- Nyeri yang dirasakan
hilang timbul
DO :
- Skala nyeri 2 Nyeri

- Ekspresi wajah agak tida


nyaman
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 78x/menit

15
S : 36oC
RR : 20x/menit
DS :
- Klien mengatakan malu
akan penyakitnya karena
menimbulkan bau yang
tidak sedap
DO : Gangguan citra tubuh
- Klien tampak malu
ketika di kaji mengenai
telinga kanannya
- Ekspresi wajah tampak
sedih

3.7 Interverensi

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional

16
hasil
Gangguan Setelah dilakukan - Kaji tingkat - Mengetahiu
persepsi sensori tindakan asuhan kemampuan tingkat gangguan
pendengaran b.d keperawatan, komunikasi yang dialami
kerusakan pada diharapkan gangguan - Ajarkan klien klien
telinga tengah persepsi sensori untuk - Keefektifan alat
pendengaran klien menggunaka pendengaran
DS : adekuat dengan n dan tergantung pada
- Klien kriteria hasil : merawat alat tipe
mengatakan pendengaran gangguan/ketulia
telinga - Klien dapat secara tepat n, pemakaian
kanannya menerima serta
keluar cairan rangsangan dari - Ajarkan klien perawatannya
- Klien luar dengan baik membersihka yang tepat.
mengeluh - Mempertahankan n telinga - Mencegah terjadi
pendengarann kemampuan yang benar infeksi lebih
ya berkurang pendengaran dan bersih lanjut dan
sejak 2 bulan - Klien dapat serta mempercepat
yang lalu berpatisipasi dalam menggunaka penyembuhan
DO : program terapi dan n antibiotik
- Telinga kanan pengobatan secara
klien tampak - Cairan yang keluar kontinyu
ada dari telinga dapat sesuai aturan
penumpukan berkurang - berbicara
cairan dengan - Pesan yang ingin
perlahan dan disampaikan
dengan jelas dapat di terima
langsung ke baik oleh klien
telinga yang
baik
- kolaborasi - Mengetahui
dalam tingkat gangguan

17
pemeriksaan telinga yang
telinga (tess dialami
rinne, tes
weber,
audiometri,
dll)

Nyeri b.d proses Setelah dilakukan - Kaji - Untuk


peradangan pada asuhan keperawatan, karakteristik menentukan
telinga diharapkan nyeri nyeri tingkat
klien teratasi dengan keparahan nyeri
DS : kriteria hasil : - Ajarkan klien - Metode
- Klien untuk pengalihan
mengeluh nyeri - Klien tidak lagi mengalihkan suasana dengan
pada telingan mengeluh nyeri suasana melakukan
sebelah kanan pada telinga dengan relaksasi bisa
- Nyeri yang kanan melakukan mengurangi
dirasakan - Skala nyeri 0 metode nyeri yang
hilang timbul (tidak ada) relaksasi saat diderita klien
DO : - Ekspresi wajah nyeri, seperti
- Skala nyeri 2 tenang menarik napas
- TTV : panjang
- Kompres dingin
TD : 110/70 - Kompres
bertujuan
mmHg dingin di
mengurangi
N : 78x/menit sekitar area
nyeri karena rasa
RR : 20x/menit telinga
nyeri teralihkan
o
S : 36 C oleh rasa dingin
- Ekspresi wajah di sekitar area
tampak tidak telinga
nyaman - Posisi yang
sesuai akan
membuat klien

18
- Atur posisi merasa nyaman
klien
- Analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri
- Kolaborasi
dalam
pemberian
analgetik

Gangguan citra Setelah dilakukan - Beritahu klien - Memotivasi


tubuh b.d adanya tindakan asuhan bahwa klien agar tidak
otorhea keperawatan, penyakitnya malu dengan
diharapkan gangguan dapat sakitnya
DS : citra tubuh yang diatasi/sembu
- Klien dialami klien dapat h - Untuk
mengatakan teratasi dengan - Anjurkan mempercepat
malu dengan kriteria hasil : klien untuk penyembuhan
penyakitnya mengikuti dan
karena - Klien tidak terapi dengan mendapatkan
menimbulkan mengatakan malu teratur. hasil yang baik.
bau yang tidak karena
sedap penyakitnya
DO : - Klien tampak
- Klien tampak percaya diri
malu ketika di - Ekspresi wajah
kaji tentang tenang
telinga
kanannya
- Ekspresi wajah
tampak sedih
- Tampak adanya

19
sekret pada
telinga kanan
dan juga
berbau tidak
sedap

3.8 Catatan Keperawatan

Tgl/jam Diagnosa Implentasi keperawatan (responnya)


keperawatan
Rabu Gangguan - Mengkaji tingkat kemampuan komunikasi
18/09/2019 persepsi sensori  Respon : klien mengatakan masih bisa
pendengaran b.d mendengar suara dengan lumayan baik
09.00-11.00 kerusakan pada walau harus dengan nada suara agak
WIB telinga tengah kencang
- Mengajarkan klien membersihkan telinga
yang benar dan bersih serta menggunakan
antibiotik secara kontinyu sesuai aturan
 Respon : klien mengatakan dan tampak
memahami edukasi yang diajarkan perawat

Rabu Nyeri b.d proses - Mengkaji karakteristik nyeri


18/09/2019 peradangan pada  Respon : klien mengatakan nyeri yang
telinga dirasakan hilang timbul
09.00-11.00 - Menganjurkan kompres dingin di sekitar
WIB area telinga
 Respon : Klien mengatakan dan tampak
mengerti dengan anjuran yang diberikan
perawat

20
- Kolaborasi : diberikan boat tetes telinga
H2O2 sebanyak 3-5 tetes
 Klien tampak kooperatif dengan dokter
maupun perawat ketika diberikan tindakan
(tetes obat)

Rabu Gangguan citra - memberitahu klien bahwa penyakitnya


18/09/2019 tubuh b.d adanya dapat diatasi/sembuh
otorhea  respon : klien tampak memahami apa yang
09.00-11.00 disampaikan dan klien mengatakan
WIB memiliki kepercayaan diri bahwa ia akan
sembuh
- menganjurkan klien untuk mengikuti terapi
dengan teratur
 respon : klien mengatakan memahami
anjuran yang di sampaikan dan klien juga
mengatakan sering melakukan pemeriksaan
rutin pada telinganya maupun kesehatannya.

3.9 Catatan Perkembangan

Tgl/jam Diagnosa SOAP


Rabu Gangguan S : klien mengatakan masih ada sedkit cairan
18/09/2019 persepsi sensori yang keluar dari telinganya dan
pendengaran b.d pendengarannya masih sedikit berkurang
09.00-11.00 kerusakan pada O : masih ada sedikit cairan putih di dalam
WIB telinga tengah telinganya
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
Rabu Nyeri b.d proses S : klien mengatakan nyeri sudah berkurang
18/09/2019 peradangan pada dan sudah tidak terlalu dirasakan lagi
telinga O : wajah klien tampak tenang

21
09.00-11.00 A : masalah teratasi
WIB P : intervensi dihentikan
Rabu Gangguan citra S : klien mengatakan tidak lagi malu akan
18/09/2019 tubuh b.d penyakitnya dan klien mengatakan merasa
adanya otorhea percaya diri bahwa ia pasti akan sembuh
09.00-11.00 O : wajah klien tampak tenang, bersikap
WIB kooperatif dan terbuka kepada perawat dan
juga keluarga
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.

22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang
sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama
komunikasi pada manusia sangat tergantung pada fungsi pendengaran.
.
4.2 Saran
Menjaga pola hidup dan gaya hidup adalah hal terpentig untuk
menghindari penyakit OMSK. Pola makan yang sehat akan membentuk
antibody tubuh yang baik sehingga tidak mudah terserang penyakit.

23
DAFTAR PUSTAKA

24

Anda mungkin juga menyukai