Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PERITONITIS

Dosen Pengampu :

Ns. Seven sitorus,M.Kep.,Sp.Kep.MB

Disusun oleh:

1. Etika Sari ( 1033211007 )

2. Indri Sundari (1033211008 )

3. Irpan Ulumudin (1033211021)

4. M Odi Wijaya Laksana (1033211026 )

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MOHAMAD HUSNI THAMRIN
JAKARTA
2021-2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peradangan peritoneum (membran serosa yang melapisi rongga abdomen

dan menutupi visera abdomen) merupakan penyakit berbahaya yang dapat

terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat

penyebaran infeksi dari organ abdomen (mis., apendisitis, salpingitis),

perforasi saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang

sering menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon (pada kasus

rupture apendiks) yang mencakup Escheriela Coli atau Bacteroides,

sedangkan stafilokokus dan streptokokus seringkali masuk dari luar (Price &

Sylvia, 2005).

Berdasarkan penelitian Tarigan pada tahun 2012, peritonitis merupakan

salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah dengan

mortalitas sebesar 10-40%. Peritonitis difus sekunder yang merupakan 90%

penderita peritonitis dalam praktek bedah dan biasanya disebabkan oleh suatu

perforasi gastrointestinal (http://www.repository.usu.ac.id/diakses 27 April

2014).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pada

pasien dengan peritonitis.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu :

a. Menjelaskan dan memahami pengertian peritonitis.

b. Menjelaskan dan memahami etiologi peritonitis.

c. Menjelaskan dan memahami tanda dan gejala peritonitis.

d. Menjelaskan dan memahami patofisiologi peritonitis.

e. Menjelaskan dan memahami komplikasi peritonitis.

f. Menjelaskan dan memahami penatalaksanaan medis peritonitis.

g. Menjelaskan dan memahami pengkajian pada pasien dengan alergi.

h. Menjelaskan dan memahami diagnosa pada pasien dengan alergi.

i. Menjelaskan dan memahami intervensi pada pasien dengan alergi.

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam memberikan Asuhan

Keperawatan pada Klien dengan Peritonitis


BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Medis

1. Pengertian

Peritonitis (radang selaput otak) adalah suatu radang akut selaput perut

yang adalah lapisan dari rongga abdominal (Padila, 2012).

Peritonitis merupakan inflamasi akut maupun kronis pada peritoneum,

yaitu membran yang melapisi rongga abdominal dan menutupi organ

viseral. Inflamasi bisa meluas di seluruh peritoneum, atau bisa bersifat

setempat sebagai abses (Wolters, 2011)

Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang biasanya disebabkan

oleh infeksi. Peritoneum adalah lapisan membran serosa rongga abdomen

dan meliputi viseral (Smeltzer & Bare, 2002).

Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang kaya akan

vaskularisasi dan aliran limfa berfungsi untuk membungkus organ perut

dan dinding perut sebelah dalam (Price & Wilson, 2006).

2. Etiologi

Menurut Harison (2000) penyebab terjadinya peritonitis, yaitu :


a. Infeksi bakteri, disebabkan invasi/masuknya bakteri ke dalam rongga

peritoneum pada saluran makanan yang mengalami perforasi.

Bakterinya :

 Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal

 Apendisitis yang meradang dan perforasi

 Tukak peptik (lambung/duodenum)

 Tukak thypoid

 Tukak disentri amuba/colitis

 Tukak pada tumor

 Salpingitis

 Divertikulitis

Kuman yang paling sering ialah bakteri E. Coli, streptokokus α dan

β hemolitik, stapilokokus aureus, enterokokus dan yang paling

berbahaya adalah clostridium wechii.

b. Secara langsung dari luar :

 Operasi yang tidak steril.

 Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamide, terjadi

peritonitis yang disertai pembentukan jaringan granulomatosa

sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis

granulomatosa serta merupakan peritonitis local.

 Trauma pada kecelakaan seperti ruptur limfa dan ruptur hati

 Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis.

Terbentuk pula peritonitis granulomatosa.


c. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti

radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis,

glomerulonephritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau

pneumokokus.

d. Peritonitis kimiawi, disebabkan keluarnya enzim pankreas, asam

lambung, atau empedu sebagai akibat cedera/perforasi usus/saluran

empedu.

3. Tanda dan Gejala

Menurut Kowalak & Hughes (2010) tanda dan gejala yang sering

muncul pada pasien peritonitis, yaitu :

 Distensi abdomen

 Rigiditas abdomen

 Nyeri tekan pada abdomen

 Bising usus menurun bahkan hilang

 Demam

 Mual bahkan muntah

 Takikardia

 Takipnea

4. Patofisiologi

Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen kedalam

rongga abdomen, biasanya diakibatkan dari inflamasi, infeksi, iskemia,

trauma atau perforasi tumor.


Awalnya matrial masuk kedalam rongga abdomen adalah steril tetapi

dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri.akibatnya timbul edema

jaringan dan pertambahan eksudat. Cairan dalam rongga abdomen menjadi

keruh dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel

yang rusak dan darah.

Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotilitas, di

ikuti oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan didalam

usus besar.

Timbulnya peritonitis adalah komplikasi berbahaya yang sering terjadi

akibat penyebaran infeksi. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh

bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah

(abses) terbentuk diantara perlekatan fibrinosa yang menempel menjadi

satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi (Padila,

2012).

5. Komplikasi

Menurut Smeltzer & Bare (2002) komplikasi yang terjadi pada

peritonitis ialah inflamasi tidak lokal dan seluruh rongga abdomen menjadi

terkena pada sepsis umum. Sepsis adalah penyebab umum dari kematian

pada peritonitis. Syok dapat diakibatkan dari septikemia atau hipovolemik.

Proses inflamasi dapat menyebabkan obstruksi usus, yang terutama

berhubungan dengan terjadinya perlekatan usus.

Sedangkan menurut Corwin (2000) komplikasi yang terjadi pada

peritonitis ialah sepsis dan kegagalan multiorgan.


6. Penatalaksanaan Medis

Menurut Wolters Kluwer (2011) penatalaksanaan medis untuk klien

dengan peritonitis, yaitu :

 Terapi antibiotik diberikan untuk organisme khusus yang

menyebabkan penyakit.

 Untuk mengurangi peristaltis dan mencegah perforasi, klien sebaiknya

tidak menerima apa pun melalui mulut, Dari pada itu, ia membutuhkan

cairan dan elektrolit suportif secara parenteral.

 Analgesik diberikan untuk meringankan nyeri.

 Intubasi nasogastric (NG) digunakan untuk melepaskan tekanan usus.

 Klien yang mengalami perforasi memerlukan pembedahan untuk

mengeliminasi sumber infeksi dengan mengevakuasi konten yang

meluap dan dengan memperbaiki perforasi organ.

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama,

pekerjaan, pendidikan, alamat, suku/bangsa, tanggal jam masuk rumah

sakit, tanggal/jam pengkajian, diagnosa medis, nomor rekam medik.


b. Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan atau gejala apa yang menyebabkan

pasien berobat atau keluhan saat awal dilakukan pengkajian pertama

kali masuk rumah sakit.

Pada klien dengan peritonitis biasanya mengeluh nyeri dibagian perut

sebelah kanan.

c. Riwayat Penyakit

 Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang adalah menggambarkan riwayat

kesehatan saat ini.

Pada klien dengan peritonitis umumnya mengalami nyeri tekan

di bagian perut sebelah kanan dan menjalar ke pinggang.demam,

mual, muntah, bising usus menurun bahkan hilang, takikardi,

takipnea.

 Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kesehatan dahulu adalah riwayat penyakit yang

merupakan predisposisi terjadinya penyakit saat ini.

Pada klien dengan peritonitis mempunayai riwayat ruptur

saluran cerna, komplikasi post operasi, operasi yang tidak steril

dan akibat pembedahan, trauma pada kecelakaan seperti ruptur

limpa dan ruptur hati.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Secara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika

peritonitis ini disebabkan oleh bakterial primer, seperti

Tubercolosis, maka kemungkinan diturunkan ada.

d. Pengkajian Pola Fungsi Gordon

1) Pola Persepsi Kesehatan atau Manajemen Kesehatan

Menggambarkan persepsi klien terhadap keluhan apa yang

dialami klien, dan tindakan apa yang dilakukan sebelum masuk

rumah sakit.

Pada klien dengan peritonitis mengeluh nyeri berat dibagian

perut sebelah kanan dan menjalar ke pinggang dan umumnya telah

dilakukan tindakan dengan obat anti-nyeri.

2) Pola Nutrisi-Metabolik

Menggambarkan asupan nutrisi, cairan dan elektrolit, kondisi

kulit dan rambut, nafsu makan, diet khusus/suplemen yang

dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, jumlah makan atau minum

serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual, muntah, kekeringan,

kebutuhan jumlah zat gizinya, dan lain-lain.

Pada pasien peritonitis klien akan mengalami mual. Vomit

dapat muncul akibat proses patologis organ visceral (seperti

obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi peritoneal, selain itu

terjadi distensi abdomen, bising usus menurun, dan gerakan


peristaltic usus turun (<12x/menit). Diet yang diberikan berupa

makanan cair seperti bubur saring dan diberikan melalui NGT.

3) Pola Eliminasi

Pada pola eliminasi menggambarkan eliminasi pengeluaran

sistem pencernaan, perkemihan, integumen, dan pernafasan.

Pada klien dengan peritonitis terjadi penurunan produksi urin,

ketidakmampuan defekasi, turgor kulit menurun akibat

kekurangan volume cairan, takipnea.

4) Pola Kognitif Perseptual

Menggambarkan kemampuan proses berpikir klien, memori,

tingkat kesadaran, dan kemampuan mendengar, melihat,

merasakan, meraba, dan mencium, serta sensori nyeri.

Pada klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada

otak namun hanya mengalami penurunan kesadaran, adanya nyeri

tekan pada abdomen.

5) Pola Aktivitas/Latihan

Menggambarkan tingkat kemampuan aktivitas dan latihan,

selain itu, fungsi respirasi dan fungsi sirkulasi.

Pada klien dengan peritonitis mengalami letih, sulit berjalan.

Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami

kelelahan. Pola nafas iregular (RR> 20x/menit), klien mengalami

takikardi, akral : dingin, basah, dan pucat.

6) Pola Istirahat dan Tidur


Pola istirahat tidur menggambarkan kemampuan pasien

mempertahankan waktu istirahat tidur serta kesulitan yang dialami

saat istirahat tidur.

Pada klien dengan peritonitis didapati mengalami kesulitan

tidur karena nyeri.

7) Pola Nilai dan Kepercayaan

Pola nilai dan kepercayaan menggambarkan pantangan dalam

agama selama sakit serta kebutuhan adanya kerohanian dan lain-

lain.

Pengaruh latar belakang sosial, faktor budaya, larangan agama

mempengaruhi sikap tentang penyakit yang sedang dialaminya.

Adakah ganggauan dalam peaksanaan ibadah sehari-hari.

8) Pola Peran dan Hubungan Interpersonal

Pola peran dan hubungan menggambarkan status pekerjaan,

kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga, dan

gangguan terhadap peran yang dilakukan.

Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan

interpersonal dan mengalami hambatan dalam menjalankan

perannya selama sakit.

9) Pola Persepsi atau Konsep Diri

Pola persepsi menggambarkan tentang dirinya dari masalah-

masalah yang ada seperti perasaan kecemasan, ketakutatan atau


penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri,

gambaran diri, dan identitas tentang dirinya.

Pada klien dengan peritonitis terjadi perubahan emosional

10) Pola Koping/Toleransi Stres

Pola koping/toleransi stres menggambarkan kemampuan untuk

menangani stres dan penggunaan sistem pendukung.

Pada klien engan peritonitis di dapati tingkat kecemasan pada

tingkat berat.

11) Pola Reproduksi dan Seksual

Pola reproduksi dan seksual menggambarkan periode

menstruasi terakhir, masalah menstruasi, masalah pap smear,

pemerikasaan payudara/testis sendiri tiap bulan, dan masalah

seksual yang berhubungan dengan penyakit.

Pada pola ini, pada wanita berhubungan dengan kehamilan,

jumlah anak, menstruasi, pernah terjangkit penyakit menular

sehingga menghindari aktivitas seksual. Pada pasien yang telah

atau sudah menikah akan terjadi perubahan.

e. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien peritonitis yaitu

kesadaran dan keadaan umum klien. Keadaan umum ini dapat meliputi

kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien,

kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatis seperti

kompos mentis, apatis, somnolen, spoor, koma dan delirium, dan status

gizinya, GCS (Glasow Coma Skala).


f. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

 Complete Blood Count (CBC), umumnya pasien dengan

infeksi intra abdomen menunjukan adanya luokositosis.

 Cairan peritoneal

Urinalisis untuk mengetahui adanya penyakit pada saluran

kemih

2) Pemeriksaan Radiologi

 Foto polos abdomen memperlihatkan distensi disertai edema

dan pembentukan gas dalam usus

 USG

2. Diagnosa

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan mencerana makanan.

d. Hipertemi berhubungan dengan penyakit

3. Intervensi

Tujuan &
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
(NOC)
1. Nyeri akut Nyeri berkurang 1. Observasi 1. Mengidentifikasi
berhubungan atau hilang, kualitas nyeri kebutuhan untuk
dengan agen dengan KH : pasien (skala, intervensi dan
cidera fisik.  Ekspresi frekuensi, tanda-tanda
wajah durasi). komplikasi.
tampak
rileks. 2. Gunakan 2. Pengalaman nyeri

 Skala nyeri komunikasi akan menaikan

0-3 terapeutik resistensi


untuk terhadap nyeri.
mengetahui
pengalaman
nyeri pasien.

3. Berikan 3. Meningkatkan

tindakan relaksasi dan

kenyamanan, mungkin

contoh pijatan meningkatkan

punggung, kemampuan

napas dalam, koping pasien

latihan dengan

relaksasi atau memfokuskan

visualisasi. kembali
perhatian.

4. Kolaborasi 4. Nyeri biasanya

dengan dokter berat dan

untuk memerlukan

pemberian pengontrol nyeri

analgetik narkotik,
analgesik
dihindari dari
proses diagnosis
karena dapat
menutupi gejala.
2. Kekurangan Dapat 1. Observasi 1. Membantu dalam
volume mempertahankan TTV. evaluasi derajat
cairan cairan tubuh defisit
berhubungan secara adekuat, cairan/keefektifan
dengan dengan KH : penggantian
kehilangan  Asupan dan terapi cairan dan
cairan aktif. keluaran respons terhadap
cairan pengobatan
seimbang,
2. Pertahankan
produksi urin 2. Untuk
intake dan
normal. mempertahankan
output yang
 Membran keseimbangan
adekuat.
mukosa cairan dan

lembab, elektrolit.

tanda-tanda 3. Monitor status


dehidrasi 3. Tanda-tanda
hidrasi
menurun tersebut
(kelembapan,
menunjukkan
membran
keilangan cairan
mukosa, nadi,
berlebihan.
dan tekanan
darah).

4. Kolaborasi
4. Untuk
untuk
memperbaiki
pemberian IV.
cairan yang
hilang.
3. Ketidaksei- Kebutuhan 1. Jadwalkan 1. Agar tidak
mbangan nutrisi pengobatan mengganggu
nutrisi: terpenuhi, dan tindakan nafsu makan.
kurang dari tidak selama
kebutuhan dengan KH : jam makan.
tubuh  Nafsu
berhubungan makan 2. Lakukan
dengan pemasangan 2. Agar nutrisi klien
meningkat.
ketidak- NGT sesuai tetap terpenuhi.
 Tidak terjadi
mampuan mual dan indikasi jika
mencerana muntah, klien tidak
makanan. trugor kulit dapat makan

baik dan minum


peroral.

3. Kolaborasi
3. Menurunkan
dengan dokter
mual/muntah
untuk
yang dapat
pemberian
meningkatkan
antiemeti.
tekanan/nyeri
intrabdomen.

4. Klaborasi
4. Agar dapat
dengan ahli
memberikan
gizi dalam
nutrisi yang tepat
diet.
pada klien
4. Hipertemi Suhu tubuh 1. Kaji suhu 1. Tindakan ini
berhubungan dalam batas tubuh. sebagai dasar
dengan normal, dengan untuk
penyakit KH : menentukan
 Tidak intervensi.
demam
2. Berikan 2. Kompres hangat
 Suhu tubuh
kompres memberikan
36-37°c
hangat pada efekvasodilatasi
dahi, ketiak, pembuluh darah,
dan lipatan sehingga
paha. mempercepat
penguapan tubuh.

3. Anjurkan klien 3. Untuk mengontrol


untuk panas.
menggunakan
pakaian yang
tipis.

4. Kolaborasi 4. Untuk

dengan dokter menurunkan

untuk panas.

pemberian
antipiretik
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peritonitis (radang selaput otak) adalah suatu radang akut selaput perut

yang adalah lapisan dari rongga abdominal. Peritonitis disebabkan oleh infeksi

bakteri, secara langsung dari luar, secara hematogen sebagai komplikasi

beberapa penyakit akut, dan peritonitis kimiawi. Peritonitis ditandai dengan

distensi abdomen,rigiditas abdomen, nyeri tekan pada abdomen, bising usus

menurun bahkan hilang, demam, mual bahkan muntah, takikardia, dan

takipnea. Komplikasi yang terjadi pada peritonitis ialah inflamasi tidak lokal

dan seluruh rongga abdomen menjadi terkena pada sepsis umum.

Pengobatannya dapat berupa terapi antibiotik, pemberian analgetik, dan

intubasi nasogastric. Untuk menentukan diagnosa keperawatan pasien dengan

peritonitis seorang perawat dapat melihat keluhan utama pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Harrison. (2000). Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Ed.13, Vol 3. Jakarta :

EGC.

http://www.repository.usu.ac.id/diakses 27 April 2014.

Kowalak, J. P., & Hughes, A. S. (2010). Buku Saku Tanda dan Gejala :

Pemeriksaan Fisik dan Anamnesis, Penyebab, Tip Klinis, Ed. 2. Jakarta:

EGC.

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Price & Wilson. (2006). Patofisiologi, Ed. 6, Vol. 2. Jakarta EGC

Price, Sylvia Anderson. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. Jakarta : EGC.

Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 8, Vol. 2.

Jakarta : EGC.

Wolters Kluwer. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit.

Jakarta: PT Indeks.

Anda mungkin juga menyukai