Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN AKHIR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ACUTE HEART FAILURE (AHF)/ GAGAL JANTUNG


AKUT DI RUANG ICU CENTRAL RSUD JOMBANG
13 DESEMBER – 25 DESEMBER 2021

Disusun Oleh :
Kelompok 3 - Profesi Ners
1) Abu Rizal Zakaria (7421009)
2) Vivi Firizqy Amalia (7421001)
3) Nur Laili (7421012)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktik klinik Kebutuhan Dasar Profesi (KDP) Progam Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum di Ruang ICU Central
RSUD Jombang yang dilaksanakan pada tanggal 13 Desember – 25 Desember 2021 telah
dilaksanakan sebagai laporan praktik atas nama:

1. Abu Rizal Zakaria (7421009)


2. Vivi Firizqy Amalia (7421001)
3. Nur laili (7421012)

Jombang, 24 Desember 2021

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

(Diah Ayu Fatmawati, S.Kep., Ns., M.Kep) (Agus Subiyanto, S.Kep., Ns)

Mengetahui,
Kepala Ruangan ICU Central

(Sutikno, S.Kep., Ns., M.Kes)


BAB I
KONSEP DASAR
1. Definisi
Gagal jantung dapat didefinisikan sebagai abnormalitas dari struktur jantung
atau fungsi yang menyebabkan kegagalan dari jantung untuk mendistribusikan
oksigen ke seluruh tubuh (Perki, 2020). Gagal jantung adalah sindrom klinis yang
ditandai dengan dispnea, ortopnea, dan edema serta tanda peningkatan tekanan vena
jugularis dan penurunan kerja pulmonal atau fungsi kelaainan jantung yang
mengakibatkan penurunan curah jantung (Kurmani, 2017).
Gagal jantung akut adalah terminologi yang digunakan untuk
mendiskripsikan kejadian atau perubahan yang cepat dari tanda dan gejala gagal
jantung (Perki, 2020).
2. Etiologi
Menurut Perki (2020), penyebab utama gagal jantung akut dapat disingkat dengan
terminologi ‘SHAME’ sebagai berikut :
1) Sindrom koroner akut
2) Hipertensi emergensi
3) Aritmia
4) Penyebab mekanik akut
5) Emboli paru akut
3. Klasifikasi
Menurut (Arif, M, 2009) klasifikasi gagal jantung akut berdasarkan dominasi gagal
jantung yang kiri atau kanan yaitu:
1) Gagal jantung kanan (Right heart backward failure) ; ditandai dengan
adanya edema perifer, ascites, dan peningkatan tekanan vena jugularis
2) Gagal jantung kiri (Left heart backward failure) ; ditandai dengan terdapat
bendungan paru, hipotensi, dan vasokontriksi perifer dengan penurunan
perfusi jaringan
3) Gagal jantung kongestif (Forward) : gabungan kedua gambaran tersebut.
Gagal jantung kongestif dimaksud sebagai sindrom klinik yang disebabkan
oleh kekurangan volume pemompaan jantung untuk keperluan relative
tubuh, disertai hilangnya curah jantung dalam mempertahankan aliran
balik vena dan bersamaan terjadinya pengurangan pengisian percabangan
arteri. Gagal jantung biasanya digolongkan menurut derajat atau beratnya
gejala seperti klasifikasi menurut New York Heart Association (NYHA):

KELAS DEFINISI ISTILAH


I Klien dengan kelainan Disfungsi ventrikel kiri
jantung tetapi tanpa yang asimtomatik
pembatasan aktivitas fisik
II Klien dengan kelainan Gagal jantung ringan
jantung yang menyebabkan
sedikit pembatasan aktivitas
fisik
III Klien dengan kelainan Gagal jantung sedang
jantung yang menyebabkan
banyak pembatsan aktivitas
fisik
IV Klien dengan kelainan Gagal jantung berat
jantung yang segala bentuk
aktivitas fisiknya akan
menyebabkan keluhan
(Manurung, D, 2006).

Klasifikasi yang ketiga yang telah divalidasi pada perawatan


kardiomiopati, yang berdasarkan penemuan klinis, yaitu berdasarkan sirkulasi
perifer (perfusion) dan auskultasi paru (congestion). Pasien diklasifikasi
menjadi :
a. Class I (Group A) (warm and dry),
b. Class II (Group B) (warm and wet),
c. Class III (Group L) (cold and dry),
d. Class IV (Group C) (cold and wet).
Klasifikasi ini sudah divalidasi untuk prognosis dari kardiomiopati, dan
dapat diaplikasikan pada pasien rawat jalan atau rawat inap.

4. Manifestasi klinis
a. Dekompensasi atau perburukan dari gagal jantung. Bisa terdapat tanda
kongesti perifer dan kongesti paru. Terdapat riwayat perburukan gagal
jantung kronis yang sudah ada pada pasien sebelumnya.
b. Edema pulmoner. Terdapat tanda-tanda distress respirasi, takipneu, ortopneu
dengan ronki pada auskultasi paru. SaO2 biasanya < 90% sebelum mendapat
terapi oksigen
c. Gagal jantung hipertensif. Tanda dan gejala gagal jantung disertai dengan
tekanan darah yang tinggi dan fungsi ventrikel kiri yang relatif baik..
d. Syok kardiogenik, ditandai oleh tekanan darah sistolik <90 mmHg atau
turunnya mean arterial pressure > 30 mmHg dan absent atau rendahnya urin
output (< 0,5 ml/kg/jam). Hipoperfusi organ dan kongesti paru berkembang
dengan cepat.
e. Gagal jantung kanan terisolasi. Ditandai dengan low output syndrome dan
absennya tanda-tanda kongesti paru dengan meningkatnya tekanan vena
jugular, dengan atau tanpa hepatomegali dan tekanan pengisian ventrikel kiri
yang rendah.
f. Gagal jantung dan sindrom koroner akut. Pada pasien SKA, episode gagal
jantung akut sering dipresipitasi oleh aritmia (bradikardia, AF atau VT)
g. Gejala lain dapat berupa :
 Tekanan darah tinggi
 Edema paru akut
 Ronchi
 Ortopnea
5. Patofisiologi
Patofisiologi gagal jantung akut menurut Nurkhalis (2020), terjadinya gagal
jantung diawali dengan adanya kerusakan pada jantung atau miokardium. Hal
tersebut akan menyebabkan menurunnya curah jantung. Bila curah jantung tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, maka jantung akan memberikan
respon mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi jantung agar tetap
dapat memompa darah secara adekuat. Bila mekanisme tersebut telah secara
maksimal digunakan dan curah jantung normal tetap tidak terpenuhi, maka setelah
akan itu timbul gejala gagal jantung.
Terdapat tiga mekanisme primer yang dapat dilihat dalam respon
kompensatorik, yaitu meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya
beban awal akibat aktivasi Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS), dan
hipertrofi ventrikel. Menurunnya volume sekuncup pada gagal jantung akan
membangkitkan respon simpatis kompensatorik. Hal ini akan merangsang
pengeluaran katekolamin dari saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrenal.
Denyut jantung dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah
jantung. Selain itu juga terjadi vasokonstriksi arteri perifer untuk menstabilkan
tekanan arteri dan redistribusi volume darah untuk mengutamakan perfusi ke organ
vital seperti jantung dan otak (Nurkhalis, 2020).
Aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron akan menyebabkan retensi
natrium dan air oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel dan regangan serabut.
Peningkatan beban awal ini akan menambah kontraktilitas miokardium sesuai dengan
mekanisme Frank Starling. Respon kompensatorik yang terakhir pada gagal jantung
adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya ketebalan otot jantung. Hipertrofi
akan meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium. Sarkomer dapat
bertambah secara paralel atau serial bergantung pada jenis beban hemodinamik yang
mengakibatkan gagal jantung (Nurkhalis, 2020).
Awalnya, respon kompensatorik sirkulasi ini memiliki efek yang
menguntungkan. Namun, pada akhirnya mekanisme kompensatorik dapat
menimbulkan gejala dan meningkatkan kerja jantung. Hasil akhir dari peristiwa di
atas adalah meningkatnya beban miokardium dan terus berlangsungnya gagal jantung
(Nurkhalis, 2020).
6. Pemeriksaan fisik dan diagnostik
1) Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing)
Pengkajian yang didapat adanya tanda kongesti vascular pulmonal adalah
dispnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksimal, batuk, dan edema pulmonal
akut.
b. B2 (Bleeding)
Inspeksi: meliputi edema ekstremitas bawah (edema dependen), yang
biasanya pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali, anoreksia,
mual, nokturia dan kelemahan. Palpasi: Perubahan nadi (takikardia),
perbedaan tekanan sistolik dan diastolik. Auskultasi: bunyi jantung ketiga
dan keeempat (S3, S4) serta crackles pada paru-paru. Perkusi: batas jantung
ada pergeseran yang menandakan adanya hipertrofi jantung (kardiomegali).
c. B3 (Brain)
Kesadaran composmentis, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan
perfusi jaringan berat. Pengkajian obyektif klien: wajah meringis, merintih,
meregang, dan menggeliat
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine
e. B5 (Bowel)
Biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat
pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen serta penurunan
berat badan, ascites yang menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress
pernafasan.
f. B6 (Bone)
kulit pucat dan dingin, sianosis, mudah lelah. Juga terjadi akibat peningkatan
energy yang digunakan untuk bernafas yang terjadi akibat distress pernafasan
dan batuk. Perfusi kurang pada otot rangka menyebabkan kelemahan.
2) Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG
b. Ekokardiografi
c. BUN dan Kreatinin
d. Rontgen dada
7. Penatalaksanaan
1) Farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi menurut Perki (2020)
a. Diuretik:
b. Penghambat ACE (ACE inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah
dan mengurangi beban kerja jantung
c. Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
d. Digoksin: Memperkuat denyut dan daya pompa jantung
e. Digitalis: meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung.Intervensi keperawatan yang dilakukan
f. Terapi vasodilator untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel.
g. Pemberian oksigen
h. Sedatif : mengurangi kegelisahan
2) Non farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi menurut Perki (2020)
a. Manajemen perawatan mandiri
b. Ketaatan pasien berobat
c. Pemantauan berat badan mandiri
d. Asupan cairan
e. Pengurangan berat badan
f. Kehilangan berat badan tanpa rencana
g. Latihan fisik
h. Aktivitas seksual
PATHWAY
Ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan

Infark Miokard

Hipertensi Fungsi Ventrikel kiri &


Waktu pengisian Malfungsi katup,
gangguan kontraktilitas:
diastolik defek septum (Daya kontraksi, perubahan
ventrikel, daya kembang dan gerakan
perikarditis Nekrosis sel otot dinding ventrikel, curah
Penurunan isi jantung sekuncup)
sekuncup

Peningkatan beban Hipertrofi ventrikel


awal Meningkatnya tekanan
Meningkatkan ventrikel kiri
beban ventrikel
Disfungsi diastolic,
dan sistolik,
iskemia miokard,
dan aritmia

Gagal Jantung Akut

Kematian mendadak Aritmia ventrikular Kongesti pulmonal

1
2
1
2

Curah Jantung menurun Tekanan hidrostatik


meningkat dari tekanan
osmotik
Aktivasi system Renin Hipertrofi ventrikel
Peningkatan aktivitas
Andrenergik simpatik Angiotensin - Aldosteron Perembesan cairan ke
Pemendekan miokard alveoli
Angiotensin I ACE  II
Vasokontriksi sistemik
Kerusakan Pertukaran
Pengisian LV menurun
Pengeluaran Aldosteron Gas
Penurunan GFR Nefron Vasokontriksi ginjal

Aliran tidak adekuat ke Edema paru


Meningkat reabsorpsi jantung dan otak
Menurun Na+ dan H2O oleh tubulus
ekskresi Na+ dan Pengembangan
H2O urine Resiko Resiko penurunan paru tidak optimal
Defisit Penurunan aliran darah ke curah jantung
nutrisi gastrointestinal
Urine output menurun, Pola nafas tidak
volume plasma efektif
meningkat, tekanan Peristaltik usus menurun, Kelemahan fisik
hidrostatik meningkat anoreksia
Hipervolumia
Risiko cidera Intoleransi aktivitas
Edema sistemik-
ekstremitas

Hipervolumia
Aliran tidak adekuat ke Resiko Tinggi penurunan Kelemahan fisik Pengembangan
jantung dan otak curah jantung paru tidak optimal
Penurunan aliran darah Perubahan metabolisme Peningkatan hipoksia
ke kulit miokardium jaringan miokardium Kondisi dan prognosis Sesak saat istirahat
penyakit dan berbagai posisi
Kurang Pengetahuan
Sianosis, kulit dingin Penurunan suplai O2 ke
Nyeri akut
miokardium
Ansietes Gangguan pola
Perfusi perifer tidak tidur
efektif iskemia miokardium

infark miokardium

Kematian
BAB III
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Riwayat kesehatan sekarang, dahulu, dan keluarga
3) Pengkajian B1-B6
4) Pengkajian pola tidur, eliminasi, nutrisi, kebersihan diri, kegiatan
lain, konsep diri, seksual, penanggulangan stress, psikososial, dan
spiritual
5) Data psikososial
6) Data spiritual
7) Pemeriksaan fisik, meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital,
pemeriksaan kepala dan leher, mata, mulut, hidung, telinga,
intergumen, thorak/dada, abdomen, kelainan dan daerah
sekitarnya, muskuloskeletal, neurologi.
8) Pemeriksaan penunjang
9) Penatalaksanaan
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung
2) Hipervolemia b/d kelebihan asupan cairan
3) Gangguan pertukaran gasb/d perubahan membran alveolus-
kapiler
4) Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya napas
5) Resiko cedera d/d disfungsi autoimun
6) Resiko defisit nutrisi d/d faktor psikologis
7) Nyeri akut d/d agen pecedera fisik
8) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan arteri dan vena d/d
akral teraba dingin
9) Ansietas b/d kurang terpapar iformasi
10) Gangguan pola tidur b/d hambatan lingkungan
3. Intervensi Keperawatan

No Dx keperawatan SLKI SIKI


1. Resiko penurunan curah Tujuan umum : setelah Intervensi utama :
jantung b/d perubahan dilakukan tindakan perawatan jantung
irama jantung (D.0011) keperawatan 1x24 jam akut (1.02076)
diharapkan ekspetasi Observasi
Definisi : curah jantung a) monitor
Beresiko mengalami meningkat karakteristik nyeri
pemompaan jantung Kriteria hasil : dada (meliputi faktor
yang tidak adekuat a) bradikardia pemicu dan pereda,
untuk memenuhi menurun kualitas, lokasi,
kebutuhan metabolisme b) takikardia menurun radiasi, skala, durasi
tubuh c) lelah menurun dan frekuensi)
d) dispnea menurun b) monitor aritmia
e) pucat/sianosis (kelainan irama dan
menurun frekuensi)
f) tekanan darah c) monitor saturasi
membaik oksigen
d) identifikasi
stratifikasi pada
sindrom koroner akut
Terapeutik
a) pertahankan tirah
baring minimal 12
jam
b) berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi ansietas
dan stres
Edukasi
a) anjurkan segera
mealporkan nyeri
dada
kolaborasi
a) kolaborasi
pemeriksaa x-ray
dada
2. Pola nafas tidak efektif Tujuan umum : setelah Intervensi utama :
b/d hambatan upaya dilakukan tindakan manajemen jalan
napas (D.0005) keperawatan 1x24 jam napas (1.01011)
diharapkan ekspetasi Observasi
Definisi: pola napas membaik a) monitor pola napas
Penurunan sirkulasi Kriteria hasil : b) monitor bunyi
dara pada level kapiler a) dispnea menurun napas tambahan
yang dapat b) frekuensi napas c) monitor sputum
mengganggu membaik Terapeutik
metabolisme tubuh c) ekskursi dada a) posisikan semi
membaik fowler atau fowler
b) berika oksigen,
jika perlu
Edukasi
a) ajarkan teknik
batuk efektif
3. Nyeri akut d/d agen Tujuan umum : setelah Inervensi utama :
pecedera fisik (D.0077) dilakukan tindakan manajemen nyeri
keperawatan 1x24 jam (1.08238)
Definisi : diharapkan ekspetasi Observasi
Pengalaman sensorik tingkat nyeri menurun a) identifikasi lokasi,
atau emosional yang Kriteria hasil karakteristik, durasi,
berkaitan dengan a) keluhan nyeri rekuensi, kualitas dan
kerusakan jaringan menurun intensitas nyeri
aktual atau fungsional, b) meringis menurun b) idenfikasi skala
denga onset mendadak c) kesulitan tidur nyeri
atau lambat dan menurun Terapeutik
berintensitas ringan d) ttv membaik a) berikan teknik
hingga berat yang e) pola napas membaik nonfarmakologis
berlangsung kuranng untuk mengurangi
dari 3 bulan rasa nyeri
Edukasi
a) ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
a) kolaborasi
pemberia analgesik
jika perlu
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN DAN KASUS

Nama :Ny. M

Umur : 45 tahun

Agama : Islam

Alamat : Dsn. Tejo selatan RW 2 RT 1 Tejo Mojoagung Jombang

Pendididkan : SMP

Pekerjaan : IRT

Tanggal MRS : 13-12-2021

Dx medis : AHF (Acute Heart Failure)

No.Registrasi : 08-12-9950

Tanggal Pengkajian :14-12-2021

1) Keluhan Utama :
- Px mengeluh sesak nafas
2) Riwayat penyakit sekarang
- Px mengatakan merasakan sesak nafas < 30 menit dirumah sebelum MRS. Px
langsung dibawa ke IGD RSUD Jombang, saat tiba di ruang IGD pasien langsung di
beri penanganan : terapi oksigen rebreathing mask dengan 10 liter per menit,
dilakukan pemeriksaan EKG diberikan terapi infus, pengambilan darah dan
pemasangan kateter dower, di observasi di IGD selama < 3 jam dan dipindahkan ke
ruang ICU Central untuk memperoleh perawatan intensif.
3) Riwayat Penyakit Masa Lalu :
Px mempunyai riwayat penyakit jantung dan lambung
4) Riwayat Penyakit Keluarga :
Bapak Px menderita penyakit jantung
Pola aktivitas sehari-hari :

1. Pola tidur/istirahat
 Sebelum MRS : Px tidur dengan nyenyak, 6-7 jam
 Saat MRS : Px tidur selama 2 jam, sering terbangun

2. Pola eliminasi
 Sebelum MRS : BAK 3-4 x/hari dengan warna kuning jernih

: BAB 1-2x/hari dengan konsistensi lembek warna kuning

 Saat MRS : BAK dengan warna kuning keruh, 100 cc/3 jam

: BAB 1x dengan konsistensi lembek

3. Pola makan / minum :


 Sebelum MRS : Makan 3x sehari dengan lauk pauk habis satu porsi

: Minum 3x sehari 1500ml

 Saat MRS : Pasien tidak nafsu makan, makan habi 2 sendok dengan diit
jantung

: Minum 25ccx50kg/24 jam=1250ml, konsumsi cairan


sejumlah 900 ml/jam

3. Pola kebersihan diri


 Sebelum MRS : Mandi 3x/hari, keramas, gosok gigi
 Saat MRS : Diseka dan tidak gosok gigi
4. Pola kegiatan/kebersihan lain
 Sebelum MRS : Px berilaku baik
 Saat MRS : Px berilaku baik
5. Pola hubunganperan (konsepdiri)
 Sebelum MRS : Px hanya beraktivitas dirumah melakukan pekerjaan rumah
tangga
 Saat MRS : Px bedres
6. Pola seksual
Px berperan sebagai single parent semenjak 3 tahun lalu
7. Pola penanggulangan stress
Koping Px baik
8. Data psikososial
Px menganggap sakit sebagai ujian, harapan Px lekas sembuh dan pulang kerumah
9. Data spiritual
 Sebelum MRS : Px shalat 5 waktu, berzikir
 Saat MRS : Px hanya bisa berzikir
10. Pemeriksaanfisik
a. Keadaan umum
Composmetis GCS : 456
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 160/100 mmhg Nadi : 105x/menit
Suhu : 38 RR : 36 x/menit
Spo2 : 93% CPR : < 2 dtk

c. Pemeriksaan kepala dan leher


Tidak ada lesi, rambut hitam, tidak ditemukan kelenjar tiroid, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada massa.
d. Mata
- Pupil bulat
- Isokor 2/2
- Reflek cahaya +/2
- Konjungtiva tidak anemis
- Sklera tidak ikterik
e. Mulut
Turgor kulit elastis, Mukosa bibir kering, rongga mulut normal, tidak ada
stomatitis
f. Hidung
Tampak bersih tidak terdapat sekret, tidak lesi dan benjolan, bentuk simetris,
pernapasan cuping hidung positif.
g. Telinga
Bentuk simetris, bersih, tidak terdapat cairan keluar dari telinga, tidak terdapat
lesi dan benjolan
h. Integument
Kulit kering dan tampak pucat tidak kemerahan, tidak terdapat luka dekubitus
i. Thorak/dada
- Dada simetris
- Terdapat otot bantu pernafasan
- Pernafasan cuping hidung
- Suara nafas ronchi
- Nyeri dada, P: AHF, Q: seperti ditindih beban berat, R: dada kiri menjalar
ke punggung, S: 5 (sedang), T: selalu muncul
j. Abdomen
Tidak ada nyeri tekan, peristaltik usus setiap 8 detik, mual, tidak nampak jejas
maupun massa. Perkusi tympani.
k. Kelainan dan daerah sekitarnya
Terpasang kateter
l. Muskuluskeletal
tidak ada deformitas, tidak ada fraktur
m. Neurologi
Lemas, composmetis, GCS E4, M6,V5, tidak ada kejang.
11. Pemeriksaan penunjang
a) Swab PCR : hasilnya negatif
b) Foto thorak : kardiomegali, pulmo tak tampak kelainan, tulang-tulang baik
c) Ekg : CAD LVH, takikardi, sinus antroseptal
d) Laboratorium

Leukosit 12,32 Normal : 3,6-11,0


Hematokrit 47,3 Normal : 35-47
Neutrofil absolut 7,78 Normal : 2,5-7,0
Kreatinin 2,33 Normal : 0,60-1,10
Urea 75,6 Normal : 13,0-43,0
Anion gap 26,2 Normal : 12,0-16,0
e) Ekokardiografi :
 Katup-katup : MR trivial
 Dimensi ruang jantung : LA dilatasi, LV dilatasi, RA normal, RV
normal, tidak tampak trombus/vegetasi intrakardiak
 Fungsi sistolik : LV menurun (EF by tech 18,72%)
 Fungsi diastolik : LV restrinctive filling (E/A ratio 2,88)
 Fungsi sistolik RV normal (TAPSE 1,88 cm)
 Analisa segmentasi LV akinetik anteroseptal, anterior,
anterolateral, dan hipokinetik inferior-posterior
 Tampak LVH
 Kesimpulan : iskemik, kardiomiopaty
12. Penatalaksanaan
a) Obat
 Furosemid pump 10 mg
 Spinorolacton 25 mg 1x1
 ISDN 5 mg 3x1
 Onz 1x1
 Infus NaCl
 Ntg pump 10mg/menit
 Ordan 3x1
 Cypro 2x1
 Nebulizer veritalin 4x1
 Dexa 1x1
 Aminophylin 3x200 mg
 Lactulosa 3x1Li
b) Terapi
 EKG
 Furosemid pump
 Nebul
 Thorax
 Oksigen

ANALISIS DATA

No Kel. Data Kemungkinan Penyebab Masalah

1 DS : Pengembangan paru tidak Pola nafas tidak


Px mengatakan sesak nafas optimal efektif
DO :
- Terdapat otot bantu
pernafasan
-Pernafasan cuping hidung
-Suara nafas ronchi
-TD : 160/100 mmHg
-Nadi : 105x/menit
-RR : 36 x/menit
-Terpasang masker oksigen 10
lpm
-Hasil Foto thorak :
kardiomegali
-Hasil EKG : sinus takikardia

2 DS : Menurunnya asupan oksigen Nyeri akut


Px mengeluh nyeri dada ke jantung
DO :
-Wajah Px tampak meringis
- P: AHF, Q: seperti ditindih
beban berat, R: dada kiri
menjalar ke punggung, S: 5
(sedang), T: selalu muncul
-Hasil ekokardiografi :
iskemik
-Hasil laboratorium : Leukosit
12,32
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

BERDASARKAN PRIORITAS

No Dx Keperawatan Ditemukan Teratasi

1 Pola nafas tidak efektif b.d 14-12-2021 17-12-2021


pengembangan paru tidak optimal d.d
pola nafas abnormal
2 Nyeri akut b.d menurunnya asupan 14-12-2021 17-12-2021
oksigen ke jantung d.d tampak
meringis
RENCANA KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


1 Pola nafas tidak efektif Tujuan umum : setelah Intervensi utama :
b.d pengembangan paru dilakukan tindakan manajemen jalan napas
tidak optimal d.d pola keperawatan 1x24 jam (1.01011)
nafas abnormal (D.0005) diharapkan ekspetasi pola Observasi
napas membaik a) monitor pola napas
Definisi: Kriteria hasil : b) monitor bunyi napas
Penurunan sirkulasi dara a) dispnea menurun tambahan
pada level kapiler yang b)frekuensi napas membaik c) monitor sputum
dapat mengganggu c) ekskursi dada membaik Terapeutik
metabolisme tubuh a) posisikan semi fowler
atau fowler
b) berika oksigen, jika
perlu
Edukasi
a) ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian
bronkodilator

2 Nyeri akut b.d Tujuan umum : setelah Intervensi utama :


menurunnya asupan dilakukan tindakan manajemen nyeri (1.08238)
oksigen ke jantung d.d keperawatan 1x24 jam
tampak meringis diharapkan ekspetasi tingkat Observasi
(D.0077) nyeri menurun
a) identifikasi lokasi,
Kriteria hasil karakteristik, durasi,
rekuensi, kualitas dan
Definisi : a) keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
Pengalaman sensorik atau b) meringis menurun b) idenfikasi skala nyeri
emosional yang berkaitan
dengan kerusakan c) kesulitan tidur menurun Terapeutik
jaringan aktual atau
d) ttv membaik a) berikan teknik
fungsional, denga onset
nonfarmakologis untuk
mendadak atau lambat e) pola napas membaik mengurangi rasa nyeri
dan berintensitas ringan
hingga berat yang Edukasi
berlangsung kuranng dari
3 bulan a) ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) kolaborasi pemberia
analgesik
CATATAN KEPERAWATAN

Tgl/jam No Dx Tindakan Keperawatan Respon Px Ttd


15-12-2021 1. memonitor pola napas kooperatif
1 2. memonitor bunyi napas
07.00-11.00 tambahan
3. memonitor sputum
4. memposisikan pasien dengan
posisi semi fowler
5. memberi terapi oksigen 10 lpm
6. mengajarkan teknik batuk
efektif

1. mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
2 kualitas dan intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri
3. memberikan teknink
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri seperti
relaksasi nafas dalam
4. mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
5. mengkolaborasi pemberian
analgesik
16-12-2021 1. memonitor pola napas kooperatif
07.00-11.00 1 2. memonitor bunyi napas
tambahan
3. memonitor sputum
4. memposisikan pasien dengan
posisi semi fowler
5. memberi terapi oksigen 10 lpm
6. mengajarkan teknik batuk
2 efektif

1. mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri
3. memberikan teknink
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri seperti
relaksasi nafas dalam
4. mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
5. mengkolaborasi pemberian
analgesik
CATATAN PERKEMBANGAN

Tangga Jam No. dx Catatan perkembangan TTD


l

15-12- 07.00 1. S: px mengatakan sesak nafas berkelanjutan


2021
O:
B1 : nafas spontan dengan oksigen 10 lpm, sesak +,
RR : 36, SPO2 : 93%
B2 : TD : 160/100 mmHg, N: 105, S: 38 CPR<2detik
B3 : Kesadaran komposmetis, pupil bulat, isokor 2/2,
reflek cahaya +/2
B4 : observasi urine 100 cc / 3 jam, warna urine
kuning
B5 : tidak didapatkan mual muntah
B6 : kelemahan otot -/-, odem -/-,
-Hasil Foto thorak : kardiomegali
-Hasil EKG : sinus takikardia
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan, No 1, 4, 5

2 S : Px mengeluh nyeri dada


O:
Wajah Px tampak meringis
- P: AHF, Q: seperti ditindih beban berat, R: dada
kiri menjalar ke punggung, S: 5 (sedang), T: selalu
muncul
-Hasil ekokardiografi : iskemik
-Hasil laboratorium : Leukosit 12,32
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan 1, 4

16-12- 07.00 1 S: px mengatakan sesak nafas berkelanjutan


2021
O:
B1 : nafas spontan dengan oksigen 10 lpm, sesak +,
RR : 30, SPO2 : 95%
B2 : TD : 145/100 mmHg, N: 102, S: 37 CPR<2detik
B3 : Kesadaran komposmetis, pupil bulat, isokor 2/2,
reflek cahaya +/2
B4 : observasi urine 250 cc / 3 jam, warna urine
kuning
B5 : tidak didapatkan mual muntah
B6 : kelemahan otot -/-, odem -/-,
-Hasil Foto thorak : kardiomegali
-Hasil EKG : sinus takikardia
A:masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan No 5

2. S : Px mengeluh nyeri dada


O:
Wajah Px tampak meringis
- P: AHF, Q: seperti ditindih beban berat, R: dada
kiri menjalar ke punggung, S: 3 (ringan), T: jarang
muncul
-Hasil ekokardiografi : iskemik
-Hasil laboratorium : Leukosit 12,32
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan No 5
DAFTAR PUSTAKA

Kurmani, Sameer & Squire, Iain. (2017). Acute Heart Failure: Definition, Classification and
Epidemiology. Current Heart Failure Reports, 14(5), 385-392. https://doi.org/
10.1007/s11897-017-0351-y
Nurkhalis Adista, Rangga Juliar. (2020). Manifestasi Klinis dan Tatalaksana Gagal Jantung.
Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, 3(3), 36-46.
Perki. (2020). Pedoman Tata Laksana Gagal Jantung, Edisi Kedua. Jakarta
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta

Anda mungkin juga menyukai