Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TERAPI KOMPLOMENTER

(PRAYER)

Disusun oleh :

1. Adiyatma Amanta F (20171660032)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi Komplementer dalam beberapa tahun terakhir semakin
berkembang dan merupakan bagian yang penting dalam pemberian
pelayanan kesehatan khususnya di negara Indonesia. Pada berbagai sarana
pelayanan kesehatan tidak sedikit paisen yang akan bertanya tentang terapi
komplementer dan alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter maupun
perawat. Karena masyarakat beranggapan bahwa terapi omplementer
merupakan salah satu pilihan pengobatan yang dapat dilakukan. Menurut
WHO ( World Health Organization) , pengobatan komplementer adalah
pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan, sehingga untuk indonesia seperti minuman jamu tidak dapat
dikategorikan sebagai terapi komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisonal. Terapi komplementer merupakan suatu kumpulan dari berbagai
macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk
yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional
(Widyastuti, 2008).
Melihat tingkat kebutuhan masyarakat dan berkembangnya penelitian
terhadap terapi komplementer menjadi peluang bagai perawat untuk
berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat berperan sebagai
konsultan untuk klien dalam memilih jenis perawatan yang sesuai dan dapat
bertindak langsung sebagai pemberi asuhan keperawatan dengan terapi
komplementer. Namun, diperlukan pengembangan dengan penelitian yang
lebih lanjut (Evidance based practice) agar dapat diterapkan menjadi terapi
keperawatan yang berbasis bukti (Lee-Poy, Stewart, Ryan, & Brown, 2016).
Sebagai upaya dalam peningkatkan pelayanan keperawatan, maka
terapi komplementer akan semakin berkembang pula sebagai bentuk
pengobatan dan pencegahan terhadap penyakit. Maka dari itu perawat harus
mampu mengetahui jenis- jenis terapi komplementer yang dapat digunakan
dan salah satu diantaranya adalah prayer terapi (terapi berdoa). Terapi
berdoa merupakan bagian dari terapi spiritual yang yang sangat penting
dalam mengatasi penyakit kronis dan mengancam jiwa, krisis medis, dan
penyakit gangguan kejiwaan (Balboni et al., 2013)(Sabki, Zarrina, Basirah, &
Muhsin, n.d.). Agama/spiritual pasien tidak hanya penting untuk dipenuhi, hal
itu juga dikaitkan dengan peningkatan kualitas hidup pasien dan dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan medis (Mcmillan & Johnston, 2017;
Zollfrank et al., 2015)
Terapi doa merupakan bagian dari terapiutik dalam kesehatan dan
penyembuhan. Banyaknya bukti- bukti ilmiah yang mendukung tentang terapi
doa seperti yang dilakukan oleh ( Barnum,2006; O’Brien, 2007) menyatakan
bahwa orang yang mengaku beriman dan selalu berdoa pada umumnya lebih
sehat, hidup lebih lama, dan memiliki tingkat penyakit yang lebih rendah,
lebih cepat sembuh dan memiliki tingkat gangguan emosi yang rendah dan
memiliki kesehatan yang lebih baik dari yang tidak melakukannya (Barbara
Cherry, 2014)
Pemberian terapi doa merupakan perawatan spritual yang
membutuhkan partisipasi semua anggota tim perawatan paliatif, seperti
dokter, perawat, pemeluk agama, pekerja sosial dan dapat melibatkan bidan
dalam melakukan tindakan kebidanan(Vallurupalli et al., 2012)(Mccabe &
Jacka, n.d.). Untuk mengevaluasi perawatan spiritual dalam perawatan,
diperlukan pemahaman dan penelitian yang menggambarkan peran
agama/spiritual pasien yang menerima perawatan dan persepsi pasien
terhadap perawat dalam memberikan perawatan terapi berdoa (Lee-Poy et
al., 2016). Sehingga perawatan spiritual lewat terapi berdoa memberi
manfaat kepada pasien secara emosional dan dapat memperkuat hubungan
terapeutik dengan tenaga kesehatan serta dapat mengoptimalkan
kemandirian pasien dan keluarga agar memungkinkan untuk menghadapi
proses perkembangan penyakit secara normal dengan rasa sakit seminimal
mungkin (Vilalta, Valls, Porta, & Vin˜as, 2014).
B. Tujuan Penulisan
1. Memahami Defenisi Terapi Doa
2. Mekanisme Terapi Doa
3. Memahami Kegunaan Terapi Doa
4. Memahami Jenis-Jenis Doa
5. Memahami Intervensi Terapi Doa
6. Memahami Efektivitas Terapi Doa

BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Menurut Pusat Nasional Pengobatan Komplementer dan Alternatif
telah mengidentifikasikan bahwa Do’a merupakan bagian dari terapi
komplementer. Therapy doa berasal dari kata “therapy” yang dlam bahasa
inggris bermakna pengobatan dan penyembuhan sedangkan doa dalam
bahasa latin disebut precarius, yang berarti memperoleh dengan
memohon.definisi doa juga dapat didefinisikan secara sederhana yaitu
percakapan dengan Tuhan Yang pengasih dan terapi adalah
penyembuhan atau usaha. Terapi disebut juga dengan interaksi antara
dua p'ihak atau lebih yang satu adalah professional penolong dan yang
lainnya adalah "petolong” (orang yang ditolong) dengan catatan bahwa
interaksi itu menuju pada perubahan atau penyembuhan. Perubahan itu
dapat berupa perubahan rasa, pikir, perilaku, kebiasaan yang ditimbulkan
dengan adanya tindakan profesional penolong dengan latar ilmu perilaku
dan teknik-teknik usaha yang dikembangkannya(Snyder & Lindquist,
2008).

Definisi doa secara etimologis berasal yang berasal dari kata


bahasa Arab (da’a- yad’uu – du’aa-an) yang berarti memohon atau
meminta. Kata doa juga mempunyai beberapa makna atau arti lain yang
merujuk kepada ayat-ayat Al Quran dan Al Hadist. Menurut Ibnul Qayyim
dalam kitabnya, Bada’I’ul Fawa’id menerangkan bahwa doa merupakan
permohonan untuk segala sesuatu yang bermanfaat dan tuntutan untuk
menjauhkan segala sesuatu yang mendatangkan kemudharatan. Doa
adalah memanjatkan suatu permohonan kepada Tuhan Pencipta alam
agar dia memerikan pertolongan dan bantuan-Nya. Doa merupakan salah
satu sarana ibadah dan mengingat Yang Maha Kuasa, bahkan merupakan
otak dari semua ibadah yang ada. Sesungguhnya dalam doa ada
kelapangan hati dan penawaran bagi segala keraguan, keresahan, dan
bencana (Sambas & Sukayat, 2003).
Doa adalah pernyataan segala hal keinginan kita kepada Tuhan
(surat Filipi 4:6), doa merupakan autosugesti yang dapat mendorong
seorang berbuat sesuai dengan yang didoakan dan bila dipanjatkan
dengan sungguh-sungguh berpengaruh pada perubahan jiwa dan badan
(Budianto, 2009).

B. Mekanisme Biologis Terhadap Tubuh


Dalam beberapa penelitian mengungkapkan bahwa secara
keseluruhan terapi doa berhubungan dengan kesehatan emosional dan
spirirtual. Penggunaan do’a di beberapa studi ini dikaitkan dengan
kesehatan rohani dan kemampuan untuk menganggap arti positif dari
penyakitnya (Mcmillan & Johnston, 2017).
Ketika seseorang berdoa akan menimbulkan rasa percaya diri, rasa
optimisme (harapan kesembuhan), mendatangkan ketenangan, damai,
dan merasakan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa sehingga
mengakibatkan rangsangan ke hipotalamus untuk menurunkan produksi
CRF (Cortictropin Releasing Factor). CRF ini selanjutnya akan
merangsang kelenjar pituitary anterior untuk menurunkan produksi ACTH
(Adreno Cortico Tropin Hormon). Hormon ini yang akan merangsang
kortek adrenal untuk menurunkan sekresi kortisol. Kortisol ini yang akan
menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi tingkat kecemasan
(Budianto, 2009)
Pemberian terapi doa sebagai salah satu terapi psikoreligius
merupakan terapi modalitas yang dapat dilakukan sebagai terapi
tambahan atau komplementer. Menurut (Hawari, 2006), terapi
psikoreligius dapat membangkitkan harapan (hope), rasa percaya diri (self
confidence) dan keimanan (faith) pada diri seseorang. Hal ini senada
dengan penelitian yang mengenai terapi psikoreligius untuk menurunkan
tingkat stres pada pasien halusinasi mendapatkan data objektif tentang
perasaan lebih tenang, emosi lebih terkendali, dan tidak gelisah. Aspek
religiusitas mengandung unsur meditasi dan relaksasi sehingga sebagai
mekanisme koping yang dapat membangkitkan ketahanan tubuh
seseorang secara alami. Secara biologis orang dengan tingkat religiusitas
tinggi memliki kadar CD-4 (limfosit T helper) yang tinggi, ini menunjukkan
tingginya daya tahan imunologi seseorang (Budianto, 2009; Hawari, 2006)

C. Kegunaan Doa
Doa telah digunakan untuk orang-orang yang memiliki semua jenis
penyakit, dari semua kelompok usia, dan dari semua budaya. Di sejumlah
survei, doa telah menjadi terapi komplementer yang paling sering
digunakan. Tujuan doa yaitu untuk menilai interaksi pikiran tubuh dan roh,
perawat dapat menilai lebih banyak secara holistik dari pada hanya
mengukur status fisiologis atau psikologis. Misalnya, psikologis dan
spiritual yang dapat diukur adalah kepuasan, kesejahteraan secara
keseluruhan, dan orang terkait bahwa mereka lebih tenang (Johnson,
2018; Sabki et al., n.d.; Snyder & Lindquist, 2008).

D. Jenis-Jenis Doa
 Adoration: Mengakui kebesaran dari Yang Lebih Tinggi, Doa bisa
berupa kalimat dzikir kepada Allah, dan puji-pujian.
 Colloquial: Berkomunikasi secara informal dengan Higher Being
 Directed: Meminta hasil tertentu
 Intercessory: Berkomunikasi dengan Yang Lebih Tinggi untuk orang
lain yang memiliki kebutuhan
 Lementation: Berkomunikasi dengan Yang Lebih Tinggi selama
berkabung
 Nondirected: Meminta hal terbaik terjadi dalam situasi tertentu
 Petition: Meminta Lebih Tinggi untuk permintaan pribadi
 Ritual: Menggunakan kata-kata yang ditetapkan dan / atau praktik
sering dalam iman agama tertentu
 Thanksgiving: Menawarkan rasa syukur kepada Yang Lebih Tinggi
untuk permintaan atau hadiah yang diterima

E. Intervensi Terapi Doa


Dalam hal kesehatan, doa syafaat yaitu doa untuk orang lain atau untuk
diri sendiri dalam kaitannya dengan masalah tertentu.

1) Penilaian
Penilaian spiritual harus menjadi bagian dari riwayat kesehatan
pasien yang didapatkan oleh perawat atau tenaga profesional
kesehatan lainnya. Banyak penilaian spiritual termasuk informasi
tentang keyakinan yang dianut oleh pasien, bagaimana mereka
mengatasinya yang lebih tinggi, dan hal-hal yang penting bagi mereka
untuk berdoa.
The Joint Commission (2008) mengemukakan penilaian spiritual,
minimal harus memperoleh informasi tentang agama atau keyakinan
dari pasien dan apa keyakinan dan latihan spiritual, jika ada dan penting
bagi pasien. Contoh pertanyaan lain yang dapat memberikan informasi
dan membantu tim kesehatan dalam merencanakan perawatan holistik
adalah:
■ Apakah pasien menggunakan doa dalam hidupnya?
■ Bagaimana pasien mengekspresikan spiritualitasnya?
■ Jenis dukungan spiritual / keagamaan apa yang diinginkan pasien?

Temuan dari penilaian spiritual akan memandu perawat dalam


memutuskan jika, kapan, dan bagaimana menggunakan doa sebagai
suatu intervensi. Orang sering menggunakan doa ketika diagnosis telah
dibuat, selama masa kecemasan tinggi, sebelum dan sesudah tes
diagnostik dan operasi, saat membantu kelahiran, dan ketika kematian
sudah dekat. Namun ucapan Doa syukur seharusnya tidak dilupakan
pada saat pemulihan atau ketika temuan dari diagnostic tes tidak
menunjukkan kondisi serius.

Berdoa sangat erat kaitannya dalam merawat seseorang, berdoa


untuk pasien dapat dilakukan dengan sederhana, seperti meminta
Tuhan untuk memberkati para pasien dan keluarga yang anda temui di
siang hari, atau doa singkat saat memasuki ruangan.
2) Teknik Terapi Doa
Jika perawat merasa nyaman melakukannya, perawat dapat
menanyakan sebagai berikut:
 Apakah pasien mau perawat untuk bergabung dengan mereka
dalam berdoa
 Apakah pasien mau membaca tulisan kitab suci.

Perawat dapat membuat lingkungan yang kondusif untuk berdoa


seperti memainkan musik meditasi, menjauhkan dari kebisingan, dan
memberikan buku atau perlengkapan yang dibutuhkan untuk berdoa.
Pasien dengan afiliasi keagamaan mungkin ingin menggunakan yang
formal doa tradisi iman mereka. Misalnya, pasien Kristen dapat
menemukan Doa Bapa Kami menghibur. Pasien Yahudi mungkin ingin
membaca mazmur atau minta mereka membacakannya, dan kaum
Muslim boleh memilih membaca Al-qur'an (Snyder & Lindquist, 2008).

Perawat harus menghormati bentuk atau ritual apa pun yang


dibutuhkan pada saat berdoa, menyediakan doa pendek dari beberapa
tradisi agama, mengandung doa-doa Kristen dan meditasi setiap hari
tersedia untuk pasien atau keluarga.

Contoh Doa yang digunakan dalam beberapa Keyakinan agama yaitu


a. Islam
 Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang
 Tuhan Yang Maha Tinggi
 Tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
 Dan tidak ada Tuhan selain Allah.

b. Kristen
 Bapa kami yang disorga, dikuduskanlah namaMu
 Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu
 Ampunilah kami akan kesalahan kami
 Engkaulah penolong dan penyelamat kami
 Kami merendahkan diri menagih janji Tuhan
 Kini kami berkumpul satu hati, memohon kesembuhan.
 Berkatilah kami.
c. Hinduisme
 Dari titik Cahaya dalam Pikiran Tuhan
 Biarkan aliran cahaya ke dalam pikiran manusia
 Biarkan Cahaya turun di Bumi
 Dari sudut Cinta dalam Hati Tuhan
 Biarkan cinta mengalir ke dalam hati manusia
 Semoga Krishna kembali ke Bumi
 Dari pusat di mana Kehendak Tuhan dikenal
 Biarkan tujuan memandu keinginan kecil
 Tujuan yang diketahui dan dilayani oleh para Guru
 Dari pusat yang kita sebut ras manusia
 Biarkan Rencana Cinta dan Cahaya berhasil
 Dan semoga itu menutup pintu tempat iblis berdiam
 Biarkan Cahaya dan cinta dan Kuasa memulihkan Rencana di
Bumi.

F. Prosedur yang bisa dilakukan Pada Terapi Doa

1. Persiapan
a) Persiapan perawat
1) Lakukan pengkajian: baca catatan keperawatan dan medis
2) Rumuskan diagnosa yang mungkin terkait
3) Buat perencanaan tindakan
4) Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain membantu jika
perlu
5) Cuci tangan dan siapkan alat
b) Persiapan klien
1) Pastikan identitas klien
2) Kaji kondisi klien
3) Jelaskan maksud dan tujuan
4) Jaga privasi klien
5) Pasien dipersilahkan duduk ataupun berbaring

2. Cara kerja
a) Tumbuhkan niat dalam diri untuk minta disembuhkan oleh Tuhan
b) Rilekskan tubuh, kendorkan dari mulai kaki hingga kepala, jangan
ada ketegangan otot
c) Lakukan tahap kesadaran sebagai hamba: sadari keluhan yang
dirasakan, amati keluhan itu, ikuti dengan kesadaran bahwa kita
lemah, tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan apa-apa
d) Lakukan tahap penyadaran akan kekuasaan Tuhan: sadari
kebesaran Tuhan, lihat alam semesta, bagaimana Tuhan
menggerakkan alam ini, menghidupkan alam ini, Tuhan yang
memberi hidup dan memberi mati, Tuhan yang memberi sembuh
dan memberi sakit
e) Lakukan tahap komunikasi sebagai bagian penting dari proses
terapi, tahap ini dapat berbentuk:
1) Ungkapkan seluruh keluhan yang dirasakan kepada Tuhan
2) Ungkapkan segala yang dipikirkan dan apa yang menjadi
kekhawatiran kepada Tuhan
3) Memohon kesembuhan kepada Tuhan baik dengan do’a yang
dihafalkan maupun dzikir sesuai dengan keyakinan pasien
4) Tetap relaks dan masih pada posisi memohon kepada Tuhan
5) Pasrah kepada Tuhan disertai dengan keyakinan bahwa Tuhan
menjawab doa yang dipanjatkan

3. Evaluasi
a) Evaluasi respon pasien
b) Simpulkan hasil kegiatan
c) Berikan reinforcement positif
d) Lakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
e) Akhiri kegiatan dengan cara yang baik (Blanton, 2011; Kuswardani,
2009).

G. Efektifitas Doa Dalam Pelayanan Kesehatan


Berdasarkan hasil studi yang dikemukakan dalam (Snyder & Lindquist,
2010) bahwa doa sangat efektif terhadap kondisi pasien, beberapa studi
dibawah ini yang telah diteliti yaitu :
 Infark miokard akut (Blumenthal et al., 2007)
 Perilaku adiktif (Walker, Tonigan, Miller, Comer, & Kahlich, 1997)
 Kanker (Mueller et al., 2008; Rezaei, Adib-Hajbaghery, Seyedfatemi,
& Hoseini; 2008)
 Kondisi jantung (Blumenthal, et al., 2007)
 Pengasuh (Wilks & Vonk, 2008)
 Orang tua yang tinggal di komunitas (Cheung, Wyman, & Halcon,
2007)
 Diabetes (Yeh, Eisenberg, Davis, & Phillips, 2002)
 Hemodialisis (Walton, 2007)
 Orang dewasa HIV-1 (Fitzpatrick et al., 2007)
 Kepatuhan pengobatan (Konkle-Parker, Erlen, & Dubbert, 2008)
 Poststroke (Robinson-Smith, 2002)
 Pengurangan kecemasan (Tloczynski & Fritzsch, 2002)
 Menurunkan kecemasan dan depresi (Johnson, 2018; Mahmodi &
Sayehmiri, 2018; Mcmillan & Johnston, 2017; Sabki et al., n.d.)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian
terhadap terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk
berpartisipasi sesuai kebutuhan masyarakat. Perawat dapat berperan
sebagai konsultan untuk klien dalam memilih alternatif yang sesuai
ataupun membantu memberikan terapi langsung.
Terapi doa dapat digunakan sebagai salah satu terapi komplemneter
dalam mendukung pengobatan baik pasien paliatif dalam upaya
menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan keyakinan kepada
Tuhan atas penyakitnya.

B. Saran
 Perawat berperan aktif dalam pemberian terapi do’a pada pasien
dengan masalah kesehatan dan kecemasan sebagai intervensi
yang dapat menduung proses penyembuhan pasien.
 Perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based
practice) agar dapat dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan
yang lebih baik. maka dibutuhkan penelitian berkelanjutan tentang
doa :
1) Eksplorasi tentang dampak doa hasil kesehatan perlu
mencerminkan banyak budaya dan agama di dunia.
2) Eksplorasi doa yang digunakan dan dampak dari jenis-jenis doa
3) Setiap doa pasien perlu dikembangkan sesuai kebutuhan

DAFTAR PUSTAKA

Balboni, M. J., Sullivan, A., Amobi, A., Phelps, A. C., Gorman, D. P., Zollfrank,
A., … Balboni, T. A. (2013). Why is spiritual care infrequent at the end of
life? spiritual care perceptions among patients, nurses, and physicians and
the role of training. Journal of Clinical Oncology, 31(4), 461–467.
https://doi.org/10.1200/JCO.2012.44.6443
Barbara Cherry, susan J. (2014). Contemporery Nursing Issue,Trend , and
managemen. United State.
Blanton, P. G. (2011). The Other Mindful Practice : Centering Prayer &
Psychotherapy, 133–147. https://doi.org/10.1007/s11089-010-0292-9
Budianto, M. (2009). Pengaruh terapi religius doa kesembuhan terhadap
penurunan tingkat kecemasan pasien preoperasi di ruang rawat inap
rumah sakit mardi rahayu kudus di susun oleh mesah budianto.
Hawari, D. (2006). Pendekatan holistik pada Gangguan Jiwa Sizofrenia.
Jakarta: FK UI.
Johnson, K. A. (2018). Prayer : A Helpful Aid in Recovery from Depression.
Journal of Religion and Health. https://doi.org/10.1007/s10943-018-0564-8
Kuswardani, I. (2009). erapi Kultural dan Spiritual Penyakit Jantung Koroner, 1–
12.
Lee-Poy, M., Stewart, M., Ryan, B. L., & Brown, J. B. (2016). Asking patients
about their religious and spiritual beliefs Cross-sectional study of family
physicians Recherche Questionner les patients sur leurs croyances
religieuses et spirituelles Une étude transversale auprès de médecins de
famille. Canadian Family Physician, 62, 555–561.
Mahmodi, Z., & Sayehmiri, K. (2018). The Effect of Attitude and Prayer-Related
Behaviors on Depression : A Systematic Review, 5(1), 34–39.
https://doi.org/10.15171/ijer.2018.08
Mccabe, P., & Jacka, J. (n.d.). THERAPIES IN NURSING AND.
Mcmillan, K., & Johnston, E. (2017). Hospitalized Patients ’ Responses to
Offers of Prayer. Journal of Religion and Health.
https://doi.org/10.1007/s10943-017-0454-5
Sabki, Z. A., Zarrina, C., Basirah, S., & Muhsin, S. (n.d.). Islamic Integrated
Cognitive Behavior Therapy : A Shari ’ ah- Compliant Intervention for
Muslims with Depression.
Sambas, S., & Sukayat, T. (2003). Quantum Doa Membangun Keyakinan Agar
Doa TAk Terhijab dan Mudah dikabulkan. Bandung: Mizan Media Utama.
Snyder, M., & Lindquist, R. (2008). Complementary/ alternative Therapies in
Nursing. (Sp. P. Company, Ed.). New York.
Snyder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary / Alternative Therapies in
Nursing Six Edition (6th ed.). New York: SPringer Publishing Company.
Vallurupalli, M., Lauderdale, K., Balboni, M. J., Phelps, A. C., Block, S. D., Ng,
A. K., … Balboni, T. A. (2012). The Role of Spirituality and Religious
Coping in the Quality of Life of Patients With Advanced Cancer Receiving
Palliative Radiation Therapy. J Support Oncol, 10(2), 81–87.
https://doi.org/10.1016/j.suponc.2011.09.003.The
Vilalta, A., Valls, J., Porta, J., & Vin˜as, J. (2014). Evaluation of Spiritual Needs
of Patients with Advanced Cancer in a Palliative Care Unit. Journal of
Palliative Medicine, 17(5), 592–600. https://doi.org/10.1089/jpm.2013.0569
Widyastuti. (2008). Terapi komplementer dalam keperawatan. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 12(1), 53–57. https://doi.org/10.7454/jki.v12i1.200
Zollfrank, A. A., Trevino, K. M., Cadge, W., Balboni, M. J., Thiel, M. M., Fitchett,
G., … Balboni, T. A. (2015). Teaching Health Care Providers to Provide
Spiritual Care: A Pilot Study. Journal of Palliative Medicine, 18(5), 408–
414. https://doi.org/10.1089/jpm.2014.0306

Anda mungkin juga menyukai