DI SUSUN OLEH
FAKULTAS KEPERAWATAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan tinggi
terhadap bencana alam. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil penelitian
tentang bencana alam yang digunakan oleh berbagai lembaga seperti Macleproft,
United nations international strategy for disaster reduction (UNISDR) dan
united nations university for environment and human security ( UNU-EHS).
Pada tahun 2010, mapplecroft menempatkan Indonesia sebagai negara negara
dengan resiko bencana tertinggi didunia setelah banglades. Ditahun yang sama
pula united nations international strategy for disasterreduction (UNISDR)
melalui publikasinya kemudian menempatkan Indonesia pada urutan kedua
sebagai negara dengan resiko bencana tertinggi dikawasan asia tenggara.
Pada saat terjadi bencana, semua alur yang terjadi akan berubah secara
total, termasuk alur kesehatan. Pada saat tidak terjadi bencana, seorang perawat
akan memprioritaskan pasien yang sedang mengalami situasi yang gawat darurat
terlebih dahulu. Hal tersebut akan berbeda ketika terjadi suatu bencana dimana
yang menjadi prioritas adalah korban bencana yang notabene mengalami sedikit
luka dan yang mendapat luka serius cenderung ditinggal. Peran perawat adalah
melayani kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tetapi peran ini menjadi tidak
penting ketika terjadi bencana dimana kesehatan dan keselamatan masyarakat
menjadi sangat rentan. Namun hal inilah yang akan menjadi tantangan bagi
profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme dalam melakukan
penanggulangan bencana dengan berdasarkan pada nilai dan moral, sehingga
diperlukan perawat yang mampu berinteraksi dengan masyarakat yang masih
menjunjung tinggi nilai dan moral. Dalam situasi tersebut, dibutuhkan aplikasi
nilai dan moral dalam diri seorang perawat yang baik sehingga tercipta peran
perawat yang mampu menghargai nilai dan moral yang dimiliki dari pasien
tersebut.
Dalam pengambilan keputusan, nilai merupakan aspek penting yang
harus diperhatikan karena akan mempengaruhi persepsi dan motivasi seseorang.
Perawat harus menciptakan suasana saling menghormati akan nilai dan
kebiasaan yang dijunjung oleh masyarakat. Suasana dalam menciptakan
penghargaan akan nilai dan moral dari individu pasien tersebut meliputi
penghargaan akan hidup, penghargaan akan martabat, dan penghargaan akan hak
klien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bencana
MANAJEMEN BENCANA
3. Aspek Legal
Aspek legal dalam konteks pelayanan keperawatan bencana
a. UU No 36 Tahun 2009 Pasal 11 Tentang Kesehatan
Ayat (1) “tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis,
psikologi klinik, keperawatan, kebidanan, kefarmasian, kesehatan
lingkungan, gizi, keterapian fisik, keteknisian medis, biomedika,
kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lain.”
b. Hak dan Kewajiban Perawat
UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
- Pasal 36 ( Hak)
1) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai dengan
kode etik, standar pelayanan keperawatan, standar pelayanan
profesi, SPO dan perundangan.
2) Mendapat informasi yang benar, jelas dan jujur dari klien/
keluarganya.
3) Memperoleh fasilitas kerja sesuai standar.
- Pasal 37 ( Kewajiban)
1) Memberikan pelayanan keperawatan sesuai kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar pelayanan profesi, SPO dan
perundangan.
2) Merujuk klien yang tidak dapat ditangani perawat sesuai
dengan lingkup dan tingkat kompetensinya.
3) Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai standar.
H. Peran Perawat Dalam Keperawatan Bencana
1. Pra Bencana
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang
meliputi hal-hal berikut :
1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
2) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain.
3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
4) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor
telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan
ambulans.
5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau
posko-posko bencana.
6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa
seperti pakaian seperlunya, senter beserta baterainya dan lainnya.
7) Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan
dan tim ambulans.
8) Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat
bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/ alat
kesehatan yang sesuai.
A. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis (UU 24/2007).
Pedoman Manajemen Penanggulangan Bencana ini dimaksudkan untuk menjadi
acuan bagi semua pihak dalam melaksanakan upaya penanggulangan bencana didaerah,
sejak pra bencana, saat bencana dan setelah bencana.
Aspek etik dan legal dalam keperawatan bencana diperlukan agar perawat dapat
membuat suatu keputusan yang tidak melawan nilai yang ada, ketika sedang bekerja di
ruangan ataupun ketika bencana yang mengharuskan perawat bekerja lebih cepat dan
tepat, baik dalam diri perawat maupun masyarakat, perawat harus bekerja profesional
dengan disertai moral kompeten.
B. Saran
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam melakukan
kegiatan tanggap bencana. Sekarang tidak hanya dituntut untuk mampu memiliki
kemampuan intelektual namun harus memiliki jiwa kemanusiaan melalui aksi siaga
bencana.
DAFTAR PUSTAKA