Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASPEK ETIK DAN LEGAL DALAM KEPERAWATAN BENCANA &

MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

Dosen Pengampuh : Ns. Olvin Mamangkey., S.Kep., M.Kes.

DI SUSUN OLEH

SHARON VERONICA TUKIMIN (1814201076)


A3/SEMESTER VII

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO


2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan tinggi
terhadap bencana alam. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil penelitian
tentang bencana alam yang digunakan oleh berbagai lembaga seperti Macleproft,
United nations international strategy for disaster reduction (UNISDR) dan
united nations university for environment and human security ( UNU-EHS).
Pada tahun 2010, mapplecroft menempatkan Indonesia sebagai negara negara
dengan resiko bencana tertinggi didunia setelah banglades. Ditahun yang sama
pula united nations international strategy for disasterreduction (UNISDR)
melalui publikasinya kemudian menempatkan Indonesia pada urutan kedua
sebagai negara dengan resiko bencana tertinggi dikawasan asia tenggara.
Pada saat terjadi bencana, semua alur yang terjadi akan berubah secara
total, termasuk alur kesehatan. Pada saat tidak terjadi bencana, seorang perawat
akan memprioritaskan pasien yang sedang mengalami situasi yang gawat darurat
terlebih dahulu. Hal tersebut akan berbeda ketika terjadi suatu bencana dimana
yang menjadi prioritas adalah korban bencana yang notabene mengalami sedikit
luka dan yang mendapat luka serius cenderung ditinggal. Peran perawat adalah
melayani kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tetapi peran ini menjadi tidak
penting ketika terjadi bencana dimana kesehatan dan keselamatan masyarakat
menjadi sangat rentan. Namun hal inilah yang akan menjadi tantangan bagi
profesi keperawatan dalam mengembangkan profesionalisme dalam melakukan
penanggulangan bencana dengan berdasarkan pada nilai dan moral, sehingga
diperlukan perawat yang mampu berinteraksi dengan masyarakat yang masih
menjunjung tinggi nilai dan moral. Dalam situasi tersebut, dibutuhkan aplikasi
nilai dan moral dalam diri seorang perawat yang baik sehingga tercipta peran
perawat yang mampu menghargai nilai dan moral yang dimiliki dari pasien
tersebut.
Dalam pengambilan keputusan, nilai merupakan aspek penting yang
harus diperhatikan karena akan mempengaruhi persepsi dan motivasi seseorang.
Perawat harus menciptakan suasana saling menghormati akan nilai dan
kebiasaan yang dijunjung oleh masyarakat. Suasana dalam menciptakan
penghargaan akan nilai dan moral dari individu pasien tersebut meliputi
penghargaan akan hidup, penghargaan akan martabat, dan penghargaan akan hak
klien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bencana

Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu


masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan
manusia dari segi materi, ekonomi, atau lingkungan dan yang melampaui
kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan
menggunakan sumber daya mereka sendiri. (ISDR, 2004)

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/ atau non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007).

Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002) adalah


setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya
nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan
pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah
yang terkena.

B. Jenis – Jenis dan Faktor Penyebab Bencana

Jenis –jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang


penanggulangan bencana, yaitu :

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa


atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angina topam, dan tanah longsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa
gagal teknologi, gagal modernisasi, dan wabah penyakit.
3. Bencana social adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang
meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas
masyarakat.
4. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang
diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan
kesenjangan, manusia dalam penggunaan teknologi dan atau
industri yang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan,
korban jiwa, dan kerusakan lainnya.

Terdapat 3 faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu :

1. Faktor alam (natural disaster) Karena fenomena alam dan tanpa


ada campur tangan manusia.
2. Faktor non-alam (non natural disaster) yaitu bukan karena
fenomena alam dan juga bukan akibat perbuatan manusia.
3. Faktor sosial/manusia (non-made disaster) yang murni akibat
perbuatan manusia.

C. Manajemen Penanggulangan Bencana

Manajemen penanggulangan bencana adalah suatu proses dinamis,


berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang
berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi
bencana. (UU 24/2007).

Manajemen bencana menurut Nurjanah (2014:42) sebagai Proses dinamis


tentang bekerjanya fungsi-fungsi manajemen bencana seperti planning,
organizing, actuating, dan controlling. Cara kerjanya meliputi pencegahan,
mitigasi, dan kesiapsiagaan tanggap darurat dan pemulihan. Adapun tujuan
manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut :

1. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan


harta benda dan lingkungan hidup.
2. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan
penghidupan korban.
3. Mengembalikan korban bencana dari daerah
penampungan/pengungsian ke daerah asal bila memungkinkan
atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni dan aman.
4. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti
komunikasi/transportasi, air minum, listrik, dan telepon, termasuk
mengembalikan kehidupan ekonomi dan sosial daerah yang
terkena bencana.
5. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut.
6. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam konteks
pembangunan.

MANAJEMEN BENCANA

MANAJEMEN RESIKO MANAJEMEN MANAJEMEN

BENCANA KEDARURATAN PEMULIHAN

MITIGASI PENCARIAN REHABILITASI


DAN
PENCEGAHAN PERTOLONGAN REKONSTRUKSI

KESIAPSIAGAAN PENYELAMATAN - PERUMAHAN


- INFRASTRUKTUR
PERLINDUNGAN - SOSIAL
- EKONOMI
- LINTAS SEKTOR

PRA BENCANA SAAT BENCANA PASCA BENCANA


Sumber : UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

D. Pengertian Etika Keperawatan


Etika merupakan ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaiman sepatutnya
manusia hiduop didalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip yang
menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : 1 baik dan buruk 2 Kewajiban dan tanggung
jawab (Isnaini, 2001).
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral ke dalam
situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia
berfikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang
dianutnya.
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat
dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi
menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang
dilayani.

E. Tipe-Tipe Kode Etik


1. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam
etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap
masalah-masalah pelayanan kesehatan.
2. Clinical Ethics/ Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan, contohnya : adanya persetujuan atau
penolakan.
3. Nursing Ethics/ Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan
keputusan etik.
F. Prinsip Etika Keperawatan
1. Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.
Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain harus
menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang membuat pembedaan diri.
2. Beneficence (Berbuat baik) prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan
hal yang baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan dan atau
kejahatan.
3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Non-Maleficence (Tidak merugikan) prinsip ini berarti tidak menimbulkan
bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien
yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak pemberian
transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat
keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus menginstruksikan
pemberian transfusi darah, akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena
prinsip beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan
prinsip non-maleficence.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun
harus dimiliki oleh seluruh pemberian layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap klien untuk meyakinkan agar klien
mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan
objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling percaya.
Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi
yang ia ingin tahu.
6. Fidelity (Menepati Janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang
lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga. Dokumentasi tentang keadaaan kesehatan klien hanya bisa
dibaca guna keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien.
Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitas) akuntabilitas adalah standar yang pasti
bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak
jelas atau tanpa terkecuali. Contoh perawat bertanggung jawab pada diri
sendiri, profesi, klien, sesama teman sejawat, dan masyarakat. Jika
perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat digugat oleh
klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan
masyarakat yang menuntut kemampuan profesional.

G. Aspek Legal dan Etik Keperawatan Bencana


1. Kode Etik Keperawatan bencana
a. Perawat bencana memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi
martabat kemanusiaan dan keunikan klien.
b. Perawat bencana mempertahankan kompetensi dan tanggung jawab
dalam praktek keperawatan emergensi.
c. Perawat bencana melindungi klien manakala mendapatkan pelayanan
kesehatan yang tidak cakap, tidak legal, sehingga keselamatannya
terancam.

2. Etika Berdasarkan Norma Profesi


a. Menghargai Klien
1) Manusia utuh dan unik (umur, status sosial, latar belakang budaya
dan agama).
2) Menghargai keputusan yang dibuat klien dan keluarga.
b. Memberikan yang terbaik dalam asuhan keperawatan yang diberikan.
c. Mempertanggungjawabkan pelayanan keperawatan yang diberikan
d. Tidak menambah permasalahan.
e. Bekerja sama dengan teman sejawat, tim kesehatan untuk pelayanan
keperawatan.

3. Aspek Legal
Aspek legal dalam konteks pelayanan keperawatan bencana
a. UU No 36 Tahun 2009 Pasal 11 Tentang Kesehatan
Ayat (1) “tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis,
psikologi klinik, keperawatan, kebidanan, kefarmasian, kesehatan
lingkungan, gizi, keterapian fisik, keteknisian medis, biomedika,
kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lain.”
b. Hak dan Kewajiban Perawat
UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
- Pasal 36 ( Hak)
1) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai dengan
kode etik, standar pelayanan keperawatan, standar pelayanan
profesi, SPO dan perundangan.
2) Mendapat informasi yang benar, jelas dan jujur dari klien/
keluarganya.
3) Memperoleh fasilitas kerja sesuai standar.
- Pasal 37 ( Kewajiban)
1) Memberikan pelayanan keperawatan sesuai kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar pelayanan profesi, SPO dan
perundangan.
2) Merujuk klien yang tidak dapat ditangani perawat sesuai
dengan lingkup dan tingkat kompetensinya.
3) Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai standar.
H. Peran Perawat Dalam Keperawatan Bencana
1. Pra Bencana
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang
meliputi hal-hal berikut :
1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
2) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong
anggota keluarga yang lain.
3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
4) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor
telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan
ambulans.
5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau
posko-posko bencana.
6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa
seperti pakaian seperlunya, senter beserta baterainya dan lainnya.
7) Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan
dan tim ambulans.
8) Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat
bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/ alat
kesehatan yang sesuai.

2. Peran Perawat Saat Bencana


a. UU No. 38 Tahun 2014 Pasal 35 Tentang Tenaga Kesehatan
1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama,
perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat
sesuai dengan kompetensinya.
2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan klien.
4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan
keilmuannya.
b. UU No. 38 Tahun 2014, Pasal 33 ayat (4)
Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perawat berwenang :
1) Melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak
terdapat tenaga medis,
2) Merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan, dan
3) Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak
terdapat tenaga kefarmasian.
c. UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 63
1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan
untuk mengembalikan status kesehatan, mengembalikan fungsi
tubuh akibat penyakit dan/atau cacat, atau menghilangkan cacat.
2) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
dengan pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan.
3) Pengendalian, pengobatan, dan/atau perawatan dapat dilakukan
berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan atau cara lain
yang dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatan dan
keamanannya.

4) Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu


kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu.

3. Peran Perawat Pasca Bencana


a. PP No. 21 Pasal 56 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
Peran perawat adalah menyediakan pelayanan keperawatan kepada
korban bencana dan ikut melakukan rehabilitasi pasca bencana seperti
melakukan rehabilitasi mental kepada korban bencana.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis (UU 24/2007).
Pedoman Manajemen Penanggulangan Bencana ini dimaksudkan untuk menjadi
acuan bagi semua pihak dalam melaksanakan upaya penanggulangan bencana didaerah,
sejak pra bencana, saat bencana dan setelah bencana.
Aspek etik dan legal dalam keperawatan bencana diperlukan agar perawat dapat
membuat suatu keputusan yang tidak melawan nilai yang ada, ketika sedang bekerja di
ruangan ataupun ketika bencana yang mengharuskan perawat bekerja lebih cepat dan
tepat, baik dalam diri perawat maupun masyarakat, perawat harus bekerja profesional
dengan disertai moral kompeten.

B. Saran
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam melakukan
kegiatan tanggap bencana. Sekarang tidak hanya dituntut untuk mampu memiliki
kemampuan intelektual namun harus memiliki jiwa kemanusiaan melalui aksi siaga
bencana.

DAFTAR PUSTAKA

- Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2008. Peraturan Kepala Badan Nasional


Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008. Tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana. Jakarta : BNPB
- Lahu Heidy Jesica. Aspek Etik dan Legal Keperawatan Bencana, PDF diakses pada 20
September 2021.
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, PDF diakses 20 September 2021.
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, PDF

Anda mungkin juga menyukai